Anda di halaman 1dari 62

Asuhan Keperawatan pada Ny.

N dengan Prioritas Masalah


Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik
di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan
Medan Polonia

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
HERTATI SIHOMBING
142500025

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan kasih karunianya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.N dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik di Kelurahan Sari
Rejo Kecamatan Medan Polonia” untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan dari Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan
dan arahan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Setiawan, SKp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas


Sumatera Utara.
2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku Wakil Dekan II
Fakultas Keperawatan Universitas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Dr Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp. Mat, selaku Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi
DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing
penulis selama ini dalam penyempurnaan skripsi ini.
8. Rehk Sonya Erienh, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Penguji yang telah
meluangkan waktu dan telah memberikan saran-saran kepada saya.
9. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Tata Usaha Fakultas Keperawatan dan
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan

ii
Universitas Sumatera Utara
bantuan dan ilmu pengetahuan serta pelayanan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan sampai menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
10. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Lambok Sihombing,
Spd dan Ibunda Murlan Sitinjak, Spd. Terimakasih atas segala dukungan,
kasih sayang, perhatian, doa, maupun materi yang telah diberikan.
11. Teman-teman saya di DIII Keperawatan USU stambuk 2014 dan seluruh
teman yang membantu saya menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak dalam rangka menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang
membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan.

Medan, Juli 2017


Penulis,

Hertati Sihombing

iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 3
C. Manfaat ............................................................................................... 4

BAB II PENGELOLAAN KASUS ........................................................ 5


A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah
Dasar Hambatan Mobilitas Fisik ................................................. 5
1. Pengkajian .............................................................................. 10
2. Analisa Data ............................................................................ 14
3. Rumusan Masalah. ................................................................... 15
4. Perencanaan ............................................................................. 16
B. Asuhan keperawatan Kasus ........................................................ 20
1. Pengkajian ............................................................................... 20
2. Analisa Data ............................................................................ 28
3. Rumusan Masalah ................................................................... 31
4. Perencanaan ... .......................................................................... 32
5. Implementasi dan Evaluasi....................................................... 38

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 42


A. Kesimpulan............................................................................... 42
B. Saran......................................................................................... 43

Daftar Pustaka
Lampiran

iv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara
memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis.
Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat, atau
diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Manusia
mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh-kembang dalam
rentang kehidupan (life span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu
memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui
sebuah proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola
asuh, lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu. Dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori : (1)
terhambat dalam melakukan aktivitas, (2) belum mampu melakukan aktivitas, dan
(3) tidak dapat melakukan aktivitas (Mubarak & Chayatin, 2007).
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki
kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar,
yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga diri, dan
aktualisasi diri. Virginia Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997) membagi
kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen dan salah satunya yaitu dipoin
keempat yaitu bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan (Hidayat,
2009).
Mobilitas adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap
orang butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak
menyebabkan ketergantungan dan hal tersebut membutuhkan tindakan
keperawatan. Mobilitas diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri,
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). Sebaliknya

1
Universitas Sumatera Utara
2

gangguan mobilisasi atau Imobilitas merupakan suatu kondisi yang relatif yaitu
individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga
mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Masalah imobilisasi
dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis.
Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan penurunan motivasi,
kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah, dan perubahan konsep
diri. Selain itu, kondisi ini juga disertai dengan ketidaksesuaian antara emosi dan
situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang
diekspresikan dengan perilaku menarik diri, dan apatis (Mubarak & Chayatin,
2007).
Salah satu kondisi patologi yang bisa mengakibatkan hambatan mobilitas
fisik yaitu Arthritis rheumatoid. Arthritis rheumatoid merupakan gangguan
kesehatan inflamasi sistemik yang diperantarai oleh imunitas. Tidak jelas
mengapa individu dapat terkena arthritis rheumatoid, tetapi statistik menunjukkan
bahwa wanita memiliki peluang lebih besar terkena arthritis rheumatoid
dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 3:1, untuk terkena arthritis rheumatoid dan
insiden memuncak pada usia empat puluhan hingga enam puluhan tahun (Chang,
dkk, 2009).
Orang awam sering menyebutnya penyakit Reumatik, Penyakit Reumatik
ini merupakan suatu istilah tentang sekelompok penyakit (gabungan lebih dari
seratus penyakit) dengan manifestasi klinis berupa pembengkakan jaringan sekitar
sendi dan tendon. Meskipun kelainan terutama terjadi pada sendi, penyakit
reumatik dapat pula mengenai jaringan ekstra-artikular. Dampak keadaan ini
dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan
kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit reumatik tidak hanya
berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-
hari, tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas, dapat menimbulkan kegagalan
organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti nyeri, keadaan mudah
lelah, perubahan citra diri, serta gangguan tidur. Lebih lanjut awitan keadaan ini
dapat bersifat akut dan perjalanan penyakitnya dapat ditandai oleh periode remisi
(suatu periode ketika gejala penyakit berkurang atau tidak ada) dan eksaserbasi

Universitas Sumatera Utara


3

(suatu periode ketika gejala penyakit terjadi atau bertambah berat). Perubahan
yang permanen dapat terjadi akibat penyakit ini (Muttaqin,2008).
Arthritis Rheumatoid ini merupakan bentuk paling umum dari arthritis
autoimun, yang mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang di Amerika. Dari jumlah
tersebut, sekitar 75% adalah perempuan. Bahkan 1-3 % wanita mungkin
mengalami arthritis rheumatoid dalam hidupnya. Di Indonesia sendiri kejadian
penyakit ini lebih rendah dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika.
Prevalensi kasus Arhtritis rheumatoid di Indonesia berkisar 0,1 % sampai dengan
0,3 % sementara di Amerika mencapai 3 %. Angka kejadian Arthritis Rheumatoid
di Indonesia pada penduduk dewasa (di atas 18 tahun) berkisar 0,1 % hingga 0,3
%. Pada anak dan remaja prevalensinya satu per 100.000 orang. Diperkirakan
jumlah penderita Arthritis Rheumatoid di Indonesia 360.000 orang lebih
(Hastings, 2006) .
Berdasarkan hal tersebut kebutuhan dasar manusia haruslah diperhatikan
khususnya kebutuhan dasar mobilitas. Oleh karena itu, penulis menyusun Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Hambatan Mobilitas Fisik di Lingkungan I Kelurahan
Sari Rejo Kecamatan Medan polonia “.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa DIII Keperawatan USU
mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan
mobilitas, khususnya Hambatan Mobilitas Fisik pada Ny.N.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji asuhan keperawatan pada Ny.N dengan hambatan
mobilitas fisik.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.N dengan
hambatan mobilitas fisik.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan kepada Ny.N dengan
hambatan mobilitas fisik.

Universitas Sumatera Utara


4

d. Mampu melakukan intervensi keperawatan kepada Ny.N dengan


hambatan mobilitas fisik.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan kepada Ny.N dengan
hambatan mobilitas fisik.

C. MANFAAT
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menjadi bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk menambah
wawasan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar hambatan
mobilitas fisik yang dapat digunakan sebagai bahan acuan praktek
mahasiswa khususnya institusi keperawatan.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi untuk perkembangan ilmu kesehatan tentang
masalah kebutuhan dasar hambatan mobilitas fisik dan membantu
meningkatan kesehatan dalam upaya pencegahan masalah hambatan
mobilitas fisik.
3. Bagi Klien
Hasil Karya Tulis ilmiah ini diharapkan dapat membantu klien untuk
memenuhi kebutuhan dasar klien khususnya kebutuhan mobilitas fisik.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan


Dasar Hambatan Mobilitas Fisik.
Mobilitas adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya. Kehilangan kemampuan untuk bergerak
menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif, dan
untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh) (Hidayat, 2009).
I. Jenis-Jenis Mobilitas.
Adapun jenis-jenis mobilitas, yaitu :
1. Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh
area tubuh seseorang.
2. Mobilitas Sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi.
Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
b. Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya

5
Universitas Sumatera Utara
6

terjadinya hemiplagia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang


belakang, poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik
dan sensorik.

II. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas, yaitu :
1. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi
seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan
sehari-hari. Contoh sederhananya adalah wanita jawa. Di masyarakat
tempat mereka tinggal, wanita jawa dituntut untuk berpenampilan lemah
dan lembut. Selain itu, tabu bagi mereka untuk melakukan aktivitas yang
berat.
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum, ketidakmampuan ada
dua macam, yakni ketidakmampuan primer dan sekunder.
Ketidakmampuan primer disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya,
paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis). Sedangkan
ketidakmampuan sekunder terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan
primer (misalnya, kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit
tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilisasi.
3. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam
hal ini, cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
Di samping itu, ada kecenderungan seseorang untuk menghindari stressor
guna mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.
4. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi oleh
kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan
jauh memiliki kemampuan mobilisasi yang kuat; sebaliknya ada orang

Universitas Sumatera Utara


7

yang mengalami gangguan mobilisasi (sakit) karena adat dan budaya


tertentu dilarang untuk beraktivitas.
5. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktivitas
dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan.

III. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas


1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot,
fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan
fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat
sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-
organ dalam.
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih serta tulang kepala dan
pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebra dan tulang tarsalia, dan
tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya
berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian
ujung tulang panjang dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis terdiri
atas epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada
kedua ujung tulang yang terpisah dan lebih elastis pada masa anak-anak
serta akan menyatu pada masa dewasa.
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi
tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu
jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada tempat insersinya di
tulang. Terputusnya tendon akan mengakibatkan kontraksi otot tidak
dapat menggerakkan organ di tempat insersi tendon yangbersangkutan,
sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi
kembali.

Universitas Sumatera Utara


8

3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan
tulang. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh
karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis)
dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf
memiliki bagian somatis dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi
sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan
secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang di inervesi, dan kerusakan pada saraf radial
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial
tangan.
5. Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi
membuat segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan
antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat
beberapa jenis sendi, misalnya sendi sinovial yang merupakan sendi
kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan sinovial. Selain itu,
terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain seperti
sindesmosis, sinkondrosis, dan simfisis.
Sedangkan, Imobilitas atau Hambatan Mobilitas Fisik adalah keadaan
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang,
cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
I. Jenis-Jenis Imobilitas atau Imobilisasi.
Adapun Jenis-jenis imobilitas yaitu :
1. Imobilitas fisik.
Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang
disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.

Universitas Sumatera Utara


9

2. Imobilitas intelektual.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak.
3. Imobilitas emosional.
Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.
4. Imobilitas sosial.
Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.
II. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas.
Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi
fisik maupun psikologis. Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat
mempengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan pada metabolisme tubuh,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi,
gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem pernapasan, perubahan
kardiovaskular, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan kulit, perubahan
eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan perilaku.
Khususnya, Imobilitas dapat menimbulkan masalah pada sistem
muskuloskeletal. Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai
dampak dari imobilitas adalah sebagai berikut :
1. Gangguan Muskular.
Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat
menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi
kapasitas otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi
berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai
contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam minggu
ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda lemah atau lesu.
2. Gangguan skeletal.
Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skeletal,
misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya
fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya otot.

Universitas Sumatera Utara


10

Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang


tidak berfungsi. Osteoporosis terjadi karena reabsorbsi tulang semakin
besar, sehingga yang menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah
menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urine semakin
besar.

1. Pengkajian
Saat mengkaji data tentang masalah imobilitas, perawat menggunakan
metode pengkajian inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Selama pengkajian,data
dikumpulkan dari berbagai sumber, divalidasi, dan diurut ke dalam kelompok
yang membentuk pola. Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas
dan imobilitas (Hidayat, 2009) adalah sebagai berikut:
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilisasi dan imobilisasi,
seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilisasi dan
imobilisasi, daerah terganggunya mobilisasi, dan lama terjadinya gangguan
mobilisasi.
2. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilisasi, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis
(kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial,
miastenia gravis, guillain barre, cedera medula spinalis, dan lain-lain), riwayat
penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard,gagal jantung kongestif),
riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis),
riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun,
pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik,
depresan sistem saraf pusat, laksansia, dan lain-lain.
3. Kemampuan Fungsi Motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau
spastis.

Universitas Sumatera Utara


11

4. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitasadalah sebagai berikut :
Tabel. Tingkat Kemampuan Aktivitas atau Mobilitas

Tingkat Aktivitas/ Mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara


penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan


orang lain

Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang


lain, dan peralatan

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat


melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

(Hidayat, 2009)

5. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (Range Of Motion /ROM) dilakukan pada
daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
Tabel. Kemampuan Rentang Gerak (Range Of Motion)

Gerak Sendi Derajat Rentang


Normal

Bahu
Adduksi : Gerakan lengan ke lateral dari posisi
180
samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke
posisi yang paling jauh.

Universitas Sumatera Utara


12

Siku
Fleksi : Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke 150
arah atas menuju bahu.

Pergelangan Tangan
Fleksi : Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam 80-90
lengan bawah.
Ekstensi : Luruskan pergelangan tangan dari posisi
fleksi. 80-90

Hiperekstensi : Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang


sejauh mungkin. 70-90
Abduksi : Tekuk pergelangan tangan menghadap ke
0-20
atas.
Adduksi : Tekuk pergelangan tangan ke arah
kelingking, telapak tangan menghadap ke atas. 30-50

Tangan dan Jari


Fleksi : Buat kepalan tangan. 90
Ekstensi : Luruskan jari.
90
Hiperekstensi : Tekuk jari-jari tangan ke belakang
sejauh mungkin. 30

Abduksi : Kembangkan jari tangan. 20


Adduksi : Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi. 20

(Hidayat, 2009)

6. Perubahan Intoleransi Aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada
sistem pernapasan, antara lain : suara napas, analisis gas darah, gerakan
dinding thoraks, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri
saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem
kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer,
adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau
perubahan posisi.

Universitas Sumatera Utara


13

7. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi


Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :
Tabel. Kekuatan Otot (tonus otot)

Skala Persentase Karakteristik


Kekuatan Normal
0 0 Paralisis sempurna, tidak ada kontraksi otot
sama sekali.

1 10 Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot


tetapi tidak ada gerakan anggota gerak sama
sekali

2 25 Dapat menggerakkan anggota gerak tetapi


tidak kuat menahan berat dan tidak dapat
melawan tekanan pemeriksa

3 50 Dapat menggerakkan anggota gerak untuk


menahan berat, tetapi tidak dapat
menggerakkan anggota badan untuk melawan
tekanan pemeriksa

4 75 Dapat menggerakkan sendi dengan aktif


untuk menahan berat dan melawan tekanan
secara stimultan

5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang


normal melawan gravitasi dan tahanan penuh

(Hidayat, 2009)
8. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


14

2. Analisa Data
Analisis data mencakup mengenali pola atau kecenderungan, membandingkan
pola ini dengan pola kesehatan yang normal, dan menarik konklusi tentang respons klien.
Perawat mengumpulkan data yang bersifat deskriptif, singkat, dan lengkap. Fase proses
keperawatan mencakup dua langkah yaitu : pengumpulan data dari sumber primer (klien)
dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk
diagnosa keperawatan.
Ada dua tipe data yaitu subjektif dan objektif. Data subjektif adalah persepsi klien
tentang masalah kesehatan mereka. Hanya klien yang dapat memberikan informasi
seperti ini. Sedangkan, Data objektif adalah pengamatan atau pengukuran yang dibuat
oleh pengumpul data. Pengkajian tekanan darah klien dan identifikasi ukuran ruam tubuh
setempat adalah contoh data objektif yang teramati (potter & perry, 2005).
Tabel. Analisa Data

Data Etiologi Problem

DS : - 1. Perubahan metabolisme Hambatan Mobilitas


DO : seluler Fisik
1. Penurunan waktu 2. Perubahan ketahanan tubuh
reaksi 3. Penurunan kendali otot
2. Kesulitan membolak- 4. Penurunan massa otot
balik posisi 5. Penurunan kekuatan otot
3. Keterbatasan 6. Kurang pengetahuan tentang
kemampuan melakukan nilai aktivitas fisik
keterampilan motorik 7. Ketidaknyamanan
halus 8. Kaku sendi
4. Dispnea setelah 9. Kurang dukungan
beraktivitas lingkungan (mis, fisik atau
5. Perubahan cara sosial)
berjalan 10. Kerusakan integritas
6. Gerakan bergetar struktur tulang
7. Keterbatasan rentang 11. Gangguan muskuloskeletal
pergerakan sendi 12. Nyeri

Universitas Sumatera Utara


15

8. Tremor akibat 13. Keenganan memulai


pergerakan pergerakan
9. Ketidakstabilan postur 14. Program pembatasan gerak
10. Pergerakan lambat 15. Gangguan sensori persepsi

3. Rumusan Masalah
Perumusan diagnosa keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan
klien. Bila data pengkajian mulai menunjukkan masalah, perawat diarahkan pada
pemilihan diagnosa keperawatan yang sesuai. Diagnosa keperawatan pada
hambatan mobilitas fisik harus aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan
data yang selama pengkajian dimana perawat menyusun strategi keperawatan
untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan gangguan
mobilisasi (Potter & Perry, 2005).
Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada hambatan
mobilitas fisik, yaitu :
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan
tubuh, dan penurunan kekuatan otot.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri.
3. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kontraktur, keletihan,
atau gangguan gerak.

