Anda di halaman 1dari 5

Suci Belinda Pratiwi

11190820000043
Akuntansi 3D
Resume Perpajakan Bab PPh Pasal 21

Pengertian Pajak Penghasilan 21


PPh 21 adalah Pajak atas penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, Tunjangan Dan Pembayaran lain Dengan nama dan bentuk apapun yang
diterim ole wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan
jasa Dan kegiatan
ketentuan hukum yang berlaku untuk PPh 21 dengan mengacu pada aturan-aturan yang terkait
sebagai berikut:
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sampai Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan.
1. Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 tentang petunjuk pelaksanaan
pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan
Orang Pribadi.
2. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentang pedoman teknis tata cara
pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan Orang Pribadi.
3. Peraturan Menteri Keuangan No. 102/PMK.010/2016 tentang penetapan bagian
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta
pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan menimbang Pajak
Penghasilan.
4. Peraturan Pemerintah No. 68/2009 tentang tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus.
5. Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.03/2010 tentang tata cara pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,
Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus.

Wajib Pajak PPh Pasal 21


Wajib pajak PPh Pasal 21 atau penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 berdasarkan pasal 3 peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-32/PJ/2015
adalah orang pribadi yang merupakan:
1. Pegawai.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya juga merupakan wajib pajak PPh Pasal 21.
3. Wajib pajak PPh 21 kategori bukan pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi: Tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas, seniman, Olahragawan, Penasihat, Pengarang, peneliti, dan
penerjemah; Pemberi jasa dalam segala bidang dan kegiatan jenis lainnya.
4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai
Tetap pada perusahaan yang sama juga merupakan wajib pajak PPh Pasal 21. Selain itu,
kategori di bawah ini juga termasuk wajib pajak PPh 21: Mantan pegawai; dan/atau
Wajib pajak PPh Pasal 21 kategori peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
Peserta perlombaan dalam segala bidang, Peserta rapat, Peserta atau anggota dalam
suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu; peserta pendidikan dan
pelatihan; atau peserta kegiatan lainnya.

Objek Pajak PPh Pasal 21


A. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21/26
 Penghasilan Teratur
 Penghasilan Tidak Teratur
 Upah harian, mingguan, satuan & borongan Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja
 Uang tebusan pensiun, Pesangon THT, dll
 Honorarium dengan nama dan bentuk apapun Imbalan dengan nama dan bentuk
apapun
 Penghasilan natura yang diberikan oleh bukan wajib Pajak

B. Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21/26


 Pembayaran oleh perusahaan asuransi Penerimaan dalam bentuk Natura
 Iuran pensiun & THT yang dibayar pemberi
 Kerja Natura yang diberikan oleh pemerintah
 Kenikmatan Pajak yang ditanggung pemberi kerja
Tarif Pajak PPh 21
Tarif pajak yang dimuat pada PPh Pasal 21 dibebankan kepada Wajib Pajak yang
telah berpenghasilan. Namun, sebelumnya Anda harus mengetahui terlebih dahulu tentang
besaran Penghasilan Kena Pajak (PKP) PPh Pasal 21 yang diatur dalam peraturan Direktorat
Jenderal Pajak sebagai berikut.
a. Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 Penghasilan Kena
Pajak adalah pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dikenakan PKP sebesar Penghasilan
Netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru. Sementara pegawai tidak tetap
dikenakan PKP sebesar Penghasilan Bruto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
terbaru.
Sedangkan untuk pegawai yang termuat dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.
PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c, dikenakan sebesar 50% atas PKP dari jumlah penghasilan bruto
dikurangi PTKP dalam satu bulan.
b. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pendapatan yang tidak dikenai Pajak
Penghasilan seperti yang termuat dalam PPh Pasal 21. Menurut Direktorat Jenderal Pajak,
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dijelaskan sebagai pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan dasar Wajib Pajak beserta keluarga, dalam satu tahun. Maka tidak termasuk dalam
PPh Pasal 21. Berdasarkan PMK No. 101/PMK. 010/2016, Wajib Pajak tidak akan dikenakan
pajak penghasilan apabila penghasilan Wajib Pajak sama dengan atau tidak lebih dari
Rp54.000.000,-. Objek Penghasilan Tidak Kena Pajak dipaparkan sebagai berikut.
a. Rp54.000.000,- untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi.
b. Rp4.500.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
c. Rp54.000.000,- untuk istri yang memiliki jumlah penghasilan tersebut telah
digabung dengan penghasilan suami.
d. Rp4. 500.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga kandung serta keluarga
dalam garis keturunan serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Tarif Progresif PPH 21
Berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 UU PPh, perhitungan tarif pajak pribadi
menggunakan tarif progresif sebagai berikut:
a. Penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun dikenakan tarif pajak
sebesar 5%.
b. Penghasilan Rp50.000.000,- sampai dengan Rp250.000.000,- per tahun
dikenakan tarif pajak sebesar 15%.
c. Penghasilan Rp250.000.000,- sampai Rp500.000.000,- per tahun dikenakan tarif
sebesar 25%.
d. Penghasilan di atas Rp500.000.000,- per tahun dikenakan tarif pajak sebesar
30%.
Sedangkan untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif sebesar
20% lebih tinggi daripada Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP.

Rumus PPH 21
Rumus cara menghitung PPh 21 sebagai berikut:
PPh 21 = Tarif Pajak x (Penghasilan – Pengurang)
Bagi pihak penerima penghasilan yang belum memiliki NPWP, perhitungan
dilakukan dengan mengalikan 120% dengan total pajak yang terutang.
PPh 21 yang harus dibayar = 120% x PPh 21 Terutang

Anda mungkin juga menyukai