Oleh
HERTATI SIHOMBING
142500025
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan kasih karunianya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.N dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik di Kelurahan Sari
Rejo Kecamatan Medan Polonia” untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan dari Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan
dan arahan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
ii
Universitas Sumatera Utara
bantuan dan ilmu pengetahuan serta pelayanan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan sampai menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
10. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Lambok Sihombing,
Spd dan Ibunda Murlan Sitinjak, Spd. Terimakasih atas segala dukungan,
kasih sayang, perhatian, doa, maupun materi yang telah diberikan.
11. Teman-teman saya di DIII Keperawatan USU stambuk 2014 dan seluruh
teman yang membantu saya menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak dalam rangka menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang
membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan.
Hertati Sihombing
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
Daftar Pustaka
Lampiran
iv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara
memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis.
Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat, atau
diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Manusia
mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh-kembang dalam
rentang kehidupan (life span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu
memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui
sebuah proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola
asuh, lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu. Dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori : (1)
terhambat dalam melakukan aktivitas, (2) belum mampu melakukan aktivitas, dan
(3) tidak dapat melakukan aktivitas (Mubarak & Chayatin, 2007).
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki
kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar,
yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga diri, dan
aktualisasi diri. Virginia Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997) membagi
kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen dan salah satunya yaitu dipoin
keempat yaitu bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan (Hidayat,
2009).
Mobilitas adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap
orang butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak
menyebabkan ketergantungan dan hal tersebut membutuhkan tindakan
keperawatan. Mobilitas diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri,
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). Sebaliknya
1
Universitas Sumatera Utara
2
gangguan mobilisasi atau Imobilitas merupakan suatu kondisi yang relatif yaitu
individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga
mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Masalah imobilisasi
dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis.
Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan penurunan motivasi,
kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah, dan perubahan konsep
diri. Selain itu, kondisi ini juga disertai dengan ketidaksesuaian antara emosi dan
situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang
diekspresikan dengan perilaku menarik diri, dan apatis (Mubarak & Chayatin,
2007).
Salah satu kondisi patologi yang bisa mengakibatkan hambatan mobilitas
fisik yaitu Arthritis rheumatoid. Arthritis rheumatoid merupakan gangguan
kesehatan inflamasi sistemik yang diperantarai oleh imunitas. Tidak jelas
mengapa individu dapat terkena arthritis rheumatoid, tetapi statistik menunjukkan
bahwa wanita memiliki peluang lebih besar terkena arthritis rheumatoid
dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 3:1, untuk terkena arthritis rheumatoid dan
insiden memuncak pada usia empat puluhan hingga enam puluhan tahun (Chang,
dkk, 2009).
Orang awam sering menyebutnya penyakit Reumatik, Penyakit Reumatik
ini merupakan suatu istilah tentang sekelompok penyakit (gabungan lebih dari
seratus penyakit) dengan manifestasi klinis berupa pembengkakan jaringan sekitar
sendi dan tendon. Meskipun kelainan terutama terjadi pada sendi, penyakit
reumatik dapat pula mengenai jaringan ekstra-artikular. Dampak keadaan ini
dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan
kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit reumatik tidak hanya
berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-
hari, tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas, dapat menimbulkan kegagalan
organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti nyeri, keadaan mudah
lelah, perubahan citra diri, serta gangguan tidur. Lebih lanjut awitan keadaan ini
dapat bersifat akut dan perjalanan penyakitnya dapat ditandai oleh periode remisi
(suatu periode ketika gejala penyakit berkurang atau tidak ada) dan eksaserbasi
(suatu periode ketika gejala penyakit terjadi atau bertambah berat). Perubahan
yang permanen dapat terjadi akibat penyakit ini (Muttaqin,2008).
