Pembimbing :
Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWarohmatullohiWabarokatuh
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini untuk memenuhi
persyaratan kapaniteraan klinik senior di bagian stase ilmu kesehatan anak di RumahSakit Haji
Medan dengan judul‘’ Dengue Haemorrhagic Fever” Shalawat dan salam tetap terlafakan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita
ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa menjadi contoh
suritaula dan yang baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.
pembimbing KKS dibagian Ilmu kesehatan anak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
Paper masih terdapat banyak kekurangan baik dalam cara penulisan maupunpenyajian materi.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga
bermanfaat dalam penulisan Paper selanjutnya. Semoga ini bermanfaat bagi pembaca dan
Wassalamu’alaikumWarohmatullohiWabarokatuh
Penulis
DAFTAR ISI
i
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................5
2.1 Definisi ............................................................................................................5
2.2 Epidemiologi ..................................................................................................5
2.3 Etiologi.............................................................................................................6
2.4 Vektor..............................................................................................................6
2.5 Gejala klinis.....................................................................................................7
2.6 Patogenesis ......................................................................................................8
2.7 Klasifikasi........................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan ............................................................................................14
2.9 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................17
2.10 Pencegahan..................................................................................................17
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
penyakit akibat infeksi virus Dengue yang masih menjadi problem kesehatan masyarakat.
Penyakit ini ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan
subtropik baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB)
dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim
penghujan.3
Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dijumpai di hampir setiap belahan dunia
teristimewa di Negara tropik dan subtropik. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue sering
terjadi ketika terdapat peningkatan intensitas curah hujan yang menyebabkan peningkatan
aktivitas vector dengue.1 sejak awal tahun 2004, di indonesia menghadapi kejadian luar
biasa (KLB) demam berdarah yang sangat meresahkan masyarakat. Kejadian tersebut
berdampak pada kepanikan petugas kesehatan di rumah sakit serta pelayanan kesehatan lain,
karena terjadi lonjakan pasien yang dirawat di sarana-sarana pelayanan kesehatan. Jumlah
kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sejak Januari sampai dengan Mei 2004
mencapai 64.000 (incidence Rate 29,7 per 100.000 penduduk) dengan kematian sebanyak
724 orang.9
Sekitar 30% - 50% penderita demam berdarah dengue mengalami syok dan berakhir
dengan kematian bila penangan- nya tidak adekuat. Komplikasi dapat terjadi pada penderita
DBD yaitu Dengue Syok Sindrom (DSS) dimana keseim-bangan elektrolit seperti
dan/ atau edema paru yang dapat berujung kematian. Angka kematian demam berdarah
dengue pada anak ini mencapai hingga 5% yang meninggal karena infeksi serta tergantung
pada ketersediaan perawatan yang menunjang dan tepat. Beberapa faktor yang memengaruhi
kejadian demam berdarah dengue yaitu status gizi, umur, keberadaan vektor, domisili,
penggunaan obat anti nyamuk, pekerjaan, pengetahuan dan sikap, dan praktik 3M.1
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagai penyakit infeksi akut dengan penyebab
virus dengue. Virus ini merupakan sebuah virus RNA untai positif yang berada di genus
Flavivirus dari famili Flaviviridae yang mempunyai 4 serotipe yaitu (DEN-1, DEN-2, DEN-
3, DEN-4).1 Penyakit DBD mewabah lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina yang
terdapat virus dengue dalam tubuhnya. Terdapat beberapa nyamuk lain yang dapat menjadi
vektor DBD yaitu nyamuk Aedes Polynesiensis, Aedes Scutellaris dan Aedes Albopictus
2.2 Epidemiologi
tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak.
