Anda di halaman 1dari 31

SISTEM HUKUM INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
INDAH SULISDIANI, SH.,M,SI

NAMA : RIMA SUSANTI


NIM : E1031191033
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PONTIANAK
2020
A. PENGERTIAN SISTEM HUKUM

Sistem adalah merupakan kesatuan yang terorganisir dan kompleks, berupa


perpaduan ha-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan dalam
mengalirkan informasi secara mudah dalam mencapai tujuan.

  
Pengertian sistem menurut Wikipedia adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
komponen atau elemen yang dihubungkan secara bersama untuk mengalirkan
informasi secara mudah, baik materi ataupun energi dalam mencapai tujuan.
Berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma).

Sedangkan pengertian dari Hukum itu sendiri hingga saat ini belum ada
kesepahaman dari para ahli mengenai apa itu hukum. Banyak ahli dan sarjana
hukum yang telah mencoba untuk mendefinisikan hukum, namun belum ada satu
orang ahli atau sarjana hukum yang mampu memberikan pengertian hukum itu
dan dapat diterima oleh semua pihak.

Atas ketiadaan definisi hukum yang jelas dan diterima oleh semua pihak ini, tentu
akan menjadi kendala bagi mereka yang ingin mempelajari ilmu hukum. Yang
mana pemahaman awal atas hukum secara umum sangat diperlukan, sebelum
memulai untuk mempelajari apa itu hukum dengan berbagai macam aspeknya.

Namun demikian, jika disimpulkan dari berbagai pengertian tentang hukum yang
dibuat oleh para ahli dan sarjana hukum, pada umumnya hukum adalah segala
peraturan-peraturan dalam mengatur kehidupan bersama dimasyarakat, yang
dalam pelaksanaannya dapat diterapkan sanksi-sanksi sebagai bentuk pemaksaan
atas peraturan-peraturan tersebut agar tercipta rasa keadilan didalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Sistem Hukum yang dianut di Indonesia merupakan perpaduan dari beberapa
sistem hukum. Yakni campuran atau perpaduan dari hukum agama, hukum adat,
dan hukum Eropa terutama Belanda yang dibawa saat menjajah Indonesia. 
Warisan sistem hukum Belanda ini telah mengakar sebagai akibat dari lamanya
penjajahan yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia, yakni sekitar 350
tahun lamanya. 
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang telah memiliki budaya atau adat yang
sangat kaya, jauh sebelum Belanda datang menjajah Indonesia. 
Hal ini dapat dibuktikan dengan peninggalan atau fakta sejarah yang menyatakan
bahwa di Indonesia dahulu banyak berdiri kerajaan-kerajaan hindu-budha yang
daerah kekuasaannya sangat luas, bahkan sampai pada negeri tetangga seperti
Malaysia. 
Sriwijaya, Kutai, Majapahit, dan lain sebagainya adalah beberapa kerajaan yang
dulu pernah berkuasa dan telah meninggalkan warisan-warisan budaya yang
hingga saat ini masih terasa, yang jika dilihat dari sistem hukum di Indonesia,
berupa peraturan-peraturan adat yang hidup dan tetap bertahan hingga saat ini. 
Dan hingga saat ini, nilai-nilai hukum adat yang masih melekat dan mengikat
masyarakat Indonesia telah menjadi salah satu sumber hukum di Indonesia. 
Selain hukum Eropa yang dibawa oleh Belanda, dan hukum adat peninggalan
nenek moyang bangsa Indonesia, Hukum Agama, terutama Islam juga menjadi
sumber Sistem Hukum di Indonesia yang mana Indonesia sendiri adalah negara
dengan penduduk muslim terbesar didunia.
1. Plato
Hukum merupakan sistem peraturan-peraturan yg teratur dan tersusun baik yang
bersifat mengikat masyarakat.
2. Aristoteles
Hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat
tetapi juga hakim. Undang-undang adalah sesuatu yang berbeda dari bentuk dan
isi konstitusi; karena kedudukan itulah undang-undang mengawasi hakim dalam
melaksanakan jabatannya dalam menghukum orang-orang yang bersalah.
3. Austin 
Hukum adalah sebagai peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan
kepada makhluk yang berakal oleh makhluk yang berakal yang berkuasa atasnya
(Friedmann, 1993: 149). 
4. Bellfoid
Hukum yang berlaku di suatu masyarakat mengatur tata tertib masyarakat itu
didasarkan atas kekuasaan yang ada pada masyarakat. 
5. Mr. E.M. Mayers
Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan ditinjau
kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang menjadi pedoman
penguasa-penguasa negara dalam melakukan tugasnya.
6. Ouguit
Hukum adalah tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai
jaminan dari kepentingan bersama terhadap orang yang melanggar peraturan itu.
7. Immanuel Kant
Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak dari orang
yang satu dapat menyesuaikan dengan kehendak bebas dari orang lain memenuhi
peraturan hukum tentang kemerdekaan. 
8. Van Kant
Hukum adalah serumpun peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang
diadakan untuk mengatur melindungi kepentingan orang dalam masyarakat.
9. Van Apeldoorn
Hukum adalah gejala sosial, tidak ada masyarakat yang tidak mengenal hukum
maka hukum itu menjadi suatu aspek kebudayaan yaitu agama, kesusilaan, adat
istiadat, dan kebiasaan.
10. S.M. Amir, S.H.
Hukum adalah peraturan, kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma-
norma dan sanksi-sanksi.
11. E. Utrecht
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup -perintah dan larangan- yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh seluruh anggota
masyarakat yang bersangkutan, oleh karena itu pelanggaran petunjuk hidup
tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah atau penguasa itu.
12. M.H. Tirtaamidjata, S.H.
Hukum adalah semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau
harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan
sebagainya. 
13. J.T.C. Sumorangkir, S.H. dan Woerjo Sastropranoto, S.H. 
Hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan
lingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-
badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi
berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman.

B. SISTEM HUKUM DI INDONESIA DAN DAMPAKNYA BAGI


MASYARAKAT SAAT INI
Sisem hukum Indonesia merupakan perpaduan beberapa system hukum. Sistem
hukum Indonesia merupakan perpaduan dari hukum agama, hukum adat, dan
hukum negara Eropa teritama Belanda sebagai bangsa yang pernah menjajah
Indonesia. Belanda berada di Indonesia sekitar 3,5 abad lamanya. Maka tidak
heran apabila banyak peradaban mereka yang diwariskan termasuk system
hukum.
Salah satunya adalah peraturan adat yang hidup dan bertahan hingga kini. Nilai-
nilai hukum adat merupakan salah satu sumber hukum di Indonesia. Indonesia
merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar maka tidak heran apabila
bangsa Indonesia juga menggunakan hukum agama terutama Islam sebagai
pedoman dalam kehidupan dan juga menjadi sumber hukum Indonesia.
Sering dengan panjangnya sejarah terbentuknya bangsa ini, ternyata perjalan
system hukum yang dianut Indonesia juga ikut mengalami perubahan seperti juga.
Hukum sendiri meliputi berbagai peraturan yang menetukan dan mengatur
hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain yang dapat disebut juga
kaedah hukum yakni peraturan-peraturan kemasyarakatan. Setiap orang harus
mengikuti dan menaati peraturan dan terikat pada hukum agar ketertiban di
masyarakat dapat terwujud.
Sistem hukum bersifat mengikat dan menjadi dasar atau padauan untuk
melakukan segala sesuatu sesuai dengan kaidahnya. Terdapat ciri-ciri dari sistem
hukum yang dianut olrh Indonesia, ciri tersebut adalah :
1. Terdapat perintah dan larangan.
2. Terdapat sanksi tegas bagi yang melanggar.
3. Perintah dan larangan harus ditaati untuk seluruh masyarakat.
Jika berbicara mengenai sistem hukum yang saat ini diterapkan di Indonesia maka
akan mengerucut pada sistem hukum pidana dan hukum perdata. Hukum pidana
merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pidana terbagi menjadi dua bagian,
yaitu hukum pidana materil dan hukum pidana formil. Hukum pidana materil
mengatur tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana
(sanksi).