Universitas Sumatera Utara


16

4. Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan mengawali
langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencaaan adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama
perencanaan dibuat prioritas.
Rencana asuhan keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan klien.
Terdapat berbagai metode untuk mengkomunikasikan asuhan keperawatan klien. Salah
satunya adalah rencana asuhan keperawatan, yang didasarkan pada data pengkajian dan
mencakup diagnosa keperawatan, tujuan, hasil yang diharapakan, dan aktivitas dan
strategi keperawatan spesifik. Di banyak lingkungan rencana asuhan keperawatan sudah
diintegrasikan ke dalam rencana usaha multidisplin.
Berdasarkan diagnosa keperawatan mengenai hambatan mobilitas fisik maka
intervensi yang mungkin muncul sesuai dengan diagnosa keperawatan diatas adalah :

No. Intervensi Rasional


Dx

Dx. 1 1. Kaji tingkat mobilisasi pasien 1. Menunjukkan perubahan tingkatan


(tingkatan 0-4) secara berkala. mobilisasi setiap hari.
2. Kaji kekuatan otot/ kemampuan 2. Menentukan perkembangan
fungsional mobilitas sendi peningkatan kekuatan otot/ mobilitas
dengan menggunakan skala sendi pasien sebelum dan sesudah
kekuatan otot ( skala 0-5) dilakukan latihan rentang gerak
secara teratur. (ROM)
3. Instrusikan/ bantu pasien 3. Meminimalkan atrofi otot,
melakukan latihan ROM meningkatkan sirkulasi, membantu
aktif/pasif secara konsisten. mencegah kontraktur, dan
4. Pertahankan istirahat tirah meningkatkan pemulihan fungsi
baring/duduk jika kekuatan otot dan sendi
diperlukan.jadwalkan aktivitas 4. Istirahat iskemik dianjurkan selama
untuk memberikan periode eksaserbasi akut dan seluruh fase

Universitas Sumatera Utara


17

istirahat yang terus menerus dan penyakit yang penting untuk


tidur malam hari yang tidak mencegah kelelahan, dan
terganggu. mempertahankan kekuatan.
5. Instruksikan pasien dan keluarga 5. Meningkatkan kemampuan aktivitas
untuk melakukan aktivitas sesuai mandiri pasien, harga diri dan peran
dengan kemampuannya. diri pasien sehari-hari
6. Ubah posisi minimal tiap 2 jam 6. Menurunkan resiko terjadinya
(telentang, miring, dan trauma/iskemia jaringan.
sebagainya) pastikan pasien 7. Memaksimalkan fungsi sendi,
merasa nyaman dengan posisi mempertahankan mobilitas.
tersebut. 8. Menghindari cedera akibat
7. Dorong pasien mempertahankan kecelakaan/jatuh.
postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, berjalan.
8. Berikan lingkungan yang aman,
misalnya menaikkan
kursi/kloset, menggunakan
pegangan pada bak/pancuran
dan toilet, penggunaan alat bantu
mobilitas/kursi roda penyelamat
seperti tongkat, bantalan kaki
khusus (lateral heel wedge) dan
finger splint device.

Dx. 2 1. Kaji nyeri, catat lokasi dan 1. Membantu dalam menentukan


intensitas (skala 1-10). kebutuhan manajemen nyeri.
2. Monitor tanda-tanda vital 2. Kelumpuhan otot mempengaruhi
3. Berikan matras/kasur keras, sirkulasi pada ekstremitas.
bantal kecil. Tinggikan linen 3. Matras yang lembut/empuk, bantal
tempat tidur sesuai kebutuhan. yang besar akan mencegah
4. Anjurkan pasien mengambil pemeliharaan kesejajaran tubuh yang

Universitas Sumatera Utara


18

posisi yang nyaman pada waktu tepat, menempatkan stres pada sendi
tidur atau duduk di kursi. yang sakit. Peninggian linen tempat
Tingkatkan istirahat di tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi
tidur sesuai indikasi. yang terinflamasi/nyeri.
5. Dorong pasien untuk sering 4. Pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah
mengubah posisi. Bantu pasien baring mungkin diperlukan (sampai
untuk bergerak di tempat tidur, perbaikan objektif dan subjektif
sokong sendi yang sakit di atas didapat) untuk membatasi
dan di bawah, hindari gerakan nyeri/cedera sendi.
yang menyentak. 5. Mencegah terjadinya kelelahan
6. Anjurkan pasien untuk mandi umum dan kekakuan sendi,
air hangat pada waktu bangun menstabilkan sendi, mengurangi
dan/atau pada waktu tidur. gerakan/rasa sakit pada sendi.
Sediakan waslap hangat untuk 6. Panas meningkatkan relaksasi otot
mengompres sendi-sendi yang dan mobilitas, menurunkan rasa sakit,
sakit beberapa kali sehari. dan melepaskan kekakuan di pagi
Pantau suhu air kompres, air hari. Sensitivitas pada panas dapat
mandi, dan sebagainya. dihilangkan dan luka dermal dapat
7. Berikan masase lembut pada disembuhkan.
area nyeri. 7. Meningkatkan relaksasi/mengurangi
8. Dorong penggunaan teknik tegangan otot.
manajemen stres, misalnya 8. Meningkatkan relaksasi, memberikan
relaksasi progresif, sentuhan rasa kontrol dan mungkin
terapeutik, visualisasi, pedoman meningkatkan kemampuan koping.
imajinasi, hipnosis diri, dan
pengendalian napas.

Dx.3 1. Kaji kemampuan dan tingkat 1. Membantu mengantisipasi dan


penurunan dalam skala 0-4 merencanakan pertemuan untuk
untuk melakukan aktivitas hidup kebutuhan individual.
sehari-hari. 2. Aktivitas harian klien dapat terpenuhi
2. Fasilitasi klien untuk melakukan dan meningkatkan kemandirian klien

Universitas Sumatera Utara


19

aktivitas perawatan diri. secara bertahap..


3. Kaji hambatan terhadap 3. Menyiapkan untuk meningkatkan
partisipasi dalam perawatan diri, kemandirian, yang akan
identifikasi/rencana untuk meningkatkan harga diri.
modifikasi lingkungan. 4. Klien memerlukan empati, tetapi
4. Ajak klien untuk berpikir positif perlu juga mengetahui bahwa dirinya
terhadap kelemahan yang harus menjalani perawatan yang
dimilikinya. Berikan klien konsisten. Hal tersebut dapat
motivasi dan izinkan klien meningkatkan harga diri,
melakukan tugas, beri umpan memandirikan klien, dan
balik positif. menganjurkan klien untuk terus
5. Rencanakan tindakan untuk mencoba..
penurunan gerakan pada sisi 5. Klien akan lebih mudah mengambil
yang sakit, seperti tempatkan peralatan yang diperlukan karena
makanan dan alat di dekat klien. lebih dekat dengan sisi yang sakit.
6. Identifikasi kebiasaan defekasi. 6. Meningkatkan latihan dapat
Anjurkan klien untuk minum membantu mencegah konstipasi.
dan meningkatkan latihan. 7. Meningkatkan kemandirian keluarga
7. Libatkan keluarga dalam dalam membantu aktivitas sehari-hari
aktivitas perawatan diri klien. klien.

