Anda di halaman 1dari 11

PROSES ESTERIFIKASI & TRANSESTERIFIKASI

Anisa Agustina Simamora1 , Pinta Diany Angel Cristy2


Program Studi Teknik Kimia, Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan

ABSTRAK

Reaksi esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester
dengan mengkonversi asam lemak bebas yang terkandung di dalam trigliserida menjadi metil ester dan hasil
samping dari reaksi ini terbentuk air. Hasil samping berupa air tersebut dapat diatasi dengan menggunakan
metanol berlebih, air yang terbentuk akan larut dalam metanol dan tidak menghambat proses reaksi. Reaksi
transesterifikasi pada dasarnya merupakan reaksi esterifikasi dengan mengganti alkohol R'-OH dengan jenis
alkohol lain R"-OH. Reaksi dapat berlangsung dengan adanya asam mineral seperti H2SO4atau HCl. Reaksi
Transesterifikasi merupakan reaksi dapat balik hingga alkohol R"-OH harus dalam keadaan berlebihan untuk
memaksimalkan prouk R-COOR". Dalam percobaan ini dilakukan analisa untuk mendapatkan % rendemen
perolehan metanol sebenarnya dari hasil pencucian yang dilakukan dengan mencampurkan metanol sebanyak
50 mL dan pelet KOH sebanyak 1 gr lalu dilarutkan. Kemudian dipisahkan dengan menggunakan corong pisah
lalu dilakukan pencucian minyak nabati (minyak kelapa sawit) dengan campuran metanol dan KOH sebanyak 3
kali pencucian lalu diuapkan kadar airnya dengan oven selama 1 malam. Hasil % rendemen yang diperoleh
adalah sebesar 95%. Jika dibandingkan dengan SNI yang ada yaitu SNI Syarat Mutu Biodiesel SNI 7182 : 2015
yaitu sebesar 96,5 % sehingga kadar % rendemen yang dihasilkan memenuhi standar. Adapun faktor yang
mempengaruhi proses esterifikasi dan transesterifikasi adalah waktu reaksi, katalisator, temperatur, konsentrasi
dan pengadukan.