C. PENGGOLONGAN HUKUM BERDASARKAN SUMBER, ISI,


BENTUK, SIFAT & WAKTUNYA
Pengolongan Hukum
Hukum adalah aturan yang diterapkan pada sebuah wilayah dan harus ditaati oleh
semua elemen masyarakat. Hukum memiliki sifat mengatur tingkah laku manusia
guna melindungi hak-hak masyarakat. Ada beberapa jenis-jenis dan macam-
macam hukum yang bisa dibedakan berdasarkan bentuk, sumber, wujud, tempat
berlaku, waktu, isi, sifat, dan cara mempertahankannya.
Menurut KKBI, definisi hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Secara
umum pengertian hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang
dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban,
keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.
Hukum bersifat mengatur dan memaksa. Hukum juga penting untuk melindungi
hak-hak masyarakat dan menjaga agar tidak ada yang bertindak sewenang-wenang
dalam ruang publik. Adapun tujuan hukum secara universal adalah menciptakan
ketertiban, kedamaian, ketentraman, kebahagiaan, serta kesejahteraan bagi
masyarakat.
Ada beberapa jenis-jenis hukum yang ada, dibedakan pada banyak faktor.
Misalnya macam-macam hukum berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi
hukum tertulis dan tidak tertulis. Selain itu ada penggolongan dan
pengelompokkan hukum berdasarkan faktor-faktor lainnya.

a. Macam-Macam Penggolongan Hukum

Ada beberapa macam-macam pembagian hukum yang dibedakan berdasarkan


sumbernya, tempat berlakunya, bentuknya, waktu berlakunya, sifatnya, cara
mempertahankannya, wujudnya, dan isinya.

1. Penggolongan Hukum Berdasarkan Bentuknya


Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan bentuknya, yakni hukum tertulis dan hukum
tidak tertulis. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut
bentuknya :

a) Hukum Tertulis
Hukum tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan secara tertulis. Contoh hukum
tertulis adalah UUD 1945, keputusan presiden, KUHP, dan lain-lain.

Ada 2 jenis hukum tertulis yakni hukum tertulis yang dikodifikasikan serta hukum
tertulis yang tidak dikodifikasikan, sebagai berikut :

 Hukum tertulis yang dikodifikasikan, yaitu hukum yang disusun


lengkap, sistematis, teratur serta dibukukukan, sehingga tidak lagi
diperlukan peraturan pelaksanaan.
 Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, yakni hukum yang
walaupun tertulis, akan tapi tidak disusun dengan sistematis, tidak
lengkap, dan masih terpisah-pisah. Karena itu hukum ini sering masih
memerlukan peraturan pelaksanaan di dalam penerapannya.
b) Hukum Tidak Tertulis
Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat
dan dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal, melainkan
lahir dan tumbuh di kalangan masyarakat tersebut. Contoh hukum tidak tertulis
adalah hukum adat, hukum agama, dan lain-lain.

2. Penggolongan hukum Berdasarkan Sumbernya


Ada 5 jenis-jenis hukum berdasarkan sumbernya, yakni hukum undang-undang,
hukum kebiasaan, hukum traktat, hukum yurisprudensi, dan hukum ilmu. Berikut
adalah penjelasan penggolongan hukum menurut sumbernya :

a) Hukum Undang-Undang
Hukum undang-undang atau disebut sebagai wettenrech, adalah jenis hukum yang
terletak dan tercantum di dalam peraturan perundang-undangan.

b) Hukum Kebiasaan
Hukum kebiasaan atau disebut juga sebagai gewoonte-en adatrech, adalah jenis
hukum yang berlaku di dalam peraturan-peraturan atau kebiasaan adat.

c) Hukum Traktat
Hukum traktat atau disebut juga sebagai tractaten recht, adalah jenis hukum yang
ditetapkan oleh negara-negara melalui suatu perjanjian antar negara atau traktat.

d) Hukum Yurisprudensi
Hukum yurisprudensi atau disebut juga sebagai yurisprudentie recht, adalah jenis
hukum yang muncul karena adanya keputusan hakim, yang menjadi rujukan
hakim selanjutnya dalam memberi putusan dalam pengadilan.

e) Hukum Ilmu
Hukum ilmu atau disebut juga sebagai wetenscaps recht, adalah jenis hukum yang
pada dasarnya berupa ilmu hukum yang terdapat dalam pandangan para ahli
hukum yang terkenal dan sangat berpengaruh.
3. Penggolongan Hukum Berdasarkan Sifatnya     
Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan sifatnya, yakni hukum yang memaksa dan
hukum yang mengatur. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut
sifatnya :

a) Hukum yang Memaksa


Yang dimaksud hukum yang memaksa adalah jenis hukum yang dalam keadaan
bagaimana pun, harus dan mempunyai paksaan yang mutlak. Contohnya adalah
hukuman bagi perkara pidana, maka sanksinya secara paksa wajib untuk
dilaksanakan.

b) Hukum yang Mengatur


Yang dimaksud hukum yang mengatur adalah jenis hukum yang dapat
dikesampingkan saat pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan
tersendiri dalam suatu perjanjian. Contohnya adalah hukum mengenai warisan
yang dapat diselesaikan dengan kesepakatan antar pihak-pihak yang terkait.

4. Penggolongan Hukum Berdasarkan Tempat Berlakunya


Ada 3 jenis-jenis hukum berdasarkan tempat berlakunya, yakni hukum nasional,
hukum internasional, dan hukum asing. Berikut adalah penjelasan penggolongan
hukum menurut wilayah berlakunya :

a) Hukum Nasional
Hukum nasional adalah jenis hukum yang berlaku di dalam wilayah negara
tertentu. Hukum nasional harus dilaksanakan oleh warga negara tersebut.

b) Hukum internasional
Hukum internasional adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur hubungan
hukum antar negara di dalam hubungan internasional. Hukum internasional ini
berlaku secara universal, yang berarti dapat berlaku secara keseluruhan terhadap
negara-negara yang mengikatkan diri dalam perjanjian internasional tertentu.
c) Hukum Asing
Hukum asing adalah jenis hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain
dan tidak berlaku pada negara yang bersangkutan.