Universitas Sumatera Utara


20

B. Asuhan Keperawatan Kasus

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

1. Pengkajian
Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal praktek mahasiswa di
Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia, pada tanggal 20 Mei 2017
mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Ny.N. Berikut Hasil
pengkajian yang dilakukan.
I. Biodata
Identitas pasien

Nama : Ny.N

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 60 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl.Karya Bakti Gang UBS No.18 Karang Rejo


Tanggal Masuk RS :-

No.Register :-

Ruangan / kamar :-

Golongan darah :-

Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2017

Diagnosa Medis : Arthritis Rheumatoid

Universitas Sumatera Utara


21

II. Keluhan utama

Ny.N mengatakan bahwa ia susah berjalan karena penurunan kekuatan


otot ekstremitas bawah dan sering merasakan nyeri pada persendian terutama pada
sendi lutut dan sendi jari tangan. Hal itu sudah dialami sejak 3 tahun yang lalu.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang


A. Provocative / palliative
1. Apa penyebabnya :
Pasien susah berjalan diakibatkan oleh kelemahan ekstremitas bawah
dan adanya nyeri pada persendian jari tangan dan sendi lutut.
2. Hal- hal yang memperbaiki keadaan :
Beristirahat dengan cukup dan mengurangi tindakan yang terlalu berat
B. Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien merasakan nyeri pada persendian jari tangan dan lutut.
2. Bagaimana Dilihat
Terjadi pembengkakan pada bagian sendi-sendi tubuh.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Di area kaki kanan dan kiri, serta di jari tangan.
2. Apakah Menyebar?
Tidak menyebar.
D. Severity
Pasien dapat mengangkat kaki dan melawan tahanan namun tidak
maksimal.
E. Time
Sering muncul pada malam hari ketika cuaca dingin.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


A. Penyakit yang pernah dialami
Penyakit yang pernah dialami yaitu hipertensi dan diabetes mellitus.

Universitas Sumatera Utara


22

B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan


Pasien dibawa ke rumah sakit
C. Pernah dirawat/ dioperasi
Pasien tidak pernah di operasi tetapi di rawat di rumah sakit.
D. Lama dirawat
Pernah dirawat di rumah sakit selama 3 hari.
E. Alergi
Pasien tidak memiliki alergi.
F. Imunisasi
Pasien tidak pernah mendapat imunisasi.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga


A. Orangtua
Tidak ada riwayat penyakit pada orangtua
B. Saudara Kandung
Tidak ada riwayat penyakit pada saudara kandung seperti yang
dialami pasien.
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalamai gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Kedua orangtua pasien dan suami pasien sudah meninggal
F. Penyebab meninggal
Pasien mengatakan kedua orangtua dan suami nya meninggal
karena faktor umur.

VI. Riwayat Keadaan Psikososial


A. Persepsi pasien terhadap penyakitnya
Pasien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang sedang
dialaminya.

Universitas Sumatera Utara


23

B. Konsep diri :
 Gambaran diri : pasien menganggap bahwa semua anggota tubuh
nya sangat penting.
 Ideal diri : pasien berharap dirinya segera sembuh dan bisa
beraktivitas dengan baik.
 Harga diri : pasien merasa dirinya berharga dan selalu
diperhatikan oleh keluarganya
 Peran diri : di keluarga nya pasien berperan sebagai ibu dan
nenek
 Identitas : selama sakit, sebagian besar aktivitas dibantu oleh
keluarganya.
C. Keadaan emosi :
Keadaan emosi pasien selalu dalam keadaan stabil.
D. Hubungan sosial :
 Orang yang berarti : orang yang berarti bagi pasien yaitu
anak, menantu dan cucu.
 Hubungan dengan keluarga : hubungan pasien dengan keluarga
terjalin dengan baik dan harmonis.
 Hubungan dengan orang lain : hubungan pasien dengan orang lain
baik.
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
 Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama islam
 Kegiatan ibadah : berdoa dan melakukan kegiatan sesuai
dengan agama yang dianutnya.

VII. Status Mental


 Tingkat kesadaran : Kompos mentis
 Penampilan : Penampilan rapi dan bersih
 Pembicaraan : Cara bicara pasien lambat
 Alam perasaan : Sedih

Universitas Sumatera Utara


24

 Afek : Stabil
 Interaksi selama wawancara : Kontak pasien selama
wawancara cukup
 Memori : Gangguan daya ingat jangka panjang

VIII. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan umum
Pasien dalam keadaan sadar, susah berjalan dan mengalami
kekakuan pada jari tangan dan lututnya jika rematiknya
kambuh dan dalam beraktivitas dibantu oleh keluarganya.
B. Tanda-tanda vital
 Suhu tubuh : 37ºC
 Tekanan darah : 180/130 mmHg
 Nadi : 80 x/i
 Pernafasan : 20 x/i
 Skala nyeri :3
 TB : 158 cm
 BB : 60 kg
C. Pemeriksaan Head To Toe
Kepala dan rambut
 Bentuk : bulat dan simetris
 Ubun-ubun : tidak ada benjolan
 Kulit kepala : kurang bersih
Rambut
 Keadaan rambut : rambut tumbuh merata dan keadaan rambut
berminyak
 Bau : rambut tidak berbau.
Wajah
 Warna kulit : sawo matang
 Struktur wajah : wajah simetris dan bentuknya oval
Mata
 Kelengkapan dan kesimetrisan : mata lengkap dan simetris

Universitas Sumatera Utara


25

 Konjungtiva dan sclera : konjungtiva merah muda dan sclera


putih
 Pupil : isokor
 Kornea dan iris : bening
Hidung
 Tulang hidung dan posisi septum nasi : tulang hidung dalam
keadaan simetris dan posisi septum nasi di tengah
 Lubang hidung : lubang hidung dalam keadaan normal dan
bersih
 Cuping hidung : tidak ada cuping hidung saat bernafas
Telinga
 Bentuk telinga : telinga dalam keadaan normal dan simetris
 Ukuran telinga : telinga kiri dan kanan simetris
 Lubang telinga : lubang telinga paten dan bersih
 Ketajaman pendengaran : pendengaran baik
Mulut
 Keadaan bibir : bibir lembab dan simetris
 Keadaan gusi dan gigi : gusi dan gigi bersih
 Keadaan lidah : lidah bersih
Leher
 Posisi trachea : di tengah
 Thyroid : tidak ada perbesaran kelenjar tiroid
 Denyut nadi karotis : nadi karotis teraba
Pemeriksaan integument
 Kebersihan : kulit dalam keadaan bersih
 Kehangatan : akral kulit hangat
 Warna : kulit berwarna sawo matang
 Turgor : turgor kulit baik dan kembali < 2 detik
 Kelembaban : kulit dalam keadaan kering
 Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit

Universitas Sumatera Utara


26

Pemeriksaan payudara dan ketiak


Tidak dilakukan pemeriksaan payudara dan ketiak.
Pemeriksaan thorak/dada
 Pernafasan (frekuensi) : 20 x/i
 Tanda kesulitan bernafas : tidak ada kesulitan bernafas.
Pemeriksaan paru
Tidak dilakukan pemeriksaan paru.
Pemeriksaan jantung
Tidak dilakukan pemeriksaan jantung.
Pemeriksaan abdomen
Tidak dilakukan pemeriksaan abdomen.
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Tidak dilakukan pemeriksaaan bagian genetalia.
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan,
kekuatan otot, edema):
Otot simetris, edema pada persendian dan pasien mengalami
penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah.
Fungsi motorik :
Pasien susah berjalan
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul,
panas dingin, getaran) :
Pasien dapat merasakan sentuhan, tajam tumpul, panas dingin
dan getaran.

D. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1. Pola makan dan minum
 Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
 Nafsu/selera makan : selera makan kurang baik
 Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati
 Alergi : tidak ada alergi
 Mual dan muntah : tidak ada rasa ingin mual dan
muntah

Universitas Sumatera Utara


27

 Waktu pemberian makan : pagi, siang, malam


 Jumlah dan jenis makan : satu piring, makanan biasa
 Waktu pemberian cairan : sebelum dan sesudah makan dalam
jumlah 1,5 liter per hari
 Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) : tidak
ada kesulitan dalam menelan dan mengunyah.
2. Perawatan diri/personal hygiene
 Kebersihan tubuh : tubuh tampak kurang bersih
 Kebersihan gigi dan mulut : mulut bersih dan pasien
sering membersihkan mulut nya
 Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan
tampak tidak terawat.
3. Pola kegiatan/aktivitas
 Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebagian, atau total.
Mandi dan makan : pasien mampu makan dan mandi membutuhkan
bantuan dari orang lain.
Eliminasi : dilakukan secara mandiri
Ganti pakaian : dilakukan secara sebagian dan dibantu oleh
keluarga ketika penyakit kambuh.
Secara umum aktivitas pasien dibantu oleh keluarganya,
 Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat / sakit.
Selama pasien sakit, pasien tetap menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinannya.
4. Pola eliminasi
A. BAB
 Pola BAB : 1 kali sehari
 Karakter feses : lunak
 Riwayat pendarahan : tidak ada pendarahan
 BAB terakhir :-
 Diare : tidak ada diare
 Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laksatif.

