Anda di halaman 1dari 24

Ekspektasi terhadap Perilaku Prososial Pada Mahasiswa UKSW

Ditinjau Dari Etnis Jawa

Dosen Pengampu : Adi Wijaya S.Psi., M.Psi.

Disusun Oleh :

Imelda Aurelia Putri 802017124


Nourma Arina 802017149
Yosefin Dwi Y. T. U 802017181
Devana Putri Aisya 802017190
Helen Patricia 802017233
Nadia L. S. Masinambouw 802017601

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan, tidak dapat berdiri
sendiri, dan membutuhkan orang lain. Sebagai makhluk sosial individu seharusnya menerapkan
budaya saling menolong. Pertolongan ini dapat diberikan kepada individu yang sedang
membutuhkan walaupun tidak saling mengenal satu sama lain. Tidak hanya di jalan, di
lingkungan sekitar pun, individu harus lebih peduli dan peka agar dapat diterima dengan baik
oleh masyarakat. Hal inilah yang sering disebut dengan perilaku prososial.

Perilaku prososial adalah perilaku menolong orang tanpa melihat keuntungan baik dari
yang ditolong maupun yang memberi pertolongan, dan mungkin akan mengakibatkan suatu
resiko bagi yang menolong (Baron & Byrne, 2005). Resiko yang didapatkan penolong berupa
hilangnya waktu, tenaga, material dan sebagainya. Dalam hal tersebut individu
mempertimbangkan sikap mereka untuk menolong atau hanya menjadi penonton. Perilaku
prososial sendiri bisa muncul karena ada dua faktor kemungkinan menurut Basti (2007), yang
pertama adalah faktor internal yang meliputi suasana hati, kemampuan, dan kepribadian.
Sedangkan faktor eksternal berupa nilai budaya, peran gender, keluarga dan karakteristik
situasional.

Budaya turut mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku prososial menurut Chen
(2018) ia menyatakan bahwa nilai-nilai budaya sosial dan pengendalian diri yang diberikan
secara turun temurun memberikan dasar bagi orang dewasa dan anak-anak untuk membentuk
perilaku mereka. Setiap budaya akan memiliki nilai nilai yang sudah dianut sesuai dengan
kebudayaan masing masing.
Lestari (2016) mengungkapkan bahwa nilai nilai budaya jawa yang sangat menonjol
adalah (1) tulung tinulung yang artinya tolong menolong; (2) sopan santun kepada orang lain; (3)
eling lan waspodo yang berarti kita harus mengingat siapa kita dan terus berhati hati (4) sareh
narimo perilaku sabar, iklas menerima segala hal; (5) andhap ashor yang berarti tetap bersikap
merendah dan tidak bersikap sombong; (6) kerukunan damai dan tidak bertengkar.

Dalam setiap budaya selalu mengajarkan nilai-nilai tertentu, demikian juga pada budaya
Jawa. Nilai-nilai yang diajarkan misalnya kerukunan, jujur, hormat, tepo sliro, sopan santun,
eling lan waspodo, sabar sareh narimo, tulung tinulung/tolong menolong, andhap asor, prasojo
dan sebagainya. Nilai- nilai yang dimiliki oleh masyarakat akan termanifestasi dalam bentuk
perilaku riil karena nilai akan memberi arah seseorang dalam berperilaku dan mengambil
keputusan.

Salah satu ciri nilai masyarakat Jawa yang menonjol adalah tulung tinulung/tolong
menolong. Tulung tinulung atau tolong menolong juga dikenal dengan istilah prososial. Lim
(2007) menjabarkan nilai prososial sebagai perasaan, tanggung jawab dan perhatian seseorang
terhadap kesejahteraan orang lain serta menitikberatkan adanya kerjasama dan pengabdian
kepada orang lain. Nilai prososial ini memiliki karakteristik antara lain adanya sharing, caring,
teamwork, perhatian dan tanggung jawab terhadap orang lain. Sementara Jackson dan Tisak
(2001) menyatakan bahwa aspek nilai prososial adalah helping, sharing, cooperating,
comforting. Nilai yang dimiliki oleh seseorang dapat diperoleh dan berkembang karena pengaruh
kebudayaan, masyarakat dan kepribadiannya (Suseno, 1996). Berdasarkan beberapa penelitian
ditemukan bahwa faktor internal yang mempengaruhi prososial adalah kepribadian (Baron &
Byrne, 2005; Taylor, dkk., 2006).