5. Penggolongan Hukum berdasarkan Waktu Berlakunya


Ada 3 jenis-jenis hukum berdasarkan waktu berlakunya, yakni hukum positif,
hukum negatif, dan hukum alam. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum
menurut waktu berlakunya :

a) Ius Constitutum (Hukum Positif)


Hukum positif atau yang disebut sebagai ius constitutum, adalah jenis hukum
yang berlaku sekarang dan hanya bagi suatu masyarakat tertentu saja di dalam
daerah tertentu. Contohnya adalah UUD 1945 yang berlaku saat ini untuk warga
Indonesia.

b) Ius Constituendum (Hukum Negatif)


Hukum negatif atau yang disebut sebagai ius constituendum, adalah jenis hukum
yang diharapkan dapat berlaku pada waktu yang akan datang. Contohnya adalah
rancangan undang-undang (RUU) yang masih direncanakan akan diterapkan.

c) Ius Naturale (Hukum Alam)


Hukum alam atau yang disebut sebagai ius naturale atau antar waktu, adalah jenis
hukum yang berlaku kapan saja dan dimana saja dari dulu sampai
sekarang. Hukum ini tak mengenal batas waktu melainkan berlaku untuk selama-
lamanya terhadap siapapun juga di seluruh tempat. Contohnya adalah hukum
keadilan, yang salah harus dihukum.

6. Penggolongan Hukum Berdasarkan Wujudnya 


Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan wujudnya, yakni hukum objektif dan hukum
subjektif. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut wujudnya :

a) Hukum Objektif
Hukum objektif adalah jenis hukum yang mengatur tentang hubungan antar dua
orang atau lebih yang berlaku secara umum. Dalam artian, hukum di dalam suatu
negara ini berlaku secara umum dan tidak mengenai terhadap orang atau golongan
tertentu saja.

b) Hukum Subjektif
Hukum subjektif adalah jenis hukum yang muncul dari hukum objektif dan
berlaku terhadap seorang atau lebih. Hukum jenis ini juga sering disebut sebagai
hak.

7. Penggolongan Hukum Berdasarkan Isinya


Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan isinya, yakni hukum publik dan hukum
privat. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut isinya :

a) Hukum Publik (Hukum Negara)


Hukum publik atau disebut juga hukum negara, adalah jenis hukum yang
mengatur hubungan antara negara dengan individu atau warga negaranya. Hukum
publik umumnya menyangkut tentang kepentingan umum atau publik dalam
ruang lingkup masyarakat.

Hukum publik dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah :

 Hukum Pidana, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait


pelanggaran dan kejahatan, serta memuat larangan dan sanksi.
 Hukum Tata Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait
hubungan antara negara dengan bagian-bagiannya.
 Hukum Tata Usaha Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur
tentang tugas dan kewajiban para pejabat negara secara administratif.
 Hukum Internasional, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait
hubungan antar negara, seperti hukum perjanjian internasional, hukum
perang internasional, dan sejenisnya.
b) Hukum Privat (Hukum Sipil)
Hukum privat atau yang disebut juga hukum sipil, adalah jenis hukum yang
berguna untuk mengatur hubungan antara individu satu dengan individu lainnya,
termasuk negara sebagai pribadi. Jenis hukum privat memfokuskan pada
kepentingan perseorangan.

Hukum privat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah :

 Hukum Perdata, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan


antar individu secara umum, misalnya yaitu hukum keluarga, hukum
perjanjian, hukum kekayaan, hukum waris, hukum perkawinan, dan
sebagainya.
 Hukum Perniagaan, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan
antar individu di dalam kegiatan perdagangan, misalnya yaitu hukum jual
beli, hutang utang piutang, hukum mendirikan perusahaan dagang, dan
sebagainya.
8. Penggolongan Hukum Berdasarkan Cara Mempertahankannya
Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan cara mempertahankannya, yakni hukum
material dan hukum formal. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum
menurut cara mempertahankannya :

a) Hukum Material
Hukum material adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara anggota
masyarakat yang berlaku secara umum mengenai hal-hal yang dilarang serta hal-
hal yang dibolehkan untuk dilakukan. Contohnya adalah hukum pidana, hukum
perdata, hukum dagang dan sebagainya.

b) Hukum Formal
Hukum formal adalah jenis hukum yang mengatur tentang bagaimana cara
mempertahankan dan melaksanakan hukum material. Contohnya adalah Hukum
Acara Pidana (KUHAP), Hukum Acara Perdata, dan sebagainya.
Nah itulah referensi penggolongan macam-macam hukum beserta contohnya
berdasarkan banyak faktor dan kriteria, antara lain menurut bentuknya,
sumbernya, wujudnya, tempat berlakunya, waktu berlakunya, sifatnya, isinya, dan
cara mempertahankannya.

D. HAKEKAT DAN KARAKTERISTIK SISTEM HUKUM DI INDONESIA

keseluruhan kaidah dan asas berdasarkan keadilan yang mengatur hubungan


manusia dalam masyarakat yang berlaku sekarang di Indonesia.Subyek hukum
Indonesia adalah warga negara Indonesia dan warga negara asing yang
berdomisili di Indonesia.Objek hukum Indonesia adalah semua benda bergerak
atau tidak bergerak, benda berwujud atau tidak berwujud yang terletak di wilayah
hukum Indonesia.Hukum Indonesia berfungsi mengintegrasikan kepentingan-
kepentingan anggota masyarakat sehingga tercipta ketertiban dan
keteraturan.gts/shi/2010

Mazhab-mazhab (Aliran) dalam Hukum Beberapa aliran hukum yang telah


berkembang sesuai dengan jamannya dan memberi pengaruh serta mewarnai
sistem hukum di dunia adalah:Aliran legisme (sistem hukum kontinental)
merupakan suatu mazhab yang menganggap undang-undang sebagai satu-satunya
sumber hukum. Diasumsikan bahwa hukum identik dengan undang-undang,
sehingga tidak ada hukum yang lain di luar itu. Sebagai konsekuensi dari aliran
ini, hakim bersifat pasif dan hanya berkewajiban untuk menerapkan undang-
undang saja.Aliran freie rechtlehre berpendapat bahwa undang-undang tidak
cukup mampu mengikuti perkembangan masyarakat, sehingga hakim diberi
kebebasan untuk menciptakan hukum sendiri sesuai dengan keyakinannya (judge
made law), bebas untuk melakukan interpretasi bahkan hakim bebas untuk
menyimpangi undang-undang.Aliran rechtsvinding, pada aliran ini hakim tetap
terikat pada undang-undang tetapi tidak seketat seperti aliran legisme. Hakim
bertugas untuk menemukan hukum, dan diberi kebebasan untuk menyelaraskan
undang-undang dengan perkembangan jaman. Pada aliran ini yurisprudensi
mempunyai kedudukan yang penting sebagai sumber hukum formil setelah
undang-undang.Aliran rechtsvinding ini sedikit banyak mempengaruhi sistem
hukum di Indonesiagts/shi/2010

Karakteristik Hukum di Indonesia (Positif dan Progresif)Salah satu hal yang


spesifik dari hukum Indonesia sehingga membedakannya dari hukum negara lain
adalah tekad untuk tidak melanjutkan hukum warisan pemerintah kolonial yang
pernah menjajahnya. Tekad ini direalisasikan dengan melakukan perubahan
fundamental pada hukum "warisan" kolonial.Perubahan yang sudah dilakukan
meliputi:melakukan unifikasi terhadap Kitab Undang-Undang Hukum
Pidanamenghapus sistem pembagian golonganmemberlakukan satu sistem
peradilan umum di seluruh Indonesia dengan menghapuskan perbedaan sistem
peradilan yang sempat ada pada masa pemerintahan kolonial.Ciri khas yang lain
dari hukum Indonesia adalah:diberlakukannya keanekaragaman (pluralistis)
hukum perdataberlakunya hukum tidak tertulis di samping hukum
tertulismembentuk hukum nasional yang mampu mengikuti perkembangan
masyarakat dan tetap mewadahi keanekaragaman hukum adat.gts/shi/2010

