Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI UJI SHAHIH KEBENARAN

(Teori Korespondensi, Teori Koherensi, Dan Teori Pragmatis)

Dosen Pengampu:

Marzuki Manurung S.sos., M.sos

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3 SESI 2 (6)

Nisa Fahria Nasution 0304212059

Rahma Fitri Yani Lubis 0304212058

Rizki Putri Yunisa Khairani 0304212069

PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS 1 SEMESTER II

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,atas seluruh berkat rahmat-Nya
maka makalah mata kuliah Filsafat Ilmu ini dapat saya diselesaikan tepat pada
waktunya.Dalam kesempatan ini kami sebagai penyusun mengucapkan terimakasih
kepada bapak Marzuki Manurung S.sos., M.sos selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu
di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan atas kesempatan yang telah
diberikan kepada kami untuk mengerjakan tugas makalah ini,dan kepada orang tua kami
yang telah memberikan doa dan dorongan dalam penyelesaian tugas pembuatan
makalah kali ini

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
kesalahan dan sangat jauh dari sempurna.Oleh sebab itu,saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya makalah ini.Kami
berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua.SemogaAllah SWT mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua.

Medan,20 Maret 2022

Pemakalah
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

a.Latar belakang …………………………………………………………………………

b.Rumusan masalah………………………………………………………………………

c.Tujuan ………………………………………………………………………………….

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Teori Korespondensi……………………………………………………..

B.Pengertian Teori Koherensi …………………………………………………………..

C.Pengertian Teori Pragmatis………………………………….………………………..

BAB III

PENUTUP

Simpulan…………………………………………………………………………….…..

Saran ……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Kita memahami bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu proses kegiatan


berpikir yang memiliki tujuan (teleologis), untuk memperoleh pengetahuan yang jelas
(kejelasan) serta memperoleh pengetahuan yang benar (kebenaran) tentang yang
dipikirkannya atau yang diselidikinya. (The Liang Gie, 1997: hal. 94-109).

Perguruan Tinggi, sebagai lembaga ilmiah, merupakan tempat berbagai macam


kegiatan ilmu pengetahuan dalam rangka mengusahakan tercapainya tujuan kegiatan
ilmiah. Salah satu kegiatan pokok untuk mengusahakan ilmu pengetahuan tersebut
adalah kegiatan perkuliahan. Kegiatan perkuliahan diharapkan dapat mengantar,
mendampingi mahasiswa mengusahakan demi tercapainya kejelasan dan kebenaran
tentang pokok kajian tertentu.

Agar kegiatan ilmiah dalam perkuliahan dapat sampai pada tujuan yang
dikehendaki, perlu pemahaman tentang kebenaran ilmiah. Dalam upaya membahas
kebenaran ilmiah, tulisan ini terlebih dahulu merupakan pengertian kebenaran, jenis-
jenis kebenaran, teori tentang kebenaran. Selanjutnya membahas salah satu jenis
kebenaran, yaitu kebenaran ilmiah, sebagai kebenaran yang memang diusahakan dan
dijadikan tujuan dalam kegiatan ilmiah. Pada bagian akhir ditempatkan pembahasan
kegiatan perkuliahan sebagai kegiatan ilmiah yang mengusahakan tercapainya kejelasan
dan kebenaran ilmu pengetahuan.

Pada awalnya, pembahasan dalam epistemologi lebih terfokus pada sumber


pengetahuan (the origin of knowledge) dan teori tentang kebenaran (the theory of truth)
pengetahuan. Pembahasan yang pertama berkaitan dengan suatu pertanyaan apakah
pengetahuan itu bersumber pada akal pikiran semata (‘aqliyyah), pengalaman indera
(tajribiyyah), kritik (naqdiyyah) atau intuisi (hadasiyyah). Sementara itu, pembahasan
yang kedua terfokus pada pertanyaan apakah “kebenaran” pengetahuan itu dapat
digambarkan dengan pola korespondensi, koherensi atau praktis-pragmatis. Selanjutnya,
pembahasan dalam epistemologi mengalami perkembangan, yakni pembahasannya
terfokus pada sumber pengetahuan, proses dan metode untuk memperoleh pengetauan,
cara untuk membuktikan kebenaran pengetahuan, dan tingkat-tingkat kebenaran
pengetahuan.