Indonesia terbentang luas dari sabang hingga merauke dan mempunyai budaya yang
begitu beragam, dari ras, suku, adat istiadat, kebiasaan, warna kulit, bahasa dan lain sebagainya.
Dari perbedaan tersebut menimbulkan persepsi yang berbeda beda dari tiap individu terhadap
etnis tertentu. Menurut Sarliton W. Sarwono (2009) Persepsi adalah proses perolehan,
penafsiran, pemilihan, dan peraturan informasi indrawi. Sedangkan menurut Philip Khotler
(2000) Persepsi
merupakan proses yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi
masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang mempunyai arti.

Dari persepsi yang terorganisasi di dalam otak kita akan menimbulkan adanya prasangka.
Prasangka merupakan persepsi yang bersifat bias. Prasangka merupakan suatu evaluasi negatif
seseorang atau sekelompok orang terhadap orang atau kelompok lain, semata-mata karena orang
atau orang-orang itu merupakan anggota kelompok lain yang berbeda (outgroup) dari
kelompoknya sendiri (ingroup). Hal tersebut kemudian menyebabkan individu melakukan bias
dalam memandang outgroup sehingga muncul stereotip terhadap kelompok outgroup (Sarwono,
2007, h.18).

Dalam hal ini budaya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi manusia dalam
melakukan tindakan prososial. Indonesia merupakan negara majemuk dengan kemajemukannya
dapat dilihat secara fisik dengan banyaknya pulau yang berjumlah lebih dari 17.000 pulau. Pulau
tersebut dihuni oleh berbagai macam suku bangsa atau etnis. Di Salatiga khususnya di
Universitas Kristen Satya Wacana memiliki kemajemukan budaya yang cukup besar. Mahasiswa
UKSW datang dari seluruh penjuru tanah air, dengan berbagai latar belakang baik agama, suku,
ras, wilayah, dan budaya yang berbeda-beda.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana persepsi mahasiswa/i etnis jawa terhadap etnis papua di UKSW
terhadap perilaku prososial
2. Bagaimana gambaran perilaku prososial etnis jawa terhadap etnis papua terhadap
perilaku prososial

III. Tujuan

1. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa/i UKSW terhadap perilaku prososial


2. Untuk mengetahui gambaran perilaku prososial etnis jawa terhadap etnis papua
terhadap perilaku prososial
IV. Manfaat

● Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan
dan pengembangan dalam psikologi, khususnya psikologi sosial. Selain itu dapat juga
memperkaya pengetahuan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan
dapat juga menjadi bahan tambahan untuk penelitian selanjutnya.

● Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai tambahan informasi yang dapat
menambah dan mengembangkan wawasan peneliti, terutama yang berhubungan dengan
tingkat empati terhadap perilaku prososial.
BAB II
LANDASAN TEORI

