Anda di halaman 1dari 22

PAPER

DENGUE HEMORRAGIC FEVER

Paper ini di buat untuk melengkapi persyaratan mengikuti


Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSU. Haji Medan

Pembimbing :

dr. Ari Kurniasih, Sp.A

Disusun Oleh :

Titi Lestari (20360127)

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarohmatullohiWabarokatuh

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini untuk memenuhi

persyaratan kapaniteraan klinik senior di bagian stase ilmu kesehatan anak di RumahSakit Haji

Medan dengan judul‘’ Dengue Haemorrhagic Fever” Shalawat dan salam tetap terlafakan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita

ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa menjadi contoh

suritaula dan yang baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen

pembimbing KKS dibagian Ilmu kesehatan anak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan

Paper masih terdapat banyak kekurangan baik dalam cara penulisan maupunpenyajian materi.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga

bermanfaat dalam penulisan Paper selanjutnya. Semoga ini bermanfaat bagi pembaca dan

terutama bagi penulis.

Wassalamu’alaikumWarohmatullohiWabarokatuh

Medan, Februari 2022

Penulis

DAFTAR ISI

i
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................5
2.1 Definisi ............................................................................................................5
2.2 Epidemiologi ..................................................................................................5
2.3 Etiologi.............................................................................................................6
2.4 Vektor..............................................................................................................6
2.5 Gejala klinis.....................................................................................................7
2.6 Patogenesis ......................................................................................................8
2.7 Klasifikasi........................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan ............................................................................................14
2.9 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................17
2.10 Pencegahan..................................................................................................17

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................19


3.1 Penutup.........................................................................................................19

ii
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever merupakan

penyakit akibat infeksi virus Dengue yang masih menjadi problem kesehatan masyarakat.

Penyakit ini ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan

subtropik baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB)

dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim

penghujan.3

Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dijumpai di hampir setiap belahan dunia

teristimewa di Negara tropik dan subtropik. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue sering

terjadi ketika terdapat peningkatan intensitas curah hujan yang menyebabkan peningkatan

aktivitas vector dengue.1 sejak awal tahun 2004, di indonesia menghadapi kejadian luar

biasa (KLB) demam berdarah yang sangat meresahkan masyarakat. Kejadian tersebut

berdampak pada kepanikan petugas kesehatan di rumah sakit serta pelayanan kesehatan lain,

karena terjadi lonjakan pasien yang dirawat di sarana-sarana pelayanan kesehatan. Jumlah

kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sejak Januari sampai dengan Mei 2004

mencapai 64.000 (incidence Rate 29,7 per 100.000 penduduk) dengan kematian sebanyak

724 orang.9

Sekitar 30% - 50% penderita demam berdarah dengue mengalami syok dan berakhir

dengan kematian bila penangan- nya tidak adekuat. Komplikasi dapat terjadi pada penderita

DBD yaitu Dengue Syok Sindrom (DSS) dimana keseim-bangan elektrolit seperti

hiponatremia, hipokalsemia dan overhidrasi dapat menyebabkan gagal jantung kongestif


4

dan/ atau edema paru yang dapat berujung kematian. Angka kematian demam berdarah

dengue pada anak ini mencapai hingga 5% yang meninggal karena infeksi serta tergantung

pada ketersediaan perawatan yang menunjang dan tepat. Beberapa faktor yang memengaruhi

kejadian demam berdarah dengue yaitu status gizi, umur, keberadaan vektor, domisili,

environment, breeding place, resting place, kebiasaan menggantung pakaian, suhu,

penggunaan obat anti nyamuk, pekerjaan, pengetahuan dan sikap, dan praktik 3M.1
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagai penyakit infeksi akut dengan penyebab

virus dengue. Virus ini merupakan sebuah virus RNA untai positif yang berada di genus

Flavivirus dari famili Flaviviridae yang mempunyai 4 serotipe yaitu (DEN-1, DEN-2, DEN-

3, DEN-4).1 Penyakit DBD mewabah lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina yang

terdapat virus dengue dalam tubuhnya. Terdapat beberapa nyamuk lain yang dapat menjadi

vektor DBD yaitu nyamuk Aedes Polynesiensis, Aedes Scutellaris dan Aedes Albopictus

namun jenis ini lebih sedikit ditemukan.1

2.2 Epidemiologi

DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan

tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak.

