Anda di halaman 1dari 18

BAB 3

PERSEDIAAN

Persediaan barang dagangan adalah elemen yang sangat penting dalam penentuan
harga pokok penjualan pada perusahaan dagang eceran, maupun perusahaan
dagang partai besar.

KLASIFIKASI PERSEDIAAN
Dalam perusahaan dagang hanya dikenal satu klasifikasi persediaan, yaitu
persediaan barang dagangan. Perusahaan manufaktur juga memiliki persediaan.
Akan tetapi berbeda halnya dengan persediaan pada perusahaan dagang, pada
perusahaan manufaktur tidak semua persediaan siap untuk dijual. Oleh karena itu
persediaan diklasifikasi menjadi tiga katagori, yaitu : persediaan barang jadi,
persediaan barang dalam proses, dan persediaan bahan baku.

PENENTUAN KUANTITAS PERSEDIAAN


Tujuan penentuan kuantitas persediaan ialah untuk menetapkan jumlah unit
(satuan) persediaan yang dimiliki perusahaan pada neraca. Pada kebanyakan
perusahaan, pekerjaan ini meliputi dua hal, yaitu: (1) melakukan perhitungan fisik
atas barang yang ada di gudang, dan (2) menentukan pemilikan atas barang dalam
perjalanan.

HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN


Sebagaimana diatur dalam prinsip akuntansi, dasar utama akuntansi untuk
persediaan adalah harga perolehan (cost). Harga perolehan meliputi semua
pengeluaran yang diperlukan untuk mendapat barang dan menempatkannya dalam
kondisi yang siap untuk dijual. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga perolehan
persediaan, nama rekeningnya, dan pengaruhnya terhadap harga perolehan
persediaan Nampak dalam tabel berikut :

30
Faktor Nama Rekening Pengaruh terhadap
harga perolehan
Harga faktur Pembelian Menambah
Biaya angkut Biaya angkut pembelian Menambah
Potongan tunai pembelian Potongan Tunai pembelian Mengurangi
Retur dan potongan Retur dan potongan Mengurangi
pembelian pembelian

Gambar 3-1 Alokasi harga Perolehan Barang Tersedia Dijual

Harga Perolehan Persediaan Yang Tersedia Untuk Dijual


Persediaan Awal Rp200.000,00
Pembelian Rp1.000.000,00
Tersedia untuk dijualRp1.200.000,00

Langkah 1 Langkah 2
PERSEDIAAN AKHIR HARGA POKOK PENJUALAN

Tersedia dijual Rp1.200.000


Persediaan akhir Rp150.000
Harga Pokok
PenjualanRp1.050.000

METODA PENETAPAN HARGA PEROLEHAN ATAS DASAR ALIRAN


FISIK SESUNGGUHNYA
Metoda identifikasi khusus yang berarti mengikuti aliran fisik barang
yang sesungguhnya terjadi. Dalam metoda ini tiap jenis persediaan diberi tanda,
digantungi kartu, atau diberi kode menurut harga perolehannya. Dengan demikian
barang yang berada dalam persediaan pada akhir tahun ditetapkan harga
perolehannya sesuai dengan harga yang sesungguhnya sebagaimana tertera pada
barang yang bersangkutan.

31
Metoda identifikasi khusus biasanya diterapkan pada perusahaan yang
menjual barang yang mahal harganya tetapi jumlah dan jenisnya terbatas sehingga
dapat diidentifikasi dengan jelas sejak saat barang dibeli hingga terjual kembali.
Barang-barang semacam itu misalnya mobil, alat-alat music, barang-barang
elektronika, dan barang-barang antic.

METODA HARGA PEROLEHAN ATAS DASAR ALIRAN ANGGAPAN


Metoda penentuan harga perolehan yang didasarkan pada aliran anggapan yaitu :
1. First-in, first out (FIFO)
2. Last-in, First out (LIFO)
3. Harga perolehan rata-rata

Untuk memberikan gambaran mengenai penerapan ketiga metode di atas,


dimisalkan bahwa PT. Pinatubo (sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
perdagangan alat-alat elektronik) menggunakan sistem persediaan periodik, dan
memiliki informasi tentang sejenis radio yang diberi kode Z202 sebagai berikut:

PT PINATUBO
Radio type Z202
Unit HP per Total HP
unit
1/1 Persediaan awal 100 Rp. 10 Rp. 1.000
15/4 Pembelian 200 11 2.200
24/8 Pembelian 300 12 3.600
27/11 Pembelian 400 13 5.200
1.000 Rp. 12.000
Selama tahun ini telah dijual 550 unit, dan persediaan pada tanggal 31 Desember
berjumlah 450 unit.

32
First-in, First out (FIFO)
Metoda FIFO menganggap bahwa barang yang lebih dahulu dibeli, akan dijual
lebih dahulu. Dengan demikian harga perolehan barang yang lebih dulu dibeli,
dianggap akan menjadi harga pokok penjualan lebih dulu juga. Beberapa
penulisan menerjemahkan FIFO ke dalam bahasa Indonesia menjadi masuk
pertama keluar pertama (MPKP).
Pengalokasian PT. Pinatubo dengan metode FIFO adalah sebagai berikut:

Harga Perolehan Persediaan Yang Tersedia Untuk Dijual


Tgl Keterangan Unit HP/Unit Total HP
1/1 Pers.Awal 100 Rp 10,00 Rp 1.000,00
15/4 Pembelian 200 11,00 2.200,00
24/8 Pembelian 300 12,00 3.600,00
27/1 Pembelian 400 13,00 5.200,00
1
Jumlah 1.000 Rp 12.000,00

Langkah 1 Langkah 2
PERSEDIAAN AKHIR HARGA POKOK PENJUALAN

Tgl Uni HP/ Total HP Tersedia dijual Rp 12.000


t Unit Persediaan akhir Rp 5.800
27/11 400 Rp 13 Rp 5.200 Harga Pokok
24/8 50 12 600 Penjualan
Jumla 450 Rp 5.800

Penentuan harga pokok penjualan dapat juga diperiksa kebenarannya berdasarkan


pada anggapan FIFO yaitu barang yang dibeli lebih dahulu akan dijual lebih
dahulu pula. Dengan anggapan tersebut, maka 550 unit barang yang telah dijual
akan mempunyai harga perolehan sebagai berikut:
Tanggal Unit HP/Unit Total HP
1/1 100 X Rp 10.00 = Rp 1.000,00
15/4 200 X 11.00 = 2.200,00
24/8 250 X 12.00 = 3.000,00
Jumlah 550 Rp 6.200,00

33
Last-in, First-out (LIFO)
Metoda LIFO didasarkan pada anggapan bahwa barang yang dibeli lebih akhir
akan dijual atau dikeluarkan lebih dahulu. Dengan demikian harga perolehan
barang yang dibeli lebih akhir akan dialokasikan lebih dahulu sebagai harga
pokok penjualan.
Pengalokasian harga perolehan barang tersedia pada PT. Mahameru,
seandainya perusahaan tersebut menggunakan sistem persediaan periodik dengan
metode LIFO, akan nampak sebagai berikut:

Harga Perolehan Persediaan Yang Tersedia Untuk Dijual


Tgl Keterangan Unit HP/Unit Total HP
1/1 Pers.Awal 100 Rp 10,00 Rp 1.000,00
15/4 Pembelian 200 11,00 2.200,00
24/8 Pembelian 300 12,00 3.600,00
27/1 Pembelian 400 13,00 5.200,00
1
Jumlah 1.000 Rp 12.000,00

Langkah 1 Langkah 2
PERSEDIAAN AKHIR HARGA POKOK PENJUALAN

Tgl Uni HP/ Total HP Tersedia dijual Rp 12.000


t Unit Persediaan akhir Rp 5.000
1/1 100 Rp 10 Rp 1.000 Harga Pokok
15/4 200 11 2.200 Penjualan
24/8 150 12 1.800
Jumla 450 Rp 5.000

Seperti halnya pada metode FIFO, kita dapat menguji kebenaran


penentuan harga pokok penjualan dengan cara sebagai berikut:
Tanggal Unit HP/Unit Total HP
27/11 400 x Rp 13.00 = Rp 5.200.00
24/8 150 x 12.00 = 1.800.00
Jumlah 550 Rp 7.000,00

34
Metoda rata-rata
Metoda rata-rata didasarkan pada anggapan bahwa barang tersedia untuk dijual
adalah homogin. Pada metoda ini, pengalokasian harga perolehan barang yang
tersedia untuk dijual dilakukan atas dasar harga perolehan rata-rata tertimbang.
Rumus dan perhitungan harga perolehan rata-rata tertimbang per unit adalah
sebagai berikut :

Harga
Rata-rata
perolehan Jumlah unit
tertimbang
barang tersedia : tersedia =
per unit
dijual Rp. dijual 1.000
Rp. 12,00
12.000,00

Harga Perolehan Persediaan Yang Tersedia Untuk Dijual


Tgl Keterangan Unit HP/Unit Total HP
1/1 Pers.Awal 100 Rp 10,00 Rp 1.000,00
15/4 Pembelian 200 11,00 2.200,00
24/8 Pembelian 300 12,00 3.600,00
27/1 Pembelian 400 13,00 5.200,00
1
Jumlah 1.000 Rp 12.000,00

Langkah 1 Langkah 2
PERSEDIAAN AKHIR HARGA POKOK PENJUALAN
HP/ Total
Unit Unit HP Tersedia dijual Rp 12.000
450 X Rp 12 Rp5.400 Persediaan akhir Rp 5.400
Harga Pokok
Penjualan

Harga rata-rata dapat juga ditentukan dengan cara lain, yang disebut rata-
rata sederhana. Perhitungan rata-rata sederhana per unit adalah sebagai berikut :
Rp 10,00+ Rp 11,00+ Rp12,00+ Rp 13,00
=Rp 11,50
4

Metoda rata-rata sederhana mempunyai dua kelemahan pokok, yakni (1)


tidak memperhitungkan jumlah unit yang dibeli, dan (2) bisa dipengaruhi oleh

35
harga beli per unit yang ekstrim tinggi atau ekstrim rendah. Oleh karena itu harga
rata-rata tertimbang lebih dianjurkan untuk digunakan.

SISTEM PERSEDIAAN PERPETUAL


Perusahaan-perusahaan yang menjual barang dagangan yang mahal harganya,
seperti mobil, mabel, dan peralatan rumah tangga, biasanya menggunakan sistem
persediaan perpetual. Cirri-ciri terpenting dalam sistem tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening
Persediaan, bukan rekening Pembelian.
2. Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan, dan
dicatat dengan mendebet rekening Harga Pokok Penjualan, dan
mengkredit rekening Persediaan.
3. Persediaan merupakan rekening control dan dilengkapi dengan buku
pembantu persediaan yang berisi catatan untuk tiap jenis persediaan.
Buku pembantu persediaan menunjukkan kuantitas dan harga
perolehan untuk setiap jenis barang yang ada dalam persediaan.

PENCATATAN PADA SISTEM PERSEDIAAN PERPETUAL


Untuk memberikan gambaran mengenai cara pemakaian sistem persediaan
perpetual dan sekaligus membedakannya dengan sistem persediaan periodik,
marilah kita gunakan contoh transaksi pembelian dan penjualan solar panel,
model A2776, pada PT Agung selama bulan Juni 2021 Berikut ini :

Persediaan, Pembelian, dan Penjualan Solar Panel

Juni 1 Persediaan awal (4 unit) Rp 12.000,00


1 s/d 30 Pembelian secara kredit 36.000,00
(12 unit@ Rp3.000,00)
1 s/d 30 Penjualan secara kredit 35.000,00
(7 unit @ Rp5.000,00)
Harga pokok penjualan 21.000,00
(7 unit @ Rp3.000,00)
30 Persediaan akhir 27.000,00
(9 unit @ Rp3.000,00)

36
Jurnal untuk mencatat transaksi di atas sebagai berikut:
Sistem Perpetual Sistem Periodik
Persediaan Awal, 1 Juni
Rekening persediaan menunjukkan Rekening persediaan menunjukkan
barang yang ada dalam persediaan barang yang ada dalam persediaan
sebesar Rp 12.000,00 sebesar Rp 12.000,00
Ayat jurnal untuk Mencatat Pembelian
Persediaan 36.000 Pembelian 36.000
Utang Dagang 36.000 Utang Dagang 36.000
Ayat jurnal untuk Mencatat Penjualan
Piutang Dagang 35.000 Piuang Dagang 35.000
Penjualan 35.000 Penjualan 35.000

Harga pokok
penjualan 21.000
Persediaan 21.000
Jurnal Penyesuaian Pada Akhir Periode
Tidak diperlukan jurnal penyesuaian. HPP 12.000
Rekening persediaan menunjukkan Persediaan 12.000
saldo yang ada pada akhir periode yaitu HPP 36.000
Rp 27.000 Pembelian 36.000
(Rp 12.000+Rp 36.000-Rp 21.000) Persediaan 27.000
HPP 27.000
Catatan: HPP = Harga Pokok Penjualan
PENETAPAN HARGA PEROLEHAN PADA SISTEM PERPETUAL
Agar lebih jelas, marilah kita lihat penerapan ketiga metoda tersebut pada sebuah
perusahaan dagang yang menggunakan sistem perpetual. Dimisalkan PT Cendana
memiliki data mengenai barang dagangan berupa condenser TX321, berikut ini :

Tanggal Pembelian Penjualan Saldo


April 3 4.000 @ Rp8,00 4.000
April 10 12.000 @ Rp8,80 16.000
April 26 8.000 unit 8.000
April 29 4.000 @ Rp8,30 12.000

First-in, first-out (FIFO)


Dalam metoda FIFO, barang yang dibeli lebih awal dianggap akan dijual lebih
awal pula. Oleh karena itu, harga perolehan barang yang dibeli lebih awal akan
dibebankan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan. Oleh karena itu, harga
pokok penjualan untuk barang yang dijual pada tanggal 26 Juni akan terdiri dari
harga perolehan barang yang dibeli tanggal 3 April dan 10 April. Persediaan
menurut metode FIFO dengan sistem persediaan perpetual adalah sebagai
berikut:

37
Perpetual – FIFO
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl
Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total
3/4 4.000 Rp 8,00 Rp 32.000 4.000 Rp 8,00 Rp 32.000

10/4 1200 Rp 8,80 Rp 105.600 4.000 Rp 8,00


0 12000 Rp 8,80
Rp 137.600
26/4 4.00 Rp 8.00
0 Rp 8.80
Rp 67.200 8.000 Rp 8,80 Rp 70,40
4.00
0
29/4 4000 Rp 8,30 Rp 33.200 8.000 Rp 8,80
4.000 Rp 8,30
Rp 103.600

Last-in, First-out (LIFO)


Pada metoda LIFO dengan sistem persediaan perpetual dianggap bahwa barang
yang dibeli lebih akhir akan dijual lebih dahulu. Oleh karena itu harga perolehan
barang-barang yang dibeli lebih akhir akan dialokasikan menjadi harga pokok
penjualan lebih dahulu. Dengan lain perkataan, harga perolehan persediaan akhir
akan terdiri dari harga perolehan barang-barang yang dibeli lebih awal.
Perpetual LIFO
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl
Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total
3/4 4.000 Rp 8,00 Rp 32.000 4.000 Rp 8,00 Rp 32.000

10/4 1200 Rp 8,80 Rp 105.600 4.000 Rp 8,00


0 12000 Rp 8,80
Rp 137.600
26/4 8.00 Rp 8,80 Rp 70.400 4.000 Rp 8,00
0 4.000 Rp 8,80
Rp 67.200
29/4 4000 Rp 8,30 Rp 33.200 4.000 Rp 8,00
4.000 Rp 8,80
Rp 100.400
4.000 Rp 8,30

Rata-rata Bergerak
Metoda penentuan harga perolehan rata-rata pada sistem persediaan periodik
seperti telah diuraikan diatas, disebut rata-rata tertimbang yang perhitungkannya
dilakukan setiap akhir periode (akhir bulan atau akhir tahun). Pada sistem

38
perpetual, harga perolehan rata-rata tidak dilakukan pada akhir periode, melainkan
pada setiap terjadi transaksi pembelian.

Rata-rata Bergerak
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl
Unit HP Total Unit HP Total Unit HP Total
3/4 4.000 Rp 8,00 Rp 32.000 4.000 Rp 8,00 Rp 32.000

10/4 12.00 Rp 8,80 Rp 105.600 16.00 Rp 8,60 Rp 137.600


0 0
26/4 8.000 Rp 8,60 Rp 68.800 8.000 Rp 8,60 Rp 68.800

29/4 4.000 Rp 8,30 Rp 33.200 12.00 Rp 8,50 Rp 102.000


0

Penerapan Metoda Harga Terendah di antara Harga Perolehan dan Harga


Pasar
Metoda harga terendah di antara harga perolehan dan harga pasar dapat diterapkan
untuk tiap jenis barang, atau untuk tiap kelompok, atau dapat pula untuk
keseluruhan persediaan. Sebagai contoh, misalkan sebuah toko yang menjual
barang-barang elektronik memiliki sejumlah persediaan yang dapat digolongkan
menjadi kelompok televisi dan kelompok radio. Apabila perusahaan tersebut
menggunakan metode harga terendah di antara harga perolehan dan harga pasar,
maka alternatif penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut (dalam ribuan
rupiah):
Harga terendah di antara harga perolehan
dan harga pasar
Harga Per Kese
Perolehan Harga Pasar Per Jenis Kelompok luruhan
Televisi:
Salon Rp 60.000 Rp 55.000 Rp 55.000
Portabel 45.000 52.000 45.000
Jumlah Rp 105.000 Rp 107.000 Rp 105.000

Radio:
Listrik 48.000 45.000 45.000
Transistor 15.000 14.000 14.000
Jumlah 63.000 59.000 59.000
Jumlah Rp 168.000 Rp 166.000 Rp 159.000 Rp 164.000 Rp 166.000

39
Persediaan

PENAKSIRAN PERSEDIAAN
Dalam situasi tertentu, persesuaian tidak dihargai menurut harga perolehan yang
sesungguhnya, melainkan dengan harga yang ditaksir. Keadaan yang mendorong
perusahaan untuk menaksir persediaannya adalah : (1) manajemen berkeinginan
untuk menyusun laporan keuangan bulanan atau triwulanan, tetapi perhitungan
fisik persediaan hanya dilakukan pada akhir tahun saja; (2) terjadi musibah
(misalnya kebakaran atau kebanjiran) yang tidak memungkinkan untuk
melakukan perhitungan fisik persediaan.

Metoda Laba Kotor


Dalam metoda ini persediaan ditaksir dengan cara menerapkan persentase
laba kotor terhadap penjualan. Untuk menggunakan metoda laba kotor,
perusahaan perlu mengetahui pendapatan penjualan, harga perolehan barang
tersedia untuk dijual, dan persentase laba kotor. Rumus untuk menggunakan
metode laba kotor adalah sebagai berikut:
Penjualan Taksiran Taksiran Harga
Langkah 1 - =
Bersih Laba Kotor Pokok Penjualan

Harga
Taksiran Harga
Perolehan Taksiran
Langkah 2 - = Perolehan
Barang HPP
Persediaan Akhir
tersedia dijual

Penjualan bersih Rp 200.000,00


(1) Kurangi : Taksiran laba kotor
(30% x Rp 200.000,00) 60.000,00
Taksiran harga pokok penjualan Rp 140.000,00
Persediaan awal Rp 40.000,00
Pembelian 120.000,00
(2) Harga perolehan barang tersedia dijual Rp 160.000,00
Kurangi: Taksiran harga pokok penjualan 140.000,00
Taksiran harga perolehan persediaan akhir Rp 20.000,00

40
Metoda laba kotor tidak dapat digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
perusahaan akhir tahun. Metoda ini hanya digunakan untuk penyusunan laporan
keuangan interim (bulanan atau triwulanan), dan biasanya hanya digunakan untuk
keperluan intern perusahaan tetap harus mendasarkan pada hasil perhitungan fisik
persediaan.
Metode Harga Eceran
Agar metode ini dapat digunakan perusahaan harus memiliki catatan yang
menunjukkan harga perolehan barang yang tersedia dijual dan sekaligus juga
harga ecerannya (harga jualnya). Data harga eceran hanya merupakan pelengkap,
sehingga tidak perlu dibukukan. Pada metode harga eceran ini, taksiran harga
perolehan persediaan akhir ditarik dari rumus berikut:

Persediaan
Barang tersedia
Penjualan akhir
Tahap 1 dijual berdasar - =
Bersih berdasar
harga eceran
harga eceran

Perbandingan
Barang
Barang tersedia harga
tersedia dijual
Tahap 2 dijual berdasar : = perolehan
berdasar harga
harga perolehan terhadap
eceran
harga eceran

Perbandingan Taksiran
Persediaan akhir harga harga
Tahap 3 berdasar harga x perolehan = perolehan
eceran terhadap harga persediaan
eceran akhir

Untuk menjelaskan dasar pikiran pemakaian metode harga eceran, kita


gunakan data berikut. Misalkan perusahaan membeli 10 unit barang dengan harga
Rp 7,00 untuk dijual dengan harga Rp 10,00 per unit. Dengan demikian
perbandingan (ratio) antara harga perolehan dengan harga eceran adalah 70% (Rp
70,00: Rp 100,00). Seandainya tersisa 4 unit yang belum terjual, harga eceran

41
keempat unit tersebut adalah Rp 40,00 dan harga perolehannya adalah Rp 28,00
(70% x Rp 40,00) yang sama dengan total harga perolehannya yaitu 4 x Rp 7,00 =
Rp 28,00. Penerapan metode harga eceran dapat dilukiskan sebagai berikut:

42
Atas Dasar HP Atas dasar eceran
Persediaan awal Rp 14.000,00 Rp 21.500,00
Pembelian 61.000,00 78.500,00
Barang tersedia dijual Rp 75.000,00 Rp 100.000,00
Penjualan bersih 70.000,00
(1) Persediaan akhir berdasar harga eceran Rp 30.000,00
(2) Perbandingan harga perolehan terhadap harga
eceran = Rp 75.000 : Rp 100.000 = 75%
(3) Taksiran harga perolehan persediaan akhir
(75% x RP 30.000,00) = Rp 22.500,00

43
LATIHAN
Latihan 1
Berikut ini informasi yang diambil dari catatan akuntansi PT Kerinci untuk tahun
2000 :
Persediaan awal Rp 15.000.000,00
Persediaan akhir 19.500.000,00
Pembelian 100.000.000,00
Potongan tunai pembelian 2.500.000,00
Retur dan potongan pembelian 4.000.000,00
Penjualan 153.000.000,00
Retur dan potongan penjualan 3.000.000,00
Biaya pengangkutan pembelian 1.000.000,00

Diminta :
1. Hitunglah harga pokok penjualan untuk tahun 2000!
2. Hitunglah laba kotor tahun 2000!

Latihan 2
PT. Merapi mempunyai informasi yang berhubungan dengan persediaan barang
dagangan sebagai berikut:
Persediaan 1 Januari 200 unit @ Rp 15.000,00 / unit
Pembelian selama bulan Januari
5 Januari 100 unit @ Rp 14.000,00 / unit
8 Januari 150 unit @ Rp 16.000,00 / unit
15 Januari 150 unit @ Rp 20.000,00 / unit
20 Januari 200 unit @ Rp 21.000,00 / unit
Penjualan bulan Januari 500 unit
Persediaan 31 Januari 300 unit

44
Perusahaan menggunakan metode fisik (periodik) dalam mencatat persediaan.
Diminta:
Hitunglah harga pokok penjualan dan persediaan akhir bulan Januari, apabila
perusahaan menggunakan metode:
1. Identifikasi khusus (dianggap 1/4 dari persediaan awal, semua barang yang
dibeli tanggal 5,8 dan 15 januari dan 1/4 dari barang yang dibeli tanggal
20 Januari telah terjual)
2. FIFO (MPKP)
3. LIFO (MTKP)
4. Rata-rata tertimbang

Latihan 3
Berikut ini data yang berhubungan dengan persediaan pada PT Sindoro :
1 januari – Persediaan awal 110 unit @ Rp320.000,00
8 januari – dibeli 50 unit @ Rp325.000,00
9 januari – dijual 120 unit
13 januari – dibeli 80 unit @ Rp328.000,00
19 januari – dijual 60 unit
23 januari – dibeli 100 unit @ Rp330.000,00
25 januari – dijual 20 unit

Diminta :
1. Dengan menggunakan metoda periodik – FIFO, hitunglah harga pokok
persediaan akhir dan harga pokok barang yang dijual.
2. Dengan menggunakan metoda perpetual – FIFO, hitunglah harga pokok
persediaan akhir dan harga pokok penjualan.
3. Dengan menggunakan metoda periodik – FIFO, hitunglah harga pokok
persediaan akhir dan harga pokok penjualan
4. Dengan menggunakan metoda perpetual – LIFO, hitunglah harga pokok
persediaan akhir dan harga pokok penjualan

45
Latihan 4
Berikut ini persediaan barang dagangan PT Lawu pada tanggal 31 Desember
2000:
Jenis Barang Jumlah Unit Harga pokok/unit Harga Pasar
A 400 Rp12.000,00 Rp10.500,00
B 120 50.000,00 54.000,00
C 680 8.000,00 9.000,00
D 160 32.000,00 30.000,00
E 240 25.000,00 29.000,00
F 300 19.000,00 18.000,00

Diminta :
Hitunglah nilai persediaan akhir dengan menggunakan nilai terendah antara harga
pokok dengan harga pasar (LCM) yang ditetapkan (a) per jenis persediaan, dan
(b) keseluruhan persediaan.

Latihan 5
PT. Kinibalu menggunakan metode laba kotor untuk menaksir persediaan akhir.
Berikut ini data yang tersedia pada tanggal 31 Maret 2000.
1. Data untuk periode 1 Januari – 31 Maret:
Pembelian Rp 69.500.000.00
Retur pembelian 6.700.000.00
Potongan pembelian 1.200.000.00
Biaya angkut pembelian 400.000.00
Penjualan 89.800.000.00
Potongan penjualan 1.600.000.00
Retur penjualan 2.900.000.0
2. Data lainnya
Persediaan pada tanggal 1 Januari berjumlah Rp 18.600.000.00.Berdasarkan
pengalaman untuk 4 tahun terakhir, rata-rata persentase laba kotor terhadap
penjualan bersih adalah 20%.

Diminta
Hitunglah persediaan pada tanggal 13 Maret dan harga pokok penjualan.

46
Latihan 6
Bromo Department Store menggunakan metoda harga eceran dalam menaksir
nilai persediaan akhir. Berikut ini data yang tersedia pada tanggal 30 Juni 2000:
Harga Perolehan Harga Eceran
Persediaan, 1 Juni Rp11.000.000,00 Rp20.000.000,00
Pembelian bulan Juni 86.000.000,00 129.000.000,00
Retur pembelian 6.000.000,00 9.000.000,00
Penjualan bulan Juni 115.000.000,00
Diminta :
1. Hitunglah persediaan pada tanggal 30 Juni!
2. Hitunglah harga pokok penjualan bulan Juni!
3. Hitunglah laba kotor bulan Juni!

Latihan 7
Pada tanggal 1 April 2000, perusahaan mengalami kebakaran yang menghabiskan
seluruh gedung perusahaan termasuk persediaan yang tersimpan di dalamnya,
namun beberapa catatan akuntansi terutama yang berhubungan dengan persediaan
masih dapat diselamatkan. Berikut ini informasi yang dikutip dari catatan
akuntansi tersebut :

Persediaan 1 Januari Rp43.200.000,00


Pembelian 339.000.000,00
Potongan pembelian 6.500.000,00
Retur pembelian 3.100.000,00
Penjualan 487.000.000,00
Potongan penjualan 5.300.000,00
Retur penjualan 4.100.000,00
Biaya angkut pembelian 2.400.000,00
Biaya umum 38.900.000,00
Biaya penjualan 55.700.000,00

Perusahaan biasanya melakukan penghitungan fisik persediaan setiap tanggal 31


Desember, yaitu pada saat penutupan buku, namun untuk keperluan klaim kepada
perusahaan asuransi, perusahaan harus menaksir jumlah kerugian karena
kebakaran tersebut.

47

Anda mungkin juga menyukai