OLEH :
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS
A. Tinjauan Kasus
1. Pengertian
Diabetes militus merupakan gangguan metabolism yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin menyebabkan komplikasi krosnis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati. neuropati sensorik menyebabkan hilangnya
perasaan nyeri dan sensibilitas tekanan, sedangkan neuropati otonom
menimbulkan peningkatan kekeringan dan pembentukan fisura pada kulit (yang
terjadi akibat penurunan perspirasi), yang kedua adalah penyakit vaskuler perifer
yaitu sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk turut menyebabkan lamanya
kesembuhan luka dan terjadinya ganggren, dan yang ketiga adalah penurunan
daya imunitas dimana hiperglikemi akan mengganggu kemampuan leukosit
khusus yang berfungsi untuk menghancurkan bakteri, dengan demikian pada
pasien diabetes yang tidak terkontrol akan terjadi penurunan resistensi terhadap
infeksi tertentu sampai terjadi infeksi yang serius seperti kemerahan akibat
selulitis yang disebabkan oleh bakteri yang masuk kulit melalui suatu pembukaan
( nanda nic.noc jilid 1 2015 ). Diabetes mellitus adalah suatu penyakit menahun
yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan
hormon insulin secara relatif maupun absolut (Darmono, 2011). Ada beberapa
tipe diabetes mellitus yang berbeda, penyakit ini dibedakan berdasarkan
penyebab perjalanan klinik dan terapinya, klisifikasi diabetes yang utama adalah
diabetes mellitus tipe I atau diabetes mellitus tergantung insulin terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pancreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun, dan diabetes mellitus tipe II atau diabetes
mellitus tidak tergantung insulin terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin . Penyakit
yang disebut dengan Diabets Melitus tipe II dimana pankreas dapat menghasilkan
cukup jumlah insulin untuk metabolism glukosa, tetapi tubuh tidak mampu untuk
memanfaatkan secara efisien, pada diabetes mellitus tipe II masah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin,
mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekeresi insulin pada diabetes mellitus tipe II masih belum diketahui, faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabete mellitus tipe II yaitu usia, obesitas, dan riwayat
keluarga.
3. Etiologi
Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat heterogen, akan
tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama dalam
mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi, 2011). Adapun faktor – factor lain sebagai
kemungkinan etiologi penyakit Diabetus Melitus antara lain :
a. Faktor Keturunan (Genetik)
Genetik merupakan riwayat keluarga yang memiliki DM tipe 2, akan
memiliki peluang adanya menderita DM sebesar 15% dan adanya resiko
mengalami intoleransi pada glukosa yaitu ketidakmampuan pada
metabolisme karbohidrat dengan nilai normal sebesar 30%. Pada faktor
genetik ini mempengaruhi sel beta dan menyebarkan rangsangan pada
sekretoris insulin.
b. Obesitas
Obesitas merupakan kelebihan pada berat badan kurang lebih 20% dari
berat ideal (BMI). Pada kegemukan ini mengakibatkan tarjadinya
pengurangan produksi pada reseptor insulin yang bekerja di dalam sel di
otot skeletal dan di daerah jaringan lemak, ini sering juga di sebut
resistensi insulin perifer. Pada kegemukan baisanya merusak kemampuan
pada sel beta untuk melepas insulin pada saat terjadinya peningkatan
glukosa darah.
c. Usia
Usia merupakan penyebab resiko penderita DM tipe 2 dengan usia dia
atas 30 tahun, ini terjadi karena adanya perubahan pada anatomis,
fisiologis dan biokimia. Perubahan ini terjadi dari tingkat sel selanjutnya
pada tingkat jaringan dan berlanjut ke tingkat organ yang dapat
mempengaruhi homeositasis. Seseorang yang telah mencapai umur 30
tahun, maka pada kadar glukosa naik menjadi 1-2 mg% pada setiap tahun
disaat bulan puasa dan akan mengalami kenaikan 6-13% pada jam setelah
makan.
d. Stress
Stress akan timbul ketika ada ketidakcocokan antara tuntunan yang
dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki. Penderita diabetes akan
mengalami stress sehingga dapat merubah pola makan, latihan dan
penggunaan obat hal ini dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemia.
e. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Kosumsi
makanan berlebihan dan tidak di imbangi dengan sekresi insulin dalam
jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah
meningkat dan pasitnya akan menyebabkan diabetes melitus
f. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab diabetes melitus.
Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit diabetes melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar
kalori yang tertimbun didalam tubuh, kalori yang tertimbun didalam tubuh
merupakan faktor utama penyebab diabetes melitus selain disfungsi
pankreas
g. Riwayat Diabetes Gestasional
Merupakan wanita yang memiliki riwayat penyakit diabetes
gestasional atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih 4 kg
memiliki resiko tinggi DM tpe 2. Tipe DM ini sering di jumpai pada 2-5%
pada poulasi ibu hamil.
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada diabetes militus terdapat khas yang sering muncul pada
penyakit ini yaitu adanya tias poli terdapat bagiannya yaitu polyuria, polidipsi dan
poliphagi. Pada bagian poliuri dan polidipsi sering terjadi akibat adanya
kehilangan cairan yang berlebihan yang sering di hubungkan dengan
diuresisosmotic, sedangkan pada bagian poliphagi terjadi akibat dari adanya
kondisi metabolik yang terdapat defisiensi insulin dan terjadinya pemecahan pada
lemak dan protein. Adanya gejala- gejala lainnya yaitu terjadinya kelemahan
kelelahan perubahan pada penglihatan yang terjadi secara mendadak, terjadinya
kering pada kulit dan adanya lesi luka yang pada penyembuhannya sangat lambat
dan infeksi terjadi berulang- ulang. Gejala yang sering terjadi tidak berat dan
kemungkinan tidak ada tetapi konsekwensinya terjadinya hiperglikemia yang
cukup lama sehingga menyebabkan adanya perubahan patologi dan fungsional
yang sudah mengalami dengan waktu lama sebelum diagnos di buat. Terjadinya
efek jangka panjang diabetes militus dapat terjadinya perkembangan progesif
komplikasi spesifik retinopati yang menimbulkan kebutaan pada mata, nepropati
yang dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal dan pada neuropati maka
terjadinya resiko ulkus diabetic, terjadinya amputasi sendi chartcot (Darmayanti,
2016)
7. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri
akibat
pembedahanskala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada balutan.
Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi), kelemahan akibat sisa
reaksi obat anestesi.
2. Aktivitas dan Istirahat Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram
otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda: takikardia dan
takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi, disorientasi,
koma
3. Sirkulasi Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama. Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia,
krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
4. Integritas ego Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi. Tanda : ansietas, peka rangsang.
5. Eliminasi Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda : urine
encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
6. Makanan dan cairan Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti
diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik. Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan,
distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton
7. Neurosensori Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan. Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi,
stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang.
8. Kardiovaskuler Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
9. Pernapasan Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
10. Seksualitas Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita Gastro intestinal Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
11. Muskulo skeletal Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada
kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
12. Integumen Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulkus
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik
4. Resiko ketidakstabilan kadarglukosa darah berhubungan dengan
hiperglikemia
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cara berjalan
3. Perencanaan
A. Prioritas Masalah
1. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera isik
3. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik
4. Resiko ketidakstabilan kadarglukosa darah berhubungan dengan
hiperglikemia
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cara berjalan
B. Rencana Keperawatan
A. Diagnosa I : Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer
tidak
adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadinya
penyembuhan luka
Kriteria hasil :
a. Luka tampak kering dan bersih
b. Penyembuhan luka tepat waktu
c. Penyembuhan luka rapat dan membaik
Intervensi :
Intervensi
Intervensi
Intervensi
4. Implementasi
Implementasi adalah suatu rangkaian yang dilakukan oleh seorang perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang sedang dihadapinya.
Status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Tindakan ini diberikan ke klien terkait dengan dukungan, pengobatan, Tindakan
untuk memperbaiki kondisi, tindaklanjut untuk mencegah masalah – masalah
kesehatan yag muncul dikemudian hari (Yustina olfah, 2016)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang
berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau perlu ada pendekatan lain dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
(Yustina olfah, 2016). Evaluasi pada pasien dengan DM adalah
a. Luka pada kaki pasien semakin membaik
b. Nyei teratasi
c. Klien dapat kembali beraktivitas
d. Klien dan keluarga mampu membersihkan luka dengan baik dan
benar
e. Kadar gula darah dalam batas normal
f. Klien dan keluarga memahami tentang penyakitnya dan rencana
pengobatan
WOC
Umur
Gaya
hidup
HIPERGLIKEMIA
Pembedahan
(debridement)
Nyeri akut
Pengeluaran histamin adanya perlukaan pada
kaki
Resiko infeksi
Daftar Pustaka
Restyana. N. F., (2015). Diabetes Militus Tipe 2. Medical Faculty, Lampung University.
Wiliams & wilkins. (2011). Gambaran Pengendalian Kadar Gula Darah Pada
Diabetes Militus. Jakarta