Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“Kasus Efusi Pleura”

DOSEN PENGAMPU:

Mustiah Yulistiani,S.Kep.,M.Kep.CWCS

Disusun Oleh :

1. Aji Ali Toni (1911020134)


2. Dina Fajarina (1911020136)
3. Savira Yahya Azzahra (1911020141)
4. Vina Alviana (1911020154)
5. Rina Indaryanti (1911020160)

Kelas : 3/C

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai karunia ,
khususnya kesehatan sehingga tugas makalah dengan judul “Kasus Efusi Pleura” ini dapat
selesai tepat waktu dan tidak ada halangan apapun.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk melengkapi tugas mata kuliah KMB I. Di
samping itu, penulis berharap para pembaca mampu memahami isi makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan banyak manfaat kepada para pembacanya, dan demi kesempurnaan
makalah ini diharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya membangun.

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman sampul ...................................................................................................... i

Kata pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar isi .................................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ............................................................................................... 1

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Efusi Pleura ..................................................................................... 2

2.2 Anatomi ............................................................................................................. 3

2.3 Fisiologi ............................................................................................................. 3

2.4 Etiologi ............................................................................................................. 3

2.5 Patofisiologi ...................................................................................................... 3

2.6 Manifestasi Klinis ............................................................................................. 3

2.7 Kasus dan Pengkajian ........................................................................................ 3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 4

3.2 Saran .................................................................................................................. 4

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 5


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hambatan reabsorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal
diantaranya adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor
mediastium, ataupun akibat proses keradangan seperti tuberculosis dan pnemonia. Hambatan
reabsorbsi cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan di rongga pleura yang disebut
efusi pleura.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan efusi pleura ?


2. Apa bagian dari anatomi efusi pleura ?
3. Apa bagian dari fisiologi efusi pleura ?
4. Bagaimana keadaan dari etiologi efusi pleura ?
5. Bagaimana keadaan dari patofisiologi efusi pleura ?
6. Apa saja manisfetasi klinis dari efusi pleura ?
7. Bagaimana pengkajian dari kasus efusi pleura ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan efusi pleura.


2. Untuk mengetahui apa saja bagian anatomi dari efusi pleura.
3. Untuk mengetahui mengenai keadaan efusi pleura.
4. Untuk mengetahui patologi dari efusi pleura.
5. Untuk mengetahui dan paham apa saja bagian-bagian pengkajian asuhan keperawatan
terkait efusi pleura.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Efusi Pleura

Efusi Pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapata berupa
cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5-15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi.

2.2 Anatomi

Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral yang
membungkus paru-paru dan pleura parietal yang melapisi rongga dada.

Cairan pleura merupakan cairan ekstraseluler yang berfungsi sebagai pelicin untuk
memudahkan kedua permukaan pleura parietal dan pleura visceral bergerak selama
pernafasan dan untuk mencegah pemisahan thorak dan paru yang akan saling melekat jika ada
air. Empat faktor yang berperan penting dalam pembentukan cairan pleura yaitu permeabilitas
kapiler, tekanan hidrostatik kapiler, tekanan osmotik koloid, absorbsi cairan oleh sistem
limfatik.
Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit kurang lebih 1-10 ml.
Kelebihan cairan akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara
langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum, permukaan dari diafragma dan
permukaan lateral parietal. Ruang pleura disebut ruang potensial, karena ruang ini pada
keadaan normal begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang.

2.3 Fisiologi

Pleura merupakan membrane tipis yang terdiri atas dua lapisan yang berbeda, yaitu
pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus paru. Dalam
beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini, sebagai berikut :

1. Pleura Viseralis

Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak
lebih dari 30 μm), di antara celah-celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Terdapat
endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit dibawah sel mesotelial. Struktur lapisan tengah
memiliki jaringan kolagen dan serat-serat elastik, sedangkan lapisan terbawah tedapat
jaringan interstisial subpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari
arteri pulmonalis dan brakialis serta kelenjar getah bening. Keseluruhan jarigan pleura
viseralis ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru.