Kata Kunci : Esterifikasi, Transesterifikasi, Minyak Nabati, Reaksi, Metil Ester


PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi sumber daya energi terbarukan (Renewable Energy) terus mengalami
kemajuan. Salah satu di antaranya adalah pengembangan biodiesel, yaitu bahan bakar untuk mensin diesel yang
dihasilkan dari sumber daya hayati yang justru banyak terdapat di daerah tropis seperti Indonesia. Bahan baku
(Feed Stock )biodiesel terus mengalami perkembangan melalui berbagai eksperimen di seluruh dunia. Dari
awalnya berbasis tumbukan kanola (Rapeseed) kemudian dikembangkan pembuatannya dari kelapa sawit,
pohon jarak, sampai minyak jelantah (Used Vegetable Oil). Maka untuk mengantisipasi makin meningkatnya
harga serta permintaan akan minyak solar / ADO (Automotive Diesel Oil), yang penting untuk mengkaji
pengembangan biodiesel berbahan baku minyak jelantah sebagai alternatif pengganti solar. Reaksi
transesterfifikasi banyak dikenal secara komersial dalam reaksi organik industri. Dalam reaksi ini, suatu ester
dikonversi menjadi ester lain dengan mempertukarkan gugus asam atau gugus alkoholik. Apabila
transesterifikasi mempertukarkan gugus alkaholik, maka disebut reaksi alkoholisis. Dalam alkoholisis, alkohol
diberikan berlebih untuk memperoleh yield yang tinggi dari ester yang diinginkan. Akhir-akhir ini, produksi
alkil ester, secara khusus metil ester, dari minyak tumbuhan (seperti minyak kelapa sawit, minyak jarak pagar)
menjadi sangat populer dalam proses pembuatan biodiesel dari bahan baku terbarukan. Reaksi transesterifikasi
merupakan reaksi kesetimbangan yang biasanya dilakukan secara sederhana dengan mencampurkan reaktan-
reaktan. Reaksi ini berjalan sangat lambat sehingga diperlukan katalis untuk mempercepat reaksi agar dapat
digunakan secara komersial. Penggunaan katalis hanya mempercepat terjadinya kesetimbangan tetapi tidak
dapat menggeser posisi kesetimbangan. Asam kuat dan basa kuat banyak digunakan sebagai katalis. Untuk
meningkatkan konversi reaksi, perlu diperhatikan beberapa aspek seperti perubahan konsentrasi pereaksi
maupun hasil reaksi, volume, tekanan dan temperatur. Metode pembuatan biodiesel (metil ester asam lemak)
berkualitas tinggi dari minyak menggunakan dua tahap transesterifikasi, meliputi langkah-langkah : esterifikasi
asam lemak bebas menggunakan metanol dan asam sulfat; memisahkan lapisan bawah (minyak dan metil ester)
dan lapisan atas (metanol sisa dan asam sulfat) pada akhir proses esterifikasi; transesterifikasi minyak hasil
esterifikasi dengan reaksi alkoholisis tahap pertama menggunakan metanol dan katalis alkali pada temperatur
300oC selama 10 menit, untuk membentuk produk mentah biodiesel pertama dan gliserol; memisahkan gliserol
dari produk mentah biodiesel pertama; transesterifikasi produk mentah biodisesl pertama dengan reaksi
alkoholisis tahap kedua tanpa penambahan metanol dan katalis alkali pada temperatur 300Oc selama 10 menit,
untuk membentuk produk biodiesel kedua; memisahkan gliserol dari produk mentah biodiesel kedua; mencuci
produk mentah biodiesel kedua dengan air sebanyak tiga kali; dan memisahkan biodiesel pada lapisan atas dan
air pencuci pada lapisan bawah.
(Jenny Tarigan & Dimas Frananta Simatupang. 2020)
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan
mengkonversi asam lemak bebas yang terkandung di dalam trigliserida menjadi metil ester dan hasil
samping dari reaksi ini terbentuk air. Hasil samping berupa air tersebut dapat diatasi dengan menggunakan
metanol berlebih, air yang terbentuk akan larut dalam metanol dan tidak menghambat proses reaksi. Selain itu,
metanol juga dapat menghambat laju hidrolisis dalam suasana basa karena metanol dalam bentuk ion
metoksida bereaksi dengan trigliserida menghasilkan metil ester. Transesterifikasi merupakan metode yang
saat ini paling umum digunakan untuk memproduksi biodiesel dari minyak nabati. Pada dasarnya proses
transesterifikasi ini bertujuan untuk mengubah (tri, di, mono) gliserida yang mendominasi komposisi minyak
kelapa sawit dan berviskositas tinggi menjadi metil ester asam lemak dimana metanol atau etanol menggantikan
gliserin. Faktor utama yang mempengaruhi rendemen metil ester yang dihasilkan pada reaksi
transesterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis katalis yang digunakan, suhu
reaksi, waktu reaksi, kandungan air dan kandungan asam lemak bebas pada bahan baku yang dapat
menghambat reaksi.
(Nita Suleman, dkk. 2019)

Reaksi transesterifikasi pada dasarnya merupakan reaksi esterifikasi dengan mengganti alkohol R'-OH dengan
jenis alkohol lain R"-OH. Reaksi dapat berlangsung dengan adanya asam mineral seperti H 2SO4atau HCl.
Reaksi Transesterifikasi merupakan reaksi dapat balik hingga alkohol R"-OH harus dalam keadaan berlebihan
untuk memaksimalkan prouk R-COOR". Faktor-faktor yang mempengaruhi esterifikasi adalah : Waktu Reaksi
(makin lama waktu reaksi, makin besar konversi reaksi, ini disebabkan kesempatan zatzat pereaksi untuk
saling bertumbukan makin besar. Tetapi apabila konversi tidak berubah, waktu reaksi tidak menguntungkan.
,Temperatur (Semakin tinggi temperatur (sampai pada batas tertentu), makin cepat jalannya reaksi. Pengaruh
temperatur terhadap kecepatan reaksi dipengaruhi oleh katalisator yang digunakan), Katalisator (Makin
kecil tenaga aktivasi, konstanta kecepatan reaksi makin besar. Tenaga aktivasi dapat diperkecil dengan
mengaktifkan reaktan, yaitu dengan cara menambah katalisator, sehingga menyebabkan tumbukan antara zat-
zat pereaksi makin besar. Katalisator yang digunakan bisa berupa asam, atau basa), Pengadukan (Agar reaksi
dapat berjalan dengan baik, diperlukan pencampuran sebaik-baiknya, yakni dengan cara
pengadukan agar menaikkan frekuensi tumbukan sehingga kecepatan reaksi akan bertambah besar. Frekuensi
tumbukan yang semakin besar menyebabkan konstanta kecepatan reaksi makin besar pula), Konsentrasi
(kecepatan reaksi sebanding dengan besarnya konsentrasi reaktan. Bila konsentrasi zat pereaksi diperbesar,
maka kecepatan reaksi akan meningkat. Jumlah molekul yang bertumbukan akan bertambah, apabila zat
pereaksi yang digunakan semakin murni, sehingga mempercepat terjadinya reaksi).