“Kebenaran” merupakan kata benda. Meskipun ada kata benda “kebenaran”,


namun dalam realitanya tidak ada benda “kebenaran”, yang ada dalam kenyataan secara
ontologis adalah sifat “benar”. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sifat “benar”
dapat berada pada kegiatan berpikir maupun hasil pemikiran yang dapat diungkapkan
dalam bahasa lisan maupun tertulis, yang berupa: jawaban, penyataan, penjelasan,
pendapat, informasi, berita, tindakan, peraturan. Hasil pemikiran pada pokoknya
menunjukkan ada atau tidak-adanya hubungan antara yang diterangkan dengan yang
menerangkan. Hasil pemikiran dikatakan benar, bila memahami bahwa ada hubungan
antara yang diterangkan dengan yang menerangkan, dan ternyata memang ada
hubungan, atau memahami bahwa tidak ada hubungan antara yang diterangkan dengan
yang menerangkan, dan ternyata memang tidak ada hubungan. Hasil pemikiran
dikatakan salah, bila memahami bahwa ada hubungan antara yang diterangkan dengan
yang menerangkan, padahal tidak ada, atau memahami bahwa tidak ada hubungan
antara yang diterangkan dengan yang menerangkan, padahal ada. Makalah ini mencoba
menerangkan apa saja teori – teori kebenaran.

b. Rumusan Masalah

1.Apa itu Teori Korespondensi ?

2. Apa itu Teori Kohorensi ?

3. Apa itu Teori Pragmatis ?

c. Tujuan
Agar dapat menjelaskan dan mengetahui apa saja teori – teori kebenaran baik itu teori
korespondensi, teori kohorensi dan teori pragmatis.

BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI KORESPONDENSI

Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth) Teori kebenaran


korespondensi, Correspondence Theoryof Truth yang kadang disebut dengan
accordance theory of truth, adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan
pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada
di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau keadaan benar itu
apabila ada kesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan
atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyaan atau pendapat tersebut.
Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang
dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila
terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya.

Teori korespondensi adalah paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Di
antara pelopor teori ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, dan Ramsey. Teori ini banyak
dikembangkan oleh Bertrand Russell (1972-1970).16 Teori ini sering diasosiasikan
dengan teori-teori empiris pengetahuan. Teori kebenaran korespondensi adalah teori
kebenaran yang paling awal, sehingga dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran
tradisional karena Aristoteles sejak awal (sebelum abad Modern) mensyaratkan
kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan atau realitas yang diketahuinya.

Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to
objective reality). berdasarkan teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika
materi hukum yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan
obyek yang dituju atau diatur oleh hukum tersebut. Misalnya “jika seorang melakukan
pencurian maka orang tersebut akan dihukum, agar menimbulkan efek jera sehingga
orang lain tidak melakukan pencurian lagi dan kehidupan menjadi tertib”.
Signifikansi teori ini terutama apabila diaplikasikan pada dunia sains dengan
tujuan dapat mencapai suatu kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang. Seorang
ilmuan akan selalu berusaha meneliti kebenaran yang melekat pada sesuatu secara
sungguh-sungguh, sehingga apa yang dilihatnya itu benar-benar nyata terjadi. Sebagai
contoh, gunung dapat berjalan. Untuk membuktikan kebenaran pernyataan ini harus
diteliti dengan keilmuan yang lain yaitu ilmu tentang gunung (geologi), ternyata gunung
mempunyai kaki (lempeng bumi) yang bisa bergerak sehingga menimbulkan gempa
bumi dan tsunami. Dengan demikian, sebuah pertanyaan tidak hanya diyakini
kebenarannya, tetapi harus diragukan dahulu untuk diteliti, sehingga mendapatkan suatu
kebenaran hakiki.

B. TEORI KOHORENSI

Teori kebenaran koherensi atau konsistensi adalah teori kebenaran yang


didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila
sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan
secara logis. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan
dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara
putusanputusan itu sendiri.