Pluralisme Hukum di IndonesiaDalam hukum positif Indonesia berlaku


bermacam-macam hukum perdata, yaitu hukum perdata Eropa (KUHPerdata),
hukum adat dan hukum Islam. Pluralisme hukum perdata ini disebabkan karena
berdasarkan Pasal 163 IS, penduduk Hindia Belanda digolongan menjadi
golongan Eropa, Bumi Putra dan Timur Asing. Dan berdasarkan Pasal 131 IS
kepada masing-masing golongan diberlakukan hukum perdata yang
berbeda.Untuk mengatasi kevakuman hukum setelah Indonesia merdeka, berdasar
pada Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, ketentuan-ketentuan tersebut di atas
masih diberlakukan. Tetapi UU Nomor 62 Tahun 1958 dan Instruksi Presidium
Kabinet Nomor 31/U/IN/1966, hanya mengenal pembagian penduduk menjadi
warga negara Indonesia dan warga negara Asing dan menghapuskan
penggolongan penduduk. Sehingga meskipun hukum perdata dalam hukum positif
Indonesia masih bersifat pluralistis, tetapi tidak lagi ditujukan pada golongan
penduduk tertentu, melainkan ditujukan kepada warga negara Indonesia secara
umum.gts/shi/2010

E. KAIDAH DASAR PEMBENTUKAN HUKUM DAN SUMBER-SUMBER


HUKUM DI INDONESIA

Pancasila Sebagai Pandangan Hidup BangsaPandangan hidup bangsa merupakan


kesatuan dari rangkaian nilai-nilai luhur, yang berfungsi sebagai kerangka acuan
untuk menata kehidupan individu, interaksi antar individu, dan individu dengan
alam sekitarnya dalam suatu lingkup kehidupan berbangsa. Pandangan hidup
mengandung dua konsepsi dasar mengenai kehidupan bernegara yang dicita-
citakan oleh bangsa Indonesia.bersifat khusus yaitu "..melindungi segenap bangsa
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan
kehidupan bangsa...".bersifat umum dengan artian dalam lingkup kehidupan
sesama bangsa di dunia, yang dalam pembukaan UUD 1945 berbunyi: "…dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial…".Bangsa Indonesia merupakan kausa materialis Pancasila
atau asal dari nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila pada hakikatnya
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang digali dari bangsa Indonesia sendiri. Nilai-
nilai Pancasila telah ada dan tercermin dan terkandung dalam kehidupan
masyarakat yang berupa adat-istiadat, kebudayaan, dan kebiasaan dalam
memecahkan permasalahan mereka sehari-hari.gts/shi/2010

Susunan isi, arti, dan esensi nilai-nilai Pancasila dapat dikategorikan ke dalam tiga
lingkup:Umum-universal, yaitu sebagai pangkal tolak penjabarannya dalam
bidang-bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia, serta penerapannya dalam
berbagai bidang kehidupan.Umum-kolektif, yaitu sebagai pedoman kolektif
negara dan bangsa Indonesia terutama dalam menegakkan tertib hukum
Indonesia.Khusus-kongkrit, dalam artian isi, arti, dan esensi Pancasila dapat
dijabarkan dalam berbagai bidang kehidupan.gts/shi/2010

Pancasila Sebagai Dasar NegaraPancasila sebagai dasar negara amat penting dan
mendasar bagi Indonesia. Pancasila merupakan landasan fundamental bagi
penyelenggaraan negara. Unsur-unsur Pancasila telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sebagai kristalisasi dari asas-asas dalam kebudayaan, nilai-nilai
ketuhanan, yang kemudian diformulasikan oleh para pendiri negara sebagai dasar
negara oleh Panitia Sembilan (asal mula tujuan/kausa finalis), dan selanjutnya
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengesahkan Pancasila sebagai
dasar negara yang sah (asal mula karya/kausa efisien).Kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia membawa konsekuensi logis, yakni kekuatan
imperatif atau memaksa secara hukum. Kekuatan imperatif atau memaksa artinya
menuntut warga negara untuk taat dan tunduk kepada Pancasila dan aturan hukum
yang dijiwainya. Pelanggaran terhadap Pancasila dan peraturan-peraturan yang
dijiwainya diikuti dengan sanksi hukum sesuai dengan hukum yang
berlaku.gts/shi/2010

Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya tercantum sila-sila dalam Pancasila


tidak dapat diubah, oleh karena secara tegas tidak dijadikan sebagai salah satu
objek perubahan ketentuan Pasal 37 tentang perubahan Undang-Undang Dasar.
Dengan demikian, kedudukan Pancasila secara konstitusional tidak dapat diubah.
Menurut ketentuan Pasal 37 ayat (1) sampai ayat (5) UUD hanya pasal-pasal
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
perubahan.Dasar negara menjiwai dan dijabarkan dalam bentuk perundang-
undangan, dengan tujuan untuk mengatur ketertiban masyarakat dan mencapai
tujuan hidup bernegara. Menurut UU No. UU No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Tata urutan perundang-undangan
adalah sebagai berikut :gts/shi/2010

 Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)


Kaidah Dasar Pembentukan Hukum dan Sumber-Sumber Hukum di
IndonesiaUndang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)Undang-Undang
(UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)Peraturan
Pemerintah (PP)Keputusan Presiden (Keppres)Peraturan Daerah (Perda), terdiri
dari :- Perda Propinsi- Perda Kabupaten/Kota- Peraturan Desa/Peraturan yang
setingkatgts/shi/2010

 Kaidah Pancasila, Peran dan Fungsi Sumber HukumSumber hukum adalah segala
apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang
bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi
yang tegas dan nyata. Sumber-sumber hukum diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok besar, yaitu:Sumber hukum materiil, yaitu sumber hukum yang
menentukan isi suatu norma hukum. Sumber hukum materil dapat ditinjau dari
banyak sudut pandang, misalnya sudut pandang ahli sejarah; sudut pandang ahli
sosiologi; sudut pandang para filsuf; dan sebagainya.Sumber hukum formil, yaitu
sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunannya. Yang termasuk
sumber hukum formil adalah sebagai berikut : Undang-Undang (statute),
Kebiasaan (custom), Keputusan-keputusan Hakim (Jurisprudensi), Traktat
(treaty), dan Pendapat Sarjana Hukum (doktrin)gts/shi/2010

Dalam hukum positif Indonesia, hukum lahir dari berbagai sumber hukum formil
tersebut. Dalam kesatuan integral hukum di Indonesia, menurut Pasal 2 UU No.
10 Tahun 2004, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.Fungsi
dan peranan Pancasila sebagai sumber hukum, antara lain, pertama, sebagai
perekat kesatuan hukum nasional, dalam arti Setiap aturan hukum yang mengatur
segi-segi kehidupan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila sebagai
dasar filsafat, pandangan hidup dan dasar negara. Dan, kedua, sebagai cita-cita
hukum nasional, bermakna bahwa seluruh peraturan yang timbul dan mengatur
kehidupan masyarakat dibentuk untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan
bernegara yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila secara utuh.gts/shi/2010