I. Definisi perilaku prososial


Menurut Carlo dan Rendall (2002) mendefinisikan perilaku sosial sebagai yang
ditujukan untuk memberi manfaat kepada orang lain. Selain itu, perilaku prososial
merupakan perilaku yang menunjukkan tindakan interpersonal, sehingga perlu ada orang
yang melakukan atau memberi manfaat (benefactor) dan orang yang menerima manfaat
dari tindakan prososial yang muncul.
II. Dimensi perilaku prososial menurut Carlo dan Rendall (2002) adalah :
1. Perilaku prososial altruistik yaitu bantuan sukarela atas kepedulian dan perhatian
terhadap kebutuhan dan kesejahteraan orang lain, yang mana dapat menimbulkan
biaya dan pengorbanan bagi orang yang melakukan atau yang menolong. Adanya
respon simpati yang berkaitan dengan norma-norma yang terinternalisasi dalam
diri individu sehingga menimbulkan empati. Selain itu, altruistik memiliki
hubungan signifikan antara variabel-variabel kepribadian dan perilaku konteks
yang berbeda.
2. Perilaku prososial complaint yaitu bantuan bagi orang lain untuk menanggapi
adanya permintaan bantuan secara verbal maupun nonverbal dengan kata lain
membantu karena ada permintaan dari pihak lain. Bantuan yang dilakukan secara
komplain dengan tingkatan yang lebih tinggi diasosiasikan dengan penggunaan
mode orientasi penerimaan penalaran moral dan tidak diasosiasikan dengan
pengambilan perspektif, simpati, atau penalaran moral yang lebih tinggi. Selain
itu, membantu secara komplain lebih sering dilakukan secara tidak spontan.
3. Perilaku prososial emosional yaitu membantu orang lain yang sedang dalam
keadaan yang mengunggah secara emosional. Bagi beberapa individu situasi yang
sangat menggugah secara emosional dapat memicu tekanan pribadi, sehingga
respon yang mungkin muncul adalah simpati. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan regulasi emosi dan membantu tanpa pamrih atau membantu egositik.
Bantuan yang dilakukan dalam keadaan yang sangat menggugah secara emosional
dikaitkan dengan respon simpati dan kecenderungan orientasi personal terhadap
orang lain.
4. Perilaku prososial publik yaitu perilaku prososial yang dilakukan di depan orang
lain atau khalayak dan cenderung termotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan
persetujuan dan rasa hormat dari orang lain, serta meningkatkan harga diri
seseorang. Perilaku prososial publik tidak berhubungan dengan penalaran moral
yang lebih tinggi dan kecenderungan orientasi personal terhadap orang lain.
5. Perilaku prososial anonymous yaitu perilaku prososial yang dilakukan tanpa
diketahui oleh orang yang menerima bantuan atau orang lain.
6. Perilaku prososial dire yaitu memberikan bantuan dalam situasi krisis atau
keadaan darurat.

III. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial adalah sebagai berikut :


1. Hipotesis empati-altruisme yaitu perilaku prososial secara mendasar dimotivasi oleh
keinginan untuk membantu orang yang membutuhkan. Empati terdiri dari tiga komponen
yang berbeda antara lain emotional empathy, empathic accuracy, dan empathic concerns.
Perbedaan komponen ini berpengaruh pada aspek perilaku prososial yang berbeda dan
juga pada efek jangka panjang perilaku prososial yang berbeda pula.
2. Negative-state relief yaitu perilaku prososial muncul karena adanya keinginan untuk
mengurangi emosi negatif yang tidak nyaman. Artinya, perilaku prososial yang dilakukan
lebih untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman atau tidak menyenangkan ketika
melihat orang lain sedang menderita atau sedang membutuhkan bantuan sehingga empati
menjadi hal yang tidak penting dalam situasi ini.
3. Hipotesis empathic-joy yaitu penolong akan menanggapi kebutuhan orang lain yang
membutuhkan karena adanya keinginan untuk mencapai sesuatu dan dengan melakukan
hal tersebut dapat menghasilkan penghargaan diri bagi orang tersebut, sehingga penting
bagi penolong untuk mengetahui bahwa tindakannya tersebut memberikan dampak
positif bagi orang yang dibantu. Hal tersebut mendorong seseorang untuk terlibat dalam
perilaku prososial.
4. Competitive altruism yaitu bentuk untuk meningkatkan status dan reputasi, sehingga
dapat memberikan manfaat yang lebih dari sekedar mengimbangi biaya untuk terlibat
dalam tindakan prososial. Pengakuan publik terhadap perilaku sosial dapat meningkatkan
situasi sosial. Maka, semakin suatu tindakan prososial menghasilkan peningkatan pada
status sosial seseorang, maka semakin tinggi pula perilaku prososial yang dilakukan
orang tersebut.
5. Kin selection theory yaitu membantu orang lain yang berhubungan secara genetik.
Seseorang cenderung akan membantu orang lain yang dekat dengannya. Namun, tidak
semua tindakan membantu berdasarkan pada kedekatan hubungan seseorang baik secara
genetik ataupun tidak. Perilaku prososial tentu dilakukan pada orang yang tidak memiliki
hubungan sama sekali, hal ini dapat terjadi karena adanya kecenderungan seseorang
untuk membantu karena ada timbal baliknya. Jika seseorang telah membantu, maka di
kemudian hari dia akan mendapat bantuan pula.
6. Defensive helping yaitu bantuan diberikan kepada outgroup untuk mengurangi ancaman
pada status atau kekhasan suatu ingroup. Dalam hal ini perilaku prososial muncul karena
adanya keinginan untuk melindungi kekhasan dan status suatu kelompok.

Menurut Mussen dan Eisenberg (dalam Jayanti, 2012)


Perilaku prososial mengacu pada tindakan sukarela yang dimaksud untuk membantu dan
menjadi bermanfaat bagi orang lain. Tindakan prososial berarti untuk memberikan konsekuensi
positif bagi individu tetapi perilaku prososial juga dilakukan karena adanya alasan seperti untuk
memperoleh reward.
Dalam melakukan tindakan prososial ada pula kaitannya dengan persepsi. Menurut
Asrori pengertian persepsi adalah proses individu dalam menginterpretasikan,
mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan di mana
individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman.
Dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu proses pengamatan
seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra yang dimiliki sehingga ia
menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Persepsi mempunyai sifat
subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu,
sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian
persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau
penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam
bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu. Dalam
penelitian ini kami akan membahas juga sedikit mengenai persepsi dan etnis Jawa
Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut:
1) Seleksi yaitu proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas
dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2) Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi
seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem
nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada
kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang kompleks menjadi
sarjana.
3) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai
reaksi. Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap
informasi yang sampai.
Kerangka Berpikir

Persepsi, sikap, prasangka, dan perilaku saling berinteraksi dan saling mempengaruhi
satu dengan yang lain. Prasangka adalah sikap yang terbentuk dan berawal dari persepsi. Jadi,
prasangka sangat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek. Yang selanjutnya akan
mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan berperilaku terhadap sesuatu yang ada di
lingkungannya.
BAB III
METODE PENELITIAN

1. Metode penelitian eksperimen


Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang memberikan kontrol terhadap perilaku
subjek untuk melihat seberapa besar subjek melakukan perilaku prososial.
Variabel kontrol (independent atau X) : Prasangka Etnis
Jawa Variabel bebas (dependent atau Y) : Perilaku prososial
2. Definisi operasional
Persepsi merupakan suatu hasil kesimpulan dari proses yang didahului oleh alat
penginderaan atau suatu stimulus yang diterima oleh seseorang melalui alat reseptor yaitu
alat indera.
Perilaku prososial merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan
tujuan untuk menolong orang lain yang sedang dalam keadaan kesusahan dan
membutuhkan pertolongan.
3. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh antara persepsi dengan perilaku prososial pada mahasiswa etnis Jawa
UKSW.
4. Subjek penelitian
A. Kriteria pemilihan subjek
1. Kriteria subjek adalah mahasiswa/i aktif UKSW yang bersuku Jawa.
2. Mahasiswa/i aktif dengan rentang usia 18-25 tahun
B. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan suatu kelompok subjek yang dijadikan generalisasi
hasil penelitian, dimana kelompok subjek ini harus memiliki suatu karakteristik
yang membedakannya dengan kelompok lainnya. Karakteristik yang membedakan
biasanya berdasarkan demografis maupun karakteristik individu tertentu. Setiap
bagian dari populasi disebut sampel. Sampel merupakan beberapa bagian dari
populasi yang diambil oleh peneliti yang dianggap mampu mewakilkan populasi.
Populasi yang kami gunakan adalah mahasiswa/i UKSW, sedangkan sampel yang
kami gunakan adalah beberapa dari mahasiswa/i UKSW.

C. Prosedur Pengambilan Subjek

Subjek yang akan diambil adalah mahasiswa yang berasal dari etnis Jawa di
tempat eksperimen dilakukan, yaitu di student center Universitas Kristen Satya
Wacana (UKSW).

5. Desain Penelitian Eksperimen

Penelitian menggunakan one group pretest dimana terdapat satu kelompok yang akan
diberikan pretest. Pretest akan diberikan sebelum perlakuan yang bertujuan untuk melihat
ekspektasi atau prasangka bagaimana etnis Jawa ke etnis Papua yang dilihat dari perilaku
prososial. Setelah diberikan pretest dalam bentuk kuesioner/angket maka selang beberapa
menit maka akan dilakukannya eksperimen sosial. Eksperimen sosial tersebut berupa
mahasiswa yang berasal dari etnis Papua akan berjalan sembari memegang beberapa buku,
tas, hp, dan peralatan kuliah lainnya dengan langkah kaki agak cepat dan nafas yang tergesa-
gesa menuju ke satu sisi seberang student center (SC) UKSW. Saat berada di tengah
keramaian maka mahasiswa tersebut akan dengan sengaja terjatuh di depan beberapa orang
yang mempunyai latar belakang etnis Jawa. Dari peristiwa tersebut akan dilihat apakah
mahasiswa/i etnis Jawa akan menolong mahasiswa yang terjatuh atau hanya sebatas melihat.

6. Kontrol Validitas Eksternal dan Internal

- Validitas Internal
Peneliti menggunakan riwayat retroaktif/retroactive history yaitu dengan adanya kejadian
yang terjadi di tengah-tengah penelitian eksperimen yang berupa saat dilakukannya
eksperimen adanya mahasiswa/i bersuku Jawa yang sudah berteman lama dan sementara
duduk bersama dengan mahasiswa/i bersuku Papua maka akan berpengaruh terhadap
prasangka dan perilaku prososial yang nanti akan dilakukan.
Cara mengontrol dalam kasus ini adalah subjek yang ikut dalam eksperimen dicari yang
tidak sedang bersama (nongkrong bersama) mahasiswa/i suku Papua.
- Validitas Eksternal
Peneliti menggunakan validitas ekologis yang berupa hawthorne effect yaitu jika subjek
menyadari bahwa ia sedang diteliti sehingga menampilkan tingkah laku tertentu dan akan
adanya bias maka hal ini dapat dikontrol dengan single-blind procedure yaitu dengan
cara membatasi pengetahuan subjek mengenai perilaku yang diberikan (subjek penelitian
tidak mengetahui bahwa ia sedang diteliti).
7. Alat Ukur
Skala yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang digunakan
untuk mengukur atribut psikologis tertentu dalam sebuah kontinum yang terdiri atas beberapa
respon (Supratiknya, 2004).
Skala perilaku prososial dalam penelitian ini disusun dengan empat respon jawaban yang
tersedia antara lain Sangat Tidak Sesuai (STS); Tidak Sesuai (TS); Sesuai (S); dan Sangat Sesuai
(SS). Peneliti menggunakan empat pilihan respon jawaban untuk menghindari jawaban netral
dan responden. Pernyataan-pernyataan dalam skala dibagi dalam dua kategori yaitu favorable
yaitu pernyataan yang menunjukkan sikap positif terhadap objek terkait dan unfavorable yaitu
pernyataan yang menunjukkan sikap negatif terhadap objek terkait. Berikut merupakan skor
skala Likert pada skala perilaku prososial.

Respon Pernyataan Favorable Unfavorable

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4


Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sesuai (S) 3 2

Sangat Sesuai (SS) 4 1

SKALA 1

No Variabel Aspek Indikator F UF

1 Perilaku Altruistic Bantuan sukarela atas 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,


Prososial kepedulian dan perhatian 9, 10, 11, 12, 13,
terhadap kebutuhan dan 15, 16, 14, 20,
kesejahteraan orang lain 17, 18, 19 21, 22,
23
Complaint Bantuan bagi orang lain 24, 25, 28, 29.
untuk menanggapi adanya 26, 27 30, 31
permintaan bantuan
secara verbal maupun
nonverbal dengan kata
lain membantu karena
ada permintaan dari pihak
lain

Emotional Membantu orang lain 32, 33 34, 35


yang sedang dalam
keadaan yang menggugah
secara emosional

Public Perilaku dilakukan di 36, 37, 42, 43,


depan orang lain 38, 39, 44, 45,
khalayak dan cenderung 40, 41 46, 47
termotivasi oleh
keinginan untuk
mendapatkan persetujuan
dan rasa hormat dari
orang lain

Anonymous Perilaku prososial yang 48, 49, 50 51, 52,


dilakukan tanpa diketahui 53
oleh orang yang
menerima bantuan atau
orang lain

Dire Perilaku memberikan 54, 55, 56 57, 58,


dalam situasi krisis atau 59
keadaan darurat

Jumlah 30 59
SKALA 2
No. Variabel Aspek Indikator

1. Seleksi Individu menolong dalam


bentuk yang seperti apa

Persepsi Individu lebih menolong ke


etnis yang seperti apa

Alasan apa yang membuat


individu melakukan hal
Interpretasi
menolong

Keuntungan apa yang bakal


individu dapatkan ketika
sudah melakukan hal
menolong
Daftar Pustaka

Chen, X. (2018). Culture, temperament, and social and psychological adjustment.


Developmental Review.
Lestari, Rini. (2016). Transmisi nilai prososial pada remaja Jawa. Jurnal indigeneous.
Vol 1, no 2.
Sarwono, S.W. (1999). Psikologi Sosial: Psikologi Sosial dan Psikologi Terapan.
Jakarta: Balai Pustaka.
LAMPIRAN

IDENTITAS SUBJEK

NAMA/INISIAL : ............................................

USIA : ............................................

FAKULTAS - ANGKATAN : ............................................

JENIS KELAMIN :L/P

PETUNJUK PENGISIAN

Pada skala ini terdapat beberapa pernyataan yang harus diisi dengan lengkap, bacalah setiap
pernyataan dengan teliti untuk dapat mengisinya sesuai dengan keadaan diri saudara/i. Anda
diminta untuk mengisi salah satu dari beberapa pilihan jawaban yang paling sesuai dengan
keadaan diri anda dengan memberi tanda centang (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan
pilihan anda. Pilihan jawaban yang tersedia antara lain :

SS : Jika Anda SANGAT SESUAI dengan pernyataan tersebut.

S : Jika Anda SESUAI dengan pernyataan tersebut.

TS : Jika Anda TIDAK SESUAI dengan pernyataan tersebut.

STS : Jika Anda SANGAT TIDAK SESUAI dengan pernyataan tersebut.

Contoh mengerjakan :

No. Pernyataan SS S TS STS


1 Saya sering merasa ✓
sedih

Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan sebelumnya, coret tanda
centang (✓) sebelumnya dengan dua garis (=), dan berikan tanda centang pada pilihan yang
menurut anda sesuai.

Contoh mengerjakan :

No. Pernyataan SS S TS STS

1 Saya sering merasa ✓ ✓


sedih

Dalam skala ini tidak ada jawaban yang benar atau salah, diharapkan anda mengisi semua
nomor tanpa ada yang terlewatkan. Kami sangat meminta kesediaan anda untuk mengisi angket
yang telah disediakan dan kami sangat berterimakasih atas waktu yang telah anda luangkan.

-Selamat Mengerjakan-

No. Pernyataan STS TS S STS

1. Saya lebih memilih menggunakan uang saya


untuk keperluan saya sendiri daripada untuk
membantu orang lain
2. Saya memberikan semangat dan dukungan
secara langsung kepada orang yang sedang
dalam kesulitan

3. Saya merasa nyaman membantu orang-orang


yang saya kenal saja

4. Saya membantu orang-orang yang saya kenal


saja

5. Saya sungkan memberikan semangat dan


dukungan secara langsung kepada orang yang
sedang dalam kesulitan

6. Saya mengabaikan orang lain ketika diminta


pertolongan

7. Saya merasa biasa saja saat mengetahui


seseorang membutuhkan bantuan

8. Saya merasa iba jika mengetahui seseorang


membutuhkan bantuan

9. Saya lebih memperhatikan kebutuhan saya


sendiri daripada orang lain yang sedang dalam
kesulitan

10. Saya memberikan perhatian saya kepada orang


lain yang sedang mengalami kesulitan

11. Saya mengesampingkan kegiatan rutin saya


untuk membantu orang lain
12. Saya merasa kesedihan orang lain yang
mengalami musibah

13. Saya mengetahui seseorang sedang dalam


keadaan terpuruk, saya merasa harus
memberikan bantuan kepadanya

14. Saya mendonasikan uang atau barang tanpa


memberikan identitas saya

15. Saya segera mencari bantuan setelah


mengetahui seseorang dalam keadaan darurat

16. Saya pasif untuk mencari bantuan setelah


mengetahui seseorang dalam keadaan darurat

17. Saya mengabaikan keadaan seseorang


walaupun orang tersebut sedang dalam keadaan
terpuruk

18. Saya mengabaikan ajakan teman saya untuk


memberikan bantuan kepada orang yang
membutuhkan

19. Saya sulit merasakan kesedihan orang lain yang


mengalami musibah

20. Saya mementingkan kegiatan rutin saya


daripada membantu orang lain

21. Saya mengabaikan kesulitan yang sedang


dialami orang lain
22. Saya mengerahkan tenaga saya untuk
membantu orang lain walaupun saya lelah

23. Ketika seseorang mengalami musibah, saya


merasakan bagaimana keadaan di posisi
tersebut

24. Saya menjadi sukarelawan jika diminta untuk


bergabung

25. Saya menunjukkan bentuk dukungan saya


dengan menggunakan berbagai atribut
dukungan seperti gelang, pin, atau baju

26. Saya menyumbang kan tenaga saya untuk


memberi bantuan dalam keadaan mendesak

27. Saya mengarahkan tenaga saya untuk memberi


bantuan dalam keadaan mendesak

28. Saya memilih beristirahat saat saya sulit


merasakan bagaimana keadaan di posisi
tersebut

29. Ketika seseorang mengalami musibah, saya


sulit merasakan bagaimana keadaan di posisi
tersebut

30. Saya ragu untuk menjadi sukarelawan


walaupun ketika seseorang

31. Saya rasa saya tidak perlu menggunakan


berbagai atribut untuk menunjukkan dukungan
saya
32. Saya kurang mengerahkan tenaga saya untuk
memberikan bantuan dalam keadaan mendesak

33. Saya yakin kesejahteraan orang lain jauh lebih


penting daripada kesejahteraan saya

34. Saya rasa kesulitan yang dialami orang lain


adalah kesulitan saya juga

35. Saya memberikan bantuan setelah mendapat


ajakan melalui sebuah pesan (chat, broadcast,
post di internet, surat, atau poster)

36. Saya yakin kesejahteraan saya jauh lebih


penting daripada kesejahteraan orang lain

37. Saya rasa kesulitan yang dialami orang lain


adalah kesulitan mereka sendiri

38. Saya mengabaikan ajakan untuk memberikan


bantuan melalui sebuah pesan (chat, broadcast,
post di internet, surat, atau poster)

No. Pernyataan Jawaban

1. Kenapa anda menolong?

2. Apa yang membuat anda menolong?

3. Dalam bentuk apa biasanya anda


menolong?
4. Apakah ada keuntungan yang kamu
dapatkan saat melakukan tindakan
menolong?

5. Jika ada dari dua etnis yang berbeda


membutuhkan pertolongan ke anda,
(Jawa/Papua) mana yang akan anda
pilih?

Anda mungkin juga menyukai