(www.wikipedia.com)

METODE PERCOBAAN

Percobaan Penentuan Kadar Beta Karoten ini dilakukan di Labolatorium Oleokimia I tepatnya di
kampus Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Jalan Menteng VII Medan. Praktikum yang akan
dilakukan adalah proses transesterifikasi minyak nabati dengan menggunakan metanol dan pelet KOH sebagai
katalis.
Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang diguankan dalm praktikum ini yaitu, Magnetic stirrer, Bar stirrer Beaker glass ,
Kaca Arloji, Spatula, Gelas Ukur, Corong Pisah, Thermometer, Neraca digital, Corong Kaca, Penangas air
dan Oven. Bahan yang digunakan yaitu Minyak nabati , Pelet KOH, Metanol, Aquadest panas dan Vaselin.

Prosedur Kerja
Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu. Metanol diukur sebanyak 50 mL
dengan menggunakan gelas ukur lalu ditutup dengan aluminium foil (pengukuran dilakukan di ruang asam) .
Kemudian KOH pelet ditimbang seberat 1 gram pada kaca arloji menggunakan neraca digital. Lalu, minyak
nabati(minyak kelapa sawit) diukur sebanyak 100 mL pada gelas ukur. Selanjutnya magnetic stirrer
dihubungkan ke sumber arus dan ditekan saklar ke posisi ON.
Prosedur Melarutkan KOH pada Metanol

Beaker glass diletakkan diatas magnetic stirrer kemudian masukkan metanol yang telah diukur sebayak 50 mL
kedalam beaker glass, selanjutnya pelet KOH yang telah ditimbang juga dimasukkan kedalam beaker glass
yang telah berisi metanol pada magnetic stirrer. Kemudian bar stirrer dimasukkan kedalam beaker glass,
selanjutnya tombol pada stirrer diputar untuk menghidupkan magnetic strirrer. Proses pencampuran ini
dilakukan sampai KOH dan metanol tercampur homogen. Kemudian bar stirrer dikeluarkan. Campuran
metanol dan KOH dimasukkan kedalam corong pisah dan diolesi dengan vaseline kemudian corong pisah
ditutup. Kemudian alat dirangkai dan termometer dipasang pada rangkaian alat, selanjutnya minyak nabati
(minyak kelapa sawit) yang telah diukur sebanyak 100 mL dimasukkan kedalam beaker glass bekas campuran
metanol dan KOH.Kemudian bar stirrer dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi minyak nabati (minyak
kelapa sawit). Selanjutnya magnetic stirrer dinyalakan, proses pemanasan dilakukan pada suhu 55-60 ºC, suhu
pemanasan dapat diukur dengan menggunakan termometer. Setelah mencapai suhu optimum yaitu 55-60 ºC
maka minyak nabati(minyak kelapa sawit) ditetesi dengan campuran metanol dan KOH sampai campuran
tersebut habis sambil pemanasan dan pengadukan dengan bar stirrer tetap dilakukan. Kemudian campuran
tersebut dimasukkan kedalam corong pisah dan dibiarkan selama satu malam. Setelah satu malam maka pada
campuran akan terbentuk dua lapisan. Lapisan atas adalah lapisan alkil ester / metil ester dan lapisan bawah
adalah sabun hasil reaksi gliserol dan sisa metanol yang tidak bereaksi. Kemudian lapisan bawah kita buang
dari campuran.
Pencucian Metil Ester

