Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

LEGAL DRAFTING
“KONSEP NEGARA HUKUM”

Dosen Pengampu :
DESI HANDAYANI, M.H
Kelompok : 1
Disusun oleh :
1. ANDORIO (1921020569)
2. PEKI PRATAMA (1921020577)
3. NADIAH PUTRI SILVIA (1921020566)
4. ADI PUJANGGA (1921020579)

Prodi : Hukum Tatanegara

FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Konsep Negara Hukum”.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai konsep negara hukum. Kami berharap
pula makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................3
BAB 1
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan Masalah..............................................................................................5
BAB II
A. Pengertian Konsep dan Ciri Negara Hukum..................................................6
B. Hakekat Negara Hukum................................................................................9
C. Tipe Negara Hukum.......................................................................................10
D. Prinsip Negara Hukum.................................................................................10
E. Unsur-unsur Negara Hukum.........................................................................14
F. Karakteristik Negara Hukum..........................................................................15
G. Indonesia Sebagai Negara Hukum..................................................................15
BAB III
A. Kesimpulan....................................................................................................17
B. Saran ..............................................................................................................19
Daftar Pustaka............................................................................................................20
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cita-cita bernegara yang penting yang diwariskan oleh ‘the
founding leaders’ Indonesia itu kepada generasi kita sekarang ialah cita negara
hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam bernegara,
umat manusia memang tidak mengenal adanya konsep Negara Ekonomi atau pun
Negara Politik. Yang ada adalah doktrin mengenai Negara Hukum. Negara kita
diimpikan oleh ‘the founding leaders’ sebagai Negara Hukum atau ‘Rechtsstaat’
menurut tradisi Eropah Kontinental atau pun ‘The Rule of Law’, menurut tradisi
Anglo-Amerika. Negara Indonesia ialah ‘rechtsstaat’, bukan ‘machtsstaat’
(negara kekuasaan) atau pun korporatokrasi. Namun demikian, yang menjadi
masalah pokok kita sekarang ini adalah bahwa perwujudan cita Negara Hukum itu
sendiri masih sangat jauh dari kenyataan. Bahkan, dari waktu ke waktu, ciri-ciri
negara hukum ideal itu sendiri dalam kenyataannya juga belum kunjung
mendekati yang harapan.
Istilah Negara Hukum baru dikenal pada Abad XIX tetapi konsep Negara
Hukum telah lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntutan keadaan. Dimulai
dari zaman Plato hingga kini, konsepsi Negara Hukum telah banyak mengalami
perubahan yang mengilhami para filsuf dan para pakar hukum untuk merumuskan
apa yang dimaksud dengan Negara Hukum dan hal-hal apa saja yang harus ada
dalam konsep Negara Hukum.
Pemerintahan berberdasarkan hukum adalah suatu prinsip yang
menyatakan bahwa hukum adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa hukum
adalah otoritas tertinggi dan bahwa semua warga negara termasuk para pejabat
dan pemerintah tunduk pada hukum dan sama-sama berhak atas perlindungannya.
Dalam tradisi negara liberal dikatakan bahwa kebebasab sipil dan hak-hak sipil
(yang mencakup kebebasan berpikir dan berpendapat, kebebasan berkumpul dan

4
berserikat, kebebasan beragama serta kebebasan pers) akan sulit diwujudkan jika
hukum disebuah negara tidak diberlakukan secara tegas dan pada semua orang,
termasuk pejabat pemerintah. Dengan kata lain, supremasi hukum dalam rule of
law merupakan unsur utama yang mendasari terciptanya masyarakat yang
demokratis dan adil.
Dengan demikian, perbedaan yang kuat dan lemah tidak lagi memainkan
peran. Orang dapat memperoleh apa yang menurut hukum menjadi haknya, entah
dia kuat ataupun lemah. Secara sederhana , supremasi hukum bisa dikatakan
bahwa kekuasaan pihak yang kuat diganti dengan kekuasaan berdasarkan keadilan
dan rasional.
Dalam makalah dengan topik Negara Hukum ini akan diuraikan dengan
singkat perkembangan konsep Negara Hukum, rumusan konsep Negara Hukum
dari para pakar,  apa yang dimaksud dengan rumusan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945
Amandemen, tipe Negara Hukum dan ciri-ciri Negara Hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dan ciri Negara Hukum?
2. Bagaimana hakekat Negara Hukum?
3. Apa tipe Negara Hukum?
4. Apa Prinsip Negara Hukum?
5. Apa Unsur-unsur Negara Hukum?
6. Apa Karakteristik Negara Hukum Pancasila?
7. Bagaimana Indonesia sebagai Negara Hukum?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep dan ciri Negara Hukum
2. Untuk mengetahui hakekat Negara Hukum
3. Untuk mengetahui tipe Negara Hukum
4. Untuk mengetahui Prinsip Negara Hukum
5. Untuk mengetahui Unsur-unsur negara hukum
6. Untuk mengetahui Karakteristik Negara Hukum
7. Untuk mengetahui Indonesia sebagai Negara Hukum