 
Dalam hukum positif Indonesia, hukum lahir dari berbagai sumber hukum formil.
Dalam kesatuan integral hukum di Indonesia, menurut Pasal 2 UU No. 10 Tahun
2004, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.Fungsi dan peranan
Pancasila sebagai sumber hukum, antara lain, pertama, sebagai perekat kesatuan
hukum nasional, dalam arti Setiap aturan hukum yang mengatur segi-segi
kehidupan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
filsafat, pandangan hidup dan dasar negara. Dan, kedua, sebagai cita-cita hukum
nasional, bermakna bahwa seluruh peraturan yang timbul dan mengatur kehidupan
masyarakat dibentuk untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila secara utuh.gts/shi/2010

F. PERKEMBANGAN SISTEM HUKUM INDONESIA

Perkembangan Hukum di Indonesia pada Masa Pendudukan Belanda dan


JepangSepanjang sejarah, Indonesia pernah dijajah beberapa negara antara lain
Belanda, Inggris dan Jepang. Negara penjajah mempunyai kecenderungan untuk
menanamkan nilai serta sistem hukumnya di wilayah jajahan, sementara
masyarakat yang terjajah juga mempunyai tata nilai dan hukum sendiri.Ketika
Indonesia dikuasai Belanda pertama kali, yaitu oleh VOC, tidak banyak
perubahan di bidang hukum. Namun ketika diambil alih oleh Pemerintah Belanda,
banyak peraturan perundangan yang diberlakukan di Hindia Belanda baik itu
dikodifikasi (seperti BW, WvK, WvS) maupun tidak dikodifikasi (seperti RV,
HIR). Namun ternyata Belanda masih membiarkan berlakunya hukum adat dan
hukum lain bagi orang asing di Indonesia.gts/shi/2010

 
Kemudian pada tahun 1917 Pemerintah Hindia Belanda memberi kemungkinan
bagi golongan non Eropa untuk tunduk pada aturan Hukum Perdata dan Hukum
Dagang golongan Eropa melalui apa yang dinamakan "penundukan diri". Dengan
demikian terdapat pluralisme hukum atau tidak ada unifikasi hukum saat itu,
kecuali hukum pidana yaitu pada tahun 1918 dengan memberlakukan WvS (KUH
Pidana) untuk semua golongan. Selain itu badan peradilan dibentuk tidak untuk
semua golongan penduduk. Masing-masing golongan mempunyai badan peradilan
sendiriPada tahun 1942 Pemerintahan Bala Tentara Jepang menguasai Indonesia.
Peraturan penting yang dikeluarkan pemerintah yaitu beberapa peraturan pidana,
kemudian ada Osamu Seirei Nomor 1 Tahun 1942 yang dalam salah satu pasalnya
menentukan badan/lembaga pemerintah serta peraturan yang sudah ada masih
dapat berlaku asalkan tidak bertentangan dengan Pemerintahan Bala Tentara
Jepang. Hal ini penting untuk mencegah kekosongan hukum dalam sistem hukum
di Indonesia pada masa itu.gts/shi/2010

Perkembangan Hukum di Indonesia pada Awal Kemerdekaan, Masa Orde Lama,


Orde Baru dan ReformasiSetelah kemerdekaan, Indonesia bertekad untuk
membangun hukum nasional yang berdasarkan kepribadian bangsa melalui
pembangunan hukum. Secara umum hukum Indonesia diarahkan ke bentuk
hukum tertulis. Pada awal kemerdekaan dalam kondisi yang belum stabil, masih
belum dapat membuat peraturan untuk mengatur segala aspek kehidupan
bernegara. Untuk mencegah kekosongan hukum, hukum lama masih berlaku
dengan dasar Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, Pasal 192 Konstitusi RIS
(pada saat berlakunya Konstitusi RIS) dan Pasal 142 UUDS 1950 (ketika berlaku
UUDS 1950). Sepanjang tahun Indonesia menjalankan demokrasi liberal,
sehingga hukum yang ada cenderung bercorak responsif dengan ciri partisipatif,
aspiratif dan limitatif.gts/shi/2010

Pada masa Orde Lama Pemerintah (Presiden) melakukan penyimpangan-


penyimpangan terhadap UUD Demokrasi yang berlaku adalah Demokrasi
Terpimpin yang menyebabkan kepemimpinan yang otoriter. Akibatnya hukum
yang terbentuk merupakan hukum yang konservatif (ortodok) yang merupakan
kebalikan dari hukum responsif, karena memang pendapat Pemimpin lah yang
termuat dalam produk hukum.Pada tahun 1966 dimulainya Orde Baru yang
membawa semangat untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen. Namun Soeharto sebagai penguasa cenderung otoriter. Hukum
yang lahir kebanyakan hukum yang kurang/tidak responsif. Hukum "hanya"
sebagai pendukung pembangunan ekonomi karena pembangunan dari PELITA I -
PELITA VI dititik beratkan pada sektor ekonomi.gts/shi/2010

Setelah Presiden Soeharto mundur dari jabatannya pada tahun 1998, Indonesia
memasuki era reformasi yang bermaksud membangun kembali tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pembenahan sistem hukum termasuk agenda penting
reformasi. Langkah awal yang dilakukan yaitu melakukan amandemen atau
perubahan terhadap UUD 1945, karena UUD merupakan hukum dasar yang
menjadi acuan dalam kehidupan bernegara di segala bidang. Setelah itu diadakan
pembenahan dalam pembuatan peraturan perundangan, baik yang mengatur
bidang baru maupun perubahan/penggantian peraturan lama untuk disesuaikan
dengan tujuan reformasi.gts/shi/2010

 Peranan Pemerintah dalam Implementasi Hukum pada Masing-masing


PeriodeBerbicara bagaimana peranan Pemerintah dalam implementasi hukum di
Indonesia terkait dengan politik hukum yang dijalankan Pemerintah, karena
politik hukum itu menentukan produk hukum yang dibuat dan implementasinya.
Pada masa Penjajahan Belanda, politik hukumnya tertuang dalam Pasal 131 IS
(Indische Staatsregeling) yang mengatur hukum mana yang berlaku untuk tiap-
tiap golongan penduduk. Adapun mengenai penggolongan penduduk terdapat
pada Pasal 163 IS. Berdasarkan politik hukum itu, di Indonesia masih terjadi
pluralisme hukum.gts/shi/2010

Setelah Indonesia merdeka, untuk mencegah kekosongan hukum dipakailah


Aruran peralihan seperti yang terdapat pada Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945,
Pasal 192 Konstitusi RIS dan Pasal 142 UUDS Hukum tidak terlalu berkembang
pada masa awal kemerdekaan, akan tetapi implementasinya relatif baik yang
ditandai lembaga peradilan yang mandiri. Hal ini merupakan efek dari berlakunya
demokrasi liberal yang memberi kebebasan kepada warga untuk berpendapat.
Sebaliknya pada masa Orde lama, peran pemimpin (Presiden) sangat dominan
yang menyebabkan implementasi hukum mendapat campur tangan dari Presiden.
Akibatnya lembaga peradilan menjadi tidak bebas.gts/shi/2010