Arthritis Rheumatoid ini merupakan bentuk paling umum dari arthritis
autoimun, yang mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang di Amerika. Dari jumlah
tersebut, sekitar 75% adalah perempuan. Bahkan 1-3 % wanita mungkin
mengalami arthritis rheumatoid dalam hidupnya. Di Indonesia sendiri kejadian
penyakit ini lebih rendah dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika.
Prevalensi kasus Arhtritis rheumatoid di Indonesia berkisar 0,1 % sampai dengan
0,3 % sementara di Amerika mencapai 3 %. Angka kejadian Arthritis Rheumatoid
di Indonesia pada penduduk dewasa (di atas 18 tahun) berkisar 0,1 % hingga 0,3
%. Pada anak dan remaja prevalensinya satu per 100.000 orang. Diperkirakan
jumlah penderita Arthritis Rheumatoid di Indonesia 360.000 orang lebih
(Hastings, 2006) .
Berdasarkan hal tersebut kebutuhan dasar manusia haruslah diperhatikan
khususnya kebutuhan dasar mobilitas. Oleh karena itu, penulis menyusun Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik di Lingkungan I Kelurahan
Sari Rejo Kecamatan Medan polonia “.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa DIII Keperawatan USU
mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan
mobilitas, khususnya Hambatan Mobilitas Fisik pada Ny.N.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji asuhan keperawatan pada Ny.N dengan hambatan
mobilitas fisik.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.N dengan
hambatan mobilitas fisik.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan kepada Ny.N dengan
hambatan mobilitas fisik.
C. MANFAAT
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menjadi bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk menambah
wawasan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar hambatan
mobilitas fisik yang dapat digunakan sebagai bahan acuan praktek
mahasiswa khususnya institusi keperawatan.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi untuk perkembangan ilmu kesehatan tentang
masalah kebutuhan dasar hambatan mobilitas fisik dan membantu
meningkatan kesehatan dalam upaya pencegahan masalah hambatan
mobilitas fisik.
3. Bagi Klien
Hasil Karya Tulis ilmiah ini diharapkan dapat membantu klien untuk
memenuhi kebutuhan dasar klien khususnya kebutuhan mobilitas fisik.
5
Universitas Sumatera Utara
6
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan
tulang. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh
karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis)
dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf
memiliki bagian somatis dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi
sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan
secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang di inervesi, dan kerusakan pada saraf radial
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial
tangan.
5. Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi
membuat segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan
antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat
beberapa jenis sendi, misalnya sendi sinovial yang merupakan sendi
kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan sinovial. Selain itu,
terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain seperti
sindesmosis, sinkondrosis, dan simfisis.
Sedangkan, Imobilitas atau Hambatan Mobilitas Fisik adalah keadaan
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang,
cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
I. Jenis-Jenis Imobilitas atau Imobilisasi.
Adapun Jenis-jenis imobilitas yaitu :
1. Imobilitas fisik.
Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang
disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak.
3. Imobilitas emosional.
Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.
4. Imobilitas sosial.
Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.
II. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas.
Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi
fisik maupun psikologis. Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat
mempengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan pada metabolisme tubuh,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi,
gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem pernapasan, perubahan
kardiovaskular, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan kulit, perubahan
eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan perilaku.
Khususnya, Imobilitas dapat menimbulkan masalah pada sistem
muskuloskeletal. Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai
dampak dari imobilitas adalah sebagai berikut :
1. Gangguan Muskular.
Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat
menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi
kapasitas otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi
berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai
contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam minggu
ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda lemah atau lesu.
2. Gangguan skeletal.
Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skeletal,
misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya
fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya otot.
1. Pengkajian
Saat mengkaji data tentang masalah imobilitas, perawat menggunakan
metode pengkajian inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Selama pengkajian,data
dikumpulkan dari berbagai sumber, divalidasi, dan diurut ke dalam kelompok
yang membentuk pola. Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas
dan imobilitas (Hidayat, 2009) adalah sebagai berikut:
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilisasi dan imobilisasi,
seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilisasi dan
imobilisasi, daerah terganggunya mobilisasi, dan lama terjadinya gangguan
mobilisasi.
2. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilisasi, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis
(kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial,
miastenia gravis, guillain barre, cedera medula spinalis, dan lain-lain), riwayat
penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard,gagal jantung kongestif),
riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis),
riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun,
pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik,
depresan sistem saraf pusat, laksansia, dan lain-lain.
3. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau
spastis.
4. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitasadalah sebagai berikut :
Tabel. Tingkat Kemampuan Aktivitas atau Mobilitas
(Hidayat, 2009)
Bahu
Adduksi : Gerakan lengan ke lateral dari posisi
180
samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke
posisi yang paling jauh.
Siku
Fleksi : Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke 150
arah atas menuju bahu.
Pergelangan Tangan
Fleksi : Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam 80-90
lengan bawah.
Ekstensi : Luruskan pergelangan tangan dari posisi
fleksi. 80-90
(Hidayat, 2009)
(Hidayat, 2009)
8. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.
2. Analisa Data
Analisis data mencakup mengenali pola atau kecenderungan, membandingkan
pola ini dengan pola kesehatan yang normal, dan menarik konklusi tentang respons klien.
Perawat mengumpulkan data yang bersifat deskriptif, singkat, dan lengkap. Fase proses
keperawatan mencakup dua langkah yaitu : pengumpulan data dari sumber primer (klien)
dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk
diagnosa keperawatan.
Ada dua tipe data yaitu subjektif dan objektif. Data subjektif adalah persepsi klien
tentang masalah kesehatan mereka. Hanya klien yang dapat memberikan informasi
seperti ini. Sedangkan, Data objektif adalah pengamatan atau pengukuran yang dibuat
oleh pengumpul data. Pengkajian tekanan darah klien dan identifikasi ukuran ruam tubuh
setempat adalah contoh data objektif yang teramati (potter & perry, 2005).
Tabel. Analisa Data
3. Rumusan Masalah
Perumusan diagnosa keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan
klien. Bila data pengkajian mulai menunjukkan masalah, perawat diarahkan pada
pemilihan diagnosa keperawatan yang sesuai. Diagnosa keperawatan pada
hambatan mobilitas fisik harus aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan
data yang selama pengkajian dimana perawat menyusun strategi keperawatan
untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan gangguan
mobilisasi (Potter & Perry, 2005).
Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada hambatan
mobilitas fisik, yaitu :
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan
tubuh, dan penurunan kekuatan otot.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri.
3. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kontraktur, keletihan,
atau gangguan gerak.
4. Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan mengawali
langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencaaan adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama
perencanaan dibuat prioritas.
Rencana asuhan keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan klien.
Terdapat berbagai metode untuk mengkomunikasikan asuhan keperawatan klien. Salah
satunya adalah rencana asuhan keperawatan, yang didasarkan pada data pengkajian dan
mencakup diagnosa keperawatan, tujuan, hasil yang diharapakan, dan aktivitas dan
strategi keperawatan spesifik. Di banyak lingkungan rencana asuhan keperawatan sudah
diintegrasikan ke dalam rencana usaha multidisplin.
Berdasarkan diagnosa keperawatan mengenai hambatan mobilitas fisik maka
intervensi yang mungkin muncul sesuai dengan diagnosa keperawatan diatas adalah :
posisi yang nyaman pada waktu tepat, menempatkan stres pada sendi
tidur atau duduk di kursi. yang sakit. Peninggian linen tempat
Tingkatkan istirahat di tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi
tidur sesuai indikasi. yang terinflamasi/nyeri.