2. Pleura Parietalis

Lapisan pleura parietalis merupakan lapisan jaringan yang lebih tebal dan terdiri atas
sel-sel mesotelial serta jaringan ikat (jaringan kolagen dan serat-serat elastik). Dalam jaringan
ikat ini terdapat pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan mammaria interna, kelenjar
getah bening, banyak reseptor saraf sensorik yang peka terhadap rasa nyeri. Di tempat ini juga
terdapat perbedaan temperature.

Sistem pernafasan berasal dari nervus interkostalis 4 dinding dada dan alirannya sesuai
dengan dermatom dada. Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel dengan mudah,
tetapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada di atasnya. Cairan peura diproduksi oleh
pleura paritalis dan di absorbsi oleh pleura viseralis. Cairan terbentuk dari filtrasi plasma
melalui endotel kapiler dan di reabsorbsi oleh pembuluh limfe dan venula pleura. Dalam
keadaan normal seharusnya tidak ada rongga. kosong antara kedua pleura tersebut, karena
biasanya di tempat ini hanya terdapat sedikit (10-20 cc) cairan yang merupakan lapisan tipis
serosa dan selalu bergerak secara teratur.

Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga
memudahkan kedua pleura tersebut bergeser satu sama lain. Dalam keadaan patologis rongga
antara kedua pleura ini dapat terisi dengan beberapa liter cairan atau udara. Diketahui bahwa
cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura parietalis dan selanjutnya keluar lagi dalam
jumlah yang sama melalui membrane pleura viseralis melalui sistem limfatik dan vascular.
Pergerakan cairan dari pleura parietal ke pleura viseralis dapat terjadi karena adanya
perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic koloid plasma. Cairan terbanyak di
reabsorbsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang di reabsorbsi oleh sistem
kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan pada pleura viseralis adalah
terdapatnya banyak mikrofili di sekitar sel-sel mesotelial.

2.4 Etiologi

Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan :

a. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)


b. Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hipoproteinemia)
c. Meningkatnya permealibilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)
d. Berkurangnya absorbsi limfatik

2.5 Patofisiologi

Normalnya hanya terdapat 10/20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah cairan di
rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cmH 20.
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun (misalnya
pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses
peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung) dan
tekanan negatif intrapleura apabila terjadi atelektasis paru.

Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum
pleura. Kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses
yang meliputi :

1. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura.


2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi
sangat tinggi, sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga
pleura.
3. Menurunnya tekanan osmotik plasma juga memungkinkan terjadinya transudasi cairan
yang berlebihan.
4. Adanya proses infeksi atau setia penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura
dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan memungkinkan
pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat.
Pathways

Gagal jantung kongestif, Infeksi, neoplasma,


SN, asites infrak paru

Peningkatan tekanan vena Peningkatan


sistematik dan tekanan Permeabilitas membrane
kapiler dinding dada kapiler

Peningkatan kapasitas reabsorbsi Kegagalan drainase


pembuluh darah subpleura dan limfatik
aliran getah bening akan menurun

Cairan pleura
Filtrasi cairan ke rongga meingkat
pleura dan paru meningkat

Eksudat
Transudat

Penumpukan cairan di
Pemasangan WSD rongga pleura

Resiko Infeksi Menekan paru-paru

Ekspansi paru-paru
menurun

Suplai oksigen tidak


Sesak nafas
sesuai kebutuhan
Tidak nafsu makan

Anoreksa

Nutrisi Kurang
dari Kebutuhan
2.6 Manifestasi Klinis

1) Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah


cairan cukup banyak, penderita akan sesak napas.
2) Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subrefil (tuberkolosis), banyak keringat, batuk,
banyak riak.
3) Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika ada penumpukan cairan
pleural yang signifikan.
4) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagiana yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaa membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
5) Ditemukan segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastium kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikular
melemah dengan ronki.
6) Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
2.7 Kasus dan Pengkajian
KASUS PADA PASIEN EFFUSI PLEURA

