d. Filsafat Kontemporer
Dapat juga disebut filsafat postmodernisme (setelah modern) di mulai sejak abad
ke 20 hingga sekarang ini (abad 21). Filsuf pada zaman ini melahirkan paham-
paham baru, diantaranya Fenomenologi, Filsafat perempuan atau Feminisme,
filsafat hidup atau eksistensialisme dan paham-paham lainnya. Pada abad ini pula,
para filsuf kemudian mengkhususkan diri pada obyek kajian filsafat tertentu. Di sisi
lain, para filsuf tersebut mengumumkan atau mengeneralisasi gerakan mereka ke
dalam bentuk komunitas tertentu. Perbedaan paling mencolok pada filsafat zaman
kita ini adalah banyaknya beredar jurnal filsafat (kumpulan beberapa tulisan oleh
penulis berbeda). Para filsuf zaman ini di antaranya; Edmun Husserls, Henri
Bergson, Ernst Cassirer, Bertrand Russell, Thomas Kuhn, Martin Heidegger, Jean
Paul Sartre, Jurgen Habermas dan lainnya.
Pada pertengahan abad ke 20 ilmu pengetahuan positif berkembang pesat di
Eropa dan Amerika. Salah satu metode kritis yang berkembang pada waktu itu yaitu
munculnya filsafat fenomenologi sebagai sumber berpikir kritis. Fenomenologi
adalah metode yang diperkembangkan oleh Edmund Husserl berdasarkan ide-ide
gurunya Franz Brentano. Menurut Husserl bahwa objek harus diberi kesempatan
untuk berbicara, yaitu dengan cara deskripsi fenomenologi yang didukung oleh
metode deduktif, tujuannya adalah untuk melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif.
Sedangkan metode deduktif mengkhayalkan fenomena berbeda, sehingga akan
terlihat batas invariable dalam situasi yang berbeda.
Filsafat Dewasa Ini atau Filsafat Abad ke-20 juga disebut Filsafat Kontemporer
yang merupakan ciri khas pemikiran filsafat adalah desentralisasi manusia. Karena
pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan perhatian yang khusus kepada bidang
bahasa dan etika sosial. Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah: arti
kata-kata dan arti pernyataan-pernyataan. Masalah ini muncul karena bahwa realitas
sekarang ini banyak bermunculan berbagai istilah, di mana cara pemakaiannya
sering tidak dipikirkan secara mendalam, sehingga menimbulkan tafsir yang
berbeda-beda (bermakna ganda). Maka timbullah filsafat analitika, yang di dalamnya
membahas tentang cara berpikir untuk mengatur pema-kaian kata-kata/istilah-istilah
yang menimbulkan kerancuan, dan sekaligus dapat menunjukkan bahaya-bahaya
yang terdapat di dalamnya. Oleh karena bahasa sebagai obyek terpenting dalam
pemikiran filsafat, maka para ahli pikir menyebut sebagai: logo-sentris.
2. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang pengertian: “Filsafat adalah Berpikir
tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada”!
Bahwa pengertian ini memberikan maksud bahwa tujuan berfilsafat adalah berfikir
secara mendalam sampai kepada hakikat yakni segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada. Hakikat adalah realitas; realita adalah ke-real-an, Real artinya
kenyataan yang sebenarnya. Jadi, hakikat yang dimaksud adalah kenyataan
sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga
bukan kenyataan yang berubah.
3. Jelaskan corak pemikiran Filsafat Islam? Serta sebutkan salah satu tokoh dari
tradisi filsafat Islam yang anda ketahui!
Bahwa corak pemikiran Filsafat Islam, maksudnya bukan berarti filsafat tentang
islam akan tetapi filsafat yang bercorak Islami. Dengan demikian, Filsafat Islam
adalah berpikir secara bebas, radikal, dan sistematis tentang Tuhan, kehidupan
(manusia), dan alam semesta yang berada pada taraf makna, yang mempunyai
sifat, corak dan karakter yang dapat memberikan keselamatan dan kedamaian hati
yang tetap berlandaskan dan berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits. Dengan
demikian, Filsafat Islam tidak netral, melainkan memiliki keberpihakan (komitmen)
kepada keselamatan dan kedamaian. Munculnya Filsafat Islami juga untuk
membuktikan kebenaran wahyu sebagai hukum Allah dan ketidakmampuan akal
untuk memahami Allah sepenuhnya, juga untuk menegaskan bahwa wahyu tidak
bertentangan dengan akal. Salah satu tokoh dari tradisi filsafat Islam yang saya
ketahui adalah Al-Kindi.
