I. Konsep Penyakit
A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolic yang disebabkan oleh sekresi hormon
insulin tidak adekuat atau fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru
gabungan dari keduanya.
Diabetes Melitus (DM) Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016,
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana organ pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak efektif dalam menggunakannya.
B. Etiologi
1. DM tipe 1 : pada diabetes melitus tipe 1 terdapat 2 penyebab yaitu:
a. Autoimun yaitu karena dimana sistem kekebalan tubuh menyerang dan
menghancurkan sel-sel pembuat insulin dipankreas
b. Idiopatik yaitu karena pankreas gagal untuk memproduksi insulin yang cukup
karena sel beta.
2. DM tipe 2 : dimulai dengan resistensi insulin, suatu kondisi yang mana sel-sel gagal
merespon insulin dengan baik.
3. Etilogi DM tipe spesifik lain :
a. Defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin:
resistensi insulin tipe A, leprechaunisme, sindrom rabson Mendenhal
b. Penyakit eksokrin pancreas:pancreatitis,trauma/pankreatektomi,neoplasma,
fibrosis kistik
c. Endokrinopati: akromegali,sindrom cushing, feokromositoma
d. Obat atau zat kimia: vacor,pentamidin, asam nikotinat,glukokortikoid, hormonetiroid,
diazoxid, tiazid
e. Infeksi: rubella congenital-Imunologi (jarang): sindromstiff-man, anti bodi
antireseptor insulin
f. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
E. Pemeriksaan Penunjang
Pada penyakit Diabetus Millitus terdapat pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1. Gula darah sewaktu: 140 mg/dL.
2. Tes intoleransi glukosa oral: gula darah <115 mg
3. Tes toleransi glukosa intravena
4. Gula darah puasa: 70-110 mg/dL
5. Gula darah 2 jam postprandial < 140 mg/dL
F. Penatalaksanaan
1. Diabetes tipe I : Insulin
Insulin eksogen diberikan pada pasien yang tidak cukup pemenuhan kebutuhanya dari
insulin endogen. Efek dari insulin yaitu untuk menurunkan glukosa plasma.
Pengaturaan dosis insulin :
a. Ditentukan ada tidaknya glukosuria, disamping kadar glukosa plasma
b. Bila tidak ada komplikasi, terapi diawali dengan dosis 10-20 u lente insulin
sebelum makan pagi secara SC
c. Intruksikan pasien untuk memeriksakan reduksi urine sebelu, makan dan sebelum
tidur selama pengaturan dosis insulin berlangsung.
d. Pasien harus mempunyai catatan pembrian insulin.
2. Diabetes tipe II
a. Modifikasi Diit direncanakan sesuai dengan berat badan, aktivitas, dan semua jenis
nutrisi , yang bertujuan untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Standar yang
diajurkan adalah makanan yang mengandug komposisi : karbohidrat (60-70%), proteiin
(10-15%), lemak (20-25%).
b. Latihan fisik atau bekerja juga mempengaruhi pengaturan kadar glukosa darah penderita
diabetes dan mempermudah traspor glukosa kedalam sel.
c. Agen hipoglikemia bekerja dengan merangsang sel beta dan meningkatkan skresi insulin
G. Komplikasi
Pada pasien Diabetus Millitus komplikasinya sebagai berikut:
1. Hipoglikemia
2. Jantung
3. Gagal ginjal
4. Gangguan penglihatan
5. Gangrene
H. Patofisiologi dan Pathway
Patofisiologi Diabetes Melitus yaitu sebagai berikut :
1. DM tipe 1 :
Awal mulanya terjadi reaksi autoimun yang disebabkan oleh usia,Obesitas,
riwayat keluarga. Sehingga sel beta pankreas hancur kemudian terjadilah
defisiensi insulin. Defisiensi insulin terbagi menjadi 3 yaitu hiperglikemia,
katabolisme protein meningkat dan liposis meningkat. Hiperglikemia
menyebabkan fleksibilitas darah merah sehingga terjadi pelepasan O2. Dari
pelepasan O2 menyebabkan hipoksia perifer yang mengakibatkan terjadi nyeri
dan perfusi jaringan perifer tidak efektif. Hiperglikemia dapat menyebabkan
intake yang tidak adekuat sehingga terdapat pembatasan diit. Selain itu,
hiperglikemia menyebabkan poliuri sehingga terjadi deficit volume cairan.
2. DM tipe 2 :
Dengan penurunan jumlah sel pankreas disebabkan oleh idiopatik, usia dan
genetic sehingga terjadi defisiensi insulin. Defisiensi insulin terbagi menjadi 3
yaitu hiperglikemia, katabolisme protein meningkat dan liposis meningkat.
Katabolisme protein meningkat dan liposis meningkat menyebabkan penurunan
BB sehingga terjadi resiko nutrisi kurang dari kebutuhan.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Pengkajian nutrisi dapat mengidentifikasi informasi mengenai obesitas, malnutrisi,
penurunan berat badan, defisiensi nutrisi tertentu dan abnormalitas metabolic.
Untuk pengkajian kebutuhan nutrisi meliputi masalah kesehatan klien saat ini,
masalah kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, dan status fungsi atau sistem tubuh
(sistem gastrointensial dan sistem tubuh lain yang terkait).