Menurut data di Depkes RI (2010), penyakit DBD di Indonesia pada tahun 2008 terdapat
137.469 kasus, 1.187 kasus diantaranya meninggal, CFR (Case Fatality Rate) sebesar
0,86%. Pada tahun 2009 terdapat 154.855 kasus, 1.384 kasus diantaranya meninggal, CFR
Penyakit demam berdarah dengue atau dikenal dengan dengue hemoragic fever
(DHF) merupakan jenis penyakit yang sangat mematikan. Kecenderungan penyakit ini
ditemukan di Negara tropis seperti di Negara Indonesia. Inisden kejadian DHF dari data
2015 menujukkan angka kematian yang diakibatkan oleh infeksi penyakit tersebut sebesar
kasus DBD adalah Kabupaten Deli Serdang sebanyak 1.326 kasus, Kota Medan sebanyak
1.068 kasus, dan Kabupaten Simalungun sebanyak 736 kasus. Untuk Kabupaten/ Kota
dengan kasus DBD dengan cakupan yang rendah adalah Kabupaten Nias Utara 0 kasus.4
2.3 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk. Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga
Flaviviridae yang terdapat 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN -3, dan DEN-4. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan
berat molekul 4 x106. Keempat serotype virus tersebut semuanya dapat menyebabkan
demam dengue atau demam bedarah dengue. DEN-3 merupakan serotipe terbanyak yang
ditemukan di Indonesia.1
2.4 Vektor
dipengaruhi oleh factor manusia sebagai host dan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor
penular DBD.8
laboratorium membuktikan bahwa Aedes acuttelaris dan Aedes polynesiensis yang terdapat
di kepulauan Pasifik Selatan dapat menjadi vektor demam dengue. Di indonesia, walaupun
vektor DHF belum diselidiki secara luas, Aedes aegypti diperkirakan sebagai vektor
7
Gejala DBD ditandai dengan manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan
failure). Selain itu terdapat kriteria laboratoris yaitu trombositopeni dan hemokonsentrasi
mekanik selama respons hemostasis normal terhadap cedera vaskuler. Tanpa trombosit,dapat
terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa
adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta aktivitas prokoagulannya sangat penting.5
Dilihat dari derajatnya DBD mempunyai 4 derajat spektrum klinis yaitu Derajat I
apabila Demam dengan uji bendung positif. Derajat II yaitu apabila terdapat tanda derajat I
disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain. Derajat III apabila ditemui
kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekan nadi menurun (< 20mmHg) atau
hipotensi disertai kulit yang lembab dan pasien menjadi gelisah. Derajat IV yaitu syok berat
dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur. Derajat IV / stadium
syok atau Dengue Syok Syndrom (DSS) ini terjadi pada hari ke 3,4 dan 5 serangan panas
pada infeksi virus dengue. Pada masa ini merupakan masa kritis yang sering kali orang tua
2.6 Patogenesis
Respons imun yang diketahui berperan dalam patogenesis dengue yang pertama
pembentukan antibodi yang berperan dalam netralisas virus, sitolisis, yang dimediasi
komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Limfosit T baik
Thelper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respons imun seluler terhadap virus
dengue. Diferensiasi T-helper yaitu Th1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan
limfokin, sedangkan Th2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10. Monosit dan makrofag
berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun, proses fagositosis ini
menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag. Selain itu,
aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a. Titer
IgM antiplatelet terlihat tinggi pada pasien DBD dan atau yang mengalami DSS jika
dibandingkan dengan pasien demam dengue. Antibodi antiplatelet inilah yang diduga
menyebabkan platelet lisis.5 Reaksi antigen dan antibodi dalam tubuh akibat
2.7 Klasifikasi
dan uji laboratorium sederhana, klasifikasi infeksi dengue terbagi menjadi dua kelompok
menurut derajat penyakit, yaitu dengue dan severe dengue; dengue dibagi lebih lanjut
Dengue without warning signs disebut juga sebagai probable dengue, sesuai dengan
demam dengue dan demam berdarah dengue derajat I dan II pada klasifikasi WHO 1997.