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dan Ciri Negara Hukum
1. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah restaat atau rule of lau.
Istilah restaat diberikan oleh ahli hukum eropa continental, sedang istilah rule of
lau diberikan oleh ahli hukum Anglo Sexon. Restaat atau Rule Of Lau itu sendiri
dapat dikatakan sebagai bentuk rumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme
oleh karena itu, konstitusi dan negara hukum merupakan dua lembaga yang tidak
terpisahakan.Secara sederhana yang dimaksud dengan negara hukum adalah
negara yang penyelengaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum.
Dinegara berdasarkan atas hukum maka negara termasuk didalamnya pemerintah
dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi
oleh hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Dalam negara
hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan hukum
dan bertujuan untuk menyelengarakan ketertiban hukum (Winarno,2017: 137).
lahir sekurang kurangnya tiga karakter konsep restaat dalam kehidupan negara
bangsa. Pertama, bahwa apa yang disebut hukum itu harus dibentuk dalam
wujudnya yang positif, ialah tertulis guna merumuskan adanya hubungan sebab
akibat antara suatu perbuatan hukum atau peristiwa hukum tertentu dengan akibat
hukumnya. Kedua, apa yang disebut hukum yang telah selesai dalam bentuknya
yang positif itu, disebut ius konstitutum harus merupakan hasil proses kesepakatan
golongan dalam suatu negeri, angsung ataupun melalui wakil-wakilnya, melalui
suatu proses yang disebut proses legislasi. Ketiga, hukum yang telah diwujudkan
dalam bentuk undang-undang berikut undang-undang yang paling dasar yang
disebut undang undang dasar dan bersifta kontraktual itu akan mengikat seluruh
warga bangsa secara mutlak, mengalahkan aturan aturan noormatis macam
apapun, yang local atuapun yang sectarian, namun yang belum disepakatkan

6
melalui proses legislative agar diberlakukan sebagai sebagian dari hukum nasional
(Nazarudin,2007: 89).

2. Negara Hukum Formil Dan Negara Hukum Materil


Salah satu ciri penting dalam negara yang menganut konstitusionalisme
yang hidup pada abad ke 19 adalah bahwa sifat pemerintah yang fasif, artinya
pemerintah hanya sebagai wasit aau pelaksana dari berbagai keinginian rakyat
yang dirumuskan para wakilnya deerpalement. Disini, peranan negara lebih kecil
dari pada peranan rakyat karrena pemerintah hanya sebagai pelaksana keinginan
keinginan rakyat yang diperjuangkan secara liberal untuk menjadi keputuan
parlement.Jika dikaitan dengan trias politika dalam konsep Mons Squieu maka
tugas pemerintah terbatas pada tugas eksekutif, yaitu melaksankan undang undang
yag dibuat oleh parlement. Tugas pemerintah hanyalah melaksanakan apa yang
telah diputuskan oeh parlement. Pada waktu  itu, masih dikuasai bbahwa 
pemerintah hendaknya tidak turut campur urusan warga negaranya kecuali dalam
hal menyangkut kepeniga umum. Seperti bencana alam, hubungan luar negeri dan
pertahanan negara (Miriam Budiarjo,1993).
Aliran ini dirumuskan dengan dalil pemerintah yang paling sedikit adalah
pemerintahan yang baik.Negara dalam pandangan ini adalah negara yang
memiliki ruang gerak sempit. Negara memiliki peran yang kecil, sedangkan peran
yang lebih besar diserahkan pada warga secara liberal terutama dalam
kepentingan ekonomi. Negara hanya mempunyai tugas pasif, yaitu baru bertindak
apabila hak hak warga negara dilanggar atau ketertiban keamanan umum
terancam. Konsepsi negara demikian adalah negara hukum dalam arti sempit atau
negara hukum formil atau negara hukum clasik.Jadi negara hukum formil adalah
negara hukum dalam arti sempit, yaitu negara yang membatasi ruang geraknya
yang bersifat pasif terhadap epeningan rakyatnya. Negara tidak campur tangan
secara banyak terhadap urusan kepentingan warga negara. ulaan ekonomi
diserahkan pada warga negara dengan dalil ikan warga dibiarkan mengurus
kepentinngan ekonominya sendiri maka dengan sendirinya perekonomian negara
akan sehat (Suhardi, 2003: 75)