5. Dorong pasien untuk sering 4. Pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah
mengubah posisi. Bantu pasien baring mungkin diperlukan (sampai
untuk bergerak di tempat tidur, perbaikan objektif dan subjektif
sokong sendi yang sakit di atas didapat) untuk membatasi
dan di bawah, hindari gerakan nyeri/cedera sendi.
yang menyentak. 5. Mencegah terjadinya kelelahan
6. Anjurkan pasien untuk mandi umum dan kekakuan sendi,
air hangat pada waktu bangun menstabilkan sendi, mengurangi
dan/atau pada waktu tidur. gerakan/rasa sakit pada sendi.
Sediakan waslap hangat untuk 6. Panas meningkatkan relaksasi otot
mengompres sendi-sendi yang dan mobilitas, menurunkan rasa sakit,
sakit beberapa kali sehari. dan melepaskan kekakuan di pagi
Pantau suhu air kompres, air hari. Sensitivitas pada panas dapat
mandi, dan sebagainya. dihilangkan dan luka dermal dapat
7. Berikan masase lembut pada disembuhkan.
area nyeri. 7. Meningkatkan relaksasi/mengurangi
8. Dorong penggunaan teknik tegangan otot.
manajemen stres, misalnya 8. Meningkatkan relaksasi, memberikan
relaksasi progresif, sentuhan rasa kontrol dan mungkin
terapeutik, visualisasi, pedoman meningkatkan kemampuan koping.
imajinasi, hipnosis diri, dan
pengendalian napas.
1. Pengkajian
Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal praktek mahasiswa di
Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia, pada tanggal 20 Mei 2017
mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Ny.N. Berikut Hasil
pengkajian yang dilakukan.
I. Biodata
Identitas pasien
Nama : Ny.N
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
No.Register :-
Ruangan / kamar :-
Golongan darah :-
B. Konsep diri :
Gambaran diri : pasien menganggap bahwa semua anggota tubuh
nya sangat penting.
Ideal diri : pasien berharap dirinya segera sembuh dan bisa
beraktivitas dengan baik.
Harga diri : pasien merasa dirinya berharga dan selalu
diperhatikan oleh keluarganya
Peran diri : di keluarga nya pasien berperan sebagai ibu dan
nenek
Identitas : selama sakit, sebagian besar aktivitas dibantu oleh
keluarganya.
C. Keadaan emosi :
Keadaan emosi pasien selalu dalam keadaan stabil.
D. Hubungan sosial :
Orang yang berarti : orang yang berarti bagi pasien yaitu
anak, menantu dan cucu.
Hubungan dengan keluarga : hubungan pasien dengan keluarga
terjalin dengan baik dan harmonis.
Hubungan dengan orang lain : hubungan pasien dengan orang lain
baik.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama islam
Kegiatan ibadah : berdoa dan melakukan kegiatan sesuai
dengan agama yang dianutnya.
Afek : Stabil
Interaksi selama wawancara : Kontak pasien selama
wawancara cukup
Memori : Gangguan daya ingat jangka panjang
B. BAK
Pola BAK : tidak menentu
Karakter urine : kuning
Kesulitan BAK : tidak ada kesulitan berkemih
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada penyakit
ginjal / kandung kemih
Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretic
5. Mekanisme koping
Adaptif
Bicara dengan orang lain
Maladaptif
Menghindar
1. Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 20 Mei 2017dari
data-data yang diperoleh, dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data
objek dan data subjek. Dari analisa data yang dilakukan ditemukan tiga masalah
keperawatan yaitu: hambatan mobilitas fisik, gangguan rasa nyaman, defisit
perawatan diri (Chang, 2010).
Tabel. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah Keperawatan
DO :
DO :
Nekrosis dan
- TD: 180/130 mmHg kerusakan dalam
- RR: 20 x/i ruang sendi
- HR: 80 x/i
- T: 37ºC
- Skala nyeri : 4 Nyeri
- Klien tampak meringis
kesakitan.
- Klien tampak Gangguan rasa
memegangi kakinya nyaman
- Tampak adanya
penurunan daya tahan Kelemahan dan
tubuh. perasaan mudah
- Tubuh pasien tampak lelah
tidak terawat.
