Makalah Filsafat Ilmu
Makalah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu:
DISUSUN OLEH:
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,atas seluruh berkat rahmat-Nya
maka makalah mata kuliah Filsafat Ilmu ini dapat saya diselesaikan tepat pada
waktunya.Dalam kesempatan ini kami sebagai penyusun mengucapkan terimakasih
kepada bapak Marzuki Manurung S.sos., M.sos selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu
di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan atas kesempatan yang telah
diberikan kepada kami untuk mengerjakan tugas makalah ini,dan kepada orang tua kami
yang telah memberikan doa dan dorongan dalam penyelesaian tugas pembuatan
makalah kali ini
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
kesalahan dan sangat jauh dari sempurna.Oleh sebab itu,saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya makalah ini.Kami
berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua.SemogaAllah SWT mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua.
Pemakalah
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
b.Rumusan masalah………………………………………………………………………
c.Tujuan ………………………………………………………………………………….
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
Simpulan…………………………………………………………………………….…..
Saran ……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Agar kegiatan ilmiah dalam perkuliahan dapat sampai pada tujuan yang
dikehendaki, perlu pemahaman tentang kebenaran ilmiah. Dalam upaya membahas
kebenaran ilmiah, tulisan ini terlebih dahulu merupakan pengertian kebenaran, jenis-
jenis kebenaran, teori tentang kebenaran. Selanjutnya membahas salah satu jenis
kebenaran, yaitu kebenaran ilmiah, sebagai kebenaran yang memang diusahakan dan
dijadikan tujuan dalam kegiatan ilmiah. Pada bagian akhir ditempatkan pembahasan
kegiatan perkuliahan sebagai kegiatan ilmiah yang mengusahakan tercapainya kejelasan
dan kebenaran ilmu pengetahuan.
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
Agar dapat menjelaskan dan mengetahui apa saja teori – teori kebenaran baik itu teori
korespondensi, teori kohorensi dan teori pragmatis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI KORESPONDENSI
Teori korespondensi adalah paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Di
antara pelopor teori ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, dan Ramsey. Teori ini banyak
dikembangkan oleh Bertrand Russell (1972-1970).16 Teori ini sering diasosiasikan
dengan teori-teori empiris pengetahuan. Teori kebenaran korespondensi adalah teori
kebenaran yang paling awal, sehingga dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran
tradisional karena Aristoteles sejak awal (sebelum abad Modern) mensyaratkan
kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan atau realitas yang diketahuinya.
Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to
objective reality). berdasarkan teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika
materi hukum yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan
obyek yang dituju atau diatur oleh hukum tersebut. Misalnya “jika seorang melakukan
pencurian maka orang tersebut akan dihukum, agar menimbulkan efek jera sehingga
orang lain tidak melakukan pencurian lagi dan kehidupan menjadi tertib”.
Signifikansi teori ini terutama apabila diaplikasikan pada dunia sains dengan
tujuan dapat mencapai suatu kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang. Seorang
ilmuan akan selalu berusaha meneliti kebenaran yang melekat pada sesuatu secara
sungguh-sungguh, sehingga apa yang dilihatnya itu benar-benar nyata terjadi. Sebagai
contoh, gunung dapat berjalan. Untuk membuktikan kebenaran pernyataan ini harus
diteliti dengan keilmuan yang lain yaitu ilmu tentang gunung (geologi), ternyata gunung
mempunyai kaki (lempeng bumi) yang bisa bergerak sehingga menimbulkan gempa
bumi dan tsunami. Dengan demikian, sebuah pertanyaan tidak hanya diyakini
kebenarannya, tetapi harus diragukan dahulu untuk diteliti, sehingga mendapatkan suatu
kebenaran hakiki.
B. TEORI KOHORENSI
Teori ini berpendapat bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan
dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan
diakui sebagai benar. Suatu proposisi benar jika proposisi itu berhubungan (koheren)
dengan proposisi-proposisi lain yang benar atau pernyataan tersebut bersifat koheren
atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Dengan
demikian suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian (pembenaran)
oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui, diterima dan diakui
benarnya. Karena sifatnya demikian, teori ini mengenal tingkat-tingkat kebenaran.
Disini derajar koherensi merupakan ukuran bagi derajat kebenaran. Misal, Semua
manusia membutuhkan air, Ahmad adalah seorang manusia, Jadi, Ahmad membutuhkan
air.
Berbeda dengan teori korespondensi yang dianut oleh penganut realism dan
matrealisme, teori koherensi atau konsistensi ini berkembang pada abad ke-19 dibawah
pengaruh hegel dan diikuti oleh pengikut madzhab idealism. Menurut para penganut
teori ini, suatu pernyataan atau proposisi dinyatakan benar atau salah dapat dilihat
apakah proposisi itu berkaitan dan meneguhkan proposisi atau pernyataan yang lain atau
tidak. Suatu pernyataan benar kalau pernyataan itu cocok dengan sistem pemikiran yang
ada. Kebenaran sesungguhnya berkaitan dan memiliki implikasi logis dengan sistem
pemikiran yang ada. Untuk mengetahui kebenaran pernyataan itu kita cukup memeriksa
apakah pernyataan ini sejalan dengan pernyataan-pernyataan lainnya. Apakah
pernyataan ini meneguhkan pernyataanpernyataan lainnya, yang telah diakui
kebenarannya (Sonny Keraf & Mikhael Dua, 2001: hal. 68-69) Teori kebenaran
koherensi lebih menekankan kebenaran rasional-logis dan juga cara kerja deduktif.
Pengetahuan yang benar hanya dideduksikan atau diturunkan sebagai konsekuensi logis
dari pernyataan-pernyataan lain yang sudah ada, dan yang sudah dianggap benar.
Konsekuensinya, kebenaran suatu pernyataan atau pengetahuan sudah diandaikan secara
apriori tanpa perlu dicek dengan kenyataan yang ada. Ini berarti pembuktian atau
justifikasi sama artinya dengan validasi, yaitu memperlihatkan apakah kesimpulan yang
mengandung kebenaran tadi memang diperoleh secara sahih (valid) dari proposisi-
proposisi lain yang telah diterima sebagai benar.
C. TEORI PRAGMATISME
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
SARAN
Di dalam proses pembuatan makalah yang kami sampaikan tentu ada kesalahan
dan kesilapan yang kami lakukan sehingga belum bisa dikatakan sempurna. Di
karenakan masih banyak kekurangan di dalam nya ,oleh sebab itu kami selaku penulis
makalah ini memberikan kesempatan dan izin kepada pembaca untuk memberi suatu
kritikan yang dapat membangun makalah ini sehingga menjadi sempurna agar di
kemudian hari kami bisa membuatnya menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin harisah, Filsafat pendidikan Islam, prinsip dan dasar pengembangan oleh,
2018 hal 115