4. Sebutkan ciri-ciri berfikir filsafat, serta berikan penjelasannya masing-masing
secara singkat!
a. Radikal, maksudnya berfikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya,
sampai kepada hakikat, esensi, atau substansi yang difikirkan. Semisal
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan jawaban-jawaban yang diberikan
bersifat secara radikal.
b. Universal, maksudnya berfikir tentang hal-hal serta proses-proses yang
bersifat umum, dalam arti tidak memikirkan hal-hal yang parsial/khusus dan
berkaitan dengan mengenai semua orang. Semisal pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan dan jawaban-jawaban yang diberikan bersifat secara universal
bagi semua orang.
c. Rasional, maksudnya berfikir dengan mendasarkan pada kaidah berfikir yang
benar dan logis/masuk akal (sesuai dengan kaidah logika).
d. Sistematis, maksudnya berfikir dalam suatu keterkaitan antar unsur-unsur
dalam suatu keseluruhan yang saling berhubungan dan bersifat koheren
(runtut) sehingga tersusun suatu pola pemikiran Filsufis. Semisal pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dan jawaban-jawaban yang diberikan bersifat
secara sistematis.
e. Komprehensif, maksudnya berfikir tentang sesuatu dari berbagai sudut
(multidimensi) dan pemikiran yang luas secara menyeluruh karena tidak
membatasi diri dan tidak hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu.
Semisal pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan jawaban-jawaban yang
diberikan bersifat secara komprehensif.
f. Spekulatif, maksudnya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi
pemikiran selanjutnya. Hasil pemikiran berfilsafat selalu dimaksudkan
sebagai dasar untuk menelusuri bidang-bidang pengetahuan yang baru.
g. Bebas, maksudnya berfikir dengan Sampai batas-batas yang luas
makasetiap filsafat boleh dikatakan merupakan suatu hasil dari pemikiran
yang bebas. Bebas dari segala prasangka sosial, historis, kultural ataupun
religius.
5. Filsafat Abad Modern ditandai dengan lahirnya beberapa aliran filsafat, antara
lain: rasionalisme dan empirisme. A). Aliran rasionalisme mengajarkan bahwa:
Pengetahuan berasal dari akal budi. B). Aliran empirisme mengajarkan bahwa:
Pengetahuan berasal dari pengalaman indra, jelaskan maksud kedua pernyataan
tersebut!
a. Aliran rasionalisme mengajarkan bahwa: Pengetahuan berasal dari akal budi,
maksudnya akal budi/sehat adalah alat terpenting untuk memperoleh
pengetahuan dan menetes pengetahuan. Rasionalisme mengajarkan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan dengan cara berpikir. Alat dalam berpikir itu
adalah kaidah-kaidah logis atau aturan-aturan logika. Menurut Ahmad Tafsir,
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh
pengetahuan. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan
memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan
tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenaran, adalah semata-mata
dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang
belum jelas dan kacau. Bahan ini kemudian dipertimbangkan oleh akal dalam
pengalaman berpikir. Akal mengatur bahan itu sehingga dapatlah terbentuk
pengetahuan yang benar. Akal dapat bekerja dengan bantuan indera, tetapi
akal juga dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan
inderawi sama sekali, jadi, akal dapat menghasilkan pengetahuan tentang
objek yang betul-betul abstrak.
b. Aliran empirisme mengajarkan bahwa: Pengetahuan berasal dari pengalaman
indra, maksudnya menurut Sudaryanto, Empirisme berpendirian bahwa
semua pengetahuan diperoleh melalui indra. Indra memperoleh kesan-kesan
nyata. Kemudian, kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia
sehingga menjadi pengalaman. Pengetahuan yang berupa pengalaman terdiri
atas penyusunan dan pengaturan kesan-kesan yang bermacam-macam. Dari
segi hakikat pengetahuan empirisme berpendirian bahwa pengetahuan
berupa pengalaman.
6. Tiga cabang utama filsafat adalah ontologi, epistemologi dan aksiologi. Jelaskan
dan berikan contoh ketiga cabang utama filsafat tersebut!
a. Ontologi
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On/ Ontos= being yang berarti
ada/wujud dan Logos = logic yang berarti ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang
ada/hakekat kenyataan berupa pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu.
Menurut istilah, ontologi ialah ilrnu yang mernbahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasrnani/konkret rnaupun
rohani/abstrak. Aspek Ontologi menguak beberapa hal, diantaranya: a) Obyek apa
yang telah ditelaah ilmu?, b) Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?, c)
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?, d) Bagaimana
proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?.
Ahmad Tafsir mencontohkan tentang hakikat makna demokrasi dan
fatamorgana. Pada hakikatnya pemerintahan demokratis menghargai pendapat
rakyat. Mungkin orang pernah menyaksikan pemerintahan itu melakukan tindakau
sewenang-wenang, tidak menghargai pendapat rakyat. Itu hanyalah keadaan
sementara, bukan hakiki, yang hakiki pemerintahan itu demokratis. Tentang hakikat
fatamorgana dicontohkan, kita melihat suatu objek fatamorgana. Apakah real atau
tidak? Tidak, fatamorgana itu bukan hakikat, hakikat fatamorgana itu ialah tidak ada.
b. Epistemologi
Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang membicarakan tentang asal
muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.
Secara etimologis, istilah epistemologi berasal dari dua kata, yaitu episteme
(pengetahuan) dan logos (kata, pikiran, percakapan, teori, atau ilmu). Jadi,
epistemologi berarti kata, percakapan atau teori tentang pengetahuan atau ilmu
pengetahuan. Oleh sebab itu rangkaian pertanyaan yang biasa diajukan untuk
mendalami permasalahan yang dipersoalkan di dalam epistemologi adalah sebagai
befikut: Apakah pengetahuan itu? Apakah yang menjadi sumber dan dasar
pengetahuan Apakah pengetahuan itu berasal dari pengamatan, pengalaman, atau
akal budi? Apakah pengetahuan itu adalah kebenaran yang pasti ataukah hanya
merupakan dugaan?.
Sebagai contoh, bangsa Indonesia mempunyai pengetahuan bahwa runtuhnya
kerajaan Majapahit pada tahun 1478. Bangsa Indonesiaa tidak dapat membuktikan
secara langsung dari isi pengetahuan itu melainkan hanya dapat menghubungkan
dengan proposisi yang terdahulu, baik dalam buku atau peninggalan sejarah.
c. Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai, khususnya etika dan estetika. Jadi,
aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya
dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia
kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya dan dijalan yang baik pula karena akhir-akhir ini banyak sekali yang
mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak benar.
Pertanyaan yang muncul dalam aksiologi: apa yang dinamakan nilai? apa yang
menyebabkan bahwa sesuatu objek bernilai?.
Sebagai contoh, ketika kita berteman tentunya harus pilih-pilih, apakah teman itu
dapat membawa kita kepada hal yang positif atau justru malah sebaliknya.
7. Filsafat, Ilmu dan Agama menjadi ciri pemikiran dalam tradisi Helenisme dan
filsafat abad pertengahan, bagaimana korelasi antara filsafat, ilmu dan agama,
jelaskan!
Antara filsafat, ilmu dan agama memiliki tujuan yang sama, yaitu mencari
kebenaran. Dari aspek sumber, filsafat dan ilmu memiliki sumber yang sama, yaitu
akal atau rasio. Karena akal manusia terbatas, yang tak mampu menjelajah wilayah
yang metafisik, maka kebenaran filsafat dan ilmu dianggap relatif/nisbi. Sementara
agama bersumber dari wahyu, yang kebenarannya dianggap absolut/mutlak. Dari
aspek objek, filsafat memiliki objek kajian yang lebih luas dari ilmu. Jika ilmu hanya
menjangkau wilayah fisik (alam dan manusia), maka filsafat menjangkau wilayah
yang fisik maupun yang metafisik (Tuhan, alam dan manusia). Tetapi jangkauan
wilayah metafisik filsafat (sesuai wataknya yang rasional-spekulatif) membuatnya
tidak bisa disebut absolut kebenarannya. Sementara agama dengan ajaran-
ajarannya yang terkandung dalam kitab suci Tuhan, diyakini sebagai memiliki
kebenaran mutlak. Pada umumnya agama dimulai dari sikap percaya (iman), tetapi
kadang-kadang juga dimulai dari keraguan sebagaimana dalam filsafat dan ilmu.
Ilmu, filsafat dan agama memiliki keterkaitan dan saling menunjang bagi manusia.
Keterkaitan itu terletak pada tiga potensi utama yang diberikan oleh Tuhan kepada
manusia, yaitu akal, budi dan rasa serta keyakinan. Melalui ketiga potensi tersebut
manusia akan memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya.
8. Sebagai mahasiswa Prodi. PAI, apa manfaat yang sudah anda peroleh ketika
mempelajari filsafat? Serta bagaimana relevansi dan aplikasinya terhadap disiplin
keilmuan yang anda pelajari (PAI)?
a. Filsafat mengajarkan saya untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi/
dari berbagai sudut pandang. Relevansi dan aplikasinya misalnya pada saat
sesi diskusi, saya harus menerima berbagai pendapat dapat berupa opini,
saran, bahkan kritik, meskipun pendapat diri sendiri/kelompok yang
disampaikan dirasa benar.
b. Filsafat membuka cakrawala berfikir yang baru dan lebih kritis terhadap
apapun, misalnya informasi/pembelajaran yang diterima seusai pembelajaran
dari dosen. Relevansi dan aplikasinya adalah saya tidak hanya menerima
mentah-mentah saja informasi/pembelajaran, tetapi saya mengecek nya
kembali dengan mencari validitas kebenaran informasi/pembelajaran dari
berbagai sumber misalnya dari internet.
c. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk lebih mengerti dan lebih memahami
tentang diri sendiri ataupun kepada sesama manusia, bahkan kepada alam
semesta ini. Relevansi dan aplikasinya adalah misalnya pada saat sesi
diskusi, yang harus toleransi terhadap pendapat orang lain.
d. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka. Relevansi dan
aplikasinya adalah saya mencontoh metode para filsuf dalam mempelajari
suatu bidang keilmuan.
e. Filsafat membantu saya untuk dapat berpikir dengan lebih rasional,
menjadikan pribadi yang lebih bertanggung jawab. Relevansi dan aplikasinya
adalah misalnya pada saat sesi diskusi saya sebagai pemateri, ketika ada
sesi tanya jawab, saya menjawab pertanyaan dengan jawaban yang rasional,
dalam artian tidak ngawur tidak asal jawab saja, jelas sumbernya.