- Pasien tampak
mengalami kelemahan Kelemahan fisik dan
- Pasien tidak mampu gangguan gerak
melakukan perawatan
diri secara mandiri
Defisit perawatan
- Sebagian besar
diri
aktivitas pasien dibantu
oleh keluarganya
- Kekuatan otot 3
2. Rumusan masalah
Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa
keperawatan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah
yaitu data subjektif dan data objektif yang telah dikaji. Dari hasil perumusan
diperoleh tiga diagnosa yaitu :
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
pada bagian ekstremitas atas dan bawah ditandai dengan pasien sulit
berjalan, mengalami kekakuan pada jari-jari tangan, adanya nodul
subkutan pada sendi metakarpofalangeal dan pembengkakan sendi
metakarpofalangeal dan patela dengan tingkat kemampuan mobilisasi 3,
kekuatan otot 3.
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien
tampak meringis kesakitan, pasien sering memegangi kakinya,dan skala
nyeri 4, dengan tanda-tanda vital TD: 180/130 mmHg,HR: 80 x/i, RR: 20
x/i, T: 37ºC.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan gangguan
gerak ditandai dengan pasien tampak mengalami kelelahan, tubuh tampak
tidak terawat dan sebagian besar aktivitas pasien dibantu oleh keluarganya
dan kekuatan otot 3.
3. Perencanaan Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah
keperawatan kemudian dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan
keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada Ny.N. Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat
dilihat di tabel berikut.
Tabel 1. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot pada bagian ekstremitas atas dan bawah ditandai dengan pasien sulit berjalan, mengalami kekakuan pada jari-jari
tangan, adanya nodul subkutan pada sendi metakarpofalangeal dan pembengkakan pada sendi metakarpofalangeal dan patela dengan
tingkat kemampuan mobilisasi 3 dan kekuatan otot 3.
Dx. 1 1. Kaji tingkat mobilisasi pasien (tingkatan 0-4) 1. Menunjukkan perubahan tingkatan mobilisasi
secara berkala. setiap hari
2. Kaji kekuatan otot/ kemampuan fungsional 2. Menentukan perkembangan peningkatan
mobilitas sendi dengan menggunakan skala kekuatan otot/ mobilitas sendi pasien sebelum
kekuatan otot ( skala 0-5) secara teratur. dan sesudah dilakukan latihan rentang gerak
3. Instrusikan/ bantu pasien melakukan latihan (ROM).
ROM aktif/pasif secara konsisten. 3. Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan
4. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika sirkulasi, membantu mencegah kontraktur, dan
diperlukan.jadwalkan aktivitas untuk meningkatkan pemulihan fungsi kekuatan otot
memberikan periode istirahat yang terus dan sendi.
menerus dan tidur malam hari yang tidak 4. Istirahat iskemik dianjurkan selama
terganggu. eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
5. Instruksikan pasien dan keluarga untuk yang penting untuk mencegah kelelahan, dan
melakukan aktivitas sesuai dengan mempertahankan kekuatan.
kemampuannya. 5. Meningkatkan kemampuan aktivitas mandiri
6. Ubah posisi minimal tiap 2 jam (telentang, pasien, harga diri dan peran diri pasien sehari-
miring, dan sebagainya) pastikan pasien hari.
merasa nyaman dengan posisi tersebut. 6. Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia
7. Dorong pasien mempertahankan postur tegak, jaringan.
duduk tinggi, berdiri,dan berjalan. 7. Memaksimalkan fungsi sendi,
Tabel 2. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
pasien tampak meringis kesakitan, pasien sering memegangi kakinya dan skala nyeri 4, dengan tanda-tanda vital TD: 180/130
mmHg, RR: 20 x/i,HR: 80 x/i, T: 37ºC.
Dx. 2 1. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 1- 1. Membantu dalam menentukan kebutuhan
10). manajemen nyeri .