Pencucian metil ester dilakukan dengan mencucinya dengan aquadest panas. Aquadest dipanaskan
sampai suhu 70 ºC sebanyak 100 mL pada gelas ukur. Pencucian dilakukan untuk menetralkan pH biodiesel /
metil ester dan melarutkan sisa-sisa gliserol / sabun yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi. Kemudian
aquadest sebanyak 100 mL dimasukkan kedalam corong pisah. Selanjutnya corong pisah ditutup kemudian
dicuci dengan cara digojog agar metil ester yang dihasilkan tercuci oleh aquadest panas. Kemudian campuran
ini didiamkan sampai terbentuk 3 lapisan. Lapisan kedua dan ketiga dibuang dan menyisakan lapisan pertama
palinga atas dalam corong pisah. Lapisan paling atas ini adalah metil ester yang sebenarnya. Kemudian
prosedur pencucian yang sama dilakukan sebanyak 3 kali untuk memperoleh metil ester yang lebih murni.
Kemudian metil ester yang telah dicuci sebanyak 3 kali ditampung di dalam beaker glass yang bersih dan
kering. Selanjutnya metil ester ini diuapkan kadar air nya di dalam oven pada suhu 110-115 ºC selama 1
malam. Kemudian volume dari metil ester yang dihasilkan diukur hal ini bertujuan untuk mengetahui persen
rendemen yang dihasilkan.

GAMBAR RANGKAIAN

5
4

3
Keterangan Gambar :

1 = Corong Pisah

2= Thermometer

3 = Magnetic Stirrer

4 = Beaker Glass

5 = Statif dan Klem

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Pengamatan

TABEL DATA PENGAMATAN PROSES ESTERIFIKASI DAN TRANSESTERIFIKASI

Sampel Volume sampel Volume Metil Ester

Minyak Kelapa Sawit 100 ml 95 ml


PENGAMATAN
Pada percobaan ini dilakukan, larutan akan membentuk lapisan seperti berikut yaitu :
1. Sampel Minyak Nabati + Metanol  Terbentuk 2 lapisan : 1. Lapisan Atas : Berwarna Kuning

(Lapisan Alkil / Metil Ester)


2. Lapisan Bawah : Berwarna Kuning Pekat
(Lapisan sabun dan gliserol yang tidak
bereaksi)
2. Larutan Metil Ester + Aquadest Panas  Terbentuk 3 Lapisan : 1. Lapisan Atas : Berwarna Kuning Pucat
2. Lapisan Tengah : Berwarna Keruh

3. Lapisan Bawah : Berwarna Pucat

Perhitungan

Menghitung % rendemen

Dik: Volume Metil Ester : 95 ml

Voluem sampel : 100 ml

Dit: % Rendemen = ?

Jwb:
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟
% Rendemen = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 x 100%
95 𝑚𝑙
= 100 𝑚𝑙 x 100 %

= 95%

Reaksi

R1 - C - OCH2 CH2 – OH O
O
CH2 – OH + 3R-C- OCH3
R2 - C - OCH + 3CH3OH
O CH2 – OH

R3 - C - OCH2

(Trigliserida) (Metanol) (Gliserol) (Metil Ester)

