DOSEN PENGAMPU:
Mustiah Yulistiani,S.Kep.,M.Kep.CWCS
Disusun Oleh :
Kelas : 3/C
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai karunia ,
khususnya kesehatan sehingga tugas makalah dengan judul “Kasus Efusi Pleura” ini dapat
selesai tepat waktu dan tidak ada halangan apapun.
Makalah ini disusun dengan maksud untuk melengkapi tugas mata kuliah KMB I. Di
samping itu, penulis berharap para pembaca mampu memahami isi makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan banyak manfaat kepada para pembacanya, dan demi kesempurnaan
makalah ini diharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Efusi Pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapata berupa
cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5-15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi.
2.2 Anatomi
Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral yang
membungkus paru-paru dan pleura parietal yang melapisi rongga dada.
Cairan pleura merupakan cairan ekstraseluler yang berfungsi sebagai pelicin untuk
memudahkan kedua permukaan pleura parietal dan pleura visceral bergerak selama
pernafasan dan untuk mencegah pemisahan thorak dan paru yang akan saling melekat jika ada
air. Empat faktor yang berperan penting dalam pembentukan cairan pleura yaitu permeabilitas
kapiler, tekanan hidrostatik kapiler, tekanan osmotik koloid, absorbsi cairan oleh sistem
limfatik.
Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit kurang lebih 1-10 ml.
Kelebihan cairan akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara
langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum, permukaan dari diafragma dan
permukaan lateral parietal. Ruang pleura disebut ruang potensial, karena ruang ini pada
keadaan normal begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang.
2.3 Fisiologi
Pleura merupakan membrane tipis yang terdiri atas dua lapisan yang berbeda, yaitu
pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus paru. Dalam
beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini, sebagai berikut :
1. Pleura Viseralis
Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak
lebih dari 30 μm), di antara celah-celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Terdapat
endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit dibawah sel mesotelial. Struktur lapisan tengah
memiliki jaringan kolagen dan serat-serat elastik, sedangkan lapisan terbawah tedapat
jaringan interstisial subpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari
arteri pulmonalis dan brakialis serta kelenjar getah bening. Keseluruhan jarigan pleura
viseralis ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru.
2. Pleura Parietalis
Lapisan pleura parietalis merupakan lapisan jaringan yang lebih tebal dan terdiri atas
sel-sel mesotelial serta jaringan ikat (jaringan kolagen dan serat-serat elastik). Dalam jaringan
ikat ini terdapat pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan mammaria interna, kelenjar
getah bening, banyak reseptor saraf sensorik yang peka terhadap rasa nyeri. Di tempat ini juga
terdapat perbedaan temperature.
Sistem pernafasan berasal dari nervus interkostalis 4 dinding dada dan alirannya sesuai
dengan dermatom dada. Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel dengan mudah,
tetapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada di atasnya. Cairan peura diproduksi oleh
pleura paritalis dan di absorbsi oleh pleura viseralis. Cairan terbentuk dari filtrasi plasma
melalui endotel kapiler dan di reabsorbsi oleh pembuluh limfe dan venula pleura. Dalam
keadaan normal seharusnya tidak ada rongga. kosong antara kedua pleura tersebut, karena
biasanya di tempat ini hanya terdapat sedikit (10-20 cc) cairan yang merupakan lapisan tipis
serosa dan selalu bergerak secara teratur.
Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga
memudahkan kedua pleura tersebut bergeser satu sama lain. Dalam keadaan patologis rongga
antara kedua pleura ini dapat terisi dengan beberapa liter cairan atau udara. Diketahui bahwa
cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura parietalis dan selanjutnya keluar lagi dalam
jumlah yang sama melalui membrane pleura viseralis melalui sistem limfatik dan vascular.
Pergerakan cairan dari pleura parietal ke pleura viseralis dapat terjadi karena adanya
perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic koloid plasma. Cairan terbanyak di
reabsorbsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang di reabsorbsi oleh sistem
kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan pada pleura viseralis adalah
terdapatnya banyak mikrofili di sekitar sel-sel mesotelial.
2.4 Etiologi
2.5 Patofisiologi
Normalnya hanya terdapat 10/20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah cairan di
rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cmH 20.
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun (misalnya
pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses
peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung) dan
tekanan negatif intrapleura apabila terjadi atelektasis paru.