7
Pada abad 20, negara hukum formil dikencam banyak pihak karena
mengakibatkan kesenggajaan ekonomi yang amat mencolok terutama setelah
perang dunia kedua. Gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam
urusan warga baik dalam bidang ekonomi dan sosial lambat laut berubah menjadi
gagasan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan
kemakmuranya. ekonomi dan sosial. Untuk itu pemerintah tidak boleh pasif atau
berlaku seperti penjaga  malam, melainkan harus aktif melakukan upaya upaya
membangun kesejahteraan rakyat.Gagasan baru ini disebut dengan Walfree State.
Sebagai konsep, negara yang muncul adalah negara hukum materil atau negara
hukum dalam arti luas. Dalam negara hukum materil atau dapat disebut negara
hukum modern, pemerinttah diberi tugas membangun kesejahteraan umum
diberbagai lapangan kehidupan. Untuk itu pemerintah diberi kewenangan untuk
turut campur dalam urusan warga negara pemerintah diberi frees eremessen yaitu
kemerdekaan yang dimiliki pemerintah untuk turut dalam kehidupan ekonomi
sosial dan keleluasaan (Suyarno, 2009: 112).
Dengan demikian, konsep negara hukum materil berbeda dengan negara
hukum formil yang muncul pada abad ke 19. Pemerintah dalam negara hukum
materil dapat bendak dalam urusan dan kepentingan public jauh melebihi batasan
batasan yang pernah diatur dalam konsep negara hukum formil. Pemerintah
bahkan bisa memberi kewenangan legislative. Kewenangan inni  meliputi tiga hal
yaitu:Adanya hak inisatif yaitu  hak mengajukan rancangan undang undang
bahkan membuat peraturan perundang undangan yang sedrajat dengan undang
undang tanpa terlebih dahulu persetujuan parlement meskipun membatasi kurun
waktu. Hak delegasi, yaitu membuat peraturan perundang undangn dibawah
undang undang. Menafsirkan sendiri aturan aturan yang masiih enumsiatif. Jadi,
negara hukkum materil adalah negara yang mana pemerintah negara memiliki
keleluasaan untuk turut campur tangn dalam urusan warga dengandasar bahwa
pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap keejahteraan rakyat. negara berifat
aktif dan mandiri dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat (Winarno, 2017:
143).
3. Ciri Negara Hukum

8
Negara hukum merupakan terjemahan dari rechstaat  atau rule of law.
Istilah rechstaat sendiri diberikan oleh ahlib hukum eropa continental sedangkan
istilah rule of law diberikan oleh para ahli hokum anglo saxon. Friedrich Julius
mengemukakan bahwa ciri-ciri rechstaat adalah sebagai berikut:
1.      Hak asasi manusia
2.      Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin HAM
3.      Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
4.      Peradilan administrasi dalam perselisihan
Adapun AV dicey memberikan ciri-ciri rule of law adalah sebagai berikut:
1.      Supremasi hukum, tidak boleh ada kesewenang-wenangan
2.      Kedudukan yang sama didepan hukum
3.      Terjaminnya HAM dalam undang-undang dan keputusan peradilan.
Disamping perumusan ciri-ciri Negara hukum diatas ada pula berbagai
pendapat mengenai ciri-ciri yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut
Montesquieu Negara yang paling baik adalah Negara hukum karena didalam
konstitusi dibanyak Negara yang mengandung tiga inti pokok yaitu:
1.      Perlindungan HAM
2.      Ditetapkanya ketatanegaraan suatu Negara dan
3.      Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ Negara
Prof. sudargo Gautama mengemukakan ada 3 ciri atau unsur dari Negara
hkum yaitu:
1. Terdapat pembatasan kakuasaan Negara terhadap perorangan, maksudnya
Negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang.
2. Asas legalitas yaitu setiap tindakan Negara harus berdasarkan hukum yang
telah diadakan terlebih dahulu
3. Pemisahan kekuasaan yaitu agar hak-hak asasi itu benar-benar terlindungi
maka diadakan pemisahan kekuasaan.
B. Hakekat Negara Hukum
Gagasan atau pemikiran untuk melindungi hak-hak asasi manusia yang
dipelopori oleh pemikir-pemikir Inggris dan Prancis yang sangat mempengaruhi
tumbangnya absolutisme. Berdasarkan pandangan para pakar maka negara hukum

9
hakikatnya adalah negara yang menolak melepaskan kekuasaan tanpa kendali.
Negara yang pola hidupnya berdasarkan hukum yang adil dan demokratis.
Ide negara hukum menurut Aristoteles sangat erat dengan keadilan,
bahkan suatu negara dikatakan sebagai negara hukum apabila keadilan telah
tercapai
Menurut Plato penyelenggaraan negara yang baik adalah adalah
didasarkan pada pengaturan hukum yang baik.
C. Tipe Negara Hukum
Ada 3 tipe Negara hukum, yaitu:
1. Tipe Negara Hukum Liberal.
Tipe Negara hukum Liberal ini menghandaki supaya Negara berstatus pasif
artinya bahwa warga Negara harus tunduk pada peraturan-peraturan Negara.
Penguasa dalam bertindak sesuai dengan hukum. Disini kaum
Liberal menghendaki agar penguasa dan yang dikuasai ada suatu persetujuan
dalam bentuk hukum, serta persetujuan yang menjadi penguasa.
2. Tipe Negara Hukum Formil atau Division of Power.
Negara hukum Formil yaitu Negara hukum yang mendapatkan pengesahan
dari rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu,
harus berdasarkan undang-undang. Negara Hukum formil ini disebut juga dengan
Negara demokratis yang berlandaskan Negara hukum.
3.  Tipe Negara Hukum Materiil atau Sparation of Power.
Negara Hukum Materiil sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut
dari Negara Hukum Formil; tindakan penguasa harus berdasarkan undang-undang
atau berlaku asas legalitas yaitu dalam negara hukum Materiil tindakan dari
penguasa dalam hal mendesak demi kepentingan warga Negara dibenarkan
bertindak menyimpang dari undang-undang atau berlaku asas Opportunitas.
D. Prinsip Negara Hukum
Para Sarjana Eropa Kontinental yang diwakili oleh Julius Stahl
menuliskan prinsip negara hukum (Rechtsstaat) dengan mengimplementasikan:
1.      Perlindungan hak asasi manusia;
2.      Pembagian kekuasaan;

10
3.      Pemerintahan berdasarkan undang-undang;
4.      Peradilan Tata Usaha Negara.
International Comission of Jurists pada konfrensinya di Bangkok (1965)
juga menekankan prinsip-prinsip negara hukum yang seharusnya dianut oleh
sebuah negara hukum, yaitu:
1. Perlindungan konstitusional, artinya, selain menjamin hak-hak individu,
konstitusi harus pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin;
2. Badan-badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
3. Pemilihan umum yang bebas;
4. Kebebasan menyatakan pendapat;
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi; dan
6. Pendidikan kewarganegaraan.
Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum menurut “The
International Commission of Jurists” itu adalah:
1.   Negara harus tunduk pada hukum.
2.   Pemerintah menghormati hak-hak individu.
3.   Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Muhammad Tahir Azhary, dengan mengambil inspirasi dari sistem hukum
Islam, mengajukan pandangan bahwa ciri-ciri nomokrasi atau Negara Hukum
yang baik itu mengandung 9 (sembilan) prinsip, yaitu:
1.   Prinsip kekuasaan sebagai amanah;
2.   Prinsip musyawarah;
3.   Prinsip keadilan;
4.   Prinsip persamaan;
5.   Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;
6.   Prinsip peradilan yang bebas;
7.   Prinsip perdamaian;
8.   Prinsip kesejahteraan;
9.   Prinsip ketaatan rakyat.

11
Jimly Ashshiddiqie menuliskan kembali prinsip-prinsip negara hukum
dengan menggabungkan pendapat dari sarjana-sarjana Anglo-Saxon dengan
sarjana-sarjana Eropa Kontinental. Menurutnya dalam negara hukum pada arti
yang sebenarnya, harus memuat dua belas prinsip, yakni:
1. Supremasi Hukum (Suprermacy of Law).
Dalam perspektif supremasi hukum, pada hakekatnya pemimpin tertinggi
negara yang sesungguhnya bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang
mencerminkan hukum yang tertinggi, The Rule of Law and not of man.
2. Persamaan dalam hukum (Equality before the Law).
Setiap orang berkedudukan sama dalam hukum dan pemerintahan. Sikap
diskrimatif dilarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan
sementara yang disebut affirmative action, yakni tindakan yang mendorong dan
mempercepat kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan,
sehingga mencapai perkembangan yang lebih maju dan setara dengan kelompok
masyarakat kebanyakan yang telah lebih maju.
3. Asas Legalitas (Due Process of Law).
Segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-
undangan yang sah dan tertulis. Setiap perbuatan administrasi harus didasarkan
atas aturan atau rules and procedurs (regels). Namun, disamping prinsip ini ada
asas frijsermessen yang memungkinkan para pejabat administrasi negara
mengembangkan dan menetapkan sendiri beleid-regels atau policy rules yang
berlaku secara bebas dan mandiri dalam rangka menjalankan tugas jabatan yang
dibebankan oleh peraturan yang sah.
4. Pembatasan kekuasaan.
Adanya pembatasan kekuasaan negara dan organ-organ negara dengan
cara menerapkan prinsip pembagian secara vertikal atau pemisahan kekuasaan
secara horizontal. Kekuasaan harus selalu dibatasi dengan cara memisahkan
kekuasaan ke cabang-cabang yang bersifat checks and balances dalam kedudukan
yang sederajat dan saling mengimbangi serta mengendalikan satu sama lain.
5. Organ-organ eksekutif independen.

12
Independensi lembaga atau organ-organ dianggap penting untuk menjamin
demokrasi, karena fungsinya dapat disalahgunakan oleh pemerintah untuk
melanggengkan kekuasaannya. Misalnya, tentara harus independen agar fungsinya
sebagai pemegang senjata tidak disalahgunakan untuk menumpas aspirasi pro-
demokrasi.
6. Peradilan bebas dan tidak memihak (independent and impartial judiciary).
Dalam menjalankan tugas yudisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh
siapapun juga, baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan
uang (ekonomi). Untuk menjamin keadilan dan kebenaran, tidak diperkenankan
adanya intervensi ke dalam proses pengambilan putusan keadilan oleh hakim, baik
intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif maupun legislatif ataupun dari
kalangan masyarakat dan media massa. Namun demikian, hakim harus tetap
terbuka dalam pemeriksaan perkara dan menghayati nilai-nilai keadilan dalam
menjatuhkan putusan.
7. Peradilan Tata Usaha Negara.
Dalam setiap negara hukum, harus terbuka kesempatan bagi setiap warga
negara untuk menggugat keputusan pejabat administrasi negara dan dijalankannya
putusan hakim tata usaha negara (administrative court) oleh pejabat administrasi
negara. Pengadilan administrasi negara ini juga menjadi penjamin bagi rakyat agar
tidak di zalimi oleh negara melalui keputusan pejabat administrasi negara.
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court).
Pentingnya Constitutional Court adalah dalam upaya untuk memperkuat
sistem checks and balances antara cabang-cabang kekuasaan yang sengaja
dipisahkan untuk menjamin demokrasi.
9. Perlindungan hak asasi manusia.
Perlindungan terhadap hak asasi manusia dimasyarakatkan secara luas
dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis.
10. Bersifat demokratis (democratische rechtsstaat).
Negara hukum yang bersifat nomokratis harus dijamin adanya demokrasi,
sebagaimana di dalam setiap negara demokratis harus dijamin

13
penyelenggaraannya berdasar atas hukum. Jadi negara hukum (rechtsstaat) yang
dikembangkan bukanlah negara hukum yang absolut (absolute rechtsstaat)
melainkan negara hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat).
11. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (Welfare
Rechtsstaat).
Sebagaimana cita-cita nasional Indonesia yang dirumuskan dalam
pembukaan UUD 1945, tujuan bernegara Indonesia dalam rangka melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
12. Transparansi dan kontrol sosial.
Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhadap setiap
proses pembuatan dan penegakan hukum, sehingga kelemahan dan kekurangan
yang terdapat dalam mekanisme kelembagaan resmi dapat dilengkapi secara
komplementer oleh peran serta masyarakat secara langsung.
E. Unsur-unsur Negara Hukum
Menurut F.J Stahl merumuskan unsur-unsur:
1.      Perlindungan hak-hak asasi manusia;
2.      Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;
3.      Pemerintahan berdasarkan Peraturan  Perundang-Undangan; dan
4.      Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Secara umum unsur-unsur negara meliputi:
1. Adanya suatu sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulatan
rakyat.
2. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus
berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan
3. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara)
4. Adanya pembagian kekuasaan dalam Negara
5. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan yang bebas dan mandiri

14
6. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga
negara untuk turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah
7. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pemebagian yang
merata sumber daya yang diperluakan bagi kemakmuran warga negara.
F.   Karakteristik Negara Hukum Pancasila
Menurut Philipus M. Hadjon karakteristik negara hukum pancasila
meliputi:
1. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
Negara
3. Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
G. Indonesia sebagai Negara Hukum
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945
menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa
negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian
Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai
berikut:
1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara
Indonesia berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan
belaka (Machtsstaat).
2. Sistem Konstitusional yaitu Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi
(hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem
Rechsstaat yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang

15
termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental. Konsepsi negara hukum Indonesia
dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang dapat dilihat pada Pembukaan
UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa negara
Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang Perekonomian
Nagara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang menegaskan
bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara dan
kesejahteraan rakyat.
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar
nasional.
2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.
3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.
4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27
(1) UUD 1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).
6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif).
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
9.  Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28
A-J UUD 1945).

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep Dan Ciri Negara Hukum
A. Pengertian dan ciri negara hukum
Negara hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan
kekuasaan, dan pemerintahannya berdasarkan sistem konstitusi (hukum
dasar) bukan absolute (kekuasaan yang tidak terbatas.
B. Negara Hukum Formil Dan Negara Hukum Materil
Konsepsi negara demikian adalah negara hukum dalam arti sempit atau
negara hukum formil atau negara hukum clasik.Jadi negara hukum formil
adalah negara hukum dalam arti sempit, yaitu negara yang membatasi
ruang geraknya yang bersifat pasif terhadap epeningan rakyatnya.
C. Ciri Negara Hukum
Friedrich Julius mengemukakan bahwa ciri-ciri rechstaat adalah sebagai
berikut:
1. Hak asasi manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin HAM
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan
2. Hakekat Negara Hukum
Berdasarkan pandangan para pakar maka negara hukum hakikatnya adalah
negara yang menolak melepaskan kekuasaan tanpa kendali. Negara yang
pola hidupnya berdasarkan hukum yang adil dan demokratis.
3. Tipe Negara Hukum
Ada 3 tipe Negara hukum, yaitu:

17
1. Tipe Negara Hukum Liberal.
2. Tipe Negara Hukum Formil atau Division of Power.
3. Tipe Negara Hukum Materiil atau Sparation of Power.

4. Prinsip Negara Hukum


Para Sarjana Eropa Kontinental yang diwakili oleh Julius Stahl
menuliskan prinsip negara hukum (Rechtsstaat) dengan
mengimplementasikan:
1. Perlindungan hak asasi manusia;
2. Pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang;
4. Peradilan Tata Usaha Negara.
5. Unsur-unsur Negara Hukum
Menurut F.J Stahl merumuskan unsur-unsur:
1.  Perlindungan hak-hak asasi manusia;
2.  Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;
3.  Pemerintahan berdasarkan Peraturan  Perundang-Undangan; dan
4.  Peradilan administrasi dalam perselisihan.
6. Karakteristik Negara Hukum Pancasila
Menurut Philipus M. Hadjon karakteristik negara hukum pancasila
meliputi:

a. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas


kerukunan
b. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
Negara
c. Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
7. Indonesia sebagai Negara Hukum

18
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia
adalah Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian
pasal UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta
menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus
merupakan negara hukum.
B. Saran
Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penyusun banyak
berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penyusun pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Penulis menyarankan kita harus mengetahui ilmu konsep negara hukum
sesuai dengan yang kita pahami dan mengamalkannya dalam penerapan
kehidupan sehari-hari.

19
Daftar Pustaka
Sri Rejeki Hartono, 2000, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Bandung: Mandar
Maju.
Bachsan Mustafa, 1984 Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Alumni
Bandung.
https://wedanganget.blogspot.com/2012
https://wahyuberbagi95.blogspot.com/2013/04/makalah-konsep-negara-hukum-
indonesia_2.html
/05/makalah-negara-hukum.html
ttps://makalahkuindonesia.blogspot.com/2017/12/konsep-dan-ciri-negara-
hukum.html?zx=82811044214346ea

20

Anda mungkin juga menyukai