Menurut data di Depkes RI (2010), penyakit DBD di Indonesia pada tahun 2008 terdapat

137.469 kasus, 1.187 kasus diantaranya meninggal, CFR (Case Fatality Rate) sebesar

0,86%. Pada tahun 2009 terdapat 154.855 kasus, 1.384 kasus diantaranya meninggal, CFR

(Case Fatality Rate) sebesar 0,89%.5. 3

Penyakit demam berdarah dengue atau dikenal dengan dengue hemoragic fever

(DHF) merupakan jenis penyakit yang sangat mematikan. Kecenderungan penyakit ini

ditemukan di Negara tropis seperti di Negara Indonesia. Inisden kejadian DHF dari data

2015 menujukkan angka kematian yang diakibatkan oleh infeksi penyakit tersebut sebesar

1.071 jiwa dari total kejadian sebesar 12/650 kasus.6


6

Dari 33 kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara hampir keseluruhan

kabupaten/kota mempunyai kasus DBD. 3 Kabupaten/Kota dengan Angka cakupan tertinggi

kasus DBD adalah Kabupaten Deli Serdang sebanyak 1.326 kasus, Kota Medan sebanyak

1.068 kasus, dan Kabupaten Simalungun sebanyak 736 kasus. Untuk Kabupaten/ Kota

dengan kasus DBD dengan cakupan yang rendah adalah Kabupaten Nias Utara 0 kasus.4

2.3 Etiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang

ditularkan oleh nyamuk. Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga

Flaviviridae yang terdapat 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN -3, dan DEN-4. Flavivirus

merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan

berat molekul 4 x106. Keempat serotype virus tersebut semuanya dapat menyebabkan

demam dengue atau demam bedarah dengue. DEN-3 merupakan serotipe terbanyak yang

ditemukan di Indonesia.1

2.4 Vektor

Faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit berdasarkan segitiga epidemiologi

dipengaruhi oleh factor manusia sebagai host dan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor

penular DBD.8

Walaupun Aedes aegypti diperkirakan sebagai vektor utama penyakit dengue

hemorrhagic fever (DHF), pengamtan epidemiologis dan percobaan penularan di

laboratorium membuktikan bahwa Aedes acuttelaris dan Aedes polynesiensis yang terdapat

di kepulauan Pasifik Selatan dapat menjadi vektor demam dengue. Di indonesia, walaupun

vektor DHF belum diselidiki secara luas, Aedes aegypti diperkirakan sebagai vektor
7

terpenting didaerah perkotaan, sedangkan Aedes albopictus di daerah perdesaan.12

2.5 Gejala klinis

Gejala DBD ditandai dengan manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan

terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah (circulatory

failure). Selain itu terdapat kriteria laboratoris yaitu trombositopeni dan hemokonsentrasi

(hematokrit menigkat). Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang tulang melalui

fragmentasi sitoplasma megakariosit. Fungsi utama trombosit adalah membentuk sumbat

mekanik selama respons hemostasis normal terhadap cedera vaskuler. Tanpa trombosit,dapat

terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa

adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta aktivitas prokoagulannya sangat penting.5

Dilihat dari derajatnya DBD mempunyai 4 derajat spektrum klinis yaitu Derajat I

apabila Demam dengan uji bendung positif. Derajat II yaitu apabila terdapat tanda derajat I

disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain. Derajat III apabila ditemui

kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekan nadi menurun (< 20mmHg) atau

hipotensi disertai kulit yang lembab dan pasien menjadi gelisah. Derajat IV yaitu syok berat

dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur. Derajat IV / stadium

syok atau Dengue Syok Syndrom (DSS) ini terjadi pada hari ke 3,4 dan 5 serangan panas

pada infeksi virus dengue. Pada masa ini merupakan masa kritis yang sering kali orang tua

penderita atau penderita sendiri kurang menyadarinya.3

2.6 Patogenesis

Respons imun yang diketahui berperan dalam patogenesis dengue yang pertama

adalah hipotesis antibodi dependent enhancement yaitu respons humoral berupa


8

pembentukan antibodi yang berperan dalam netralisas virus, sitolisis, yang dimediasi

komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue

berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Limfosit T baik

Thelper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respons imun seluler terhadap virus

dengue. Diferensiasi T-helper yaitu Th1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan

limfokin, sedangkan Th2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10. Monosit dan makrofag

berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun, proses fagositosis ini

menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag. Selain itu,

aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a. Titer

IgM antiplatelet terlihat tinggi pada pasien DBD dan atau yang mengalami DSS jika

dibandingkan dengan pasien demam dengue. Antibodi antiplatelet inilah yang diduga