Universitas Sumatera Utara


28

B. BAK
 Pola BAK : tidak menentu
 Karakter urine : kuning
 Kesulitan BAK : tidak ada kesulitan berkemih
 Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada penyakit
ginjal / kandung kemih
 Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretic
5. Mekanisme koping
 Adaptif
Bicara dengan orang lain
 Maladaptif
Menghindar

1. Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 20 Mei 2017dari
data-data yang diperoleh, dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data
objek dan data subjek. Dari analisa data yang dilakukan ditemukan tiga masalah
keperawatan yaitu: hambatan mobilitas fisik, gangguan rasa nyaman, defisit
perawatan diri (Chang, 2010).
Tabel. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah Keperawatan

1. DS : klien mengatakan Reaksi inflamasi Hambatan Mobilitas


susah berjalan dan pada sendi Fisik
mengalami kesulitan
dalam melakukan aktivitas
karena adanya penurunan Kelainan pada tulang
kekuatan otot pada daerah
ekstremitas atas dan
bawah terutama pada Erosi tulang dan
bagian lutut dan jari kerusakan pada
tangannya. tulang rawan

Universitas Sumatera Utara


29

DO :

- Klien tampak kesulitan Ruptur tendon secara


berjalan dan memakai parsial atau total
alat bantu tongkat
- Ketidakstabilan posisi
tubuh saat melakukan Instabilitas
aktivitas sehari-hari dan deformitas sendi
- Adanya keterbatasan
rentang pergerakan
- Ada pembengkakan Gangguan mekanis
pada sendi dan fungsional pada
metakarpofalangeal dan sendi
patela
- Adanya nodul subkutan
pada sendi Hambatan mobilitas
metakarpofalangeal fisik
- Sendi interfalangeal
proksimal terlihat
fleksi, tetapi sendi
interfalangeal distal
dalam posisi
hiperekstensi
- Tingkat kemampuan
mobilisasi 3
- Kekuatan otot 3
2. DS : Ny.N mengatakan Reaksi inflamasi Gangguan Rasa
sering mengalami rasa Nyaman
kesemutan dan linu pada
persendian jari tangan dan Sinovitis
lutut serta sering
merasakan nyeri
persendian terutama pada

Universitas Sumatera Utara


30

saat malam hari dan cuaca Hiperemia dan


dingin. Hal itu suda pembengkakan
dirasakan sekitar 3 tahun

DO :
Nekrosis dan
- TD: 180/130 mmHg kerusakan dalam
- RR: 20 x/i ruang sendi
- HR: 80 x/i
- T: 37ºC
- Skala nyeri : 4 Nyeri
- Klien tampak meringis
kesakitan.
- Klien tampak Gangguan rasa
memegangi kakinya nyaman

3. DS : Ny. N mengatakan Inflamasi pada sendi Defisit Perawatan


bahwa ia tidak mampu lagi Diri
melakukan aktivitas yang
berat dan tidak mampu Imobilitas sendi
melakukan AKS (makan,
mandi, berpakaian dan
Penurunan
eliminasi ) secara mandiri
kemampuan
DO : pergerakan

- Tampak adanya
penurunan daya tahan Kelemahan dan
tubuh. perasaan mudah
- Tubuh pasien tampak lelah
tidak terawat.
- Pasien tampak
mengalami kelemahan Kelemahan fisik dan
- Pasien tidak mampu gangguan gerak

Universitas Sumatera Utara


31

melakukan perawatan
diri secara mandiri
Defisit perawatan
- Sebagian besar
diri
aktivitas pasien dibantu
oleh keluarganya
- Kekuatan otot 3

2. Rumusan masalah
Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa
keperawatan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah
yaitu data subjektif dan data objektif yang telah dikaji. Dari hasil perumusan
diperoleh tiga diagnosa yaitu :
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
pada bagian ekstremitas atas dan bawah ditandai dengan pasien sulit
berjalan, mengalami kekakuan pada jari-jari tangan, adanya nodul
subkutan pada sendi metakarpofalangeal dan pembengkakan sendi
metakarpofalangeal dan patela dengan tingkat kemampuan mobilisasi 3,
kekuatan otot 3.
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri ditandai dengan pasien
tampak meringis kesakitan, pasien sering memegangi kakinya,dan skala
nyeri 4, dengan tanda-tanda vital TD: 180/130 mmHg,HR: 80 x/i, RR: 20
x/i, T: 37ºC.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan gangguan
gerak ditandai dengan pasien tampak mengalami kelelahan, tubuh tampak
tidak terawat dan sebagian besar aktivitas pasien dibantu oleh keluarganya
dan kekuatan otot 3.

Universitas Sumatera Utara


32

3. Perencanaan Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah
keperawatan kemudian dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan
keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada Ny.N. Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat
dilihat di tabel berikut.
Tabel 1. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot pada bagian ekstremitas atas dan bawah ditandai dengan pasien sulit berjalan, mengalami kekakuan pada jari-jari
tangan, adanya nodul subkutan pada sendi metakarpofalangeal dan pembengkakan pada sendi metakarpofalangeal dan patela dengan
tingkat kemampuan mobilisasi 3 dan kekuatan otot 3.

Hari/ No. Dx Perencanaan keperawatan


tanggal
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
dengan kemampuannya.
Kriteria Hasil :
1. Pasien tidak mengalami kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah.
2. Pasien menunjukkan peningkatan mobilitas.
3. Pasien mempertahankan koordinasi optimal.
Rencana Tindakan Rasional

Universitas Sumatera Utara


33

Dx. 1 1. Kaji tingkat mobilisasi pasien (tingkatan 0-4) 1. Menunjukkan perubahan tingkatan mobilisasi
secara berkala. setiap hari
2. Kaji kekuatan otot/ kemampuan fungsional 2. Menentukan perkembangan peningkatan
mobilitas sendi dengan menggunakan skala kekuatan otot/ mobilitas sendi pasien sebelum
kekuatan otot ( skala 0-5) secara teratur. dan sesudah dilakukan latihan rentang gerak
3. Instrusikan/ bantu pasien melakukan latihan (ROM).
ROM aktif/pasif secara konsisten. 3. Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan
4. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika sirkulasi, membantu mencegah kontraktur, dan
diperlukan.jadwalkan aktivitas untuk meningkatkan pemulihan fungsi kekuatan otot
memberikan periode istirahat yang terus dan sendi.
menerus dan tidur malam hari yang tidak 4. Istirahat iskemik dianjurkan selama
terganggu. eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
5. Instruksikan pasien dan keluarga untuk yang penting untuk mencegah kelelahan, dan
melakukan aktivitas sesuai dengan mempertahankan kekuatan.
kemampuannya. 5. Meningkatkan kemampuan aktivitas mandiri
6. Ubah posisi minimal tiap 2 jam (telentang, pasien, harga diri dan peran diri pasien sehari-
miring, dan sebagainya) pastikan pasien hari.
merasa nyaman dengan posisi tersebut. 6. Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia
7. Dorong pasien mempertahankan postur tegak, jaringan.
duduk tinggi, berdiri,dan berjalan. 7. Memaksimalkan fungsi sendi,

Universitas Sumatera Utara


34

8. Berikan lingkungan yang aman, misalnya mempertahankan mobilitas.


menaikkan kursi/kloset, menggunakan 8. Menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh.
pegangan pada bak/pancuran dan toilet,
penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda
penyelamat seperti tongkat, lateral heel wedge
dan finger splint device.

Tabel 2. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
pasien tampak meringis kesakitan, pasien sering memegangi kakinya dan skala nyeri 4, dengan tanda-tanda vital TD: 180/130
mmHg, RR: 20 x/i,HR: 80 x/i, T: 37ºC.