PEMBAHASAN

Reaksi esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester
dengan mengkonversi asam lemak bebas yang terkandung di dalam trigliserida menjadi metil ester dan
hasil samping dari reaksi ini terbentuk air. Hasil samping berupa air tersebut dapat diatasi dengan
menggunakan metanol berlebih, air yang terbentuk akan larut dalam metanol dan tidak menghambat proses
reaksi. Selain itu, metanol juga dapat menghambat laju hidrolisis dalam suasana basa karena metanol dalam
bentuk ion metoksida bereaksi dengan trigliserida menghasilkan metil ester. Transesterifikasi merupakan
metode yang saat ini paling umum digunakan untuk memproduksi biodiesel dari minyak nabati. Pada
dasarnya proses transesterifikasi ini bertujuan untuk mengubah (tri, di, mono) gliserida yang mendominasi
komposisi minyak kelapa sawit dan berviskositas tinggi menjadi metil ester asam lemak dimana metanol atau
etanol menggantikan gliserin. Reaksi transesterifikasi pada dasarnya merupakan reaksi esterifikasi dengan
mengganti alkohol R'-OH dengan jenis alkohol lain R"-OH. Reaksi dapat berlangsung dengan adanya asam
mineral seperti H2SO4atau HCl. Reaksi Transesterifikasi merupakan reaksi dapat balik hingga alkohol R"-OH
harus dalam keadaan berlebihan untuk memaksimalkan prouk R-COOR". Faktor-faktor yang mempengaruhi
esterifikasi adalah : Waktu Reaksi (makin lama waktu reaksi, makin besar konversi reaksi, ini disebabkan
kesempatan zat-zat pereaksi untuk saling bertumbukan makin besar. Tetapi apabila konversi tidak berubah,
waktu reaksi tidak menguntungkan. ,Temperatur (Semakin tinggi temperatur (sampai pada batas tertentu),
makin cepat jalannya reaksi. Pengaruh temperatur terhadap kecepatan reaksi dipengaruhi oleh katalisator yang
digunakan), Katalisator (Makin kecil tenaga aktivasi, konstanta kecepatan reaksi makin besar. Tenaga aktivasi
dapat diperkecil dengan mengaktifkan reaktan, yaitu dengan cara menambah katalisator, sehingga
menyebabkan tumbukan antara zat-zat pereaksi makin besar. Katalisator yang digunakan bisa berupa asam,
atau basa), Pengadukan (Agar reaksi dapat berjalan dengan baik, diperlukan pencampuran sebaik-baiknya,
yakni dengan cara pengadukan agar menaikkan frekuensi tumbukan sehingga kecepatan reaksi akan
bertambah besar. Frekuensi tumbukan yang semakin besar menyebabkan konstanta kecepatan reaksi makin
besar pula), Konsentrasi (kecepatan reaksi sebanding dengan besarnya konsentrasi reaktan. Bila konsentrasi
zat pereaksi diperbesar, maka kecepatan reaksi akan meningkat. Jumlah molekul yang bertumbukan akan
bertambah, apabila zat pereaksi yang digunakan semakin murni, sehingga mempercepat terjadinya reaksi).
Transesterifikasi adalah reaksi pemebentukan alkil ester dari trigliserida dan alkohol menggunakan katalis
asam atau basa. Transesterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dan gliserol dari trigliserin
(lemak/minyak) dengan bio-alkohol (methanol atau ethanol). Transesterifikasi merupakan tipe reaksi
kesetimbangan (reversibel), di mana penambahan katalis (katalis kimia) dapat mempercepat tercapainya
keadaan kesetimbangan tersebut.Sedangkan esterifikasi adalah reaksi pembentukan alkil ester dari asam
lemak bebas dengan menggunakan katalis basa. Minyak nabati yang merupakan salah satu jenis bahan
baku yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pengolahan biofuel, umumnya berasal dari minyak jarak
dan kelapa sawit. Pada proses pengolahan biofuel, umumnya digunakan bahan kimia (katalis) pada tahap
reaksi esterifikasi dan transesterifikasi untuk mempercepat pembentukan metil ester, guna menghasilkan
rendemen dalam jumlah besar dengan mutu yang baik. Pengolahan biofuel menggunakan metode esterifikasi
dan transesterifikasi, yaitu reaksi trigliserida dalam minyak nabati atau hewani dengan media alkohol dan katalis
basa/asam, kemudian menghasilkan ester asam lemak yang memiliki rantai pendek dan gliserol sebagai produk
samping. Ester asam lemak (biofuel) adalah produk potensial pengganti bahan bakar minyak diesel.Metil ester
merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari asam lemak dengan metanol. Metil