menyebabkan platelet lisis.5 Reaksi antigen dan antibodi dalam tubuh akibat

infeksi virus menyebabkan infeksi virus dengue lebih berat.7

2.7 Klasifikasi

Berdasarkan laporan klinis DENCO study yang mempergunakan pemeriksaan klinis

dan uji laboratorium sederhana, klasifikasi infeksi dengue terbagi menjadi dua kelompok

menurut derajat penyakit, yaitu dengue dan severe dengue; dengue dibagi lebih lanjut

menjadi dengue dengan atau tanpa warning signs.10

Dengue without warning signs disebut juga sebagai probable dengue, sesuai dengan

demam dengue dan demam berdarah dengue derajat I dan II pada klasifikasi WHO 1997.

Pada kelompok dengue without warning signs, perlu diketahui apakah pasien tinggal atau

baru kembali dari daerah endemik dengue. Diagnosis tersangka infeksi dengue ditegakkan

apabila terdapat demam ditambah minimal dua gejala berikut: mual disertai muntah ruam
9

(skin rash) nyeri pada tulang, sendi, atau retro-orbital uji torniket positif, leukopenia, dan

gejala lain yang termasuk dalam warning signs. Pada kelompok dengue without warning

signs tersebut perlu pemantauan yang cermat untuk mendeteksi keadaan kritis.10

Dengue with warning signs, secara klinis terdapat gejala nyeri perut, muntah terus-

menerus, perdarahan mukosa, letargi/gelisah, pembesaran hati ≥2cm, disertai kelainan

parameter laboratorium, yaitu peningkatan kadar hematokrit yang terjadi bersamaan dengan

penurunan jumlah trombosit dan leukopenia. Apabila dijumpai leukopenia, maka diagnosis

lebih mengarah kepada infeksi dengue. Pasien dengue tanpa warning signs dapat dipantau

harian dalam rawat jalan.Namun apabila warning signs ditemukan maka pemberian cairan

intravena harus dilakukan untuk mencegah terjadi syok hipovolemik. Warning signs berarti

perjalanan penyakit yang sedang berlangsung mendukung ke arah terjadinya penurunan

volume intravaskular. tata laksana penyakit menjadi lebih kompleks.10

Infeksi dengue diklasifikasikan sebagai severe dengue apabila terdapat severe plasma

leakage (perembesan plasma hebat), severe bleeding (perdarahan hebat), atau severe organ

impairment (keterlibatan organ yang berat). Severe plasma leakage akan menyebabkan syok

hipovolemik dengan atau tanpa perdarahan (pada klasifikasi WHO 1997 dimasukkan dalam

sindrom syok dengue) dan atau penimbunan cairan disertai distres respirasi. Severe bleeding

didefinisikan bila terjadi perdarahan disertai kondisi hemodinamik yang tidak stabil

sehingga memerlukan pemberian cairan pengganti dan atau transfusi darah. Yang dimaksud

dengan perdarahan adalah semua jenis perdarahan, seperti hematemesis, melena, atau

perdarahan lain yang dapat mengancam kehidupan. Severe organ involvement, termasuk

gagal hati, inflamasi otot jantung (miokarditis), keterlibatan neurologi (ensefalitis), dan lain

sebagainya. Pengelompokan severe dengue sangat diperlukan untuk kepentingan praktis


10

terutama dalam menentukan pasien mana yang memerlukan pemantauan ketat dan mendapat

pengobatan segera.10

Klasifikasi diagnosis dengue menurut WHO 2011 :

- Sindrom infeksi virus

Demam tidak khas, sulit dibedakan dengan infeksi virus lain. Gejala saluran nafas

dan pencernaan sering ditemukan. Sindrom infeksi virus ini disebut sebagai self

limiting disease.

- Demam dengue

• Demam 2–7 hari mendadak tinggi, bifasik.


11

• Manifestasi perdarahan spontan (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan

gusi, hematemesis/melena) atau uji tourniquet positif.

• Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbita.