Seorang laki-laki usia 45 tahun, agama Kristen ortodok (no baby, no alcohol),
pendidikan Diploma, pekerjaan PNS. Merupakan kepala keluarga dari 3 orang anak, istri
pasien ibu rumah tangga. Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas, setelah
dilakukan pemeriksaan disarankan untuk rawat inap. Saat ini pasien sudah masuk di ruang
rawat inap penyakit dalam. Perawat yang menerima operan jaga dari IGD pada tanggal 10
Nopember 2020 jam 10.00 WIB melakukan pemeriksaan fisik dan kesehatan sekarang terkait
dengan keluhan yang dirasakan pasien.

Keluhan saat ini sesak nafas.

Riwayat Kesehatan Sekarang sesak nafas semakin bertambah apabila pasien


melakukan pergerakan/ perubahan posisi akan semakin memberatkan pernafasannya, RR 38
x/ menit, pernafasan cuping hidung, pergerakan dada tidak simetris, inspirasi lebih panjan dari
ekspirasi. Pergerakan dada cepat dan dalam, irregular/ tidak terutur, dyspnea, nafas tersengal
sengal, keluar keringat dingin, akral sianosis, kapilari refil > 5 detik, Suara nafas Wheezhing
kasar di area apek paru kanan. Saat bernafas disertai dengan rasa nyeri dada ketika menarik
napas.

Pasien tidak mampu untuk melakan batuk dengan baik, terpasang O 2 nasal canul 2
liter/ menit, 110/70 mmHg, pernapasan : 38 X/ menit, nadi : 88 X/ menit, suhu tubuh : 38
derajat Celsius. Pemeriksaan fisik diperoleh data dada pasien mengatakan bahwa ia merasa
nyeri di area dada kiri,nyeri seperti tertusuk-tusuk, dirasakan hilang timbul dan skala nyeri 4-5
Nyeri sedang (Skala Intensitas Nyeri Deskriptif (1-10), Perry). Saat di inspeksi tampak
bentuk dada pasien simetris, ekspansi paru tidak seimbang antara kiri dan kanan, tampak
pengguanaan otot bantu pernapasan dan pasien menggunakan alat bantu pernapasan (O2 nasal
canul 2 L/ menit). Saat auskultasi terdengar bunyi napas tambahan yaitu Wheesing yang
terdengar pada paru bagian kanan dan kiri. Pasien dalam keadaan sadar penuh
(composmentis) dengan GCS 15, sebagai berikut: eye bernilai 4, verbal bernilai 5 dan motorik
bernilai 6. Pada pemeriksaan thoraks terpasang selang WSD 1 otol, cairan yang keluar 250 cc
berwarna kuning kemerahan, bubling (gelembung udara pada selang WSD) tidak ada =
Negatif, undulasi (pergerakan cairan pada selang WSD) tidak terlihat = negarif, kesimpulan
(produksi cairan pleura masih banyak keluar).

Riwayat kesehatan dahulu dari hasil wawancara pasien menderita TBC 3 tahun yang
lalu sudah mendapatkan pengobatan 6 bulan dan dinyatakan pengobatan dengan
tuntas/berhasil. Pasien mempunyai kebiasaan merokok sehari menghabiskan 2 bungkus.
Sering mengkonsumsi kopi 2 gelas/hari. Tidak pernah melakukan olahraga apapun, hanya
aktifitas pekerjaan rumah dan kantor saja. Kamar tidur pasien tidak memiliki jendela yang
terbuka, hanya jendela kaca untuk cahaya saja. Di kantor pasien berada di ruangan ber AC.
Pasien ke kantor menggunakan kendaraan bermotor. Pasien tidak memiliki riwayat alergi
apapun, Pasien merokok sejak SMA dan riwayat keluarga tidak ada yang menderita sesak
nafas seperti pasien rasakan saat ini. Keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi
maupun DM atau penyakit keturunan lainnya.

