Anda di halaman 1dari 4

Persamaan Perilaku Konsumen dalam Ekonomi Konvensional dan Hukum Ekonomi

Islam
Pertama, yaitu pada pengertian konsumsi, konsumen, dan perilaku konsumen.
Persamaan di antara pengertian konsumsi, konsumen, dan perilaku konsumen dalam
ekonomi
konvensional dan ekonomi Islam adalah

1. Konsumsi, keduanya mengartikan sebagai kegiatan menggunakan, mengurangi, atau


menghabiskan manfaat suatu komoditas barang atau jasa yang tersedia di masyarakat
dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan.
2. Konsumen, sama-sama diartikan sebagai setiap orang yang melakukan aktivitas
konsumsi.
Fungsi Utilitas dan Maslahah

Perbedaan Perilaku Konsumen dalam Ekonomi Konvensional dan Hukum Ekonomi


Islam
Perilaku konsumen dalam perspektif ekonomi konvensional dan hukum ekonomi
Islam dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:
Pertama, terletak pada pandangan manusia terhadap kehidupan dunia. Ekonomi
konvensional memandang bahwa kehidupan dunia merupakan hak mutlak bagi manusia
untuk hidup bebas sesukanya dengan mencapai kepuasan tanpa berfikir bahwa semua
yang
diperoleh dan digunakan manusia adalah penciptaan dari Tuhan.
Kedua, terletak pada prinsip konsumsi. Dalam tatanan ekonomi konvensional, prinsip
yang menjadi pedoman aktivitas konsumsi adalah prinsip freedom, self interest, dan
materialistis. Ketiga prinsip tersebut mengasumsikan manusia sebagai rational economics
man yang memiliki kebebasan untuk mengatur nasibnya sendiri berdasarkan keinginan
dan
kemampuan, setiap konsumen bebas bersaing dalam memenuhi kebutuhannya, dan
setiap
individu bebas memuaskan keinginannya tanpa terikat siapapun.
Ketiga, terletak pada motif dan tujuan konsumsi. Terdapat dua motif konsumsi dalam
ekonomi konvensional maupun ekonomi Islam, yaitu motif yang berasal dari dalam diri
manusia dan motif yang berasal dari luar diri manusia. Perilaku konsumen konvensional
didorong oleh motif internal yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan
motif
eksternal yang lebih bertujuan untuk pemenuhan keinginan hawa nafsu. Keempat,
terletak pada konfigurasi kebutuhan konsumen. Dalam ekonomi
konvensional, kebutuhan ditentukan oleh konsep kepuasan (utility) sehingga pembagian
kebutuhan tersebut dibagi berdasarkan tingkat intensitas, sifat, subjek yang
membutuhkan,
dan waktu. Menurut intensitas penggunaannya, kebutuhan dapat dibagi menjadi
kebutuhan
primer, sekunder, dan tersier. Menurut sifatnya, kebutuhan terdiri dari kebutuhan jasmani
dan
kebutuhan rohani.

Dari penelusuran berbagai literatur yang membahas tentang konsep utility, ditemukan
beberapa proposisi utility sebagai berikut:
1. Konsep utility membentuk persepsi kepuasan materialistis.
2. Konsep utility mempengaruhi persepsi keinginan konsumen.
3. Konsep utility mencerminkan peranan self-interest konsumen.

Persepsi tentang keinginan memiliki tujuan untuk mencapai kepuasan materi. 5. Self-
interest mempengaruhi persepsi kepuasan materialistis konsumen.
6. Persepsi kepuasan menentukan keputusan (pilihan) konsumen.
Sedangkan pada berbagai literatur Islam yang menerangkan tentang perilaku
konsumen, ditemukan beberapa proposisi sebagai berikut:
1. Konsep maslahah membentuk persepsi kebutuhan manusia.
2. Konsep maslahah membentuk persepsi tentang penolakan terhadap kemudharatan.
3. Konsep maslahah memanifestasikan persepsi individu tentang upaya setiap pergerakan
amalnya mardhatilah.. 4. Upaya mardhatilah mendorong terbentuknya persepsi
kebutuhan islami.
5. Persepsi seorang konsumen dalam memenuhi kebutuhannya menentukan keputusan
konsumsinya.23
Kelima, perbedaannya terletak pada teori perilaku konsumen. Teori perilaku
konsumen konvensional memberikan pandangan bahwa setiap konsumen selalu bersedia
membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh sejumlah barang dan jasa karena
barang
dan jasa tersebut berguna serta dapat menambah tingkat kepuasan. Sedangkan dalam
teori
perilaku konsumen muslim, sangat penting adanya pembagian jenis barang dan jasa
antara