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pengkajian kebutuhan nutrisi dilakukan dengan pendekatan Anthropometric
measurement, Biochemical data, Clinical sign of nutritional status, Dietary history.
Pengukuran Anthropometric measurement meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, lingkar kepala, lingkar perut,dan IMT. Biochemical data meliputi
pemeriksaan laboratorium yang abnormal,hemoglobin normal antara 11.7–15.5
g/dL,hematokrit normal antara 35–47%, proteintotal normal antara 6.2–8.5 g/dL,
albuminnormal antara 3.5–5.3 g/l. Clinical sign of nutritional status meliputi tanda
klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir, konjuntiva anemis/tidak. Dietary history
meliputi bagaimana asupan nutrisi pasien sebelum kunjungan dan saat kunjungan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan berhubungan dengan
asupan nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan mual muntah
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
Intervensi Keperawatan
1. Timbang berat badan
2. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
3. Lakukan pengukuran antropometri pada komposisi tubuh (misalnya indeks
massa tubuh, pengukuran pinggang, dan lipatan kulit)
4. Monitor kecenderungan turun dan naiknya berat badan (misal, pada pasien
anak, pola tinggi da nana-anak sesuai standar growth chart)
5. Identifikasi perubahan berat badan terakhir
6. Tentukan banyaknya penambahan berat badan selama periode antepartum
7. Monitor tugor kulit dan mobilitas
8. Identifikasi abnormalitas kulit (misalnya memar berlebihan, penyembuhan
luka buruk dan perdarahan)
9. Identifikasi adanya abnormalitas rambut (misal kering, tipis, kasar, dan mudah
patah)
10. Monitor adanya mual muntah
11. Identifikasi abnormalitas eliminasi bowel (misal diare, darah, mucus dan
eliminasi yang nyeri dan tidak teratur)
12. Moitor diet dan asupan kalori
13. Identifikasi perubahan nafsu makan dan aktifitas akhir-akhir ini
14. Monitor tipe dan banyaknya latihan yang biasa dilakukan
15. Diskusikan peran dan aspek sosial dan emosi terkait dengan mengkonsumsi
makanan
D. Masalah Keperawatan Lain Yang Bisa Terjadi (Disertai Rencana Tindakan
Keperawatan sampai intervensi lengkap untuk 1 diagnosa keperawatan tambahan)
1. Diagnosa Keperawatan : defisien volume cairan (Domain 2. Kelas 5. Kode
diagnosis 00027 )
2. Definisi : penurunan cairan intravascular, dan/atau itraselular. Ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
3. Batasan Karakteristik :
Perubahan status mental
Penurunan tugor kulit
Penurunan tekanan darah
Penurunan tekanan nadi
Penurunan volume nadi
Penurnan tugor telinga
Penurunan haluaran urine
Penurunan pengisian vena
Membrane mukosa kering
Kulit kering
Peningkatan suhu tubuh
Peningkatan frekuensi nadi
Peningkatan hematokrit
Peningkatan konsentrasi urine
Penurunan BB tiba-tiba
Haus
Kelemahan
Factor yang berhubungan :
Hambatan mengakses cairan
Asupan cairan kurang
Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan
Planing Keperawatan
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, pasien diharapkan :
Tekanan darah tidak terganggu
Berat badan stabil
Tugor kulit membaik
Denyut perifer tidak terganggu
Jumlah frekuensi pernapasan tidak terganggu
Bola mata tidak cekung dan lembek
Tidak ada asites
Tidak kehausan
Tidak ada sakit kepala atau pusing
b. Intervensi
Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien
Jaga intake yang akurat dan catat output pasien
Masukkan kateter urine
Monitor status hidrasi, misal : membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat,
dan tekanan darah ortostatik
Monitor tanda-tanda vital pasien
Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi
Monitor perubahan berat badan sebelum dan setelah dianalisis
Berikan terapi IV
Monitor status gizi
Monitor makanan/minuman yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori per
harinya
Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makanan yang
baik
Konsultasi dengan dokterjika ada tanda-tanda dan gejala kelebihan volumecairan
menetap atau memburuk
Kolaborasi dengan tim medis dan tim gizi terkait pemberian cairan dan
pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA
I. K., & Susilawati, S. (2017). Analisis length of stay (LOS) berdasarkan faktor prediktor
pada pasien DM tipe II di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Kesehatan
Vokasional, 2(2), 161-1666
Anani, S. (2012). Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes dan Kadar Glukosa
Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus (Studi Kasus di RSUD Arjawinangun
Kabupaten Cirebon). Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2), 18753
Darliana, D. (2011). Manajemen asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus. Idea
Nursing Journal, 2(2), 132-136.
Indonesia, P. E. (2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia. Pb
Herdman T.Heather, Kamitsuru Shigemi.(2018).NANDA-I Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.Jakarta : BUKU KEDOKTERAN EGC
Wilkinson Judith M.2017.Diagnosis Keperawatan NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil NOC
Edisi 10.BUKU KEDOKTERAN EGC, Jakarta
Butcher Howard K., Bulechek Gloria M, Dochterman Joanne M, Wagner Cherly M.
(2016).NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION (NIC) Edisi Ketujuh.
Terjemahan Intansari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor, Yogyakarta
Moorhead, Sue. et al. (2016). Nursing Outcome Classification (NOC), Edisi ke-5.
Terjemahan Intansari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor, Yogyakarta.