Sejak 4 bulan yang lalu BB pasien mengalami penurunan 3 kg BB skg 75 Kg BB


sebelumnya 78 Kg. Tinggi badan 160 Cm. Tidak nafsu makan sejak 1 minggu yang lalu,
selera makan tidak ada karena rasa tidak enak di mulut dan sering batuk tapi tidak bisa keluar
dahaknya. Pasiemampu BAK dan BAB rutin. Frekuensi BAB 1kali / hari dengan bau yang
khas, konsistensi lembek dan berwarna kuning. Pasien BAK 2-3 kali/ hari dengan bau khas
dan berwarna kuning. Aktivitas dan latihan Pasien mengatakan sebelum sakit aktivitasnya
seperti makan, minum, mandi, berganti pakian dan juga BAB dan BAK di lakukan sendiri
tanpa bantuan. Setelah sakit pasien tidak mampu berjalan ke kamar mandi karena sesak nafas.
Pola tidur Pasien mengatakan bahwa saat ini ia belum dapat tidur dengan nyenyak karena
terkadang sesak nafas dan pasien juga mudah terbangun jika suasana lingkungan bising dan
jangka waktu tidur masih dalam batas normal. Akan tetapi waktu tidur pasien masih tercukupi
yaitu enam jam (tidur malam jam 10.00 dan bangun pagi jam 04.00). Keadaan umum pasien
tampak lemah. Pada pemeriksaan mata di temukan konjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak menggunakan kacamata dan pandangan masih normal (tidak kabur). Pada pemeriksaan
fisik mulut bibir pasien berwarna gelap dan tidak pucat. Pasien masih bisa membedakan rasa
asin, manis, pahit dan asam.

Pola kognitif personal Pasien mengatakan sebelum sakit ia selalu mengonsumsi


banyak air putih saat bangun tidur di pagi hari, akan tetapi setelah sakit pasien takut untuk
mengonsumsin banyak air putih. Pola persepsi diri atau konsep diri Menurut pasien penyakit
yang dideritanya adalah cobaan dari Tuhan dan bukan kutukan ataupun diguna-guna. Pola
peran Saat ini pasien tidak dapat menjalankan perannya sebagai kepala keluarga karena
penyakit yang dideritanya. Pola seksualitas dan reproduksi Pasien memiliki 3 orang anak dan
istrinya sudah melakukan KB. Pasien merupakan seorang yang tertutup kepribadiannya,
jarang berbicara dengan temen dikantornya, setiap ada masalah pribadi selalu di selesaikan
sendiri. Saat ini yang tahu akan sakitnya hanya atasannya saja karena surat sakit dari RS ke
kantor. Di lingkungan rumah pasien terkenal orang dengan sosok yang pendiam, tapi rajin
ikut kerja bakti.

Pola koping toleransi terhadap stres Jika ada masalah dalam keluarga pasien selalu
berdiskusi bersama keluarga untuk mencari jalan keluarnya dan selalu berdoa bersama. Pada
pemeriksaan kepala tidak ada lesi dan tidak pusing/sakit kepala. Pada pemeriksaan leher tidah
ada kaku kuduk, saat dipalpasi tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, kelenjar parotis dan
tidak ada peningkatan vena jugularis. Pada pemeriksaan fisik telinga tidak ada lesi, bentuk
telinga normal, tidak ada nyeri telinga dan masih dapat mendengar dengan baik. Sakit saat ini
merupakan pengalaman keua yang sangat memberatkan dan mempengaruhi pikirannya,
pasien sangat cemas sekali dengan penyakitnya, karena anak-anaknya masih butuh biaya tuk
sekolah dan pasien sedang sakit, tidak bisa bekerja maksimal. Karena pasien tidak bisa
menjai contoh yang baik buat anak-anaknya. Pasien merasa tidak berguna ketika sakt yang
sekarang lebih parah dari yang sebelmnya.