Perilaku Konsumen dalam Teori Ekonomi Islam


 
Dalam ekonomi Islam, tujuan konsumsi adalah memaksimalkan maslahah. Menurut Imam Shatibi istilah
maslahah maknanya lebih luas dari sekedar utilitas atau kepuasan dalam terminologi ekonomi
konvensional. Maslahah merupakan tujuan hukum syara yang paling utama.
 Maslahah adalah sifat atau kemampuan barang dan jasa yang mendukung elemen-elemen dan dasar
dari kehidupan manusia dimuka bumi ini (Khan dan Ghifari, 1992). Ada lima unsur dasar menurut
beliau, yakni: AGAMA, kehidupan atau jiwa (al-nafs), properti atau harta benda (al-mal), keyakinan (al-
din), intelektual (al-aql), dan keluarga atau keturunan (al -nasl). Dengan kata lain, maslahah meliputi
integrasi manfaat fisik dan unsur-unsur kebahagiaan.
 Mencukupi kebutuhan dan bukan memenuhi kepuasan/keinginan adalah dari aktivitas ekonomi Islam,
dan tujuan usaha adalah memenuhi kewajiban dalam beragama. Adapun sifat-sifat maslahah sebagai
berikut :Maslahah adalah subjektif dalam arti bahwa setiap individu menjadi hakim bagi masing-masing
dalam menentukan apakah suatu maslahah atau bukan bagi dirinya. Namun, berbeda dengan konsep
utilitas, Kriteria maslahah telah ditetapkan oleh syariah dan sifatnya mengikat bagi semua
individu. Maslahah orang per orang akan konsisten dengan maslahah orang banyak. Konsep
ini sangat berbeda dengan konsep Pareto Optimum, yaitu keadaan optimal dimana
seseorang tidak dapat meningkatkan tingkat kepuasan atau kesejahteraannya tanpa
menyebabkan penurunan kepuasan atau kesejahteraan orang lain.Konsep maslahah atas
semua aktivitas ekonomi dalam masyarakat, baik itu produksi, konsumsi, maupun dalam pertukaran dan
distribusi.
 yang haram dan yang halal.Teori Nilai Guna (Utility)
Teori ekonomi konvensional mengambarkan tingkat kepuasan seseorang terhadap
suatu barang/jasa demi memuaskan keinginannya sebagai utilitas. Suatu aktivitas
ekonomi untuk menghasilkan sesuatu didorong karena adanya kegunaan dalam
sesuatu itu. Manakala sesuatu itu memiliki kegunaan bagi seseorang maka ia akan
melakukan aktivitas untuk mengkonsumsi sesuatu itu. Utilitas juga menggambarkan
nilai guna atas suatu barang. Jadi suatu barang/jasa memiliki satuan nilai yang dapat
diukur dengan fungsi utilitas.

Fungsi utilitas digambarkan oleh kurva indefference. Fungsi utilitas juga


menggambarkan adanya tingkat kepuasan mengkonsumsi sejumlah barang/jasa pada
jumlah tertentu. Semakin banyak jumlah yang dikonsumsi, maka akan semakin besar
pula tingkat kepuasan yang didapatnya. Namun hal ini tidaklah berlaku seterusnya.
Dalam teori utilitas dikenal juga konsep penurunan utilitas marjinal (diminishing
marginal utiliity) yang menjelaskan adanya penurunan kepuasan (utilitas) pada setiap
tambahan yang diberikan. Hal ini juga berimplikasi akan adanya suatu kepuasan total
yang maksimal terhadap konsumsi suatu barang/jasa. Selain teori-teori yang
dijelaskan di atas ada beberapa lagi teori turunan yang menjelaskan tentang fungsi
utilitas.
Dalam perkembangannya, teori tentang utilitas memicu timbulnya gerakan-gerakan
pemikiran, seperti aliran utilitarianisme (utilitarianism) yang menghendaki adanya
usaha dari pemerintah untuk memaksimalkan utilitas total dari setiap anggota
masyarakatnya dengan jalan pendistribusian pendapatan dari kalangan kaya kepada
masyarakat miskin. Selain itu ada juga aliran liberalisme dan libertarianisme yang tidak
jauh berbeda pemikirannya dengan paham utilitarian, yang menghendandaki adanya
usaha memaksimalkan utilitas total setiap anggota masyarakat.

Fungsi dan Peningkatan Utilitas

Penerapan ilmu ekonomi, tingkat kepuasan

(utility function) digambarkan oleh kurva indiferen

(indifference curve). Dalam fungsi utilitas yang biasa

digambarkan adalah utility function antara dua barang

(atau jasa) yang diminati oleh konsumen.

Dalam membangun teori utility function,

digunakan tiga aksioma pilihan rasional:

1. Completeness (Lengkap)

Dalam aksioma ini dijelaskan bahwa setiap individu

akan menentukan sebuah keadaan yang lebih

diminatinya diantar dua keadaan. Apabila A dan B


adalah dua keadaan yang berbeda, maka individu

akan menentukan secara tepat satu diantara tiga

kemungkinan ini:

a) A lebih disukai daripada B

b) B lebih disukai daripada A

c) A dan B sama menariknya

2. Transivity (Konsisten)

Pada aksioma ini mengatakan bahwa apabila seorang

individu mengatakan “A lebih diminati daripada B,”

dan “B lebih diminati daripada C,” maka ia pasti akan

mengatakan bahwa “A lebih diminati daripada C.”

Sebenarnya aksioma ini hanya memastikan konsisten

internal seorang individu dalam mengambil

keputusan.

3. Continuity (Keberlanjutan)

Aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu

mengatakan “A lebih diminati daripada B,” maka

keadaan yang mendekati A pasti juga lebih diminati

daripada B.43

Berdasarkan ketiga aksioma diatas, penjelasan

tersebut berkaitan dengan kurva indiferen. Kurva

indifferen adalah kurva yang menggambarkan gabungan

Anda mungkin juga menyukai