Ketika Orde Baru berkuasa, politik hukum yang dijalankan Pemerintah yaitu
hukum diarahkan untuk melegitimasi kekuasaan Pemerintah, sebagai sarana untuk
mendukung sektor ekonomi dan sebagai sarana untuk memfasilitasi proses
rekayasa sosial. Hal ini dikarenakan Pemerintah Orde Baru lebih mengutamakan
bidang ekonomi dalam pembangunan. Perubahan terjadi ketika memasuki era
reformasi yang menghendaki penataan kehidupan masyarakat di segala bidang.
Semangat kebebasan dan keterbukaan (transparansi) menciptakan kondisi
terkontrolnya langkah Pemerintah untuk mendukung agenda reformasi termasuk
bidang hukum. Langkah-langkah yang diambil antara lain pembenahan peraturan
perundangan, memberi keleluasaan kepada lembaga peradilan dalam menjalankan
tugasnya serta memberi suasana kondusif dalam rangka mengembangkan sistem
kontrol masyarakat untuk mendukung penegakan hukum.gts/shi/2010

G. KOMPONEN SUBSTANSI HUKUM

1. Sistem Hukum Adat dan Hukum PerdataHukum Adat merupakan hukum tidak
tertulis yang dibentuk dan dipelihara oleh masyarakat hukum adat tanpa campur
tangan dari penguasa, yang dilengkapi dengan sanksi sebagai upaya pemaksa.
Hukum adat merupakan hukum yang bersifat lokal, dan karena dibentuk oleh
masyarakat hukum adat yang tata susunannya sangat tergantung pada faktor
pembentuknya, mengakibatkan hukum adat menjadi plural dan berbeda diantara
tiap daerah dan tiap masyarakat.Sesuai dengan faktor genealogis maka ada 3
masyarakat hukum adat, yaitu masyarakat matrilineal, patrilineal dan parental.
Sedangkan berdasar pada faktor teritorial terbentuk 3 macam masyarakat, yaitu:
persekutuan desa, persekutuan daerah dan perserikatan kampung.Hukum Perdata
merupakan hukum yang mengatur hubungan antar perorangan, mengatur hak dan
kewajiban dalam lapangan hukum kekeluargaan dan dalam pergaulan masyarakat.
Sistematika Hukum Perdata berdasarkan Undang-Undang, terdiri atas 4 buku:
Buku I tentang orang, Buku II tentang Benda, Buku III tentang Perikatan, Buku
IV tentang Pembuktian dan daluwarsa.gts/shi/2010

2. Sistem Hukum Acara Perdata IndonesiaDalam rangka menegakan hukum


perdata materil diperlukan hukum perdata formil (hukum acara perdata), yakni
aturan hukum yang mengatur bagaimana menegakkan hukum perdata materil
dengan perantaraan hakim di pengadilan sejak pemajuan gugatan sampai pada
pelaksanaan putusan. Asas-asas yang perlu diperhatikan dalam bercara perdata,
antara lain: Hakim bersifat menunggu; Hakim bersikap pasif; Sidang terbuka
untuk umum; mendengar kedua belah pihak; beracara itu dikenakan biaya,
terikatnya hakim pada alat bukti; dan putusan hakim harus disertai alasan-
alasan.Beracara perdata itu melalui 3 (tiga) tahap, yaitu pendahuluan, penentuan,
dan pelaksanaan.3. Sistem Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana
Indonesia.Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur
hubungan antara negara dengan warga negara. Hukum Pidana dalam pengertian
sempit hanya mencakup hukum pidana materiil saja, sedangkan Hukum Pidana
dalam arti luas mencakup hukum pidana materil dan hukum pidana formil atau
Hukum Acara Pidana.gts/shi/2010

Hukum Pidana materIil diatur dalam KUHP, sedang Hukum Acara Pidana diatur
dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP dan peraturan perundang-undangan
lainnya. Hukum Acara Pidana atau hukum formil merupakan ketentuan tentang
tata cara proses perkara pidana sejak adanya sangkaan seseorang telah melakukan
tindak pidana hingga pelaksanaan keputusan sampai pelaksanaan putusan
pengadilan, mengatur hak dan kewajiban bagi mereka yang bersangkut paut
dengan proses perkara pidana berdasarkan undang-undang, serta diciptakan untuk
penegakan hukum dan keadilan. Fungsi dan tujuan Hukum Acara Pidana adalah
melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum pidana untuk mencari kebenaran
materil. Hak dan kewajiban bagi pihak yang bersangkut paut dengan proses
perkara pidana mengacu pada asas hukum Acara Pidana, antara lain: perlakuan di
muka sidang; perintah tertulis dari yang berwenang, memperoleh bantuan hukum
seluas-luasnya; hadirnya terdakwa, sidang terbuka untuk umum dll. Selanjutnya
dalam proses berita acara pidana meliputi beberapa tahap, yaitu: 1. Penyidikan
oleh penyidik (penyidik polisi dan penyidik PNS) 2. Penuntutan yang dilakukan
oleh jaksa atau penuntut umum 3. Pemeriksaan di depan sidang oleh hakim 4.
Pelaksanaan putusan pengadilan oleh jaksa dan lembaga
pemasyarakatan.gts/shi/2010

H. SUBSTANSI HUKUM POSITIF INDONESIA

Sistem Hukum Tata Negara Indonesia dan Sistem Hukum Administrasi


NegaraNegara merupakan pangkal tolak dari HTN dan HAN. Rakyat sebagai
salah satu unsur negara secara otomatis menjadi warga negara, sedangkan
penduduk adalah warga negara Indonesia dan Orang asing yang bertempat tinggal
secara sah di Indonesia. Di samping Rakyat unsur negara yaitu Wilayah dan
Pemerintahan yang berdaulat. Wilayah negara tidak hanya daratan saja, tetapi juga
perairan (laut). Pemerintah yang berdaulat tercermin dalam bentuk negara sebagai
organisasi kekuasaan yang berdaulat kedalam dan keluar.Sesuai UUD 1945
kekuasaan negara tersebut didistribusikan ke dalam berbagai lembaga negara
secara horisontal maupun vertikal. Sifat hubungan antara lembaga negara
terutama antara eksekutif dan legislatif akan menentukan corak sistem
pemerintahannya.gts/shi/2010

HTN dan HAN mempunyai hubungan erat. HAN meliputi semua aturan hukum
yang bersifat teknis (negara dalam keadaan bergerak), sedang HTN meliputi
semua aturan hukum yang bersifat fundamental (negara dalam keadaan diam/tidak
bergerak).Alat Administrasi Negara dalam menjalankan fungsinya untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat berwenang untuk melakukan perbuatan
hukum dengan pihak masyarakat, baik di lapangan hukum privat maupun
lapangan hukum publik. Di samping itu alat administrasi negara diperbolehkan
melakukan kebebasan bertindak (freis ermessen). Akan tetapi agar dalam
menjalankan fungsinya tidak sewenang-wenang.gts/shi/2010