2. Monitor tanda-tanda vital. 2. Kelumpuhan otot mempengaruhi sirkulasi pada
3. Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. ekstremitas.
Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan. 3. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar
4. Anjurkan pasien mengambil posisi yang akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. tubuh yang tepat, menempatkan stres pada
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
indikasi. menurunkan tekanan pada sendi yang
5. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi. terinflamasi/nyeri.
Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, 4. Pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring
sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, mungkin diperlukan (sampai perbaikan
hindari gerakan yang menyentak. objektif dan subjektif didapat) untuk
6. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat pada membatasi nyeri/cedera sendi.
waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. 5. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
Sediakan waslap hangat untuk mengompres kekakuan sendi, menstabilkan sendi,
sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi.
7. Berikan masase lembut pada area nyeri. 6. Panas meningkatkan relaksasi otot dan
8. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, mobilitas, menurunkan rasa sakit, dan
misalnya relaksasi progresif, sentuhan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas
terapeutik, visualisasi, pedoman imajinasi, pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal
hipnosis diri, dan pengendalian napas. dapat disembuhkan.
7. Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan
otot.
8. Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa
kontrol dan mungkin meningkatkan
kemampuan koping.
Tabel 3. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan
gangguan gerak ditandai dengan pasien tampak mengalami kelelahan, tubuh pasien tampak tidak terawat dan sebagian besar aktivitas
pasien dibantu oleh keluarganya dan kekuatan otot 3.
Hari/ No. Dx Perencanaan keperawatan
tanggal
Tujuan : Perawatan diri pasien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri.
2. Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.
Rencana Tindakan Rasional
Dx. 3 1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam 1. Membantu mengantisipasi dan merencanakan
skala 0-4 untuk melakukan aktivitas hidup pertemuan untuk kebutuhan individual.
sehari-hari. 2. Aktivitas harian klien dapat terpenuhi dan
2. Fasilitasi klien untuk melakukan aktivitas meningkatkan kemandirian klien secara
perawatan diri. bertahap..
3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam 3. Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian,
perawatan diri, identifikasi/rencana untuk yang akan meningkatkan harga diri.
modifikasi lingkungan. 4. Klien memerlukan empati, tetapi perlu juga
4. Ajak klien untuk berpikir positif terhadap mengetahui bahwa dirinya harus menjalani
kelemahan yang dimilikinya. Berikan klien perawatan yang konsisten. Hal tersebut dapat
motivasi dan izinkan klien melakukan tugas, meningkatkan harga diri, memandirikan klien,
beri umpan balik positif. dan menganjurkan klien untuk terus mencoba..
5. Rencanakan tindakan untuk penurunan gerakan 5. Klien akan lebih mudah mengambil peralatan
pada sisi yang sakit, seperti tempatkan yang diperlukan karena lebih dekat dengan sisi
makanan dan alat di dekat klien. yang sakit.
6. Identifikasi kebiasaan defekasi. Anjurkan klien 6. Meningkatkan latihan dapat membantu
untuk minum dan meningkatkan latihan. mencegah konstipasi.
7. Libatkan keluarga dalam aktivitas perawatan 7. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam
diri klien. membantu aktivitas sehari-hari klien.
indikasi - HR : 80 x/i
5. Menganjurkan pasien untuk sering menyokong - T : 37ºC
sendi yang sakit di atas dan di bawah, A : Masalah belum teratasi
menghindari gerakan yang menyentak P : Intervensi dilanjutkan
6. Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat - Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas
pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur, nyeri
mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa - Memonitor tanda-tanda vital
kali sehari. - Mendorong pasien untuk sering mengubah
7. Memberikan masase lembut pada area nyeri posisi
8. Mendorong penggunaan teknik manajemen - Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat
stres, misalnya relaksasi progresif, sentuhan pada waktu bangun dan/ atau pada waktu tidur
terapeutik, visualisasi, pedoman imajinasi, - Memberikan masase lembut pada area nyeri
hipnosis diri, dan pengendalian napas. - Mendorong penggunaan manajemen stres.