Teori ini berpendapat bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan
dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan
diakui sebagai benar. Suatu proposisi benar jika proposisi itu berhubungan (koheren)
dengan proposisi-proposisi lain yang benar atau pernyataan tersebut bersifat koheren
atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Dengan
demikian suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian (pembenaran)
oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui, diterima dan diakui
benarnya. Karena sifatnya demikian, teori ini mengenal tingkat-tingkat kebenaran.
Disini derajar koherensi merupakan ukuran bagi derajat kebenaran. Misal, Semua
manusia membutuhkan air, Ahmad adalah seorang manusia, Jadi, Ahmad membutuhkan
air.
Berbeda dengan teori korespondensi yang dianut oleh penganut realism dan
matrealisme, teori koherensi atau konsistensi ini berkembang pada abad ke-19 dibawah
pengaruh hegel dan diikuti oleh pengikut madzhab idealism. Menurut para penganut
teori ini, suatu pernyataan atau proposisi dinyatakan benar atau salah dapat dilihat
apakah proposisi itu berkaitan dan meneguhkan proposisi atau pernyataan yang lain atau
tidak. Suatu pernyataan benar kalau pernyataan itu cocok dengan sistem pemikiran yang
ada. Kebenaran sesungguhnya berkaitan dan memiliki implikasi logis dengan sistem
pemikiran yang ada. Untuk mengetahui kebenaran pernyataan itu kita cukup memeriksa
apakah pernyataan ini sejalan dengan pernyataan-pernyataan lainnya. Apakah
pernyataan ini meneguhkan pernyataanpernyataan lainnya, yang telah diakui
kebenarannya (Sonny Keraf & Mikhael Dua, 2001: hal. 68-69) Teori kebenaran
koherensi lebih menekankan kebenaran rasional-logis dan juga cara kerja deduktif.
Pengetahuan yang benar hanya dideduksikan atau diturunkan sebagai konsekuensi logis
dari pernyataan-pernyataan lain yang sudah ada, dan yang sudah dianggap benar.
Konsekuensinya, kebenaran suatu pernyataan atau pengetahuan sudah diandaikan secara
apriori tanpa perlu dicek dengan kenyataan yang ada. Ini berarti pembuktian atau
justifikasi sama artinya dengan validasi, yaitu memperlihatkan apakah kesimpulan yang
mengandung kebenaran tadi memang diperoleh secara sahih (valid) dari proposisi-
proposisi lain yang telah diterima sebagai benar.

Dia antaranya seorang filsuf Britania F. M Bradley (1864-1924). Idealisme


epistemologi berpandangan bahwa obyek pengetahuan, atau kualitas yang kita serap
dengan indera kita itu tidaklah berwujud terlepas dari kesadaran tentang objek tersebut.
Karenanya, teori ini lebih sering disebut dengan istilah subjektivisme. Pemegang teori
ini, atau kaum idealism berpegang, kebenaran itu tergantung pada orang yang
menentukan sendiri kebenaran pengetahuannya tanpa memandang keadaan real
peristiwa-peristiwa. Manusia adalah ukuran segala-galanya, dengan cara demikianlah
interpretasi tentang kebenaran telah dirumuskan kaum idealisme.26 Kalau ditimbang
dan dibandingkan dengan teori korespondensi, teori koherensi, pada kenyataannya
kurang diterima secara luas dibandingkan teori pertama tadi. Teori ini punya banyak
kelemahan dan mulai ditinggalkan. Misalnya, astrologi mempunyai sistem yang sangat
koheren, tetapi kita tidak menganggap astrologi benar. Kebenaran tidak hanya terbentuk
oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan antara pernyataan-
pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar apabila
konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita
ketahui kebenarannya.

C. TEORI PRAGMATISME

Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa benar tidaknya


suatu ucapan, dalil, atau teori, tergantung pada bermanfaat atau tidaknya suatu ucapan,
dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam hidupnya. Pragmatisme,
telah menjadi semacam ruh yang menghidupi tubuh ide-ide dalam ideologi kapitalisme,
yang telah disebarkan Barat ke seluruh dunia melalui penjajahan dengan gaya lama
maupun baru. Dalam konteks inilah, pragmatisme dapat dipandang berbahaya karena
telah mengajarkan dua sisi kekeliruan sekaligus kepada dunia yakni standar kebenaran
pemikiran dan standar perbuatan manusia. Filsafat ini menganggap bahwa dunia ini
penciptaannya belum selesai titik segala sesuatu merubah, tumbuh, berkembang, Tidak
ada batas, tidak statis, dan tidak ada finalnya.