Hari/ No. Dx Perencanaan keperawatan


tanggal
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri berkurang, hilang atau teratasi.
Kriteria Hasil :
1. Pasien melaporkan penurunan nyeri
2. Pasien menunjukkan perilaku rileks
3. Skala nyeri 0-1 atau nyeri teratasi
Rencana Tindakan Rasional

Universitas Sumatera Utara


35

Dx. 2 1. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 1- 1. Membantu dalam menentukan kebutuhan
10). manajemen nyeri .
2. Monitor tanda-tanda vital. 2. Kelumpuhan otot mempengaruhi sirkulasi pada
3. Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. ekstremitas.
Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan. 3. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar
4. Anjurkan pasien mengambil posisi yang akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. tubuh yang tepat, menempatkan stres pada
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
indikasi. menurunkan tekanan pada sendi yang
5. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi. terinflamasi/nyeri.
Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, 4. Pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring
sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, mungkin diperlukan (sampai perbaikan
hindari gerakan yang menyentak. objektif dan subjektif didapat) untuk
6. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat pada membatasi nyeri/cedera sendi.
waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. 5. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
Sediakan waslap hangat untuk mengompres kekakuan sendi, menstabilkan sendi,
sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi.
7. Berikan masase lembut pada area nyeri. 6. Panas meningkatkan relaksasi otot dan
8. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, mobilitas, menurunkan rasa sakit, dan
misalnya relaksasi progresif, sentuhan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas

Universitas Sumatera Utara


36

terapeutik, visualisasi, pedoman imajinasi, pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal
hipnosis diri, dan pengendalian napas. dapat disembuhkan.
7. Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan
otot.
8. Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa
kontrol dan mungkin meningkatkan
kemampuan koping.

Tabel 3. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan
gangguan gerak ditandai dengan pasien tampak mengalami kelelahan, tubuh pasien tampak tidak terawat dan sebagian besar aktivitas
pasien dibantu oleh keluarganya dan kekuatan otot 3.
Hari/ No. Dx Perencanaan keperawatan
tanggal
Tujuan : Perawatan diri pasien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri.
2. Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.
Rencana Tindakan Rasional
Dx. 3 1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam 1. Membantu mengantisipasi dan merencanakan

Universitas Sumatera Utara


37

skala 0-4 untuk melakukan aktivitas hidup pertemuan untuk kebutuhan individual.
sehari-hari. 2. Aktivitas harian klien dapat terpenuhi dan
2. Fasilitasi klien untuk melakukan aktivitas meningkatkan kemandirian klien secara
perawatan diri. bertahap..
3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam 3. Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian,
perawatan diri, identifikasi/rencana untuk yang akan meningkatkan harga diri.
modifikasi lingkungan. 4. Klien memerlukan empati, tetapi perlu juga
4. Ajak klien untuk berpikir positif terhadap mengetahui bahwa dirinya harus menjalani
kelemahan yang dimilikinya. Berikan klien perawatan yang konsisten. Hal tersebut dapat
motivasi dan izinkan klien melakukan tugas, meningkatkan harga diri, memandirikan klien,
beri umpan balik positif. dan menganjurkan klien untuk terus mencoba..
5. Rencanakan tindakan untuk penurunan gerakan 5. Klien akan lebih mudah mengambil peralatan
pada sisi yang sakit, seperti tempatkan yang diperlukan karena lebih dekat dengan sisi
makanan dan alat di dekat klien. yang sakit.
6. Identifikasi kebiasaan defekasi. Anjurkan klien 6. Meningkatkan latihan dapat membantu
untuk minum dan meningkatkan latihan. mencegah konstipasi.
7. Libatkan keluarga dalam aktivitas perawatan 7. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam
diri klien. membantu aktivitas sehari-hari klien.

Universitas Sumatera Utara


38

5. Implementasi keperawatan dan evaluasi


Implementasi keperawatan dan evaluasi dari perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Hari/ No. Dx Implementasi keperawatan Evaluasi (SOAP)
tanggal
Dx.1 1. Mengkaji tingkat mobilisasi pasien (tingkatan 0- S : Pasien mengatakan sulit berjalan dan
4) secara berkala mengalami kekakuan pada jari-jari
2. Mengkaji kekuatan otot/ kemampuan fungsional tangannya.
mobilitas sendi dengan menggunakan skala O :
kekuatan otot (skala 0-5) - Pasien sulit berjalan dan memakai alat bantu
3. Menginstruksikan/ membantu pasien melakukan tongkat
latihan ROM aktif/pasif (fleksi, ekstensi, - Pembengkakan pada sendi metakarpofalangeal
abduksi, adduksi). dan patela
4. Menginstruksikan pasien dan keluarga untuk - Adanya nodul subkutan pada sendi
melakukan aktivitas sesuai dengan metakarpofalangeal
kemampuannya - Sendi interfalangeal proksimal terlihat fleksi,
5. Mengubah posisi minimal tiap 2 jam (telentang, tetapi sendi interfalangeal distal terlihat
miring, dan sebagainya) sesuai kenyamanan hiperekstensi .
pasien - Sebagian besar aktivitas dibantu oleh keluarga
6. Mendorong pasien mempertahankan postur - Tingkat mobilisasi 3
tegak, duduk tinggi, berdiri, dan berjalan - Kekuatan otot 3

Universitas Sumatera Utara


39

7. Mendorong keluarga untuk memberikan A : Masalah belum teratasi


lingkungan yang aman bagi pasien misalnya P : Intervensi dilanjutkan
menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan - Mengkaji tingkat mobilisasi pasien
pada bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat - Mengkaji kekuatan otot/ kemampuan mobilitas
bantu mobilitas/kursi roda penyelamat. sendi dengan skala kekuatan otot (0-5)
- Menginstruksikan/ membantu pasien
melakukan latihan ROM aktif/ pasif secara
konsisten
- Mengubah posisi minimal tiap 2 jam
- Mendorong pasien mempertahankan postur
tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Dx. 2 1. Mengkaji nyeri, lokasi, dan intensitas nyeri S : Klien mengatakan nyeri pada sendi terutama
(skala 1-10) pada sendi lutut dan sendi jari tangan serta
2. Memonitor tanda-tanda vital nyeri seperti ditusuk-tusuk.
3. Menganjurkan pasien menggunakan matras/ O :
kasur keras,bantal kecil dan meninggikan linen - Skala nyeri 4
tempat tidur sesuai kebutuhan - Pasien tampak kesakitan
4. Menganjurkan pasien mengambil posisi yang - Pasien tampak memengangi kakinya
nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. - TD : 180/130 mmHg
Meningkatkan istirahat di tempat tidur sesuai - RR : 20 x/i

Universitas Sumatera Utara


40

indikasi - HR : 80 x/i
5. Menganjurkan pasien untuk sering menyokong - T : 37ºC
sendi yang sakit di atas dan di bawah, A : Masalah belum teratasi
menghindari gerakan yang menyentak P : Intervensi dilanjutkan
6. Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat - Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas
pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur, nyeri
mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa - Memonitor tanda-tanda vital
kali sehari. - Mendorong pasien untuk sering mengubah
7. Memberikan masase lembut pada area nyeri posisi
8. Mendorong penggunaan teknik manajemen - Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat
stres, misalnya relaksasi progresif, sentuhan pada waktu bangun dan/ atau pada waktu tidur
terapeutik, visualisasi, pedoman imajinasi, - Memberikan masase lembut pada area nyeri
hipnosis diri, dan pengendalian napas. - Mendorong penggunaan manajemen stres.