• Ada kasus DBD di lingkungan

• Leukopenia < 4000/mm3

• Trombositopenia < 100.000/mm3

- Demam berdarah dengue

• Kriteria klinis

– Demam mendadak tinggi 2-7 hari

– Manifestasi perdarahan (min.tourniquet positif)

– Pembesaran hati

– Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital

– Ada kasus DBD di lingkungan

– Gangguan sirkulasi

• Kriteria laboratorium

– Trombosit < 100.000

– Hemokonsentrasi (kenaikan HT >20%) atau ada bukti kebocoran plasma lain

(seperti efusi pleura, asites), penurunan serum protein/albumin/kolesterol.2

- Dengue syok syindrom (DSS)


12

Seluruh kriteria di atas untuk DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan

manifestasi nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (<20 mmHg), hipotensi

dibandingkan standar sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah.9

kejadian DSS atau dengue syok syndrome di picu oleh status

nutrisi anak yang kurang baik, dimana status nutrisi pada anak merupakan faktor resiko

yang memperburuk kondisi anak ketika infeksi DHF masuk kedalam tubuh anak yang

menyebabkan penurunan vitalitas dan imunitas anak yang berangsur-angsur

memperburuk keadaan anak saat sakit. Resiko ini dapat dilihat dari kondisi anak baik gizi

buruk atau kondisi obesitas atau status nutrisi anak yang berlebihan. Potensi untuk

terjadinya syok pada anak obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan anak gizi normal.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa sebesar 4,9 kali pada anak obesitas untuk terjadi syok

dibandingkan dengan anak status gizi normal/baik.6

Dengue syok sindrom terbagi atas syok terkompensasi dan syok dekompensasi.11

Syok terkompensasi :

- Takikardi

- Takipnea

- Tekanan nadi < 20 mmHg

- CRT > 2 detik

- Kulit lembab

- Penurunan diuresis

- Gelisah

Syok dekompensasi :
13

- Takikardi, nadi lemah

- Hipotensi

- Penyempitan tekanan nadi

- Hiperpnea atau Kussmaul

- Sianosis

- Akral dingin

- Expanded dengue syndrome

Unusual manifestation atau manifestasi yang tidak lazim,pada umumnya

berhubungan dengan keterlibatan beberapa organ seperti hati, ginjal, jantung, dan

gangguan neurologis pada pasien infeksi dengue. Kejadian unusual manifestation infeksi

dengue tersebut dapat pula terjadi pada kasus infeksi dengue tanpa disertai perembesan

plasma. Pada umumnya unusual manifestation berhubungan dengan ko-infeksi, ko-

morbiditas, atau komplikasi syok yang berkepanjangan (prolonged shock) disertai

kegagalan organ (organ failure). Pada ensefalopati seringkali dijumpai gejala kejang,

penurunan kesadaran, dan transient paresis. Ensefalopati dengue dapat disebabkan oleh

perdarahan atau oklusi (sumbatan) pembuluh darah. Sayangnya otopsi di Indonesia tidak

dapat dikerjakan sehingga penyebab yang sebenarnya sulit dibuktikan. Selain itu,

terdapat laporan bahwa virus dengue dapat melewati sawar darah-otak dan menyebabkan

ensefalitis. Infeksi dengue berat dapat disebabkan oleh kondisi ko-morbid pada pasien

seperti usia bayi, obesitas, lansia, ibu hamil,rulkus peptikum, menstruasi, penyakit

hemolitik, penyakit jantung bawaan, penyakit kronis seperti DM, hipertensi, asma, gagal

ginjal kronik, sirosis, pengobatan steroid, atau NSAID.10


14

2.8 Penatalaksanaan

Sebagian besar anak dapat dirawat di rumah dengan memberikan nasihat perawatan

pada orang tua anak. Berikan anak banyak minum dengan air hangat atau larutan oralit

untuk mengganti cairan yang hilang akibat demamn dan muntah. Berikan parasetamol untuk

demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang

perdarahan. Anak harus dibawa ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang, tidak bisa

minum, muntah terus-menerus.2

Tatalaksana DBD tanpa syok

Anak dirawat di rumah sakit Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus

buah, air tajin, air sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran

plasma, demam, muntah/diare. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal

atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan. Berikan

infus sesuai dengan dehidrasi sedang:

- Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat

- Kebutuhan cairan parenteral Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam Berat badan 15-

40 kg : 5 ml/kgBB/jam Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

- Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,

trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam

- Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jum-lah cairan

secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena bi-asanya hanya memerlukan

waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian

cairan. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata

laksana syok terkompensasi (compensated shock).2


15

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok

- Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti

Ringer laktat/asetat secepat- nya.

- Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB

secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pembe-rian koloid

10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.

- Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menu-run

pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfuse

darah/komponen.

- Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,

tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2 4

jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan

laboratorium.

- Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah

banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada

pemberian yang terlalu sedikit.2

Tatalaksana sindrom syok dengue terkompensasi dan syok dengue

dekompensasi (buku pedoman diagnosis)


16

2.9 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

- Trombositopenia <100.000/uL
17

- Hemokonsentrasi (Ht > 20%)

- Kadar Hb, HCT, trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosit

relatif.9

Pemeriksaan imuno serologi

- IgM terdeteksi mulai Hari ke 3-5, ↑ sampai minggu 3 dan menghilang sampai 60-90

hari yang kemudian di ikuti timbulnya IgG mulai terdeteksi pada Hari ke 14.9

Pemeriksaan antigen NS1 dengan ELISA

> sensitivitas dan spesifisitas tinggi (88,7% dan 100%)

2. Pemeriksaan radiogis

Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila

terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks.

Pemeriksaan rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada

posisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan

USG.9

2.10 Pencegahan

Bentuk pencegahan tambahan lain yaitu1

- Menabur bubuk larvasida di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan,

- Penggunaan obat anti nyamuk,

- Kebiasaan menggantung pakaian dalam rumah dimana hal ini menjadi resting place

bagi nyamuk sebaiknya dihilangkan,

- Kelambu tidur dapat digunakan agar tidak ada nyamuk yang mendekat,
18

- Cahaya dan ventilasi dalam rumah diatur agar intensitas cahaya meningkat dan tidak

lembab,

- Ikan pemakan jentik nyamuk dapat dipelihara untuk memakan jentik,

- Tanaman pengusir nyamuk dapat ditanam disekitar rumah.


BAB III

KESIMPULAN

3.1 Penutup

Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagai penyakit infeksi akut dengan penyebab virus

dengue. Virus ini merupakan sebuah virus RNA untai positif yang berada di genus

Flavivirus dari famili Flaviviridae yang mempunyai 4 serotipe yaitu (DEN-1, DEN-2, DEN-

3, DEN-4).1 Penyakit DBD mewabah lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina yang

terdapat virus dengue dalam tubuhnya. Terdapat beberapa nyamuk lain yang dapat menjadi

vektor DBD yaitu nyamuk Aedes Polynesiensis, Aedes Scutellaris dan Aedes Albopictus

namun jenis ini lebih sedikit ditemukan.

Klasifikasi infeksi virus dengue terbagi atas asimtomatik dan simtomatik. Simtomatik

terdiri sindrom virus dengue (demam tidak khas), demam dengue (tanpa perdarahan

dan perdarahan), demam berdarah dengue (DBD dengan syok dan DBD tidak syok), dan

expended dengue sindrom.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Melissa G, Tansil, Novie HR, Rocky W. Faktor Risiko Terjadinya Kejadian Demam

Berdarah Dengue Pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

2021;13(1):90-99

2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), WHO. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah

Sakit. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2005

3. Wiwik D, Harsoyo N, Afiana R. Karakteristik Demam Berdarah Dengue Pada Anak Di

Rumah Sakit Roemani Semarang. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

Semarang. 2013;1

4. Dinas Kesehatan Sumatera Utara. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2019:173

5. Asri P, Agusti I, Wafi M. Jumlah Rerata Trombosit Dan Plateletcrit (Mpv Dan Pct)

Sebagai Prediktor Syok Pada Anak Yang Terinfeksi Dengue Di Rs Dr. Saiful Anwar

Malang. Jurnal Kesehatan. 2018;5(3)

6. Rachma DA, Zulaika F. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian DHF Pada Anak Di Tk

RA-AL Kamal 4 Bukuan Kota Samarinda. Universitas Muhamadiah Kaltim. 2021;2(3)

7. Permatasai DY, Ramanigrum G, Novitasari A. Hubungan Status Gizi, Umur, Dan Jenis

Kelamin Dengan Derajat Infeksi Dengue Pada Anak. Fakultas Kedokteran Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 2015;2(1)

8. Sandra, et al. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Demam Berdarah

Dengue Pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan Tembalang. Jurnal Epidemiologi

Kesehatan Komunitas. 2019;4(1):1-10


9. Ikatan Dokter Indonesia (IDAI). Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue Di Sarana

Pelayanan Kesehatan. 2005.

10. Sri RH, et al. Update Management Of Infektions Disease An Gastroentestinal Disorder.

Departemen Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. 2012.

11. Ari P. Pedoman Diagnosis Dan Tatalaksanan Infeksi Dengue Pada Anak. Departemen

Ilmu Kesehatan Anak. FKUI-RSCM. Jakarta.2019.

12. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, et al. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta. 1985.

Anda mungkin juga menyukai