Pengalaman merupakan keseluruhan aktivitas manusia yang mencakup segala


proses yang saling mempengaruhi antara organisme yang hidup dalam lingkungan sosial
dan fisik. Filsafat ini dibangun berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan berpangkal dari
pengalaman-pengalaman dan bergerak kembali menuju pengalaman. Untuk menyusun
kembali pengalaman-pengalaman tersebut diperlukan pendidikan yang merupakan
transformasi yang terawasi dari keadaan tidak menentu arah keadaan tertentu. Sekolah
merupakan miniatur komunitas yang menggunakan pengalaman-pengalaman sebagai
pijakan titik siswa dapat melakukan sesuatu secara bersama-sama dan belajar untuk
memantapkan kemampuannya dan keahliannya. Paradigma ini meyakini bahwa
kebenaran berdasarkan manfaatnya dalam kehidupan praktis, baik secara individual
maupun kolektif. Oleh karenanya ia berpendapat bahwa tugas filsafat memberikan
garis-garis arahan bagi perbuatan.
Filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran metafisik yang sama sekali tidak
berfaedah. Filsafat harus berpijak pada pengalaman dan menyelidiki serta mengolah
pengalaman tersebut secara aktif dan kritis. Dengan cara demikian, filsafat menurut
Dewey dapat menyusun norma-norma dan nilai-nilai.

Tujuan pendidikan adalah efisiensi sosial dengan cara memberikan kemampuan


untuk berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan demi pemenuhan kepentingan dan
kesejahteraan bersama secara bebas dan maksimal. Tata susunan masyarakat yang dapat
menampung individu yang memiliki efisiensi di atas adalah sistem demokrasi yang
didasarkan atas kebebasan, asas saling menghormati kepentingan bersama, dan asas ini
merupakan sarana kontrol sosial.

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth) adalah teori yang


berpandangan bahwa pernyataan pernyataan adalah benar. Teori koherensi atau
konsistensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau
konsistensi. Teori Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa benar
tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori, tergantung pada bermanfaat atau tidaknya suatu
ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam hidupnya.

SARAN

Di dalam proses pembuatan makalah yang kami sampaikan tentu ada kesalahan
dan kesilapan yang kami lakukan sehingga belum bisa dikatakan sempurna. Di
karenakan masih banyak kekurangan di dalam nya ,oleh sebab itu kami selaku penulis
makalah ini memberikan kesempatan dan izin kepada pembaca untuk memberi suatu
kritikan yang dapat membangun makalah ini sehingga menjadi sempurna agar di
kemudian hari kami bisa membuatnya menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

M.Syaiful Padli, M. Lutfi Mustofa, Kebenaran dalam Perspektif Filsafat Serta


Aktualisasinya dalam Menyaring Berita Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 4 No 1Tahun
2021hal 83.
Beniharmoni Harefa, Kebenaran Hukum Perspektif Filsafat Hukum Jurnal Komunikasi
Hukum, Vol 2 No 1 februari 2016 hal 15.

TEORI KEBENARAN PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU:Sebuah Kerangka Untuk


Memahami Konstruksi Pengetahuan Agama Fikrah, Vol. 2, No. 1, Juni 2014 hal 83.

TEORI KEBENARAN PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU: Sebuah Kerangka Untuk


Memahami Konstruksi Pengetahuan Agama Fikrah, Vol. 2, No. 1, Juni 2014 hal 260.

Paulus Wahana, Menguak Kebenaran Ilmu Pengetahuan Dan Aplikasinya Dalam


Kegiatan Perkuliahan Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 3, Desember 2008 hal 279.

Afifuddin harisah, Filsafat pendidikan Islam, prinsip dan dasar pengembangan oleh,
2018 hal 115

Anda mungkin juga menyukai