ester adalah transesterifikasi yang merupakan reaksi antara trigliserida (lemak atau minyak) dengan metanol
untuk menghasilkan metil ester dan gliserol. Metil ester dapat diperoleh dari hasil pengolahan bermacam-
macam minyak nabati. Dalam hal ini dilakukan percobaan dengan menggunakan metanol dan pelet KOH
sebagai katalis serta menggunakan minyak nabati (minyak kelapa sawit) sebagai sampel. Metanol yang
digunakan adalah sebanyak 50 mL dengan mengukurnya pada gelas ukur 50 mL yang dimana pengerjaannya
tersebut dilakukan di ruang asam. Setelah diukur 50 mL maka mulut gelas ukur ditutup dengan menggunakan
aluminium foil agar tidak menguap ke udara. Kemudian KOH pelet ditimbang diatas neraca digital dengan
menggunakan kaca arlohi dan spatula sebanyak 1 gr dan hasil penimbangan yang didapatkan adalah sebanyak
1,02 g. Lalu, minyak nabati (minyak kelapa sawit) disiapkan sebanyak 100 mL dalam gelas ukur 100 mL
dengan menggunakan corong kaca. Magnetic stirrer dihubungkan ke sumber arus dan trkan saklar ke posisi
ON. Memasuki prosedur melarutkan KOH dalam Metanol dengan langkah pertama yaitu meletakkan beaker
glass pada magnetic stirrer lalu metanol yang 50 mL tadi dituangkan ke dalam beaker glass 50 mL lalu KOH
pelet yang ditimbang tadi juga dimasukkan ke dalam KOH pelet. Setelah metanol dan KOH pelet masuk ke
beaker glass, kemudian bar stirrer dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi metanol dan KOH
pelet. Metanol dan KOH pelet diaduk hingga larut (tercampur homogen). Setelah homogen lalu bar stirrer
dikeluarkan dari campuran larutan kemudian campuran dimasukkan ke dalam corong pisah dengan
menggunakan corong kaca. Mulut corong pisah diolesi vaseline dan kemudian ditutup. Kemudian alat
dirangkai dan minyak diletakkan di atas magnetic stirrer beserta bar stirrer nya juga dimasukkan ke dalam
beaker glass yang telah berisi minyak. Kemudian, dilakukan pengadukan kembali beserta pemanasan.
Pemanasan dilakukan pada suhu 55 – 60oC. Pemanasan ini agar konversinya tinggi sehingga akan
mempercepat reaksi. Karena pada suhu 60oC merupakan suhu mendekati daripada titik didih dari metanol.
Apabila suhu pemanasan lewat dari 60oC maka dikhawatirkan % rendemen yang didapatkan nanti akan
sedikit. Suhu tersebut merupakan suhu optimum dalam pemanasan ini. Setelah mencapai suhu optimum
kemudian larutan ditetesi ke minyak sedikit demi sedikit. Kemudian campuran dimasukkan ke dalam corong
pisah dan dibiarkan selama 1 malam. Setelah 1 malam maka campuran tersebut akan membentuk 2 lapisan
yang dimana lapisan pertama atau lapisan atas merupakan lapisan alkil ester atau biasa juga disebut dengan
metil ester dan lapisan kedua atau lapisan bawah merupakan lapisan sabun hasil dari reaksi gliserol dan sisa
metanol yang tidak bereaksi. Kemudian, lapisan bawah dibuang. Setelah itu maka akan memasuki tahap
pencucian metil ester. Pencucian metil ester dilakukan dengan mencucinya dengan aquadest panas. Pencucian
ini dilakukan memanaskan aquadest pada suhu 70oC. Aquadest dipanaskan pada suhu 70oC karena metanol
pada suhu tersebut wujudnya akan berubah fasa menjadi gas sehingga sisa metanol yang tidak bereaksi akan
diuapkan oleh aquadest panas sehingga metil ester yang dihasilkan akan murni. Pencucian dilakukan untuk
menetralkan pH biodiesel / metil ester dan melarutkan sisa-sisa gliserol / sabun yang dihasilkan dari reaksi
transesterifikasi. Aquadest panas dimasukkan ke dalam corong pisah. Pencucian dilakukan dengan cara
menggojog campuran. Setelah penggojogan dilakukan kemudian campuran didiamkan hingga membentuk 3
lapisan. Lapisan kedua dan ketiga dibuang sehingga akan menyisakan lapisan pertama yaitu lapisan metil
ester yang sebenarnya. Pencucian dilakukan berulang sebanyak 3 kali pencucian. Setelah pencucian selesai,
maka metil ester yang murni ditampung ke dalam beaker glass yang bersih dan kering. Kemudian metil ester
akan diuapkan kadar airnya dengan menggunakan oven pada suhu 110 – 115oC selama 1 malam. Setelah
semua prosedur selesai dilakukan maka dapat dihitung % rendemennya. Adapun rumus dari % rendemen
adalah sebagai berikut :