Dx. 3 1. Mengkaji kemampuan dan tingkat penurunan S : Pasien mengatakan tidak mampu lagi
untuk melakukan aktivitas dalam skala 0-4 melakukan aktivitas secara mandiri
2. Memfasilitasi pasien untuk melakukan aktivitas O:
perawatan diri - Pasien tampak kelelahan
3. Mengkaji hambatan terhadap partisipasi dalam - Tubuh pasien tampak tidak terawat
perwatan diri, mengidentifikasi/merencanakan - Secara umum aktivitas pasien dibantu oleh

Universitas Sumatera Utara


41

untuk memodifikasi lingkungan keluarga


4. Merencanakan tindakan untuk penurunan - Kekuatan otot 3
gerakan pada sisi yang sakit, seperti A : Masalah belum teratasi
menempatkan makanan dan alat yang diperlukan P : intervensi dilanjutkan
di dekat pasien - Mengkaji kemampuan dan tingkat penurunan
5. Mengidentifikasi kebiasaan defekasi pasien. aktivitas dalam skala 0-4
Menganjurkan pasien untuk minum dan - Memfasilitasi klien untuk melakukan aktivitas
meningkatkan latihan. perawatan diri
6. Melibatkan keluarga dalam aktivitas perawatan - Mengkaji hambatan terhadap partisipasi dalam
diri pasien perawatan diri
- Mengidentifikasi kebiasaan defekasi.
Menganjurkan klien untuk minum dan
meningkatkan latihan

Universitas Sumatera Utara


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny.N, ada tiga prioritas masalah yang
ditemukan yaitu :
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot pada ekstremitas atas dan bawah ditandai dengan pasien sulit
berjalan, mengalami kekakuan pada jari-jari tangan, adanya nodul
subkutan pada sendi metakarpofalangeal dan pembengkakan pada
sendi metakarpofalangeal dan patela dengan tingkat kemampuan
mobilisasi 3, kekuatan otot 3.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
pasien tampak meringis kesakitan, pasien sering memegangi kakinya,
dan skala nyeri 4, dengan tanda-tanda vital TD: 180/130 mmHg, RR:
20 x/i, HR: 80 x/i, T: 37ºC.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan
gangguan gerak ditandai dengan pasien tampak mengalami kelelahan,
tubuh pasien tampak tidak terawat dan sebagian besar aktivitas pasien
dibantu oleh keluarganya dan kekuatan otot 3.

Diagnosa keperawatan prioritas masalah adalah diagnosa hambatan


mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Kemudian
dilakukan implementasi berdasarkan intervensi yang telah direncanakan
selama tiga hari dan hasil evaluasi yang diperoleh yaitu kekuatan kaki pasien
sudah bertambah, pembengkakan dan kekakuan pada sendi
metakarpofalangeal dan patela sudah mulai berkurang dan pasien sudah bisa
melakukan latihan ROM yang sudah diajari secara mandiri, nodul subkutan di
sendi metakarpofalangeal sudah berkurang dengan tingkat mobilisasi 3,
kekuatan otot 3 dan nyeri sudah berkurang dengan skala nyeri 3 dengan
tanda-tanda vital yaitu TD: 180/120 mmHg, RR: 20 x/i, HR: 80 x/i, T: 36,8ºC
serta dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada Ny.N, Masalah
teratasi sebagian.

42
Universitas Sumatera Utara
43

B. SARAN
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan bagi staf pengajar untuk lebih meningkatkan mutu
pendidikan kesehatan dan meningkatkan pengajaran dan informasi kesehatan
mengenai asuhan keperawatan kepada mahasiswa khususnya tentang asuhan
keperawatan tentang hambatan mobilitas fisik agar mahasiswa mampu
menangani permasalahan tentang kebutuhan dasar hambatan mobilitas fisik.

2. Bagi pelayanan kesehatan


Diharapkan bagi pelayanan kesehatan agar lebih memberikan perhatian
kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan di lingkungan
komunitas, tidak hanya yang di rumah sakit karena banyak masyarakat yang
membutuhkan layanan dan pendidikan kesehatan agar permasalahan
mengenai hambatan mobilitas fisik dapat teratasi.

3. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat agar menjaga kesehatan dan meningkatkan
pola hidup sehat dan lebih memberikan perhatian terhadap kesehatan dengan
melakukan pemeriksaan rutin kepada pelayanan kesehatan agar masyarakat
mengerti dan mampu mengatasi masalah kesehatan seperti hambatan
mobilitas fisik.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Chang, E., Dkk. (2010). Patofisiologi: Aplikasi Pada Praktik Keperawatan.


Jakarta: EGC.
Hastings, D. (2006). Pedoman Keperawatan di Rumah. Jakarta: EGC.

Herdman, T. H. (2013). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hidayat, A.A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika.

Marilynn, E. D., Dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3. Jakarta:
EGC.

Mubarak, I. W., & Nurul. C. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi
ke-4. Jakarta: EGC.

Universitas Sumatera Utara


CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No. Hari/ Pukul Implementasi Evaluasi
Dx tanggal
Dx.1 Senin, 10.00 1. Mengkaji tingkat mobilisasi pasien S :Pasien mengatakan sulit berjalan dan sering merasakan
22 Mei WIB (tingkatan 0-4) secara berkala. kekakuan dan linu pada sendi jari tangan dan sendi
2017 S/d 2. Mengkaji kekuatan otot/ kemampuan lutut.
10.45 fungsional mobilitas sendi dengan O :
WIB menggunakan skala kekuatan otot (skala - Pasien sulit berjalan dan memakai alat bantu tongkat
0-5) - Sebagian besar aktivitas dibantu oleh keluarga
3. Menginstruksikan/ membantu pasien - Adanya pembengkakan pada sendi metakarpofalangeal
melakukan latihan ROM aktif/pasif(fleksi, dan patela
ekstensi, abduksi, adduksi) - Adanya nodul subkutan pada sendi metakarpofalangeal
4. Mempertahankan istirahat tirah - Sendi interfalangeal proksimal terlihat fleksi, tetapi
baring/duduk jika diperlukan. sendi interfalangeal distal berada dalam posisi
Menjadwalkan aktivitas untuk hiperesktensi.
memberikan periode istirahat yang terus - Tingkat kemampuan mobilisasi 3
menerus dan tidur malam hari yang tidak - Kekuatan otot 3
terganggu. A : Masalah Belum Teratasi

Universitas Sumatera Utara


5. Menginstruksikan pasien dan keluarga P : Intervensi dilanjutkan.
untuk melakukan aktivitas sesuai dengan - Mengkaji tingkat mobilisasi pasien
kemampuannya. - Mengkaji kekuatan otot
6. Mengubah posisi minimal tiap 2 jam - Membantu pasien melakukan latihan ROM aktif/ pasif
(telentang, miring, dan sebagainya) - Mengubah posisi minimal tiap 2 jam
pastikan pasien merasa nyaman dengan - Mendorong pasien mempertahankan postur tegak,
posisi tersebut. duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
7. Mendorong pasien mempertahankan
postur tegak, duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan.
8. Memberikan lingkungan yang aman,
misalnya menaikkan kursi/kloset,
menggunakan pegangan pada
bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat
bantu mobilitas/kursi roda penyelamat
seperti bantalan kaki khusus (lateral heel
wedge) dan finger splint device.

Dx. 2 Senin, 10.55 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi dan intensitas S : Klien mengatakan nyeri pada kaki terutama pada bagian
22 Mei WIB (skala 1-10). lutut dan sendi jari tangan

Universitas Sumatera Utara


2017 S/d 2. Memonitor tanda-tanda vital O:
11.20 3. Memberikan matras/kasur keras, bantal - Skala nyeri 4
WIB kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai - Pasien tampak kesakitan
kebutuhan. - Pasien tampak memengangi kakinya
4. Menganjurkan pasien mengambil posisi - TD: 180/130 mmHg
yang nyaman pada waktu tidur atau duduk - RR: 20 x/i
di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat - HR: 80 x/i
tidur sesuai indikasi. - T: 37ºC
5. Mendorong pasien untuk sering mengubah A : Masalah belum teratasi
posisi. Bantu pasien untuk bergerak di P : Intervensi dilanjutkan.
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di - Mengkaji nyeri, catat lokasi, dan intensitas nyeri
atas dan di bawah, hindari gerakan yang - Mendorong pasien untuk sering mengubah posisi
menyentak. - Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat pada
6. Menganjurkan pasien untuk mandi air waktu bangun dan/ atau pada waktu tidur
hangat pada waktu bangun dan/atau pada - Memberikan masase lembut pada area nyeri
waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk - Mendorong penggunaan manajemen stres.
mengompres sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari.
7. Memberikan masase lembut pada area
nyeri.

Universitas Sumatera Utara


8. Mendorong penggunaan teknik
manajemen stres, misalnya relaksasi
progresif, sentuhan terapeutik,visualisasi,
pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan
pengendalian napas.