Pola sistem nilai kepercayaan Pasien beragama Kristen Katolik, yang taat beragama.
Pasien selalu mengikuti Misa di gereja dan selalu mengikuti kegiatan keagamaan lainnya.
Setalah sakit pasien selalu berdoa dan membaca Alkitab. Keadaan sakit sekarang ini
merupakan cobaan kehdupan yang harus dilalui, dukungan anak istri dan keluarganya
merupakan kekuatan untuk sembuh. Tapi karena pasien orangnya idak mau merepotkan
sehingga belum menginformasikanpada keluarga besarnya saat ini. Pasien akan merubah pola
hidup sehatnya setelah keluar dari sakit sekarang ini untuk lebih baik lagi. Sakit saat ini harus
kuat menghadapi rencana pengobatan yang harus di lakukan walupun akan mengeluarkan
banyak keuangan nya.

Hasil Laboratorium di peroleh data


HB : 9,8 g/dl; eritrosit : 4.53 10 ^6/uL; hematokrit : 33,7 %; leukosit : 20,640 gr/dl;
trombosit : 68710^3/uL; pasien juga melakukan pemeriksaan cairan pleura dengan hasil PH :
8,0 warna hitam, kejernihan keruh, bekuan negative, jumlah sel 472, PMN 85 MN 15. 8.

Terapi yang diperoleh : Ranitidin 3X1 ampul (IV), ketorolac 3 X 1 ampul (IV) dan IFD
aminofluid 14 TPM.

FORMAT DOKUMENTASI ASKEP 4 ASPEK

Nama Mahasiswa /NIM/Kelp : Kelompok 5


Asuhan Keperawatan pada pasien dengan keluhan sesak nafas di dada
Gangguan Sistem : Pernapasan
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.L

Umur : 45 tahun

Agama : Kristen Ortodoks

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Diploma

Pekerjaan : PNS

Tanggal Masuk RS : 10 November 2020

Sumber Informasi : Pasien

Status Perkawinan : Kawin

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri dan lain-lain):

Pekerjaan : Ibu rumah tangga


B. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan utama
Sesak nafas

2. Riwayat penyakit sekarang


Riwayat Kesehatan Sekarang sesak nafas semakin bertambah apabila pasien
melakukan pergerakan/ perubahan posisi akan semakin memberatkan pernafasannya, RR
38 x/ menit, pernafasan cuping hidung, pergerakan dada tidak simetris, inspirasi lebih
panjan dari ekspirasi. Pergerakan dada cepat dan dalam, irregular/ tidak terutur, dyspnea,
nafas tersengal sengal, keluar keringat dingin, akral sianosis, kapilari refil > 5 detik,
Suara nafas Wheezhing kasar di area apek paru kanan. Saat bernafas disertai dengan rasa
nyeri dada ketika menarik napas.

3. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat kesehatan dahulu dari hasil wawancara pasien menderita TBC 3 tahun ynag
lalu sudah mendapatkan pengobatan 6 bulan dan dinyatakan pengobatan dengan
tuntas/berhasil.
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga tidak ada yang menderita sesak nafas seperti pasien yang
rasakan saat ini. Keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi maupun DM atau
penyakit keturunan lainnya.

Genogram:
Keterangan :

: Pasien yang memiliki kelainan penyakit

: Laki-laki

: Perempuaan

C. DATA PENGKAJIAN 4 ASPEK KEPERAWATAN


Tanggal Pengkajian : 10 November 2020 waktu : 10.00 WIB

1. ASPEK BIOLOGIS

Data  Pasien mengatakan setelah sakit tidak mampu berjalan ke kamar


subyektif mandi karena sesak napas.
 Pasien menyatakan saat bernapas disertai dengan rasa nyeri di dada
kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan hilang timbul.
Data  INSPEKSI : bentuk dada pasien simetris ,ekspansi paru tidak
Obyektif seimbang antara kanan dan kiri, tampak penggunakan otot bantu
pernapasan dan pasien menggunakan alat bantu pernapasan ( O2 nasal
canul 2 L/menit ).
 AUSKULTASI : terdengar bunyi napas tambahan,yaitu wheesing
yang terdengar pada paru bagian kanan dan kiri.
 PERKUSI :-
 PALPASI : tidak ditemukan lesi dan tidak pusing di bagian
kepala,tidak ada pembengkakan kelenjar limfe,kelenjar parotis,dan
tidak ada peningkatan vena jugolaris.