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum
pleura. Kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses
yang meliputi :
Cairan pleura
Filtrasi cairan ke rongga meingkat
pleura dan paru meningkat
Eksudat
Transudat
Penumpukan cairan di
Pemasangan WSD rongga pleura
Ekspansi paru-paru
menurun
Anoreksa
Nutrisi Kurang
dari Kebutuhan
2.6 Manifestasi Klinis
Seorang laki-laki usia 45 tahun, agama Kristen ortodok (no baby, no alcohol),
pendidikan Diploma, pekerjaan PNS. Merupakan kepala keluarga dari 3 orang anak, istri
pasien ibu rumah tangga. Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas, setelah
dilakukan pemeriksaan disarankan untuk rawat inap. Saat ini pasien sudah masuk di ruang
rawat inap penyakit dalam. Perawat yang menerima operan jaga dari IGD pada tanggal 10
Nopember 2020 jam 10.00 WIB melakukan pemeriksaan fisik dan kesehatan sekarang terkait
dengan keluhan yang dirasakan pasien.
Pasien tidak mampu untuk melakan batuk dengan baik, terpasang O 2 nasal canul 2
liter/ menit, 110/70 mmHg, pernapasan : 38 X/ menit, nadi : 88 X/ menit, suhu tubuh : 38
derajat Celsius. Pemeriksaan fisik diperoleh data dada pasien mengatakan bahwa ia merasa
nyeri di area dada kiri,nyeri seperti tertusuk-tusuk, dirasakan hilang timbul dan skala nyeri 4-5
Nyeri sedang (Skala Intensitas Nyeri Deskriptif (1-10), Perry). Saat di inspeksi tampak
bentuk dada pasien simetris, ekspansi paru tidak seimbang antara kiri dan kanan, tampak
pengguanaan otot bantu pernapasan dan pasien menggunakan alat bantu pernapasan (O2 nasal
canul 2 L/ menit). Saat auskultasi terdengar bunyi napas tambahan yaitu Wheesing yang
terdengar pada paru bagian kanan dan kiri. Pasien dalam keadaan sadar penuh
(composmentis) dengan GCS 15, sebagai berikut: eye bernilai 4, verbal bernilai 5 dan motorik
bernilai 6. Pada pemeriksaan thoraks terpasang selang WSD 1 otol, cairan yang keluar 250 cc
berwarna kuning kemerahan, bubling (gelembung udara pada selang WSD) tidak ada =
Negatif, undulasi (pergerakan cairan pada selang WSD) tidak terlihat = negarif, kesimpulan
(produksi cairan pleura masih banyak keluar).
Riwayat kesehatan dahulu dari hasil wawancara pasien menderita TBC 3 tahun yang
lalu sudah mendapatkan pengobatan 6 bulan dan dinyatakan pengobatan dengan
tuntas/berhasil. Pasien mempunyai kebiasaan merokok sehari menghabiskan 2 bungkus.
Sering mengkonsumsi kopi 2 gelas/hari. Tidak pernah melakukan olahraga apapun, hanya
aktifitas pekerjaan rumah dan kantor saja. Kamar tidur pasien tidak memiliki jendela yang
terbuka, hanya jendela kaca untuk cahaya saja. Di kantor pasien berada di ruangan ber AC.
Pasien ke kantor menggunakan kendaraan bermotor. Pasien tidak memiliki riwayat alergi
apapun, Pasien merokok sejak SMA dan riwayat keluarga tidak ada yang menderita sesak
nafas seperti pasien rasakan saat ini. Keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi
maupun DM atau penyakit keturunan lainnya.
Pola koping toleransi terhadap stres Jika ada masalah dalam keluarga pasien selalu
berdiskusi bersama keluarga untuk mencari jalan keluarnya dan selalu berdoa bersama. Pada
pemeriksaan kepala tidak ada lesi dan tidak pusing/sakit kepala. Pada pemeriksaan leher tidah
ada kaku kuduk, saat dipalpasi tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, kelenjar parotis dan
tidak ada peningkatan vena jugularis. Pada pemeriksaan fisik telinga tidak ada lesi, bentuk
telinga normal, tidak ada nyeri telinga dan masih dapat mendengar dengan baik. Sakit saat ini
merupakan pengalaman keua yang sangat memberatkan dan mempengaruhi pikirannya,
pasien sangat cemas sekali dengan penyakitnya, karena anak-anaknya masih butuh biaya tuk
sekolah dan pasien sedang sakit, tidak bisa bekerja maksimal. Karena pasien tidak bisa
menjai contoh yang baik buat anak-anaknya. Pasien merasa tidak berguna ketika sakt yang
sekarang lebih parah dari yang sebelmnya.
Pola sistem nilai kepercayaan Pasien beragama Kristen Katolik, yang taat beragama.
Pasien selalu mengikuti Misa di gereja dan selalu mengikuti kegiatan keagamaan lainnya.