Pada kelompok dengue without warning signs, perlu diketahui apakah pasien tinggal atau
baru kembali dari daerah endemik dengue. Diagnosis tersangka infeksi dengue ditegakkan
apabila terdapat demam ditambah minimal dua gejala berikut: mual disertai muntah ruam
9
(skin rash) nyeri pada tulang, sendi, atau retro-orbital uji torniket positif, leukopenia, dan
gejala lain yang termasuk dalam warning signs. Pada kelompok dengue without warning
signs tersebut perlu pemantauan yang cermat untuk mendeteksi keadaan kritis.10
Dengue with warning signs, secara klinis terdapat gejala nyeri perut, muntah terus-
parameter laboratorium, yaitu peningkatan kadar hematokrit yang terjadi bersamaan dengan
penurunan jumlah trombosit dan leukopenia. Apabila dijumpai leukopenia, maka diagnosis
lebih mengarah kepada infeksi dengue. Pasien dengue tanpa warning signs dapat dipantau
harian dalam rawat jalan.Namun apabila warning signs ditemukan maka pemberian cairan
intravena harus dilakukan untuk mencegah terjadi syok hipovolemik. Warning signs berarti
Infeksi dengue diklasifikasikan sebagai severe dengue apabila terdapat severe plasma
leakage (perembesan plasma hebat), severe bleeding (perdarahan hebat), atau severe organ
impairment (keterlibatan organ yang berat). Severe plasma leakage akan menyebabkan syok
hipovolemik dengan atau tanpa perdarahan (pada klasifikasi WHO 1997 dimasukkan dalam
sindrom syok dengue) dan atau penimbunan cairan disertai distres respirasi. Severe bleeding
didefinisikan bila terjadi perdarahan disertai kondisi hemodinamik yang tidak stabil
sehingga memerlukan pemberian cairan pengganti dan atau transfusi darah. Yang dimaksud
dengan perdarahan adalah semua jenis perdarahan, seperti hematemesis, melena, atau
perdarahan lain yang dapat mengancam kehidupan. Severe organ involvement, termasuk
gagal hati, inflamasi otot jantung (miokarditis), keterlibatan neurologi (ensefalitis), dan lain
terutama dalam menentukan pasien mana yang memerlukan pemantauan ketat dan mendapat
pengobatan segera.10
Demam tidak khas, sulit dibedakan dengan infeksi virus lain. Gejala saluran nafas
dan pencernaan sering ditemukan. Sindrom infeksi virus ini disebut sebagai self
limiting disease.
- Demam dengue
• Kriteria klinis
– Pembesaran hati
– Gangguan sirkulasi
• Kriteria laboratorium
manifestasi nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (<20 mmHg), hipotensi
dibandingkan standar sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah.9
nutrisi anak yang kurang baik, dimana status nutrisi pada anak merupakan faktor resiko
yang memperburuk kondisi anak ketika infeksi DHF masuk kedalam tubuh anak yang
memperburuk keadaan anak saat sakit. Resiko ini dapat dilihat dari kondisi anak baik gizi
buruk atau kondisi obesitas atau status nutrisi anak yang berlebihan. Potensi untuk
terjadinya syok pada anak obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan anak gizi normal.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa sebesar 4,9 kali pada anak obesitas untuk terjadi syok
Dengue syok sindrom terbagi atas syok terkompensasi dan syok dekompensasi.11
Syok terkompensasi :
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit lembab
- Penurunan diuresis
- Gelisah
Syok dekompensasi :
13
- Hipotensi
- Sianosis
- Akral dingin
berhubungan dengan keterlibatan beberapa organ seperti hati, ginjal, jantung, dan
gangguan neurologis pada pasien infeksi dengue. Kejadian unusual manifestation infeksi
dengue tersebut dapat pula terjadi pada kasus infeksi dengue tanpa disertai perembesan
kegagalan organ (organ failure). Pada ensefalopati seringkali dijumpai gejala kejang,
penurunan kesadaran, dan transient paresis. Ensefalopati dengue dapat disebabkan oleh
perdarahan atau oklusi (sumbatan) pembuluh darah. Sayangnya otopsi di Indonesia tidak
dapat dikerjakan sehingga penyebab yang sebenarnya sulit dibuktikan. Selain itu,
terdapat laporan bahwa virus dengue dapat melewati sawar darah-otak dan menyebabkan
ensefalitis. Infeksi dengue berat dapat disebabkan oleh kondisi ko-morbid pada pasien
seperti usia bayi, obesitas, lansia, ibu hamil,rulkus peptikum, menstruasi, penyakit
hemolitik, penyakit jantung bawaan, penyakit kronis seperti DM, hipertensi, asma, gagal
2.8 Penatalaksanaan
Sebagian besar anak dapat dirawat di rumah dengan memberikan nasihat perawatan
pada orang tua anak. Berikan anak banyak minum dengan air hangat atau larutan oralit
untuk mengganti cairan yang hilang akibat demamn dan muntah. Berikan parasetamol untuk
demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang
perdarahan. Anak harus dibawa ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang, tidak bisa
Anak dirawat di rumah sakit Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus
buah, air tajin, air sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran
plasma, demam, muntah/diare. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal
atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan. Berikan
- Kebutuhan cairan parenteral Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam Berat badan 15-
- Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
- Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jum-lah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena bi-asanya hanya memerlukan
waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
- Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti
- Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menu-run
darah/komponen.
- Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
- Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
1. Pemeriksaan laboratorium
- Trombositopenia <100.000/uL
17
- Kadar Hb, HCT, trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosit
relatif.9
- IgM terdeteksi mulai Hari ke 3-5, ↑ sampai minggu 3 dan menghilang sampai 60-90
hari yang kemudian di ikuti timbulnya IgG mulai terdeteksi pada Hari ke 14.9
2. Pemeriksaan radiogis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila
terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks.
Pemeriksaan rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada
posisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan
USG.9
2.10 Pencegahan
- Kebiasaan menggantung pakaian dalam rumah dimana hal ini menjadi resting place
- Kelambu tidur dapat digunakan agar tidak ada nyamuk yang mendekat,
18
- Cahaya dan ventilasi dalam rumah diatur agar intensitas cahaya meningkat dan tidak
lembab,
KESIMPULAN
3.1 Penutup
Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagai penyakit infeksi akut dengan penyebab virus
dengue. Virus ini merupakan sebuah virus RNA untai positif yang berada di genus
Flavivirus dari famili Flaviviridae yang mempunyai 4 serotipe yaitu (DEN-1, DEN-2, DEN-
3, DEN-4).1 Penyakit DBD mewabah lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina yang
terdapat virus dengue dalam tubuhnya. Terdapat beberapa nyamuk lain yang dapat menjadi
vektor DBD yaitu nyamuk Aedes Polynesiensis, Aedes Scutellaris dan Aedes Albopictus
Klasifikasi infeksi virus dengue terbagi atas asimtomatik dan simtomatik. Simtomatik
terdiri sindrom virus dengue (demam tidak khas), demam dengue (tanpa perdarahan
dan perdarahan), demam berdarah dengue (DBD dengan syok dan DBD tidak syok), dan
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Melissa G, Tansil, Novie HR, Rocky W. Faktor Risiko Terjadinya Kejadian Demam
Berdarah Dengue Pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
2021;13(1):90-99
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), WHO. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah
Semarang. 2013;1
4. Dinas Kesehatan Sumatera Utara. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2019:173
5. Asri P, Agusti I, Wafi M. Jumlah Rerata Trombosit Dan Plateletcrit (Mpv Dan Pct)
Sebagai Prediktor Syok Pada Anak Yang Terinfeksi Dengue Di Rs Dr. Saiful Anwar
6. Rachma DA, Zulaika F. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian DHF Pada Anak Di Tk
7. Permatasai DY, Ramanigrum G, Novitasari A. Hubungan Status Gizi, Umur, Dan Jenis
Kelamin Dengan Derajat Infeksi Dengue Pada Anak. Fakultas Kedokteran Ilmu
Dengue Pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan Tembalang. Jurnal Epidemiologi
10. Sri RH, et al. Update Management Of Infektions Disease An Gastroentestinal Disorder.
11. Ari P. Pedoman Diagnosis Dan Tatalaksanan Infeksi Dengue Pada Anak. Departemen
12. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, et al. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta. 1985.