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟


% Rendemen = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 x 100%

Hasil perhitungan % rendemen yang didapatkan berdasarkan rumus adalah sebanyak 95%. Alkil Ester atau
biasanya disebut juga dengan Metil Ester merupakan salah satu dari jenis Biodiesel. Biodiesel merupakan
bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai
sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbarui seperti minyak
sayur atau lemak hewan.Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar
menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak
seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari
minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai
penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang
rendah pelumas. Biodiesel merupakan kandidat yang paling baik untuk menggantikan bahan bakar
fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena biodiesel merupakan bahan bakar terbarui yang
dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan
menggunakan infrastruktur zaman sekarang. Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat,
terutama di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan
bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan
juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar. Pada skala kecil dapat
dilakukan dengan bahan minyak goreng 1 liter yang baru atau bekas. Methanol sebanyak 200 ml atau 0.2 liter,
Soda api atau NaOH 3,5 gram untuk minyak goreng bersih, jika minyak bekas diperlukan 4,5 gram atau
mungkin lebih. Kelebihan ini diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas atau FFA yang banyak pada
minyak goreng bekas. Dapat pula mempergunakan KOH namun mempunyai harga lebih mahal dan
diperlukan 1,4 kali lebih banyak dari soda. Proses pembuatan; Soda api dilarutkan dalam Methanol dan
kemudian dimasukan kedalam minyak dipanaskan sekitar 55 °C, diaduk dengan cepat selama 15-20 menit
kemudian dibiarkan dalam keadaan dingin semalam. Maka akan diperoleh biodiesel pada bagian atas dengan
warna jernih kekuningan dan sedikit bagian bawah campuran antara sabun dari FFA, sisa methanol yang tidak
bereaksi dan gliserin sekitar 79 ml. Biodiesel yang merupakan cairan kekuningan pada bagian atas dipisahkan
dengan mudah dengan menuang dan menyingkirkan bagian bawah dari cairan. Untuk skala besar produk
bagian bawah dapat dimurnikan untuk memperoleh gliserin yang berharga mahal, juga sabun dan sisa
methanol yang tidak bereaksi. Prosedur pembuatan Biodiesel pun hampir sama dengan prosedur proses
esterifikasi dan transesterifikasi. Aplikasi proses esterifikasi dan transesterifikasi ini dalam kehidupan yaitu
pemurnian CPO pada suatu pabrik, pemurnian suatu larutan pada suatu laboratorium serta penggunaan bahan
bakar.
Adapun tabulasi data dari percobaan ini setelah dilakukannya perhitungan adalah dibawah ini sebagai
berikut :

Volume Volume Volume % SNI yang


Volume Metil
Kelompok Metanol Berat KOH Aquadest Panas Sampel Rendemen berlaku
Ester (mL)
(mL) Pelet (g) (mL) (mL) (%)

SNI
2 50 1,02 100 100 95 7182:2015
95

KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan reaksi
esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan
mengkonversi asam lemak bebas yang terkandung di dalam trigliserida menjadi metil ester dan hasil
samping dari reaksi ini terbentuk air. Transesterifikasi merupakan metode yang saat ini paling umum
digunakan untuk memproduksi biodiesel dari minyak nabati. Pada dasarnya proses transesterifikasi ini
bertujuan untuk mengubah (tri, di, mono) gliserida yang mendominasi komposisi minyak kelapa sawit dan
berviskositas tinggi menjadi metil ester asam lemak dimana metanol atau etanol menggantikan gliserin. Dari
proses metil ester yang sudah dimurnikan adalah dihasilkan % Rendemen sebesar 95 %. Jika dibandingkan
berdasarkan SNI yang berlaku yaitu Syarat Mutu Biodiesel SNI 7182 : 2015 yaitu sebesar 96,5 % yang dalam
artian bahwa % rendemen yang dihasilkan dari percobaan ini adalah memenuhi standar syarat mutu SNI yang
berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Jenny dan Simatupang, Dimas Frananta. 2020. Penuntun Pratikum Oleokimia II. Medan : Politeknik

Teknologi Kimia Industri


Suleman, Nita, dkk. 2019. Esterifikasi dan Transesterifikasi Stearin Sawit untuk Pembuatan Biodiesel. Jurnal

Teknik. XVII(1) : 69

https://id.wikipedia.org/wiki/Esterifikasi#:~:text=Reaksi%20transesterifikasi%20pada%20dasarnya%20merupa
kan,harus%20dalam%20keadaan%20berlebihan%20untuk
TUGAS (LAMPIRAN I DARI DIKTAT)

 - Esterifikasi dengan asam karboksilat (Reaksi Fischer)


- Reaksi Trans Esterifikasi
- Esterifikasi dengan asil klorida
- Esterifikasi dengan anhidrida asam

 - Specific gravity = 0,9068


- Kekentalan kinematik =28,26 mm2/s
- Titik nyala = 50,5°C
- Cluod point = 18°C
- Kadar air = 0,8% vol
- Residu karbone = 0,941% wt
- Calorific value = 9372,8 Cal/gr.
- Angka setana = 62,4

 Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu Biodiesel adalah :


- Waktu Reaksi : makin lama waktu reaksi, makin besar konversi reaksi, ini disebabkan
kesempatan zatzat pereaksi untuk saling bertumbukan makin besar. Tetapi
apabila konversi tidak berubah, waktu reaksi tidak menguntungkan.
- Temperatur (Semakin tinggi temperatur (sampai pada batas tertentu), makin cepat jalannya
reaksi. Pengaruh temperatur terhadap kecepatan reaksi dipengaruhi oleh katalisator yang
digunakan).
- Katalisator (Makin kecil tenaga aktivasi, konstanta kecepatan reaksi makin besar. Tenaga
aktivasi dapat diperkecil dengan mengaktifkan reaktan, yaitu dengan cara menambah
katalisator, sehingga menyebabkan tumbukan antara zat-zat pereaksi makin besar. Katalisator
yang digunakan bisa berupa asam, atau basa).
- Pengadukan (Agar reaksi dapat berjalan dengan baik, diperlukan pencampuran sebaik-baiknya,
yakni dengan cara pengadukan agar menaikkan frekuensi tumbukan sehingga kecepatan reaksi
akan bertambah besar. Frekuensi tumbukan yang semakin besar menyebabkan konstanta
kecepatan reaksi makin besar pula)
- Konsentrasi (kecepatan reaksi sebanding dengan besarnya konsentrasi reaktan. Bila konsentrasi
zat pereaksi diperbesar, maka kecepatan reaksi akan meningkat. Jumlah molekul yang
bertumbukan akan bertambah, apabila zat pereaksi yang digunakan semakin murni, sehingga
mempercepat terjadinya reaksi).

 Standar Mutu Biodiesel yaitu adalah : SNI 7182 : 2015


 Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan
mengkonversi asam lemak bebas yang terkandung di dalam trigliserida menjadi metil ester dan
hasil samping dari reaksi ini terbentuk air. Sedangkan Transesterifikasi merupakan metode yang
saat ini paling umum digunakan untuk memproduksi biodiesel dari minyak nabati. Pada
dasarnya proses transesterifikasi ini bertujuan untuk mengubah (tri, di, mono) gliserida yang
mendominasi komposisi minyak kelapa sawit dan berviskositas tinggi menjadi metil ester asam
lemak dimana metanol atau etanol menggantikan gliserin.

Anda mungkin juga menyukai