Sistem Hukum Internasional Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur


pergaulan negara-negara berdaulat memiliki subyek hukum yang antara lain
terdiri dari: negara, organisasi internasional, Palang Merah Internasional, tahta
suci, manusia, dan perusahaan transnasional.Hukum internasional mencakup
hukum perang dan damai, yang mengatur bagaimana hubungan antara negara-
negara yang sedang berperang maupun sedang menjalin perdamaian. Dalam
pergaulan internasional, diantara negara-negara tersebut terjalin hubungan
diplomatik. Sehingga diantara mereka terjadi saling penempatan wakil diplomatik
seperti duta, konsul ataupun atase.gts/shi/2010

I. SUSUNAN DAN KEKUASAAN BADAN-BADAN PERADILAN DI


INDONESIA

a. Macam-macam Badan Peradilan di Indonesia.Badan-badan Peradilan di bawah


Mahkamah Agung merupakan suatu bagian sebagai pelaku kekuasan kehakiman
guna menegakkan hukum dan keadilan. Badan-badan Peradilan yang dimaksud,
yakni :a. Lingkungan Peradilan Umum terdiri dari- Pengadilan Negeri yang
merupakan peradilan tingkat pertama- Pengadilan Tinggi merupakan peradilan
tingkat banding.Dalam lingkungan Peradilan Umum dibentuk pengadilan khusus,
antara lain:-Pengadilan Anak-Pengadilan Niaga-Pengadilan HAM-Pengadilan
Korupsi-Pengadilan Hubungan Industrial-Peradilan Syariah Islam di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalamgts/shi/2010

b. Lingkungan peradilan khusus terdiri dari:- Peradilan Agama- Peradilan Militer-


Peradilan Tata Usaha NegaraPembinaan teknis, organisatoris, administrasi, dan
keuangan badan-badan pengadilan tersebut di atas di bawah Mahkamah Agung,
kecuali Pengadilan Pajak pembinaan keuangan di bawah Departemen Keuangan.PA
Tingkat PertamaPA Tingkat BandingPengadilan MiliterPengadilan Militer
TinggiPengadilan UtamaPengadilan PertempuranPTUN Tingkat PertamaPTUN
Tingkat BandingPengadilan Pajakgts/shi/2010

Badan Peradilan Umum (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) dan badan
peradilan khusus (peradilan Agama, Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara)
merupakan badan-badan Peradilan di bawah Mahkamah Agung sebagai bagian
dari pelaku kekuasaan kehakiman dalam rangka menegakkan hukum dan
keadilan.Keempat badan pengadilan tersebut masing-masing mempunyai
kekuasaan/wewenang untuk mengadili, yaitu kekuasaan/kewenangan/ kompetensi
Absolut maupun Relatif. Kompetensi absolut, adalah wewenang yang
berhubungan dalam memeriksa jenis perkara tertentu secara mutlak tidak dapat
diperiksa oleh badan peradilan lain, baik dalam lingkungan yang sama
(Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung) maupun dalam
lingkungan peradilan lain (pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama).Kekuasaan
relatif adalah suatu pembagian wewenang suatu pengadilan yang berkaitan dengan
suatu perkara yang dapat diperiksa oleh pengadilan di tempat lain.gts/shi/2010

Kekuasaan/wewenang badan peradilan Umum adalah memeriksa dan memutus


dan menyelesaikan perkara-perkara pada umumnya perkara perdata dan perkara
pidana. Pengadilan Negeri berwenang memeriksa, dan memutuskan perkara pada
tingkat pertama, sedang Pengadilan Tinggi memeriksa dan memutus di tingkat
banding. Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara tertinggi mempunyai
wewenang mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada
tingkat terakhir oleh semua lingkungan peradilan yan berada di bawah Mahkamah
Agung.Kekuasaan pengadilan khusus :(1).Pengadilan Anak berwenang
memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara anak nakal(2) Pengadilan
Niaga , memeriksa dan memutus permohonan pernyataan pailit dan permohonan
penundaan kewajiban pembayaran utang, di pengadilan wilayah hukum Debitur
dan perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan
Undang-Undang(3) Pengadilan HAM, memeriksa dan memutus Pelanggaran
HAM yang berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan
Kemanusiaan;gts/shi/2010

(4) Pengadilan Korupsi, memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi yang
penuntutannya diajukan oleh KPK (5) Pengadilan Hubungan Industrial,
memeriksa dan memutus a. perselisihan hak b. perselisihan kepentingan c.
perselisihan pemutusan hubungan kerja d. perselisihan antarserikat pekerja/serikat
buruh satu tempat perusahaan. (6) Peradilan Syariat Islam Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam yang dilakukan oleh Mahkamah Syariah sepanjang
kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan umum.gts/shi/2010

Kekuasan Peradilan Agama, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-


perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:
perkawinan, pewarisan, Wasiat, Hibah, Wakaf, Infak. Shadaqoh dan ekonomi
syariah.Kekuasaan badan Peradilan Militer berwenang mengadili tindak pidana
yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan tindak pidana adalah
prajurit atau yang berdasarkan Undang-Undang dipersamakan dengan
prajurit.Kekuasaan Peradilan Tata Usaha Negara, memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara. Pengadilan Pajak yang merupakan
pengadilan khusus dari Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, mempunyai
wewenang memeriksa dan memutus sangketa pajak.

J. KEKUASAAN KEHAKIMAN
Kekuasaan kehakiman, dalam konteks negara Indonesia, adalah kekuasaan
negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara
Hukum Republik Indonesia.

Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 telah membawa perubahan dalam


kehidupan ketatanegaraan. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa
kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh:

 Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam


lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara.
 Mahkamah Konstitusi

Selain itu terdapat pula Peradilan Syariah Islam di Provinsi Aceh, yang


merupakan pengadilan khusus dalam Lingkungan Peradilan Agama (sepanjang
kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama) dan Lingkungan
Peradilan Umum (sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan
umum).

Di samping perubahan mengenai penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, UUD


1945 juga memperkenalkan suatu lembaga baru yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yaitu Komisi Yudisial. Komisi Yudisial
bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat serta perilaku hakim.

1. Kekuasaan Kehakiman yang Bebas dan Tidak Memihak Indonesia dikatakan


sebagai negara hukum, hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Undang-Undang
Dasar 1945 yang menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang
berdasarkan Pancasila dan bukan berdasar atas kekuasaan semata-mata. Ini
menunjukkan bahwa segala tindakan harus dilandasi oleh hukum atau harus dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Negara hukum mempunyai ciri-ciri antara
lain:Adanya pengakuan dan perlindungan terhadap HAM Peradilan yang bebas
dari pengaruh kekuasaan/kekuatan lain dan tidak memihakAdanya legalitas dalam
arti hukum.Kekuasaan Kehakiman di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945 yakni Pasal 24 ayat (1) dan (2) dan Pasal 25. Menurut UUD 1945
kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka artinya terlepas dari
pengaruh kekuasaan lain seperti pemerintah maupun badan lain selain pemerintah
sehubungan dengan kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka.

Faktor yang menyebabkan kekuasaan kehakiman dapat bebas dan tidak memihak
adalah landasan yuridis tentang Mahkamah Agung, hal ini karena Mahkamah
Agung merupakan puncak dari proses peradilan yang dilakukan di Indonesia, di
mana semua peradilan-peradilan yang berada di bawahnya bernaung di bawah
Mahkamah Agung. Faktor kualitas dan integritas para hakim sangat penting,
karena menyangkut hakim dalam mengambil suatu keputusan dan kemudian
tradisi hukum dalam masyarakat yakni bahwa adanya hukum untuk dapat
memenuhi tuntutan rasa keadilan bagi masyarakat.gts/shi/2010

2. Kekuasaan MengadiliKekuasaan mengadili adalah kekuasaan yang dimiliki


oleh hakim di peradilan dalam usaha menerima, memeriksa dan memutus perkara.
Berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak pada sidang pengadilan,
menurut cara yang diatur dalam undang-undang.Ada empat tiang peradilan yang
kita kenal menurut UU No. 14 Tahun 1970 j.o UU Nomor 5 Tahun 2004
yakniPeradilan UmumPeradilan AgamaPeradilan MiliterPeradilan Tata Usaha
Negara.gts/shi/2010

Pengadilan Tentara Tinggi Pengadilan Tentara Agung Pengadilan Militer


Pengadilan UmumPN PT MAPengadilan SipilPengadilan
KhususADATAGAMAADM. NEGARAmacam pengadilanPengadilan
TentaraPengadilan Tentara TinggiPengadilan Tentara AgungPengadilan
Militergts/shi/2010

Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan yang umum atau sehari-hari, yang
memeriksa dan memutus perkara perdata dan pidana sipil untuk semua golongan
penduduk pada tingkat pertama.Pengadilan Tinggi adalah pengadilan banding
yang mengadili pada tingkat kedua suatu perkara perdata atau pidana yang telah
diadili atau diputus pada Pengadilan Negeri.Jika segala upaya hukum telah
dilakukan dan belum mencapai hasil yang memuaskan terhadap putusan
Pengadilan Negeri maupun pengadilan Tinggi, maka seseorang dapat mengajukan
kasasi ke Mahkamah Agung. Mahkamah Agung merupakan badan peradilan
tertinggi dan terakhir di Indonesia di dalam memutuskan suatu perkara baik
perkara perdata maupun perkara pidana.gts/shi/2010

UUD 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan


dilaksanakan menurut ketentuan Undang-Undang Dasar. Ditegaskan pula bahwa
negara Indonesia adalah negara hukum.Sejalan

dengan prinsip ketatanegaraan di atas maka salah satu substansi penting


perubahan UUD 1945 adalah keberadaan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga
negara yang berfungsi menangani perkara tertentu di bidang ketatanegaraan,
dalam rangka menjaga konstitusi agar dilaksanakan secara bertanggung jawab
sesuai dengan kehendak rakyat dan cita-cita demokrasi. Keberadaan Mahkamah
Konstitusi sekaligus untuk menjaga terselenggaranya pemerintahan negara yang
stabil, dan juga merupakan koreksi terhadap pengalaman kehidupan
ketatanegaraan di masa lalu yang ditimbulkan oleh tafsir ganda terhadap
konstitusi.gts/shi/2010

Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman, di


samping Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan
ayat (2) UUD 1945.Mahkamah Konstitusi terikat pada prinsip umum
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh
kekuasaan lembaga lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan.Mahkamah
Konstitusi berwenang untuk: a. menguji undang-undang terhadap UUD b.
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD c. memutus pembubaran partai politik d. memutus perselisihan hasil
pemilihan umum e. memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.gts/shi/2010

Pengalihan badan peradilan

Konsekuensi dari UU Kekuasaan Kehakiman adalah pengalihan organisasi,


administrasi, dan finansial badan peradilan di bawah Mahkamah Agung.
Sebelumnya, pembinaan badan-badan peradilan berada di bawah eksekutif
(Departemen Kehakiman dan HAM, Departemen Agama, Departemen Keuangan)
dan TNI, namun saat ini seluruh badan peradilan berada di bawah Mahkamah
Agung dan Mahkamah Konstitusi.

Berikut adalah peralihan badan peradilan ke Mahkamah Agung:

 Organisasi, administrasi, dan finansial pada Direktorat Jenderal Badan


Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara Departemen Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia, Pengadilan Tinggi, Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara, Pengadilan Negeri, dan Pengadilan Tata Usaha Negara, terhitung
sejak tanggal 31 Maret 2004 dialihkan dari Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia ke Mahkamah Agung
 Organisasi, administrasi, dan finansial pada Direktorat Pembinaan Peradilan
Agama Departemen Agama, Pengadilan Tinggi Agama/Mahkamah Syariah
Provinsi, dan Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah, terhitung sejak
tanggal 30 Juni 2004 dialihkan dari Departemen Agama ke Mahkamah Agung
 Organisasi, administrasi, dan finansial pada Pengadilan Militer, Pengadilan
Militer Tinggi, dan Pengadilan Militer Utama, terhitung sejak tanggal 1
September 2004 dialihkan dari TNI ke Mahkamah Agung. Akibat perlaihan
ini, seluruh prajurit TNI dan PNS yang bertugas pada pengadilan dalam
lingkup peradilan militer akan beralih menjadi personel organik Mahkamah
Agung, meski pembinaan keprajuritan bagi personel militer tetap
dilaksanakan oleh Mabes TNI.
Peralihan tersebut termasuk peralihan status pembinaan kepegawaian, aset,
keuangan, arsip/dokumen, dan anggaran menjadi berada di bawah Mahkamah
Agung.

(Pasal 1 Ayat 1 UU 48 2009)

Tugas pokok kekuasaan kehakuman ialah menerima, memeriksa, dan mengadili,


serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan.

Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah Agung RI, Badan-
badan peradilan lain dibawah Mahkamah Agung (Peradilan Umum, PTUN,
Peradilan Militer, Peradilan Agama) serta Mahkamah Konstitusi;

Penyelenggaraan kekuasaan Kehakiman tersebut diserahkan kepada badan-badan


peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan PTUN)
dimana Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi dengan tugas pokok
untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya
Sifat pembawaan kekuasaan kehakiman pada dasarnya ialah bebas, tetapi
sifatnya tidak mutlak. Kebebasan kekuasaan kehakiman tersebut dipengaruhi
oleh sistem pemerintahan, sistem politik, sistem ekonomi, dan sebagainya;
Perbuatan mengadili adalah perbuatan yang luhur
untuk memberikan suatu putusan terhadap suatu perkara yang semata-mata
harus didasarkan kepada kebenaran, kejujuran, dan keadilan; di Indonesia, hakim
adalah untuk menegakkan hokum dan keadilan berdasarkan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila dengan jalan menafsirkan hukum dan mencari
dasar-dasar serta asas-asas yang ada landasannya melalui perkara-perkara yang
dihadapkan kepadanya sehingga putusan itu mencerminkan perasaan keadilan
bangsa dan rakyat Indonesia;

FUNGSI KEKUASAAN KEHAKIMAN

A. Fungsi pokok berupa fungsi mengadili (recht sprekende functie);


B. Fungsi pengawasan (controlerende functie);
C. Fungsi memberi nasihat (adviese rende functie);
D. Fungsi mengatur (regelende functie);
E. Fungsi menguji materiil (materiel toetsing recht).
Fungsi d dan e hanya dimiliki oleh Mahkamah Agung, fungsi a ,b, c selain
dimiliki MahkamahAgung juga dimiliki pengadilan dibawah MA.

Anda mungkin juga menyukai