Setalah sakit pasien selalu berdoa dan membaca Alkitab. Keadaan sakit sekarang ini
merupakan cobaan kehdupan yang harus dilalui, dukungan anak istri dan keluarganya
merupakan kekuatan untuk sembuh. Tapi karena pasien orangnya idak mau merepotkan
sehingga belum menginformasikanpada keluarga besarnya saat ini. Pasien akan merubah pola
hidup sehatnya setelah keluar dari sakit sekarang ini untuk lebih baik lagi. Sakit saat ini harus
kuat menghadapi rencana pengobatan yang harus di lakukan walupun akan mengeluarkan
banyak keuangan nya.
Terapi yang diperoleh : Ranitidin 3X1 ampul (IV), ketorolac 3 X 1 ampul (IV) dan IFD
aminofluid 14 TPM.
Umur : 45 tahun
Pendidikan : Diploma
Pekerjaan : PNS
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri dan lain-lain):
Genogram:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuaan
1. ASPEK BIOLOGIS
Data Pasien menyatakan bahwa iya merasa nyeri diarea dada kiri, nyeri
subyektif seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan hilang timbul sehingga tidak
mampu untuk beraktifitas.
Pasien menyatakan sebelum sakit aktifitasnya seperti
makan,minum,mandi , berganti pakaian , BAK dan BAB tanpa
bantuan.
Pasien mengatakan setelah sakit tidak mampu berjalan ke kamar
mandi.
Data INSPEKSI : tampak penggunakan otot bantu pernapasan dan pasien
Obyektif menggunakan alat bantu pernapasan ( O2 nasal canul 2 L/menit ).
AUSKULTASI : kesulitan dalam bernapas terdengar bunyi napas
tambahan,yaitu wheesing yang terdengar pada paru bagian kanan dan
kiri.
Data -
subyektif
Data Jika ada masalah dalam keluarga pasien selalu berdiskusi bersama
Obyektif keluarga untuk mencari jalan keluarnya dan selalu berdoa bersama.
4. Aspek Sosial
Data -
subyektif
5. Aspek Spiritual
Format Pengkajian Aspek Spiritual ( HOPE)
E : Effect
DS : Pasien mengatakan sebelum dirawat pasien selalu mengikuti misa di gereja dan acara
agama lainnya, inilah yang mempengaruhi kurangnya melalukan spiritual misa di gereja.
DO : Pasien nampak menginginkan kembali sehat agar bisa melakukan hal-hal yang biasanya
ia lakukan secara ritual.
DS : Pasien mengatakan ia tidak keberatan dengan tindakan medis yang diberikan, namun ia
mengatakan harus kuat menghadapi rencana pengobatan yang harus dilakukan walaupun akan
mengeluarkan banyak keuangannya.
DO : Pasien nampak khawatir dengan biaya yang harus ia keluarkan untuk pengobatannya
D. ANALISA DATA
Do
Pasien tidak mampu batuk dengan
baik
Keterbatasan Intoleransi
Aktivitas Terganggu
Ds
Pasien mengatakan sebelum dirawat selalu Aktivitas
mengikuti misa di gereja dan acara Terganggu
keagamaan lainnya ,tetapi setelah di rawat
pasien tidak bisa mengikuti misa di gereja.
Do
Pasien nampak menginginkan kembali sehat
agar bisa melakukan hal hal yang biasanya
dilakukan secara ritul. Hospitalisasi Cemas
Ds
Pasien menyatakan bahwa anaknya masih
membutuhkan biaya untuk sekolah dan
pasien sedang sakit tidak bisa bekerja
maksimal
Do
Pasien nampak cemas saat menyampaikan
mengenai anaknya yang masih
membutuhkan biaya.
F. Perencanaan
Mengurangi 3 5
rangsang
lingkungan
ketika cemas
Mendapatkan 2 5
informasi
untuk
mengurangi
kecemasanm
Kontrol 3 5
pernapasan saat
cemas
3 5
Monitor durasi
tiap episode
cemas
IMPLEMENTASI
NO HARI/TGL/
IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX WAKTU
EVALUASI ( SOAP)
NO HARI/TGL/
Catatan Perkembangan (SOAP) PARAF
Dx WAKTU
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Efusi pleural adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam ruang antara
pleural viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan tersebut, efusi dapat berupa
transudat (gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites) atau eksudat (infeksi dan neoplasma).
Penyebab efusi pleura yang sering terjadi di negara maju adalah CHF, keganasan,
pneumonia bakterialis, dan emboli paru.
1.2 Saran
Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada penderita
penyakit paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru agar efusi
yang terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri,Irman.2007.Keperawatan Medikal Bedah:Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Medika