Dx. 3 1. Mengkaji kemampuan dan tingkat penurunan S : Pasien mengatakan tidak mampu lagi
untuk melakukan aktivitas dalam skala 0-4 melakukan aktivitas secara mandiri
2. Memfasilitasi pasien untuk melakukan aktivitas O:
perawatan diri - Pasien tampak kelelahan
3. Mengkaji hambatan terhadap partisipasi dalam - Tubuh pasien tampak tidak terawat
perwatan diri, mengidentifikasi/merencanakan - Secara umum aktivitas pasien dibantu oleh
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny.N, ada tiga prioritas masalah yang
ditemukan yaitu :
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot pada ekstremitas atas dan bawah ditandai dengan pasien sulit
berjalan, mengalami kekakuan pada jari-jari tangan, adanya nodul
subkutan pada sendi metakarpofalangeal dan pembengkakan pada
sendi metakarpofalangeal dan patela dengan tingkat kemampuan
mobilisasi 3, kekuatan otot 3.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
pasien tampak meringis kesakitan, pasien sering memegangi kakinya,
dan skala nyeri 4, dengan tanda-tanda vital TD: 180/130 mmHg, RR:
20 x/i, HR: 80 x/i, T: 37ºC.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan
gangguan gerak ditandai dengan pasien tampak mengalami kelelahan,
tubuh pasien tampak tidak terawat dan sebagian besar aktivitas pasien
dibantu oleh keluarganya dan kekuatan otot 3.
42
Universitas Sumatera Utara
43
B. SARAN
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan bagi staf pengajar untuk lebih meningkatkan mutu
pendidikan kesehatan dan meningkatkan pengajaran dan informasi kesehatan
mengenai asuhan keperawatan kepada mahasiswa khususnya tentang asuhan
keperawatan tentang hambatan mobilitas fisik agar mahasiswa mampu
menangani permasalahan tentang kebutuhan dasar hambatan mobilitas fisik.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat agar menjaga kesehatan dan meningkatkan
pola hidup sehat dan lebih memberikan perhatian terhadap kesehatan dengan
melakukan pemeriksaan rutin kepada pelayanan kesehatan agar masyarakat
mengerti dan mampu mengatasi masalah kesehatan seperti hambatan
mobilitas fisik.
Marilynn, E. D., Dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3. Jakarta:
EGC.
Mubarak, I. W., & Nurul. C. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi
ke-4. Jakarta: EGC.
Dx. 2 Senin, 10.55 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas S : Klien mengatakan nyeri pada kaki terutama pada bagian
22 Mei WIB (skala 1-10). lutut dan sendi jari tangan
Dx. 3 Senin, 11.30 1. Mengkaji kemampuan dan tingkat S : Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
22 Mei WIB penurunan aktivitas dalam skala 0-4 untuk secara mandiri
2017 S/d melakukan aktivitas hidup sehari-hari. O:
11.55 2. Memfasilitasi klien untuk melakukan - Pasien tampak kelelahan
WIB aktivitas perawatan diri. - Secara umum aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
3. Mengkaji hambatan terhadap partisipasi - Kekuatan otot 3
dalam perawatan diri, mengidentifikasi/ - Tubuh pasien tampak tidak terawat
merencanakan untuk memodifikasi A : Masalah Belum Teratasi
lingkungan. P : intervensi dilanjutkan
4. Mengajak klien untuk berpikir positif - Mengkaji kemampuan dan tingkat penurunan aktivitas
