Anda di halaman 1dari 4

PR REFERAT

SUBDIVISI BEDAH ONKOLOGI


BAGIAN/SMF ILMU BEDAH

TEKNIK BIOPSI

Disusun oleh:

dr. Titus Rheinhardo Lolonlun

Pembimbing :
dr. Kiki Akhmad Rizki, Sp.B(K)-Onk., M. Kes, MMRS

SUB BAGIAN BEDAH ONKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG
2022
Prinsip-prinsip Onkologi pada Pembedahan

a. Jangan memakai anestesia infiltrasi


Sel-sel tumor ganas bisa didorong menyebar oleh jarum anestesia dan tekanan
yang ditimbulkan oleh cairan obat anestesia bisa menyebabkan penyebaran.
Baik untuk biopsi maupun tindakan terapi definitif sebaiknya jangan
mempergunakan anestesia infiltrasi, tetapi dengan anestesia umum (narkosis)
atau bila memungkinkan anestesia regional atau anestesia permukaan (untuk
kulit, misalnya). Akan tetapi bila keadaan umum tidak mengizinkan untuk
narkosis, biopsi dengan anestesia infiltrasi dikerjakan dengan kesadaran.
b. Jangan menekan masa tumor
Sel-sel tumor mudah sekali lepas dan via saluran limfe dan saluran darah
menyebar ke permukaan tumor. Oleh karena itu, jaringan sekitar tumor harus
diambil setebal mungkin. Tekanan pada masa tumor akan menyebabkan
pecahnya "kapsul' tumor, baik secara makroskopik maupun mikroskopik,
sehingga sel-sel tumor akan berhamburan ke lapangan operasi dan ini berarti
meninggalkan sisa tumor yang akan menjadi masa tumor baru (residif).
c. Jangan menarik-narik preparat
Tumor itu mudah robek, dengan tarikan-carikan yang ringan saja kadang-
kadang sudah terjadi robekan, baik makroskopik maupun mikroskopik,
sehingga timbul hubungan antara tumor dengan daerah luka operasi
(kontaminasi).
d. Jaringan sekitar tumor yang diikutsertakan dengan preparat yang diangkat
harus setebal mungkin. Walaupun makroskopik tampaknya tumor itu
batasnya tegas, tetapi jaringan sekitar tumor yang ikut diangkat harus setebal
mungkin, dua cm diluar daerah yang dianggap tidak mengandung tumor lagi,
sudah cukup aman untuk diambil sebagai patokan, kecuali untuk tumor-tumor
yang amat ganas, misalnya melanoma maligna. Untuk tumor-tumor jaringan
lunak di tungkai harus diangkat seluruh grup otot yang terkena (muscle group
atau compartmental excision). Jangan sekali-kali mempreparasi (mendiseksi)
secara tumpul, selalu harus secara tajam dengan pisau atau gunting. Cleavage
plain yang mudah dilepaskan harus dicurigai akan adanya kemungkinan
tertinggalnya sel-sel tumor. Jadi mencari cleavage plain seperti pada ekstirpasi
tumor jinak merupakan pantangan di dalam teknik operasi onkolog
e. Daerah kelenjar diangkat dalam satu preparat
Bila memungkinkan, seluruh jalan metastasis limfogen dari tumor primer ke
kelenjar regional harus diangkat seluruhnya dalam satu preparat (en block
dissection), misalnya pada mastektomi radikal, operasi komando pada tumor-
tumor kepala/leher. Bila tidak mungkin, misalnya tumor primer di telapak kaki
dan kelenjar regional di inguinal, maka setclah eksisi tumor primer dapat
ditunggu 10-14 hari sampai semua sel-sel tumor masuk ke kelenjar regional,
baru dilakukan diseksi radikal kelenjar-kelenjar regional tersebut.
f. Bekas biopsi atau bekas operasi sebelumnya yang tidak radikal atau bekas
pungsi jangan dibuka kembali atau diinsisi, pendeknya jangan disinggung-
singgung. Parut tersebut harus dianggap sebagai bagian dari tumor dan harus
diangkat dalam satu preparar dengan tumor pada waktu operasi definitif.
Kalau membuat biopsi, luka insisi itu harus ditutup rapat (hermetis), sebaiknya
dengan jahitan jelujur, kemudian diatasnya disemprotkan cairan penutup luka,
lalu ditutup dengan kain kasa yang dijahitkan ke kulit atau ditutup dengan
plastik khusus penutup kulit insisi. Arah insisi dari biopsi harus disesuaikan
dengan rencana insisi pada operasi definitif, artinya bekas biopsi tersebut
harus ikut terangkat waktu operasi definitif karena bekas biopsi itu penuh
dengan sel tumor
g. Permukaan tumor yang berulkus atau tempat-tempat dimana tumor telah
mencapai permukaan, harus ditutup secara hermetis atau dikoagulasi sampai
tidak ada sel tumor yang vital lagi yang bisa mengkontaminasi daerah operasi.
h. Permukaan lumen usus setelah reseksi, sebelum dilakukan anastomosis,
dibilas lebin dahulu dengan cairan pembunuh sel, melalui lumen usus bagian
distal (anus,misalnya). Cairan yang dipakai biasanya adalah Hgci2 atau
sublimat 1 : 500, tapi bila tumornya jenis adenokarsinoma, lebih baik dipakai
larutan Cetrimide 1%.
i. Daerah operasi apabila memungkinkan dibilas dengan cairan pembunuh
sel.
Tidak semua daerah operasi bisa dibilas dengan zat tersebut, misalnya pada
rongga peritoneum tidak boleh dikerjakan hal tersebut, karena absorpsi oleh
jaringan peritoneum itu terlampau besar, sehingga bisa terjadi keracunan,
sampai meninggal. Untuk rongga peritoneum/pleura dapat dipergunakan
larutan khemoterapi, tetapi dosisnya harus diperhitungkan sesuai dengan dosis
yang harus diterima pasien bila diberikan parenteral, tidak boleh berlebihan
karena absorpsi terjadi hampir 100%. Tertinggalnya sel-sel kanker di dalam
lapangan operasi bisa terjadi karena tekanan pada tumor, terpotongnya tumor,
terpotongnya pembuluh-pembuluh darah/limfe yang masih mengandung sel-
sel tumor. dan melalui alat-alat serta sarung tangan yang mungkin ditempeli
sel-sel kanker bersama-sama bekuan darah. Hal ini bisa dicegah atau dihindari
dengan jalan melakukan eksisi luas dan tidak melakukan
tekanan-tekanan/tarikan-tarikan yang hebat pada tumor. Adanya sel-sel kanker
yang bebas di dalam luka operasi itu bisa menyebabkan residif atau tidak,
menurut para pakar, bergantung kepada jumlah, jenis dan viability dari sel-sel
tersebut, juga bergantung kepada daya tahan tubuh penderita dan kecocokan
(suitability) dari luka yang telah terkontaminasi untuk bisa memberi suasana
pertumbuhan sel-sel tersebut. Suatu luka operasi agaknya dapat memberikan
suasana yang baik untuk pertumbuhan sel-sel tumor, jika ada banyak fibrin,
thrombus, thrombosit dan substrat jaringan. Untuk melenyapkan sama sekali
sel-sel tersebut tentu tidak mungkin, tetapi dengan pembilasan lapangan
operasi dengan bahan-bahan tersebut di bawah ini mungkin dapat membantu
mengurangi jumlah sel-sel tersebut:
i. Cetavlon(Cetrimide) 1 96 untuk karsinoma dan melanoma malignum
ii. Sublimat 1 : 500 untuk sarkoma
iii. Dapat juga dengan Na hypochlorit 0.35% freshly buffered to pH 8,9 -
9,0 untuk karsinoma.
iv. Untuk intra-peritoneal : mechloorethamine 1 mg% (nitrogen mustard)
atau larutan 5 FU atau Thio-TEPA.
j. Penyinarin pra dan pascabedah
kadang-kadang penyinaran prabedah itu diperlukan, yakni pada kasus- kasus
yang sebelumnya telah dilakukan tindakan-tindakan yang menyalahi prinsip-
prinsip onkologi, misalnya telah dilakukan biopsi dengan anestesia infiltrasi,
atau pada hal-hal dimana tidak bisa dipastikan apakah operasi yang akan
dilakukan itu bisa mengangkat seluruh tumornya akibat tindakan yang salah
sebelumnya (misalnya tidak radikal). Juga terhadap tumor-tumor yang
ukurannya terlalu besar untuk bisa dilakukan eksisi secara radikal, dapat
dilakukan penyinaran prabedah. Penyinaran pascabedah maksudnya disini
pada hal-hal di mana pada waktu operasi terjadi kontak antara jaringan tumor
dengan daerah operasi, misalnya terjadi robekan pada tumor waktu diangkat,
atau pada hal-hal dimana hasil pemeriksaan histopatologi pada preparat
ternyata ada keragu-raguan apakah ada kontak atau tidak antara tumor dan
daerah operasinya, misalnya terdapat gumpalan-gumpalan tumor pada bekuan-
bekuan darah di dalam preparat histopatologi. Walaupun menurut pendapat
sekarang kegagalan pengobatan kanker bisa disebabkan olch adanya fokus-
fokus sistemik (metastasis jauh). tapi sebagian lagi kegagalan itu dimulai dari
kegagalan lokal (residif lokal),lagipula residif lokal itu mengganggu kualitas
hidup penderita, sehingga bila dengan prinsip-prinsip di atas dapat dicegah
residif lokal, terapi telah berhasil pada sebagian besar penderita, terutama yang
masih belum ada fokus-fokus di tempat lain.

Anda mungkin juga menyukai