2. ASPEK FISIK ( HEAD TO TOE), dengan menggunakan teknik ( IP2A)

Data  Pasien menyatakan bahwa iya merasa nyeri diarea dada kiri, nyeri
subyektif seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan hilang timbul sehingga tidak
mampu untuk beraktifitas.
 Pasien menyatakan sebelum sakit aktifitasnya seperti
makan,minum,mandi , berganti pakaian , BAK dan BAB tanpa
bantuan.
 Pasien mengatakan setelah sakit tidak mampu berjalan ke kamar
mandi.
Data  INSPEKSI : tampak penggunakan otot bantu pernapasan dan pasien
Obyektif menggunakan alat bantu pernapasan ( O2 nasal canul 2 L/menit ).
 AUSKULTASI : kesulitan dalam bernapas terdengar bunyi napas
tambahan,yaitu wheesing yang terdengar pada paru bagian kanan dan
kiri.

Data Penunjang (Laboratorium) :

JENIS NILAI PEMERIKSAAN INTERPRETASI


NO
PEMERIKSAAN NORMAL HASIL HASIL
1. Hb 14-18 g/dl 9,8 g/dl Abnormal
2. Hematokrit 40-50% 33,7% Abnormal
3. Leukosit 5000-10000 mcl 20,640 gr/dl Abnormal
4. Trombosit 1500.000- 68710^uL Abnormal
400.000/Mikroliter
5. PH 7.35-7,45 Ph 8,0 ph Abnormal

3. Aspek Psikologis (Nyeri, Hospitalisasi, Support Sistem, dll)

Data -
subyektif

Data Jika ada masalah dalam keluarga pasien selalu berdiskusi bersama
Obyektif keluarga untuk mencari jalan keluarnya dan selalu berdoa bersama.

4. Aspek Sosial
Data -
subyektif

Data Pasien merupakan seorang yang tertutup kepribadiannya, jarang berbicara


Obyektif dengan teman dikantornya, setiap ada masalah pribadi selalu di selesaikan
sendiri. Saat ini yang tahu akan sakitnya hanya atasannya saja karena
surat sakit dari RS ke kantor. Di lingkungan rumah pasien terkenal orang
dengan sosok yang pendiam, tapi rajin ikut kerja bakti.

5. Aspek Spiritual
Format Pengkajian Aspek Spiritual ( HOPE)

H : HASIL /Sumber Kekuatan


DS : Pasien mengatakan bahwa ia yakin akan sembuh, dan ia harus bisa melewati cobaan
yang dialaminya.
DO : Pasien nampak tenang saat menyampaikan pernyataannya.
DS : Pasien mengatakan bahwa sumber kekuatannya adalah keluarga, namun karena tidak
mau merepotkan sehingga ia belum menginformasikan pada keluarga besarnya.
DO : Hubungan pasien dengan keluarga harmonis, Nampak hanya ada anak dan istrinya yang
menjaga pasien selama pasien dirawat di RS
DS : Pasien mengatakan bahwa anak-anaknya masih butuh biaya untuk sekolah dan pasien
sedang sakit, tidak bisa bekerja maksimal.
DO : Pasien Nampak cemas saat menyampaikan mengenai anak-anaknya yang masih
membutuhkan biaya.
DS : Pasien mengatakan bahwa memang benar agama adalah sumber kekuatan bagi ia dan
keluarganya, sehingga jika ada masalah ia selalu berdiskusi dengan keluarga untuk mencari
jalan keluarnya dan selalu doa bersama.
DO : Pasien nampak tenang dan penuh keyakinan saat menyampaikan jawabannya
O : ORGANIZED/ Keagamaan
DS : Pasien mengatakan bahwa ia beragama Kristen Katolik, dan menurut pandangan pasien
agamanya sangat penting.
DO : Pasien nampak yakin saat menyampaikan mengenai agamanya.

P : Personal Spiritual / Keyakinan Pribadi


DS : Pasien percaya kepada Tuhan, sehingga menurut pasien penyakit yang dideritanya
adalah cobaan dari Tuhan dan bukan kutukan ataupun guna-guna.
DO : Pasien nampak penuh dengan keyakinan dan kesabaran saat menyampaikan persepsi
pasien mengenai penyakit yang ia derita saat ini.
DS : Paien mengatakan bahwa ia tidak pernah berhenti berdo’a untuk kesembuhannya.
DO : Pasien nampak selalu berdo’a dan membaca alkitab saat dirawat di RS

E : Effect
DS : Pasien mengatakan sebelum dirawat pasien selalu mengikuti misa di gereja dan acara
agama lainnya, inilah yang mempengaruhi kurangnya melalukan spiritual misa di gereja.
DO : Pasien nampak menginginkan kembali sehat agar bisa melakukan hal-hal yang biasanya
ia lakukan secara ritual.
DS : Pasien mengatakan ia tidak keberatan dengan tindakan medis yang diberikan, namun ia
mengatakan harus kuat menghadapi rencana pengobatan yang harus dilakukan walaupun akan
mengeluarkan banyak keuangannya.
DO : Pasien nampak khawatir dengan biaya yang harus ia keluarkan untuk pengobatannya
D. ANALISA DATA

DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF ETIOLOGI PROBLEM

Ds Nyeri Nyeri Akut


 Pasien menyatakan bahwa iya
merasa nyeri diarea dada kiri, nyeri
seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan
hilang timbul.

Do
 Pasien tidak mampu batuk dengan
baik

Pola Nafas Tidak Gangguan


Ds
Efektif Kerusakan
 Pasien mengatakan susah dalam Pertukaran Gas
bernapas . Gangguan Suplai
Oksigen
Do
 Terpasang nasal canul 2liter menit ,
Pernapasan : 38 x /menit, Pernapasan
caping hidung, Pergerakan dada
tidak simetris
 Terdengar bunyi tambahan yaitu
wheesing pada paru bagian kanan
dan kiri

Keterbatasan Intoleransi
Aktivitas Terganggu
Ds
Pasien mengatakan sebelum dirawat selalu Aktivitas
mengikuti misa di gereja dan acara Terganggu
keagamaan lainnya ,tetapi setelah di rawat
pasien tidak bisa mengikuti misa di gereja.
Do
Pasien nampak menginginkan kembali sehat
agar bisa melakukan hal hal yang biasanya
dilakukan secara ritul. Hospitalisasi Cemas

Ds
Pasien menyatakan bahwa anaknya masih
membutuhkan biaya untuk sekolah dan
pasien sedang sakit tidak bisa bekerja
maksimal
Do
Pasien nampak cemas saat menyampaikan
mengenai anaknya yang masih
membutuhkan biaya.

E. Prioritas Masalah Keperawatan dari 4 ASPEK Keperawatan Hasil


Pengkajian/Analisa Data :
 Nyeri akut yang disebabkan terganggunya jalan napas
 Gangguan atau kerusakan di pertukaran oksigen
 Intoleransi aktivitas
 Cemas yang berhubungan hospitalisasi

F. Perencanaan

Dx. Data dari Tujuan Rencana Tindakan


analisa
data

1. Nyeri akut Tingkat nyeri


Tgl. 10 b/d
Paint management/
Novembe tergangguny Definisi : keparahan dari nyeri
yang diamati atau dilaporkan. manajemem nyeri:
r 2020 a jalan
akut
napas Indikator Awal Target Definisi : pengurangan
atau reduksi nyeri
Nyeri yang 3 5 sampai pada tingkat
dilaporkan kenyamanan yang
dapat diterima oleh
Mengeluarkan 3 5 pasien dalam periode
keringat penyembuhan yang
segera dari kerusakan
jaringan dari penyebab
Berkeringat 3 5 yang bisa diidentifikasi
berlebihan misalnya, trauma,
pembedahan, atau
Kehilangan 3 5 cedera.
nafsu makan Aktivitas keperawatan :
 Lakukan
Frekuensi 2 5 pengkajian nyeri
nafas komprehensif yang
meliputi lokasi,
Denyut nadi 3 5 karakteristik,
radial onset/durasi,frekue
nsi dan kualitas,
Berkeringat
3 5 intensitas serta apa
yang mengurangi
nyeri dan faktor
yang memicu.
 Identifikasi
intensitas nyeri
selama pergerakan
misalnya, aktivitas
yang diperlukan
untuk pemulihan
(batuk, dan nafas
dalam, ambulasi,
transfer ke kursi)
 Tanyakan pasien
terkait dengan
tingkat nyeri yang
tetap nyaman dan
fungsi yang usaha
untuk menjaga
nyeri pada level
yang lebih rendah
daripada nyeri yang
teridentifikasi
 Yakinkan bahwa
pasien menerima
perawatan
analgesik yang
tepat sebelum nyeri
menjadi lebih parah
atau sebelum
aktivitas yang akan
memicu nyeri
 Pilih dan
implementasikan
pilihan intervensi
yang sesuai dengan
keuntungan dan
risiko yang
diinginkan pasien
(misalnya
farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitas
menurunnya nyeri
dengan tepat
 Modifikasi
pengukuran kontrol
nyeri berdasarkan
respon pasien
terhadap
penanganan
 Cegah dan kelola
efek samping
pengobatan
 Beritahukan dokter
jika tindakan
kontrol nyeri tidak
berhasil, Sediakan
informasi akurat
pada keluarga dan
pasien mengenai
pengalaman nyeri
pasien
2. Cemas yang Kontrol kecemasan diri Manajemen
berhubunga Definisi : Tindakan personal Lingkungan :
Tgl. 10 n untuk mengurangi perasaan takut, Kenyamanan
Novembe hospitalisasi tegang, atau gelisah dari sumber- Definisi : manipulasi
r 2020 sumber yang tidak dapat lingkungan pasien
diidentifikasi. untuk mendapatkan
kenyamanan yang
Indikator Awa Targe optimal.
l t Tindakan:
Monitor 3 5  Hindari gangguan
intensitas yang tidak perlu
kecemasan dan berikan waktu
untuk istirahat.
Mengurangi 3 5  ciptakan
penyebab lingkungan yang
kecemasan tenang dan nyaman
sediakan lingkungan
Mengidentifika 3 5
yang aman dan bersih
si pemicu
kecemasan

Mengurangi 3 5
rangsang
lingkungan
ketika cemas

Mendapatkan 2 5
informasi
untuk
mengurangi
kecemasanm

Kontrol 3 5
pernapasan saat
cemas
3 5
Monitor durasi
tiap episode
cemas
IMPLEMENTASI

Nama : Umur : Ruang :


Dx Medis : Dx
Kep : ..........................................................................................................

NO HARI/TGL/
IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX WAKTU
EVALUASI ( SOAP)

Nama : Umur : Ruang :


Dx Medis : Dx
Keperawatan : ............................................................................

NO HARI/TGL/
Catatan Perkembangan (SOAP) PARAF
Dx WAKTU
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Efusi pleural adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam ruang antara
pleural viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan tersebut, efusi dapat berupa
transudat (gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites) atau eksudat (infeksi dan neoplasma).
Penyebab efusi pleura yang sering terjadi di negara maju adalah CHF, keganasan,
pneumonia bakterialis, dan emboli paru.

1.2 Saran
Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada penderita
penyakit paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru agar efusi
yang terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri,Irman.2007.Keperawatan Medikal Bedah:Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Medika

Yuda Ardhi Utama,Saktya.2018.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Respirasi.Yogyakarta:Deepublish

Anda mungkin juga menyukai