terhadap kelemahan yang dimilikinya. - Memfasilitasi klien untuk melakukan aktivitas
Berikan klien motivasi dan izinkan klien perawatan diri
melakukan tugas, beri umpan balik positif. - Mengkaji hambatan terhadap partisipasi dalam
5. Merencanakan tindakan untuk penurunan perawatan diri
Dx. 1 Selasa, 08.45 1. Mengkaji tingkat mobilisasi pasien S : Pasien mengatakan masih sulit berjalan dan masih
23 Mei WIB (tingkatan 0-4) secara berkala. merasakan kekakuan pada jari tangannya
2017 S/d 2. Mengkaji kekuatan otot/ kemampuan O :
09.20 fungsional mobilitas sendi dengan - Pasien sulit berjalan dan memakai alat bantu tongkat
WIB menggunakan skala kekuatan otot (skala - Pembengkakan pada sendi metakarpofalangeal dan
0-5) secara teratur. patela
3. Menginstruksikan/ membantu pasien - Sendi interfalangeal proksimal terlihat fleksi dan sendi
melakukan latihan ROM aktif/pasif (fleksi, interfalangeal distal terlihat hiperekstensi
ekstensi, abduksi, adduksi) - Sebagian besar aktivitas dibantu oleh keluarga
4. Mengubah posisi minimal tiap 2 jam - Tingkat kemampuan mobilisasi 3
(telentang, miring, dsb). Pastikan pasien - Kekuatan otot 3
Dx. 2 Selasa, 09.30 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, dan intensitas S : pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada kaki
23 Mei WIB nyeri (skala 1-10) terutama lututnya.
2017 S/d 2. Memonitor tanda tanda vital O:
09.55 3. Mendorong pasien untuk sering - Skalan yeri4
WIB mengubah posisi. Bantu pasien untuk - Pasien masih tampak kesakitan
bergerak di tempat tidur, sokong sendi - Pasien tampak memengangi kakinya
yang sakit di atas dan di bawah, hindari - TD: 170/120 mmHg
gerakan yang menyentak. - RR: 22 x/i
4. Menganjurkan pasien untuk mandi air - HR: 80 x/i
hangat atau mandi pancuran pada waktu - T: 37ºC
bangun dan/ atau pada waktu tidur. A : Masalah Belum Teratasi
Sediakan waslap hangat untuk P : Intervensi dilanjutkan
mengompres sendi-sendi yang sakit - Mengkaji nyeri, catat lokasi, dan intensitas nyeri
beberapa kali sehari. - Memonitor tanda-tanda vital pasien
Dx. 3 Selasa, 10.10 1. Mengkaji kemampuan dan tingkat S : Pasien mengatakan masih belum bisa melakukan
23 Mei WIB penurunan aktivitas dalam skala 0-4 untuk perawatan diri secara mandiri
2017 S/d melakukan aktivitas hidup sehari-hari. O:
10.30 2. Memfasilitasi klien untuk melakukan - Sebagian besar aktivitas pasien dibantu oleh
WIB aktivitas perawatan diri keluarganya
3. Mengkaji hambatan terhadap partisipasi - Pasien tampak lelah
dalam perawatan diri, identifikasi/ rencana - Kekuatan otot 3
untuk memodifikasi lingkungan A : Masalah belum teratasi
4. Mengidentifikasi kebiasaan defekasi. P : Intervensi dilanjutkan.
Anjurkan klien untuk minum dan - Mengkaji kemampuan dan tingkat penurunan aktivitas
meningkatkan latihan - Memfasilitasi klien untuk melakukan aktivitas
5. Melibatkan keluarga dalam aktivitas perawatan diri
perawatan diri klien - Mengidentifikasi kebiasaann defekasi
Dx. 3 Rabu, 14.50 1. Mengkaji kemampuan dan tingkat S : Pasien mengatakan melakukan perawatan diri dibantu
23 Mei WIB penurunan aktivitas dalam skala 0-4 untuk oleh keluarganya
2017 S/d melakukan aktivitas hidup sehari-hari. O:
15.30 2. Memfasilitasi klien untuk melakukan - Sebagian besar aktivitas pasien dibantu oleh