Dx. 3 Senin, 11.30 1. Mengkaji kemampuan dan tingkat S : Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
22 Mei WIB penurunan aktivitas dalam skala 0-4 untuk secara mandiri
2017 S/d melakukan aktivitas hidup sehari-hari. O:
11.55 2. Memfasilitasi klien untuk melakukan - Pasien tampak kelelahan
WIB aktivitas perawatan diri. - Secara umum aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
3. Mengkaji hambatan terhadap partisipasi - Kekuatan otot 3
dalam perawatan diri, mengidentifikasi/ - Tubuh pasien tampak tidak terawat
merencanakan untuk memodifikasi A : Masalah Belum Teratasi
lingkungan. P : intervensi dilanjutkan
4. Mengajak klien untuk berpikir positif - Mengkaji kemampuan dan tingkat penurunan aktivitas
terhadap kelemahan yang dimilikinya. - Memfasilitasi klien untuk melakukan aktivitas
Berikan klien motivasi dan izinkan klien perawatan diri
melakukan tugas, beri umpan balik positif. - Mengkaji hambatan terhadap partisipasi dalam
5. Merencanakan tindakan untuk penurunan perawatan diri

Universitas Sumatera Utara


gerakan pada sisi yang sakit, seperti - Mengidentifikasi kebiasaan defekasi
tempatkan makanan dan alat di dekat - Melibatkan keluarga dalam aktivitas perawatan diri
klien.
6. Mengidentifikasi kebiasaan defekasi.
Anjurkan klien untuk minum dan
meningkatkan latihan.
Libatkan keluarga dalam aktivitas
perawatan diri klien.

Dx. 1 Selasa, 08.45 1. Mengkaji tingkat mobilisasi pasien S : Pasien mengatakan masih sulit berjalan dan masih
23 Mei WIB (tingkatan 0-4) secara berkala. merasakan kekakuan pada jari tangannya
2017 S/d 2. Mengkaji kekuatan otot/ kemampuan O :
09.20 fungsional mobilitas sendi dengan - Pasien sulit berjalan dan memakai alat bantu tongkat
WIB menggunakan skala kekuatan otot (skala - Pembengkakan pada sendi metakarpofalangeal dan
0-5) secara teratur. patela
3. Menginstruksikan/ membantu pasien - Sendi interfalangeal proksimal terlihat fleksi dan sendi
melakukan latihan ROM aktif/pasif (fleksi, interfalangeal distal terlihat hiperekstensi
ekstensi, abduksi, adduksi) - Sebagian besar aktivitas dibantu oleh keluarga
4. Mengubah posisi minimal tiap 2 jam - Tingkat kemampuan mobilisasi 3
(telentang, miring, dsb). Pastikan pasien - Kekuatan otot 3

Universitas Sumatera Utara


merasa nyaman dengan posisi tersebut A : Masalah Belum Teratasi
5. Mendorong pasien mempertahankan P : Intervensi dilanjutkan
postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan - Mengkaji tingkat mobilisasi pasien
berjalan - Mengkaji kekuatan otot
- Membantu pasien melakukan latihan ROM aktif/ pasif

Dx. 2 Selasa, 09.30 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, dan intensitas S : pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada kaki
23 Mei WIB nyeri (skala 1-10) terutama lututnya.
2017 S/d 2. Memonitor tanda tanda vital O:
09.55 3. Mendorong pasien untuk sering - Skalan yeri4
WIB mengubah posisi. Bantu pasien untuk - Pasien masih tampak kesakitan
bergerak di tempat tidur, sokong sendi - Pasien tampak memengangi kakinya
yang sakit di atas dan di bawah, hindari - TD: 170/120 mmHg
gerakan yang menyentak. - RR: 22 x/i
4. Menganjurkan pasien untuk mandi air - HR: 80 x/i
hangat atau mandi pancuran pada waktu - T: 37ºC
bangun dan/ atau pada waktu tidur. A : Masalah Belum Teratasi
Sediakan waslap hangat untuk P : Intervensi dilanjutkan
mengompres sendi-sendi yang sakit - Mengkaji nyeri, catat lokasi, dan intensitas nyeri
beberapa kali sehari. - Memonitor tanda-tanda vital pasien

Universitas Sumatera Utara


5. Memberikan masase lembut pada area - Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat pada
nyeri waktu bangun dan/ atau pada waktu tidur
6. Mendorong penggunaan manajemen stres, - Memberikan masase lembut pada area nyeri
misalnya relaksasi progresif, sentuhan
terapeutik, visualisasi, pedoman imajinasi,
hipnosis diri, dan pengendalian napas.

Dx. 3 Selasa, 10.10 1. Mengkaji kemampuan dan tingkat S : Pasien mengatakan masih belum bisa melakukan
23 Mei WIB penurunan aktivitas dalam skala 0-4 untuk perawatan diri secara mandiri
2017 S/d melakukan aktivitas hidup sehari-hari. O:
10.30 2. Memfasilitasi klien untuk melakukan - Sebagian besar aktivitas pasien dibantu oleh
WIB aktivitas perawatan diri keluarganya
3. Mengkaji hambatan terhadap partisipasi - Pasien tampak lelah
dalam perawatan diri, identifikasi/ rencana - Kekuatan otot 3
untuk memodifikasi lingkungan A : Masalah belum teratasi
4. Mengidentifikasi kebiasaan defekasi. P : Intervensi dilanjutkan.
Anjurkan klien untuk minum dan - Mengkaji kemampuan dan tingkat penurunan aktivitas
meningkatkan latihan - Memfasilitasi klien untuk melakukan aktivitas
5. Melibatkan keluarga dalam aktivitas perawatan diri
perawatan diri klien - Mengidentifikasi kebiasaann defekasi

Universitas Sumatera Utara


- Melibatkan keluarga dalam aktivitas perawatan diri
klien
Dx.1 Rabu, 13.00 1. Mengkaji tingkat mobilisasi pasien S : Pasien mengatakan kekuatan kakinya sudah mulai
24 Mei WIB (tingkatan 0-4) secara berkala. bertambah dan kekakuan pada sendi jari tangan dan
2017 S/d 2. Mengkaji kekuatan otot/ kemampuan lutut sudah mulai berkurang
13.50 fungsional mobilitas sendi dengan O :
WIB menggunakan skala kekuatan otot (skala - Pasien mulai melakukan aktivitasnya walaupun dengan
0-5) secara teratur. pengawasan keluarga
3. Menginstruksikan/ membantu pasien - Pembengkakan pada sendi metakarpofalangeal dan
melakukan latihan ROM aktif/pasif ( patela sudah berkurang
fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi) - Sendi interfalangeal proksimal dan distal sulit untuk
ekstensi
- Pasien mampu melakukan latihan ROM secara mandiri
(fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi)
- Nodul subkutan pada sendi metakarpofalangeal sudah
berkurang
- Tingkat mobilisasi 3
- Kekuatan otot 3
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan (oleh keluarga)

Universitas Sumatera Utara


- Membantu pasien melakukan latihan ROM
Dx. 2 Rabu, 14.00 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, dan intensitas S : Pasien mengatakan nyeri pada persendiannya sudah
23 Mei WIB nyeri (skala 1-10). mulai berkurang.
2017 S/d 2. Memonitor tanda-tanda vital pasien. O:
14.40 3. Menganjurkan pasien untuk mandi air - Skala nyeri 3
WIB hangat pada waktu bangun dan/ atau pada - Pasien tampak memengangi kakinya
waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk - TD: 180/120 mmHg
mengompres sendi-sendi yang sakit - RR: 20 x/i
beberapa kali sehari. - HR: 80 x/i
4. Memberikan masase lembut pada area - T: 36,8ºC
nyeri. A : Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan (oleh keluarga)
- Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat pada
waktu bangun dan/ atau pada waktu tidur
- Memberikan masase lembut pada area nyeri

Dx. 3 Rabu, 14.50 1. Mengkaji kemampuan dan tingkat S : Pasien mengatakan melakukan perawatan diri dibantu
23 Mei WIB penurunan aktivitas dalam skala 0-4 untuk oleh keluarganya
2017 S/d melakukan aktivitas hidup sehari-hari. O:
15.30 2. Memfasilitasi klien untuk melakukan - Sebagian besar aktivitas pasien dibantu oleh

Universitas Sumatera Utara


WIB aktivitas perawatan diri. keluarganya
3. Mengidentifikasi kebiasaan defekasi. - Tubuh pasien sudah mulai bersih
Anjurkan klien untuk minum dan - Pasien tampak lelah
meningkatkan latihan - Kekuatan otot 3
4. Melibatkan keluarga dalam aktivitas A : Masalah teratasi sebagian
perawatan diri klien P : Intervensi dilanjutkan (oleh keluarga)
- Memfasilitasi klien untuk melakukan aktivitas
perawatan diri

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai