SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya, sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan Sarjana Kedokteran
Program Studi Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Atas
keagungan-Nya pula skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan
terhadap Sikap dan Perilaku Masyarakat Kecamatan Medan Denai tentang
vaksinasi COVID-19” dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih atas kasih sayang tak terhingga yang selalu diberikan oleh
kedua orang tua penulis yang telah menjadikan saya pribadi yang berusaha terus
berdiri tegak dan berkembang dalam menjalani hidup. Rasa terima kasih ini rasanya
tak cukup membalas semua yang diberikan keluarga dalam hal apapun dalam
mendidik, membimbing dan membesarkan penulis.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melindungi dan memberi kekuatan
kepada saya.
2. Teristimewa kepada orang tua saya tercinta, ayahanda Rekky Parulian dan
ibunda Sara Aruan atas segala doa, kasih sayang dan dukungan mereka
dalam membantu terselesaikannya skripsi ini. Semoga Tuhan Yesus
memberikan kehidupan yang penuh rahmat dan keberkahan di dunia dan
akhirat pada semuanya, Amin.
3. Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S(K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Siti Syarifah M.Biomed, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak waktu dalam memberikan dorongan, bimbingan, dan
petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya
5. dr. Dwi Rita Anggraini, M.Kes, SpPA, selaku ketua penguji yang telah
memberikan banyak saran, arahan, dan nasehat kepada penulis dalam
menyempurnakan skripsi ini.
6. Dr. dr. Kamal Basri Siregar, M. Ked(Surg), Sp.B (K) Onk, selaku anggota
penguji yang telah memberikan banyak masukan, petunjuk, dan nasehat
kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
IL10 : Interleukin 10
IL-1β : Interleukin-1 beta
IL7 : Interleukin 7
IP-10 : Induced Protein 10
ITAGI : Indonesian Technical Advisory Group on Immunization
IV : Intravena
KIPI : Kejadian ikutan pasca-imunisasi
LDH : Lactate Dehydrogenase
LNP : Lipid Nanoparticle
MCP1 : Monocyte Chemoattractant Protein 1
MERS : Middle East respiratory syndrome
MERS-CoV : Middle East Respiratory Syndrome Associated Coronavirus
MHC : Major Histocompatibility Complex
MIP1a : Macrophage Inflammatory Protein-1 alpha
modRNA : nucleoside-modified messenger RNA
mRNA : Messenger Ribonucleic Acid
NaCl : Natrium Chloride
NAI : Naturally acquired immunity
NIAID : National Institute of Allergy and Infectious Diseases
NK : Natural Killer
NLRs : The Nucleotide-Binding Oligomerization Domain-Like Receptors
OMAI : Obat Modern Asli Indonesia
Pa02 : Partial pressure of oxygen
RBD : Receptor Binding Domain
RE : Retikulum Endoplasma
RIG-I : Retinoic Acid-Inducible Gene I
RNA : Ribonukleat Acid
SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome
SARS-CoV : Severe Acute Respiratory Syndrome Associated Coronavirus
ABSTRAK
ABSTRACT
Background: COVID-19 has been pandemic and causes death worldwide. There
were 905 people who died in the capital of North Sumatra, Medan City, Indonesia
until November 2021. Medan city was once a red zone, the first dose of vaccination
coverage was still 60% (1,476,248 people) and the second dose was still 45.8%
(1,116,271 people) in November 2021. Public awareness of the importance of
COVID-19 vaccination is needed to succeed in vaccination programs and reduce
the rate of COVID-19 cases. Nevertheless, research related to public awareness
about COVID-19 vaccination was still little done in Medan city. Objective: In this
study, we analyzed the factors that influence the knowledge, attitudes, and behavior
of people about COVID-19 vaccine in Medan Denai District of Medan City.
Method: This study was a cross-sectional study with a validated questionnaire
approach in 100 respondents. Data collection was conducted from September to
November 2021. The questionnaire consisted of 36 questions to assess the level of
knowledge, attitudes, and behavior. Statistical analysis was done using IBM SPSS
v.26, p <0.05 was statistically significant. Result: The majority of respondents were
in the age range of 17-25 years (75%), women (58%), high school education level
(63%), jobless (42%), low income (62%), and had a religion (100%). More than
80% of respondents knew the benefits of vaccine, how vaccine worked, vaccine
brands which available in Indonesia, 76% had been vaccinated and 97% agreed to
be vaccinated. The level of knowledge was sufficient, attitudes and behavior were
good about COVID-19 vaccination. We found a relation between knowledge with
community behavior, education level and vaccination history with knowledge,
religion with community attitudes, and COVID-19 vaccination history with
community behavior (p < 0.05). Conclusion: The level of education, religion, and
COVID-19 vaccination history affect the knowledge, attitudes, and behavior of
people about the COVID-19 vaccine in Medan Denai District, Medan city,
Indonesia.
Keywords: vaccine, COVID-19, knowledge, attitude, behavior
PENDAHULUAN
SARS-CoV-2 adalah jenis virus baru yang belum pernah ditemukan pada
manusia sebelumnya, dan hewan yang menularkannya belum diketahui (Kemenkes
RI, 2020). Virus corona, termasuk SARS-CoV-2 yang baru- baru ini ditemukan,
ialah virus berbentuk bulat dengan protein spike (S) yang menonjol dari permukaan
partikel virus (virion) serta mempunyai materi genetik berbentuk RNA rantai
tunggal. Kata corona dalam bahasa Latin memiliki makna crown ataupun mahkota
(Oostergetel et al., 2009). Penyebaran virus biasanya melalui transmisi droplet dan
kontak dengan virus, kemudian virus dapat memasuki mukosa yang terbuka. Suatu
analisis berupaya mengukur laju penularan bersumber pada gejala, masa inkubasi
dan durasi antara gejala dengan penderita yang diisolasi. Hasil analisis
menunjukkan hasil penularan dari 1 pasien ke 3 orang disekitar, namun
kemungkinan penularan selama masa inkubasi menyebabkan waktu kontak antar
pasien menjadi lebih lama, sehingga resiko jumlah kontak tertular dari satu pasien
dapat lebih besar (Davies, 2002).
intervensi efektif lainnya harus segera dilakukan, yaitu melalui upaya vaksinasi
untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Vaksin SARS-CoV-2 pertama
diharapkan sudah dipasarkan semenjak awal 2021, ini merupakan jangka waktu
yang luar biasa cepat serta belum bisa dipercaya oleh banyak golongan (Mullard,
2020). Berbagai negara, termasuk Indonesia, telah berupaya mengembangkan
vaksin ideal yang dapat mencegah infeksi SARS-CoV-2 melalui berbagai platform,
seperti vaksin virus yang dilemahkan, vaksin vektor virus, vaksin asam nukleat dan
vaksin subunit protein (Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020).
bahwa vaksin COVID-19 aman untuk digunakan; 59,5% responden merasa vaksin
tidak dapat menekan penyebaran virus corona; 42,6% responden ragu-ragu
terhadap efektivitas Vaksin COVID-19; 50% responden mempertanyakan
kehalalan vaksin; 58,1% responden setuju bahwa manusia tidak memerlukan
vaksin; 52,0% responden juga menyatakan setuju jika virus corona akan hilang
dengan sendirinya jika manusia berserah sepenuhnya kepada Tuhan; 47,3%
responden setuju bahwa hanya dengan tindakan pencegahan berupa 3M dapat
menekan penyebaran virus; 48,0% responden setuju dengan anggapan bahwa
COVID-19 bisa disembuhkan dengan ramuan jamu/rimpang-rimpangan khas
Indonesia; 51,4% responden setuju bahwa dengan pendapat bahwa Pandemi
COVID-19 merupakan produk propaganda, konspirasi dan lain sebagainya; dan
57,4% responden tidak yakin bahwa pemerintah mampu mengatasi pandemi
COVID-19 dengan baik. Namun pada beberapa penelitian yang dilakukan
sebelumnya terkhusus di Kota Medan, belum ada penelitian yang menganalisa
tingkat pengetahuan responden dan hubungannya dengan sikap dan perilaku
tentang vaksin COVID-19. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang tingkat pengetahuan masyarakat mengenai vaksin COVID-19 dan
hubungannya terhadap sikap dan perilaku masyarakat tersebut.
pada saat ini. Oleh karena itu diperlukan upaya nyata untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai vaksin ini.
3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi
untuk upaya promotif dan preventif COVID-19 bagi bidang kesehatan.
c. Bagi Masyarakat
Data penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk lembaga daerah
setempat terkait program edukasi tentang vaksinasi COVID-19.
d. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 COVID-19
2.1.1 Definisi
Coronavirus ialah virus RNA strain tunggal positif, berkapsul serta tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan menurut serotipe dan ciri genom.
Ada empat genus yakni alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus serta
gamma coronavirus. Coronavirus mempunyai kapsul, partikel berbentuk bundar
atau elips, dan pleimorfik dengan diameter sekitar 50- 200 nm. Seluruh virus ordo
Nidovirales mempunyai kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA dan juga
mempunyai genom RNA sangat panjang. Coronavirus sangat sensitif terhadap
panas dan dapat dinonaktifkan secara efektif dengan disinfektan yang mengandung
klorin, pelarut lipid pada suhu 56°C selama 30 menit, eter, alkohol, asam
perioksiasetat, dan deterjen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform.
Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus (PDPI, 2020).
Setiap protein memainkan peran penting dalam struktur partikel virus, tetapi
mereka juga terlibat dalam aspek replikasi lainnya (Schoeman & Fielding, 2019).
Virion memiliki nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA dan protein
nukleokapsid (N) terfosforilasi yang terletak di dalam phospholipid bilayers, dan
ditutupi oleh dua jenis spike proteins, yaitu spike glicoprotein trimmer (S) yang
dapat ditemukan di semua coronavirus dan hemagglutinin- esterase (HE) di
beberapa coronavirus. Protein membran (M) (glikoprotein transmembran tipe III)
dan envelope (E) protein terletak di antara protein S selubung virus (Li et al., 2020)
Gambar 2.2 Lokasi Geografi Wuhan, Provinsi Hubei, China (Jin et al., 2020).
2.1.3 Epidemiologi
Jumlah kasus COVID-19 di China terus meningkat setiap hari sejak kasus
pertama di Wuhan, dan mencapai puncaknya dari akhir Januari 2020 hingga awal
Februari 2020. Awalnya, sebagian besar laporan datang dari Hubei dan provinsi
sekitar, kemudian meluas ke provinsi lain dan seluruh China. Tanggal 30 Januari
2020, telah ada 7.736 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di Tiongkok, dan 86
kasus yang dikonfirmasi dari Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri
Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India,
Australia, Kanada, dan negara lainnya. COVID- 19 pertama dilaporkan di Indonesia
pada 2 Maret 2020. Informasi 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat mortalitas
COVID- 19 di Indonesia sebesar 8, 9%, angka ini ialah yang paling tinggi di Asia
Tenggara. Per 30 Maret 2020, ada 693. 224 kasus dan 33. 106 kematian di seluruh
dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan
lebih banyak kasus dan kematian daripada China. Amerika Serikat menduduki
2.1.4 Protein S
2.1.5 Virologi
saluran pernapasan maupun kerusakan organ. Virus corona ialah virus RNA rantai
tunggal dan rantai positif yang masuk keluarga coronaviridae yang dibagi menjadi
subfamili menurut serotip dan genotip karakteristik yang meliputi a, β, γ dan δ
(Susilo et al.,2020)).
minggu pertama penyakit ini dapat berkembang menjadi pneumonia, gagal napas,
dan kematian. Perkembangan ini dikaitkan dengan peningkatan ekstrim sitokin
inflamasi termasuk IL2, IL7, IL10, GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan TNFα. Waktu
rata-rata dari timbulnya gejala hingga dispnea adalah 5 hari, rawat inap 7 hari dan
acute respiratory distress syndrome (ARDS) 8 hari. Kebutuhan untuk masuk
perawatan intensif adalah 25-30% dari pasien yang terkena dampak dalam seri yang
dipublikasikan. Komplikasi yang muncul termasuk acute lung injury, acute
respiratory distress syndrome (ARDS), syok, dan acute kidney injury (AKI).
Pemulihan dimulai pada minggu ke-2 atau ke-3. Durasi rata-rata rawat inap di
rumah sakit pada mereka yang pulih adalah 10 hari. Kasus kematian lebih sering
terjadi pada orang tua dan orang-orang dengan penyakit penyerta (50-75% dari
kasus fatal). Tingkat kematian pada pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit
berkisar antara 4 sampai 11%. Tingkat kematian kasus secara keseluruhan
diperkirakan berkisar antara 2 dan 3% (Huang et al.,2020)
Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis
metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi
dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan
tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan
sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal (PDPI, 2020). Pasien dengan
gejala yang ringan akan sembuh dalam watu kurang lebih 1 minggu, sementara
pasien dengan gejala yang parah akan mengalami gagal napas progresif karena
virus telah merusak alveolar dan akan menyebabkan kematian (Hamid et al.,2020).
Kematian terbanyak adalah pasien usia lanjut dengan penyakit bawaan seperti
penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes dan penyakit Parkinson (Adhikari et
al.,2020). Seperempat pasien yang dirawat di rumah sakit Wuhan memiliki
komplikasi serius berupa aritmia, syok, cedera ginjal akut dan acute respiratory
distress syndrome (ARDS) (Wang et al.,2020). Pasien yang menjalani pemeriksaan
penunjang CT scan, menunjukkan tanda pneumonia bilateral dengan opasitas
bilateral ground glass (Meng et al.,2020).
Virus bisa melewati membran mukosa, terutama mukosa nasal dan laring,
setelah itu memasuki paru- paru melalui traktus respiratorius. Selanjutnya, virus
akan menyerang organ target yang mengekspresikan Angiotensin Converting
Enzyme 2 (ACE2), seperti paru- paru, jantung, sistem renal serta tractus
gastrointestinal (Gennaro et al., 2020). Protein S pada SARS-CoV-2 memfasilitasi
masuknya virus corona ke dalam sel target. Masuknya virus tergantung pada
kemampuan virus untuk berikatan dengan ACE2, yakni reseptor membran
ekstraselular yang diekspresikan pada sel epitel, dan tergantung pada priming
protein S ke protease selular, yakni (Transmembrane protease serine 2) TMPRSS2
(Handayani et al., 2020; Kumar et al., 2020; Lingeswaran et al., 2020).
Sistem imun innate dapat mendeteksi RNA virus melalui reseptor seperti
retinoic acid-inducible gene I (RIG-I), The nucleotide-binding oligomerization
domain-like receptors (NLRs), dan Toll-like receptors (TLRs). Hal ini kemudian
akan merangsang produksi interferon (IFN) dan memicu munculnya efektor
antiviral seperti sel CD8 +, sel natural killer (NK) dan makrofag. Infeksi dari beta
coronavirus lainnya, yaitu SARS-CoV dan MERS-CoV, ditandai dengan replikasi
virus yang cepat dan produksi IFN yang terlambat, terutama sel dendritik, makrofag
dan sel epitel pernafasan, yang selanjutnya diiringi oleh kenaikan kadar sitokin
proinflamasi bersamaan dengan progres penyakit (Allegra et al., 2020;
Lingeswaran et al., 2020). Infeksi virus dapat menghasilkan respons imun yang
berlebihan pada inang. Dalam beberapa kasus, selalu ada reaksi yang disebut "badai
sitokin". Badai sitokin adalah peristiwa respons inflamasi yang berlebihan, di mana
sitokin diproduksi dengan cepat dalam jumlah besar sebagai respons terhadap
infeksi. Dalam kaitannya dengan COVID-19, ditemukan bahwa sekresi sitokin dan
kemokin oleh sel imun innate tertunda karena blokade protein non-struktural virus.
Selain itu, hal ini menyebabkan lonjakan sitokin dan kemokin proinflamasi (IL-6,
TNFα, IL-8, MCP-1, IL-1β, CCL2, CCL5 dan interferon) melalui aktivasi
makrofag dan limfosit Pelepasan sitokin ini memicu aktivasi sel imun adaptif
(seperti sel T, neutrofil, dan sel NK) dan terus memproduksi sitokin proinflamasi.
Lonjakan cepat sitokin pro- inflamasi ini merangsang infiltrasi inflamasi jaringan
paru- paru, yang menimbulkan kerusakan paru- paru pada epitel dan endotel
(Gambar 2.6). Kerusakan ini bisa menimbulkan terjadinya ARDS serta kegagalan
multi organ, dan sanggup menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat
(Gennaro et al., 2020; Lingeswaran et al., 2020). Seperti kita ketahui bersama, jalur
utama penularan SARS-CoV-2 adalah melalui droplet. Akan tetapi, ada
kemungkinan terjadinya transmisi melalui fekal-oral. Penelitian oleh Xiao et al.
(2020) menunjukkan bahwa di antara 73 pasien yang di rawat karena COVID-19,
53,42% pasien dinyatakan positif SARS-CoV-2 RNA dalam feses mereka.
Faktanya, meski sampel pernapasan menunjukkan hasil negatif, 23,29% pasien
masih dinyatakan positif SARS-CoV-2 RNA dalam fesesnya. Selain itu, penelitian
juga membuktikan bahwa ACE2 banyak diekspresikan dalam sel glandular gaster,
duodenum, dan epitel rectum dan protein nukleokapsid virus ditemukan di epitel
lambung, duodenum, dan rektum. Hal ini mengindikasikan bahwa SARS-CoV-2
juga dapat menginfeksi saluran cerna dan kemungkinan penularan fecal -oral
(Kumar et al., 2020; Xiao et al., 2020).
1. Varian D614G
2. Cluster 5
3. VOC 202012/01
Varian ini disebut sebagai VUI 202012/01 (B.1.1.7) saat pertama terdeteksi
dan ditinjau ulang sebagai VOC 202012/01 (B.1.1.7) pada tanggal 18 Desember
2020. VOC 202012/01 (B.1.1.7) dapat menyebar lebih cepat daripada beberapa
varian virus SARS-CoV-2 lainnya saat ini beredar di Inggris. Saat ini, bukti yang
tersedia menunjukkan bahwa VOC 202012/01 (B.1.1.7) tidak terkait kuat dengan
antigenic escape dari naturally-acquired immunity (NAI). VOC 202012/01
(B.1.1.7) tampaknya telah meningkatkan kemampuan transmisi dibandingkan
dengan varian sebelumnya beredar dan telah menyebar dengan pesat hingga
menjadi varian dominan di Inggris (PHE, 2021).
1. TANPA GEJALA
a. Non-farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk dibawa ke
rumah):
• Pasien:
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
b. Farmakologi
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
2. DERAJAT RINGAN
a. Non Farmakologis
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi tanpa
gejala).
b. Farmakologis
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
Atau
Atau
• Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) Atau
Hidroksiklorokuin (sediaan yang ada 200 mg) dosis 400 mg/24 jam/oral
(untuk 5-7 hari) dapat dipertimbangkan apabila pasien dirawat inap di
RS dan tidak ada kontraindikasi.
3. DERAJAT SEDANG
a. Non Farmakologis
B. Farmakologis
• Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1
jam diberikan secara drips Intravena (IV) selama perawatan
o Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) atau
Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200 mg) hari pertama 400
mg/12 jam/oral, selanjutnya 400 mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari)
Ditambah
o Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)
atau sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila
curiga ada infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per
oral (untuk 5-7 hari).
Ditambah
Atau
Atau
Atau
a. Non Farmakologis
• Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi
cairan), dan oksigen
- Limfopenia progresif,
b. Farmakologis
• Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drips Intravena (IV) selama perawatan
• Klorokuin fosfat, 500 mg/12 jam/oral (hari ke 1-3) dilanjutkan 250 mg/12
jam/oral (hari ke 4-10) atau Hidroksiklorokuin dosis 400 mg /24 jam/oral
(untuk 5 hari), setiap 3 hari kontrol EKG
• Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau sebagai
alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksi bakteri:
dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari).
• Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri,
pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan
faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus
dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus)
patut dipertimbangkan.
• Antivirus:
Atau
Atau
Atau
Vaksinasi adalah bentuk imunitas aktif yang sederhana, aman, dan efektif
yang dapat melindungi orang dari penyakit berbahaya. Vaksinasi menggunakan
pertahanan alami tubuh untuk membangun ketahanan terhadap infeksi tertentu dan
membuat sistem kekebalan kelompok (herd immunity) atau sistem imun tubuh lebih
kuat (Kemenkes, 2020). Vaksinasi tidak hanya dapat melindungi diri kita sendiri,
tetapi juga orang-orang di sekitar kita. Orang yang memiliki sakit parah disarankan
untuk tidak mendapatkan vaksin tertentu, sehingga mereka bergantung pada orang
Kata "vaksin" berasal dari Bahasa Latin yaitu Variolae vaccinae (cowpox),
yang ditunjukkan Edward Jenner pada tahun 1798 untuk mencegah cacar pada
manusia. Hari ini istilah 'vaksin' berlaku untuk semua persiapan biologis, yang
dihasilkan dari organisme hidup, yang berfungsi meningkatkan kekebalan terhadap
penyakit dan (vaksin profilaksis) atau, dalam beberapa kasus, mengobati penyakit
(vaksin terapeutik). Vaksin diberikan dalam cairan baik dengan injeksi, oral, atau
dengan rute intranasal (Jenner et al., 2012). Vaksin merupakan produk biologi yang
berisi antigen berupa mikroorganisme yang telah mati atau masih hidup yang
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang
sudah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan
zat lainnya, yang apabila diberikan kepada seseorang akan memunculkan imunitas
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu (Permenkes, 2017).
rendah. Contoh dari vaksin jenis ini yaitu vaksin campak, BCG, dan rotavirus
(Yadav et al., 2014).
Inactivated vaccine adalah vaksin yang dibuat dari bakteri atau virus
penyebab penyakit yang dimatikan melalui berbagai cara seperti zat kimia,
pemanasan, atau radiasi. Perlakuan dengan cara ini akan menghancurkan
kemampuan patogen untuk bereplikasi tetapi tetap utuh sehingga sistem imum tetap
dapat mengenalinya (Yadav et al., 2014). Kelebihan dari vaksin ini dibandingan
live attenuated vaccine yaitu tidak bermutasi menjadi bentuk patogenik. Selain itu,
penyimpanannya tidak memerlukan suhu rendah sehingga tidak memerlukan lemari
pendingin. Contoh dari vaksin tersebut adalah vaksin hepatitis A, influenza, dan
rabies (OVG, 2020).
3. Vaksin Subunit
4. Vaksin mRNA
Moderna, Inc. sudah mengawali uji klinis fase I untuk mRNA-1273, vaksin
mRNA, yang mengkode protein viral spike (S) dari SARS-CoV-2. Ini dirancang
oleh hasil kerjasama dengan National Institute of Allergy and Infectious Diseases
(NIAID) (Park et al., 2020). Berbeda dengan vaksin konvensional yang diproduksi
dalam sistem kultur sel, vaksin mRNA dirancang dalam silico, yang
memungkinkan pengembangan dan penilaian efikasi vaksin yang cepat. Moderna
Inc. tengah mempersiapkan penelitian fase I dengan dukungan keuangan dari CEPI
(Coalition for Epidemic Preparedness Innovations) (Zhang et al., 2020).
5. Vaksin DNA
keamanan vaksin subunit, serta secara luas digunakan untuk menginduksi imunitas
seluler in vivo. Riset vaksin SARS-CoV-2 terkait telah dilakukan oleh lembaga-
lembaga berikut. Greffex Inc. yang berbasis di Houston telah menuntaskan
konstruksi vaksin vektor adenovirus SARS-CoV-2 dengan Greffex Vector Platform
dan seharusnya saat ini dipindahkan ke pengujian hewan. Tonix Pharmaceuticals
mengumumkan penelitian untuk mengembangkan vaksin SARS-CoV-2 yang
potensial berdasarkan Horsepox Virus (TNX-1800). Johnson&Johnson telah
mengadopsi platform vektor adenoviral untuk pengembangan vaksin (Zhang and
Liu, 2020).
Vaksin ini hanya mengandung fragmen antigen utuh tertentu dan biasanya
dibuat dengan teknik sintesis kimia. lebih mudah dalam persiapan dan kontrol
kualitas. Namun, berat molekul rendah dan kompleksitas struktural dari vaksin ini
biasanya menghasilkan imunogenisitas yang rendah, sehingga modifikasi
struktural, sistem pengiriman, dan bahan pembantu juga diperlukan dalam
formulasi (Tian et al., 2020).
Setiap reaksi kekebalan terhadap patogen atau virus dimulai dengan aktivasi
sistem kekebalan bawaan. Meskipun sistem ini tidak mengarah pada memori
imunologis, namun berperan penting dalam mengaktifkan dan mengajari sistem
kekebalan adaptif. Jadi, setelah vaksin disuntikkan, komponen vaksin akan diambil
oleh sel penyaji antigen seperti magrofag dan sel dendritik. Sel APC yang telah
mengambil antigen menjadi aktif dan mulai bermigrasi menuju kelenjar getah
bening di dekatnya yang merupakan tempat sel T dan B. Di dalam kelenjar getah
bening, antigen yang diproses oleh APC dipresentasikan ke limfosit. Ketika limfosit
mengenali antigen dan menerima sinyal ko-stimulasi yang sesuai, sel T dan sel B
akan menjadi aktif. Sel B berfungsi untuk membuat antibodi yang melawan antigen,
sedangkan sel T berfungsi untuk menyerang sel tubuh yang sudah terpapar virus
atau patogen. Sel B dan T spesifik antigen ini berkembang secara klonal untuk
menghasilkan beberapa progenitor yang mengenali antigen yang sama. Selain itu,
memori sel B dan T terbentuk yang memberikan perlindungan jangka panjang
(terkadang seumur hidup) terhadap infeksi patogen atau virus (CDC, 2020 ; Jiskoot
et al., 2019 ; Chowdhury et al., 2020). Mekanisme vaksin dalam memicu respon
kekebalan ditunjukkan pada Gambar 2.7.
perkembangan cepat ke uji klinis fase 3 setelah analisis sementara uji klinis 1 atau
2. Sesudah menerima analisis sementara dari uji klinis fase tiga, segera dilakukan
pengajuan penggunaan darurat untuk kandidat vaksin (Krammer, 2020). Meskipun
pengembangan vaksin COVID-19 menggunakan waktu yang singkat, namun
standar kualitas, keamanan, dan kemanjuran sesuai dengan persyaratan peraturan
yang ditetapkan badan regulator seperti European Medicines Agency (EMA).
Tahap perkembangan vaksin dapat dilihat pada gambar 2.8 di bawah ini:
1. Sinovac (CoronaVac)
signifikan di seluruh grup (Xia et al., 2021). Mirip dengan vaksin Sinovac, BBIBP-
CorV juga dapat disimpan pada suhu 4°C (Ophinni et al., 2020).
3. Moderna (mRNA-1273)
4. Pfizer-BioNTech (BNT162b2)
Mekanisme vaksin mRNA dalam memicu respon imun adalah dengan cara
vaksin mRNA yang dikemas dalam lipid nanoparticle (LNP) memasuki sel dan
melepaskan mRNA yang mengkode protein S, protein COVID-19. mRNA akan
diterjemahkan ribosom menjadi protein S di ribosom. Protein akan dipecah
menjadi potongan-potongan kecil (peptida) oleh proteasome atau diangkut ke luar
sel melalui badan Golgi. Potongan-potongan kecil yang tersisa di dalam sel
kemudian disajikan pada permukaan sel sebagai kompleks dengan protein kelas I
Menurut hasil uji klinis vaksin COVID-19 AstraZeneca pada 23.745 subjek
manusia di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan, efek samping vaksin AstraZeneca
bersifat ringan hingga sedang. Tidak ada efek samping serius yang terkait dengan
pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca yang telah dilaporkan. Efek samping
yang umum adalah nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, mialgia,
malaise, demam, menggigil, nyeri sendi dan mual. Kebanyakan efek samping
ringan sampai sedang dan biasanya sembuh dalam beberapa hari setelah vaksinasi
(BPOM, 2021).
injeksi dan gejala mirip flu. Sputnik V dapat disimpan pada suhu 4 ° C (Ophinni et
al., 2020).
Vaksin ini adalah viral vector vaccine based on a human adenovirus yang
telah dimodifikasi untuk mengandung gen untuk membuat protein lonjakan virus
SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19. Efek samping yang paling umum
adalah nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot dan mual,
mempengaruhi lebih dari 1 dari 10 orang. Batuk, nyeri sendi, demam, menggigil,
kemerahan, dan bengkak di tempat suntikan terjadi pada kurang dari 1 dari 10
orang. Bersin, tremor, sakit tenggorokan, ruam, berkeringat, kelemahan otot, nyeri
pada lengan dan kaki, sakit punggung, kelemahan, dan perasaan tidak enak badan
umumnya terjadi pada kurang dari 1 dari 100 orang. Efek samping yang jarang
terjadi (yang terjadi pada kurang dari 1 dari 1.000 orang) adalah hipersensitivitas
(alergi) dan ruam gatal (EMA, 2020).
8. Novavax (NVX-CoV2373)
KIPI yang disebabkan atau dipicu oleh vaksin karena salah satunya atau
lebih dari sifat yang melekat pada produk vaksin contohnya reaksi akibat terkait
cacat kualitas vaksin, peningkatan produksi vaksin yang cepat juga menimbulkan
potensi risiko tambahan, serta pemberian vaksin secara masif dalam interval waktu
yang singkat dengan pelatihan minimum dan persiapan lapangan. Selain itu, staf
yang kurang paham dengan imunisasi mungkin diminta untuk melakukan tugas
imunisasi (WHO, 2020).
Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah alergi reaksi kulit dan
nyeri, kemerahan, bengkak di tempat suntikan, dilaporkan pada 26,3% dan 25,6%
dari total Laporan KIPI masing-masing. Reaksi alergi kulit adalah efek samping
yang paling sering dilaporkan untuk Vaksin Pfizer-BioNTech (11,2 per 100.000
dosis yang diberikan) sementara nyeri / kemerahan / bengkak pada tempat suntikan
adalah kejadian merugikan yang paling sering dilaporkan untuk vaksin Moderna
(35,7 per 100.000 dosis diberikan). Kategori 'kejadian parah atau tidak biasa' adalah
yang paling sering melaporkan kejadian merugikan untuk vaksin
AstraZeneca/COVISHIELD (13,7 per 100.000 dosis yang diberikan) (PHO, 2020).
2.4 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap pada suatu objek Notoatmodjo (2012).
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera pendengaran,
penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia
didapat melalui mata dan telinga. Menurut Donsu (2017), pengetahuan merupakan
suatu hasil dari rasa keingintahuan lewat proses sensoris, terutama pada mata dan
telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan ialah domain yang penting dalam
terjadinya perilaku terbuka (open behavior).
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang sudah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang khusus dan seluruh bahan yang
sudah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu disisni
merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk
mengukur orang yang tahu tentang apa yang dipelajari yakni dapat
menyebutkan, menguraikan, mengenali, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
a. Tingkat pendidikan
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk memenuhi
kebutuhan setiap hari. Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai tenaga medis akan lebih
mengerti mengenai penyakit dan pengelolaanya daripada non tenaga medis.
c. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Dengan
bertambahnya umur individu, daya tangkap dan pola pikir seseorang akan lebih
berkembang, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
d. Minat
Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu hal. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni, sehingga seseorang
memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang pada masa lalu.
Pada umumnya semakin banyak pengalaman seseorang, semakin bertambah
pengetahuan yang didapatkan.
f. Lingkungan
g. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas. Pada umumnya semakin mudah memperoleh
informasi semakin cepat seeorang memperoleh pengetahuan yang baru.
dengan tingkatannya, ada pun tipe pertanyaan yang dapat digunakan untuk
pengukuran pengetahuan secara umum di bagi jadi 2 tipe yaitu:
a. Pertanyaan subjektif
b. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti tipe benar-salah (true false item), tipe
menjodohkan (matching), tipe pilihan ganda (multiple choice) yang dapat di nilai
secara pas oleh penilai.
1) Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan benar dari
total jawaban pertanyaan.
2) Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dengan benar dari
total jawaban pertanyaan
3) Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari total jawaban
pertanyaan
2.5 Sikap
sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi dan faktor, keduanya
adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap
selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang
(dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi atau menghindari sesuatu.
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku Notoadmodjo (2003,
p.34) adalah:
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu
yang mempermudah sikap pada orang itu.
d. Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang
membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang
dimiliki orang.
Menurut Azwar S (2011, p.23) sikap terdiri dari 3 komponen yang saling
menunjang yaitu:
a. Komponen kognitif
b. Komponen afektif
c. Komponen konatif
4. Media massa. Dalam pemberitaan surat kabar ataupun radio atau media
komunikasi yang lain, berita yang semestinya faktual disampaikan secara
objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulis maupun konsumennya.
Menurut Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010, p.23) sikap mempunyai
beberapa fungsi, yaitu:
Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang sejauh mana
obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam rangka mencapai
tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya,
maka orang akan bersifat positif terhadap obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila
obyek sikap menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif
terhadap obyek sikap yang bersangkutan.
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego
atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan
terancam keadaan dirinya atau egonya.
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri
seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya. Dengan
individu mengambil sikap tertentu akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang
ada pada individu yang bersangkutan.
d. Fungsi pengetahuan
Salah satu aspek yang sangat penting guna untuk memahami sikap dan perilaku
manusia adalah masalah pengungkapan (assesment) dan pengukuran (Azwar S,
2011). Selanjutnya menurut Azwar S (2011), ada berbagai cara untuk melakukan
pengukuran sikap yaitu sebagai berikut :
1. Skala Likert
Menurut likert dalam buku Azwar S (2011), sikap dapat diukur menggunakan
metode rating yang dijumlahkan. Metode ini merupakan metode penskalaan
pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan
nilai skalanya. Pada skala likert menggunakan interval 1,2,3,4.5 interval, dari kata
“sangat setuju” sampai sangat tidak setuju”. Nilai skala oleh setiap pertanyaan tidak
ditentukan oleh derajat favourable masing-masing akan tetapi ditentukan oleh
distribusi respon setuju atau tidak setuju dari kelompok responden yang bertindak
sebagai kelompok uji coba (pilot study)
a. Setiap pernyataan sikap yang ditulis dapat disepakati sebagai penyataan yang
favourable atau pernyataan yang unfavourable
b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi
bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan oleh responden
yang mempunyai pernyataan negatif.
• Pernyataan positif
4 3 2 1
• Pernyataan negatif
1 2 3 4
2.6 Perilaku
dirinya. Perilaku adalah cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang
dan merupakan hasil kombinasi anatomi, fisiologi dan perkembangan psikologis
(Kast dan Rosenweig, 1996).
3. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour). Dari segi sosiologi, orang sakit
(pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan
kewajiban sebagai orang sakit (obligation).
1. Pengetahuan
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003), salah
seseorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan
3. Praktik
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan
sikap dalam suatu perbuatannya maka diperlukan faktor pendukung. Praktik adalah
melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui dan disikapi oleh seseorang.
Praktik kesehatan ini dapat dikatakan tindakan sehubungan dengan penyakit
(pencegahan dan penyembuhan penyakit) (Notoatmojo.S, (2012). Praktik memiliki
beberapa tingkatan, yaitu :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil.
Dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan.
d. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik,
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subyek.
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku oleh WHO dalam buku
Notoadmodjo (2003, p.177):
Dalarn hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat
sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini dapat
ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-undangan yang
harus dipatuhi oleh anggota masyarakat.
b. Pemberian Informasi
c. Diskusi Partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara pemberian informasi tentang kesehatan
tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Artinya masyarakat tidak hanya pasif
menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisifasi melalui diskusi-diskusi
tentang informasi yang diterimanya.
Faktor predisposisi meliputi beberapa hal, antara lain pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat
tentang masalah kesehatan, sistem nilai diadopsi oleh masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan dan masih banyak lagi.
Aspek ini mencakup ketersediaan alat, sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan warga.
a. Faktor Lingkungan
1) Usia
Menurut Sarwono (2000), usia adalah faktor terpenting juga dalam menentukan
sikap individu, sehingga dalam keadaan diatas responden akan cenderung
mempunyai perilaku yang positip dibandingkan umur yang dibawahnya. Menurut
Hurlock (2008) masa dewasa dibagi menjadi 3 periode yaitu masa dewasa awal (18-
40 tahun), masa dewasa madya (41-60 tahun) dan masa dewasa akhir (>61 tahun).
Menurut Santrock (2007), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara
fisik, transisi secara intelektual, serta transisi peran sosial. Perkembangan sosial
masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa.
2) Pendidikan
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar dengan
tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti dan tidak dapat menjadi dapat. Menurut Notoatmodjo
(2003), pendidikan mempengaruhi perilaku manusia, beliau juga mengatakan
bahwa apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran,
sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Dengan demikian
semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin tepat dalam
menentukan perilaku serta semakin cepat pula untuk mencapai tujuan
meningkatkan derajat kesehatan.
3) Pekerjaan
Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia dalam menemukan
makna hidupnya. Dalam berkarya manusia menemukan sesuatu serta mendapatkan
penghargaan dan pencapaian pemenuhan diri menurut Azwar (2003).
COVID-19
Sikap terhadap
vasksinasi COVID-19 Faktor yang mempengaruhi
1. Pengalaman pribadi
Faktor yang mempengaruhi: 2. Pengaruh orang lain yang
1. Predisposisi dianggap penting
- Tingkat pendidikan 3. Pengaruh
- Sosial ekonomi Perilaku Penerimaan kebudayaan
2. Pendukung Vaksin COVID-19 4. Media massa
- Ketersediaan alat 5.Lembaga pendidikan dan
- Sarana dan prasarana agama
3. Penguat 6. Faktor emosional
- Dukungan keluarga Keberhasilan
Vaksinasi COVID-19
Komponen Kognisi
Komponen Konasi
Faktor Predisposisi
(Prediposisi Factors)
Perilaku tentang
Tingkat Pengetahuan
vaksinasi COVID-19
Faktor Penguat
(Reinforcing Factors)
METODE PENELITIAN
64
Keterangan:
n= Besar sampel
n = 148438/1 +148438(0,1)2
= 99,932
=100 orang.
A. Kriteria Inklusi
B. Kriteria Eksklusi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang
didapatkan menggunakan kuesioner yang diisi langsung secara daring oleh
responden. Kuesioner yang digunakan bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tingkat pengetahuan responden terhadap sikap dan perilaku tentang
vaksinasi COVID-19. Google Forms merupakan sebuah aplikasi administrasi
survei, yang digunakan untuk mengumpulkan data responden pada penelitian ini.
Metode pengumpulan data dilakukan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Kuesioner tentang identitas responden, terdiri atas nama, umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, tingkat penghasilan, riwayat pribadi terpapar
COVID-19, riwayat keluarga terpapar COVID-19, riwayat pribadi sudah vaksin
COVID-19, riwayat keluarga sudah vaksin COVID-19.
A. Uji Validitas
yang telah diuji validitas dengan SPSS (Statistical Products and Service
Solution). Pada tahap awal, kuesioner berisi 45 pertanyaan dan setelah
dilakukan uji validitas terdapat 40 soal yang valid. Uji validitas yang digunakan
oleh peneliti adalah korelasi Univariate (Pearson). Metode ini mengorelasikan
setiap skor setiap pertanyaan dengan skor total. Hasil perhitungan ini akan
dibandingkan dengan critical value pada tabel ini nilai “r” dengan taraf
signifikasi 5% dan jumlah sampel yang ada. Apabila hasil perhitungan korelasi
produk moment lebih besar dari critical value, maka instrumen ini dinyatakan
valid. Sebaliknya apabila skor item kurang dari critical value, maka instrumen
ini dinyatakan tidak valid.
B. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat
dipercaya dan dapat digunakan untuk alat pengumpulan data. Uji reliabilitas
menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Products Service Solutions). Untuk
menghitung reabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Croanbach
Alpha. Instrument untuk mengukur masing-masing variabel dikatakan reliable
jika memiliki Croanbach Alpha lebih besar dari 0,60.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah sikap dan perilaku tentang
vaksinasi COVID-19
Tujuan dari dilakukannya pengolahan dan analisis data dengan benar adalah
untuk mendapatkan informasi yang akurat. Tahapan dari proses pengolahan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Editing
2. Coding
3. Entry
4. Cleaning
5. Saving
- Tidak Sekolah
- SD
Jenis
pendidikan - SMP
Tingkat formal yang - SMA
terakhir Kuesioner Ordinal
Pendidikan - DIII/IV
diselesaikan
- S1
responden
- S2
- S3
Sesuatu yang
dikerjakan
untuk
mendapatkan - Tidak bekerja
nafkah atau - Wiraswasta
Pekerjaan pencaharian Kuesioner Nominal
- Pegawai Negeri
masyarakat
yang sibuk - Pegawai Swasta
dengan kegiatan - Lain-lain ( )
atau perkerjaan
sehari-hari
Sistem yang
mengatur
kepercayaan
dan peribadatan
kepada Tuhan
Yang - Islam
Mahakuasa
serta tata kaidah - Kristen Katolik
Agama yang Kuesioner - Kristen Protestan Nominal
berhubungan
- Hindu
dengan budaya,
dan pandangan - Budha
dunia yang
menghubungkan
manusia dengan
tatanan
kehidupan.
Riwayat
Segala sesuatu
pribadi yang telah
dialami - Pernah
sendiri Kuesioner Nominal
seseorang - Tidak pernah
terpapar terkait terpapar
COVID-19 COVID-19
terkait vaksin
COVID-19
Pengetahuan Kuesioner dengan skala
yang dimiliki Guttman
Tingkat responden
terkait hal-hal Nilai ukur:
pengetahuan
yang
tentang Kuesioner 1. Baik (skor ≥ 66,7%) Ordinal
berhubungan
vaksinasi dengan 2. Cukup (33,3% <
vaksinasi skor< 66,7%)
COVID-19
COVID-19
3. Kurang (skor ≤
33,3%)
75
perilaku vaksinasi COVID-19. Data karakteristik responden dapat dilihat pada tabel
4.1 di bawah ini:
Tidak pernah 72
Total 100
Riwayat Pribadi Sudah vaksin 76
Vaksinasi COVID-19
Belum vaksin 24
Total 100
Riwayat Keluarga Sudah vaksin 87
Vaksinasi COVID-19
Belum vaksin 13
Total 100
Kesediaan di vaksin Ya 97
COVID-19
Tidak 3
Total 100
tabel diatas diketahui bahwa kelompok responden paling banyak menurut agama
adalah Kristen Protestan yaitu 81 orang (81%), Islam sebanyak 11 orang (11%)
sedangkan kelompok responden paling sedikit adalah Kristen Katolik sebanyak 8
orang (8%).
Dari tabel 4.2, dapat dilihat bahwa lebih dari 90% responden memiliki
pemahaman yang baik tentang orang yang paling beresiko COVID-19 adalah orang
yang suka berpergian dan menggunakan masker hanya sebatas menutup mulut,
manfaat vaksin COVID-19 adalah meningkatkan kekebalan terhadap sebuah
penyakit dan mengurangi morbiditas, serta mekanisme kerja vaksin COVID-19
adalah dengan mengembangkan kekebalan tubuh dengan meniru infeksi kemudian
menghasilkan antibodi. Selain itu, 80% dari responden memiliki pemahaman yang
baik mengenai kandungan dari vaksin yaitu virus atau bakteri yang dilemahkan dan
jenis merek Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca adalah vaksin COVID-19 yang
beredar di Indonesia. Selain itu, 93% responden sangat setuju bahwa untuk
mencegah penyebaran virus corona, wajib memakai masker, menjaga jarak, dan
mencuci tangan. Dan 90% responden setuju bahwa vaksin COVID-19 harus aman
dan efektif. Responden paling banyak memperhatikan dalam hal melakukan
persiapan diri dan langsung menuju lokasi vaksinasi COVID-19 sesuai dengan
jadwal vaksinasi COVID-19 yaitu sebanyak 69%. Dan responden yang akan
memberikan penjelasan tentang pentingnya menerapkan protokol kesehatan bagi
orang-orang di sekitar dirinya yang telah divaksinasi COVID-19 yaitu sebanyak
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang
menjawab dengan predikat kurang ialah 4 orang (4%), sedangkan yang tergolong
predikat cukup ialah 50 orang (50%) dan predikat baik ialah 46 orang (46%).
Berdasarkan hasil yang didapatkan ini jelas menunjukan bahwa mayoritas tingkat
pengetahuan masyarakat Kecamatan Medan Denai mengenai vaksinasi COVID-19
tergolong cukup.
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang
menjawab dengan predikat baik ialah 83 orang (82%) dan yang cukup ialah 18
orang (18%). Berdasarkan hasil yang didapatkan ini jelas menunjukan bahwa
tingkat perilaku masyarakat Kecamatan Medan Denai adalah baik mengenai
vaksinasi COVID-19.
Dari tabel 4.6 diatas didapatkan responden dengan pengetahuan dan sikap
baik tentang vaksinasi COVID-19 adalah sebanyak 46 orang (46%) diikuti dengan
yang memiliki pengetahuan cukup tetapi memiliki sikap baik sebanyak 49 orang
(49%) lalu sebanyak 4 orang (4%) memiliki pengetahuan kurang dengan sikap baik
dan tidak ditemukan masyarakat dengan pengetahuan baik dengan sikap cukup
serta pengetahuan kurang dengan sikap cukup.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2021)
dalam penelitian hubungan pengetahuan COVID-19 terhadap sikap penerimaan
vaksin COVID-19 pada mahasiswa di Palembang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan COVID-19 terhadap penerimaan vaksin COVID-19
pada mahasiswa asal Palembang namun bertentangan dengan studi lain yang
menunjukkan bahwa faktor penting lain yang menentukan sikap seseorang adalah
pengetahuan. Tingkat pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi sikap seseorang
terhadap sesuatu (Grishela dkk., 2020). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
studi yang dilakukan oleh Nirwan (2021) mengenai hubungan tingkat pengetahuan
dan kecemasan masyarakat terhadap vaksinasi COVID - 19 di Desa Puncak Indah
Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur tahun 2021 mendapatkan bahwa tidak
ada hubungan antara tingkat pengetauan masyarakat di Desa Puncak Indah
Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur dengan vaksinasi COVID-19. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hanggara (2021) tentang gambaran pengetahuan
dan sikap masyarakat tentang penerimaan vaksin COVID-19 yang terdiri dari 85
responden didapatkan pengetahuan responden diketahui sedang dengan jumlah 61
responden (71,8%) dan sikap responden diketahui cukup dengan jumlah 60
responden (70,6%), hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini.
menerima vaksin COVID-19. Laporan WHO tahun 2020 menyatakan bahwa untuk
meningkatkan kesediaan menerima vaksinasi, yang dapat dilakukan adalah
menciptakan lingkungan yang mendukung, memanfaatkan orang yang berpengaruh
positif dan meningkatkan motivasi masyarakat (WHO, 2020). Menurut Azwar
(2010) sikap seseorang akan dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan,
orang yang dianggap penting, media masa, lembaga pendidikan, dan emosi.
Perilaku
Baik Cukup Total
Sikap P value
n (%) n (%) n (%)
Baik 82 17 99
Cukup 0 1 1 0.180b
Total 82 18 100
b
Uji Fisher’s Exact
Dari Tabel 4. diatas didapatkan responden dengan sikap baik dan perilaku
baik terhadap vaksinasi COVID-19 adalah sebanyak 82 orang (82%), diikuti
dengan yang memiliki sikap baik dengan perilaku cukup sebanyak 17 orang (17%)
dan terdapat 1 orang (1%) dengan sikap cukup dengan perilaku cukup. Tidak
ditemukan responden dengan sikap cukup dengan perilaku baik.
tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku tentang vaksinasi
COVID-19. Namun dari data persentase penelitian ini menunjukkan bahwa
responden dengan sikap baik memiliki persentase lebih besar untuk memiliki
perilaku baik dibandingkan sikap baik dengan perilaku cukup (82% versus 17%).
Hasil tersebut sama dengan temuan Azrimaidaliza dkk, (2020) yang
menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap terhadap perilaku keluarga dalam
upaya gizi dalam meningkatkan imunitas tubuh selama pandemi COVID-19 (nilai
p > 0,05). Hasil ini tidak sesuai dengan teori bahwa sikap seseorang harus konsisten
dengan perilakunya. Jika sikap dan perilaku tidak konsisten, mungkin ada faktor di
luar diri seseorang yang membuat sikap dan perilaku tidak konsisten. Faktor-faktor
tersebut adalah sistem nilai eksternal yang ada dalam masyarakat, termasuk norma,
politik, budaya, dan lain-lain. (Suharyat, 2009). Adapun sikap spesifik yang dapat
mempengaruhi perilaku adalah sikap sosial yang diungkapkan secara berulang-
ulang dalam kegiatan yang sama (Gerungan, 2000) atau lebih lazimnya disebut
kebiasaan, motif merupakan dorongan, keinginan dan hasrat yang berasal dari
dalam diri, nilai-nilai merupakan norma-norma subjektif sedangkan kekuatan
pendorong dan kekuatan penahan adalah berupa nasihat atau penyuluhan dan
informasi (Notoatmodjo, 2003). Selain itu sikap dan perilaku tokoh yang disegani
menjadi faktor penguatan pembetukan perilaku (Notoatmodjo, 2007). Salah satu
hal yang menyebabkan hubungan sikap dan perilaku tidak signifikan pada
penelitian ini adalah perbedaan jumlah responden yang berpengetahuan baik dan
cukup sangat signifikan yakni 99 orang : 1 orang
Total 46 50 4 100
Jenis Kelamin Laki – Laki 13 27 2 42 0.075c
Perempuan 33 23 2 58
Total 46 50 4 100
Pendidikan Tidak sekolah 0 0 1 1
Terakhir
SMP 0 0 1 1
SMA 32 30 1 63 0.036a
DIII/IV 4 2 0 6
S1 9 18 1 28
S2 1 0 0 1
Total 46 50 4 100
Pekerjaan Tidak bekerja 21 19 2 42
Wiraswasta 3 9 2 14 0.112a
Pegawai 4 1 0 5
Negeri
Pegawai 5 4 0 9
Swasta
lain lain 13 17 0 30
Total 46 50 4 100
Agama Islam 3 8 0 11 0.256a
Kristen 3 3 2 8
katolik
Kristen 40 39 2 81
protestan
Total 46 50 4 100
Penghasilan <1.500.000 32 28 2 62
1.500.000- 7 6 1 14
2.500.000 0.105a
2.500.000- 1 11 0 12
3.500.000
>3.500.000 6 5 1 12
Total 46 50 4 100 100
Riwayat Pernah 9 8 2 19
Pribadi
1.000c
Terpapar
COVID-19
Tidak pernah 37 42 2 81
Total 46 50 4 100 100
Riwayat Pernah 13 14 1 28
1.000c
Keluarga
Terpapar
COVID-19
Tidak pernah 33 36 3 72
Total 46 50 4 100
Riwayat Sudah vaksin 43 31 2 76
Pribadi
0.002c
Vaksinasi
COVID-19
Belum vaksin 3 19 2 24
Total 46 50 4 100
Riwayat Sudah vaksin 42 42 3 87
Keluarga
0.879c
Vaksinasi
COVID-19
Belum vaksin 4 8 1 13
Total 46 50 4 100
Kesediaan di Ya 45 49 3 97
vaksin COVID- 0.953c
19
Tidak 1 1 1 3
Total 46 50 4 100
a
Uji Kruskal Wallis, c Uji Kolmogorov-Smirnov
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan berdasarkan usia
dengan kategori baik memiliki persentase paling besar yaitu 37% pada usia 17-25
tahun, diikuti dengan tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin yaitu
perempuan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan laki-laki sebanyak
33%. Berdasarkan riwayat pendidikan, responden yang tamat SMA memiliki
pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 32%. Sebanyak 40% reponden yang
beragama Kristen Protestan memiliki pengetahuan yang baik. Hal yang cukup
mengejutkan juga bahwa responden yang memiliki penghasilan di bawah satu juta
lima ratus ribu rupiah memiliki pengetahuan yang baik juga. Sementara untuk
responden maupun keluarga responden yang tidak pernah terpapar COVID-19
memiliki pengetahuan baik yaitu 37% dan 33% dibanding reponden dan keluarga
yang telah terpapar COVID-19. Responden dan keluarga responden yang telah
melakukan vaksinasi memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 43%
dan 42%. Seluruh responden yang bersedia untuk melakukan vaksinasi COVID-19
dengan pendidikan tinggi, pengetahuan yang baik dan sikap yang baik cenderung
lebih patuh daripada mereka yang berpendidikan rendah. Namun perlu ditegaskan
bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan
rendah pula. Peningkatan pengetahuan tersebut tidak mutlak diperoleh melalui
pendidikan formal, tetapi juga dapat diperoleh melalui pendidikan nonformal
(Muslima dkk, 2012).
Selain itu, pada variabel lainnya ditemukan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara riwayat pribadi vaksinasi COVID-19 dengan pengetahuan
masyarakat di Kecamatan Medan Denai. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Nurhasanah (2021) yang menunjukkan terdapat hubungan antara pengalaman
(p=0,029) dengan pengetahuan tentang COVID-19. Hal ini sejalan dengan teori
bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman. Pengalaman adalah suatu
peristiwa yang pernah dialami seseorang di masa lalu. Secara umum, semakin
banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, semakin banyak pengetahuan yang
diperolehnya (Mubarak, 2012).
Hasil signifikansi sebesar 0,953 (> 0,05) didapatkan dari tabulasi silang
antara kesediaan vaksinasi dengan pengetahuan sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada pengaruh kesediaan vaksinasi terhadap pengetahuan masyarakat
Kecamatan Medan Denai. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Febriyanti dkk (2021) yang mendapatkan hasil signifikansi sebesar
0,000 (< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pegetahuan
terhadap kesediaan vaksinasi warga kelurahan Dukuh Menanggal Kota Surabaya.
Pendidikan Tidak 1 0 1
Terakhir sekolah
SMP 1 0 1
SMA 62 1 63 0.989a
DIII/IV 6 0 6
S1 28 0 28
S2 1 0 1
Total 99 1 100
Pekerjaan Tidak bekerja 41 1 42
Wiraswasta 14 0 14
Pegawai 5 0 5 0.847a
Negeri
Pegawai 9 0 9
Swasta
lain lain 30 0 30
Total 99 1 100
Agama Islam 10 1 11
Kristen 8 0 8 0.018a
katolik
Kristen 81 0 81
protestan
Total 99 1 100
Penghasilan <1.500.000 61 1 62
1.500.000- 14 0 14
2.500.000
2.500.000- 12 0 12 0.893a
3.500.000
>3.500.000 12 0 12
Total 99 1 100
Riwayat Pernah 18 1 19 0.190b
Pribadi
Terpapar
COVID-19
Tidak pernah 81 0 81
Total 99 1 100
Riwayat Pernah 27 1 28
Keluarga
Terpapar
COVID-19
Tidak pernah 72 0 72 0.280b
Total 99 1 100
Total 99 1 100
Kesediaan di Ya 96 1 97 1.000b
vaksin
COVID-19
Tidak 3 0 3
Total 99 1 100
a
Uji Kruskal Wallis, b Uji Fisher’s Exact
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa tingkat sikap berdasarkan usia dengan
kategori baik memiliki persentase paling besar yaitu 74% pada usia 17-25 tahun.
Selanjutnya menurut jenis kelamin, perempuan memiliki sikap yang lebih baik
dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 58%. Responden yang tamat SMA memiliki
tingkat sikap yang baik yaitu 62%. Berdasarkan karakteristik agama, agama Islam,
Kristen Katolik, dan Kristen Protestan, semuanya menujukkan sikap yang baik dari
total masing-masing agama dalam menyikapi vaksinasi COVID-19. Responden
dengan penghasilan rendah sampai tinggi memiliki sikap yang baik yaitu 12%
sampai 61%. Responden yang tidak memiliki riwayat terpapar COVID-19 memiliki
tingkat sikap yang baik yaitu 81%. Demikian juga reponden yang telah melakukan
vaksinasi COVID-19 memiliki tingkat sikap yang baik yaitu sebanyak 76% sejalan
dengan sikap dari keluarga repsonden yang telah melakukan vaksinasi COVID-19
yaitu sebanyak 86%. Sikap baik ditunjukkan oleh responden yang bersedia
melakukan vaksinasi COVID-19 sebnayak 96%. Dari semua karateristik responden
yaitu umur, pendidikan, pengahasilan, riwayat vaksinasi dan terpapar COVID-19
dan pekerjaan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikap dengan
nilai uji statististik > p=0,005 sedangkan berdasarkan uji statistik dengan tingkat
kemaknaan 0.05 di dapatkan hasil p = 0,018 pada karateristik agama. Karena p < α
maka nilai Ha di terima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara agama dengan sikap tentang vaksinasi COVID-19.
Hasil tabulasi silang pada variabel usia dengan sikap mempunyai nilai
p=0.954 (> 0.05), diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia
dengan sikap tentang vaksinasi COVID-19. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sari dan Syahrul (2014) yang berjudul “Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tindakan Vaksinasi HPV Pada Wanita Usia Dewasa” menunjukkan tidak
adanya hubungan usia dengan tindakan vaksinasi HPV (p = 0,247). Hal ini tidak
sesuai dengan teori Lewin (1970) dan Green (1991) yang menujukkan bahwa usia
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap, karena semakin bertambah
usia maka sikap akan semakin baik, dalam hal ini adalah sikap terhadap vaksinasi
COVID-19.
Pada variabel jenis kelamin dengan sikap mempunyai nilai p=0.420(> 0.05),
diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
sikap tentang vaksinasi COVID-19. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widyoningsih (2017), dengan judul “Hubungan Jenis Kelamin
Dengan Sikap Terhadap Seks Bebas Remaja” yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan sikap terhadap seks bebas. Seperti yang
dikemukakan Notoatmojo (2003) bahwa perilaku terdiri dari pengetahuan, sikap,
dan tindakan, juga dapat dijelaskan bahwa jenis kelamin tidak ada hubungannya
dengan sikap, dalam hal ini adalah sikap terhadap vaksinasi COVID-19.
Lewin (1970) dan Green (1991) yang meyakini bahwa pendidikan merupakan salah
satu komponen pembentuk sikap.
Selain itu, pada variabel lainnya ditemukan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara agama dengan sikap masyarakat di Kecamatan Medan Denai
tentang vaksinasi COVID-19 dengan nilai probabilitas p=0.018 < 0.05. Hal ini
sesuai dengan teori oleh Azwar (2009) yang mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi sikap bisa dipengaruhi oleh lembaga pendidikan serta lembaga
agama. Konsep moral dan ajaran yang diperoleh dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama memberikan pengaruh terhadap sikap dan sangat ditentukan dengan
sistem keyakinan. Agama memegang peranan penting dalam perkembangan moral,
karena nilai-nilai moral yang bersumber dari agama bersifat abadi dan universal.
Ketika dihadapkan pada situasi yang sulit, seseorang akan menggunakan
pertimbangan berdasarkan nilai-nilai moral yang bersumber dari agama. Di mana
pun orang itu berada atau dalam posisi apa pun, dia akan tetap berpegang pada
prinsip-prinsip moral yang berakar pada hati nuraninya (Daradjat, 1991 ).
Pegawai 8 1 9
Swasta
lain lain 27 3 30
Total 82 18 100
Agama Islam 7 4 11 0.240a
Kristen 7 1 8
katolik
Kristen 68 13 81
protestan
Total 82 18 100
Penghasilan <1.500.000 51 11 62
1.500.000- 12 2 14
0.427a
2.500.000
2.500.000- 8 4 12
3.500.000
>3.500.000 11 1 12
Total 82 18 100
Riwayat Pernah 16 3 19
Pribadi
1.000b
Terpapar
COVID-19
Tidak pernah 66 15 81
Total 82 18 100
Riwayat Pernah 23 5 28
Keluarga
0.981d
Terpapar
COVID-19
Tidak pernah 59 13 72
Total 82 18 100
Riwayat Sudah vaksin 67 9 76
Pribadi
0.012b
Vaksinasi
COVID-19
Belum vaksin 15 9 24
Total 82 18 100
Riwayat Sudah vaksin 74 13 87
Keluarga
0.055b
Vaksinasi
COVID-19
Belum vaksin 8 5 13
Total 82 18 100
Kesediaan di Ya 81 16 97 0.083b
vaksin
COVID-19
Tidak 1 2 3
Total 82 18 100
a
Uji Kruskal Wallis, b Uji Fisher’s Exact, d Uji Chi Square
Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa perilaku berdasarkan usia dengan
kategori baik memiliki persentase paling besar yaitu 63% pada usia 17-25 tahun,
diikuti dengan perilaku berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan memiliki
pengetahuan yang lebih baik dibandingkan laki-laki sebanyak 51%. Berdasarkan
riwayat pendidikan, responden yang tamat SMA memiliki perilaku yang baik yaitu
sebanyak 50%, diikuti dengan responden yang tamat S1 yaitu 24%. Sebanyak 68%
reponden yang beragama kristen protestan memiliki perilaku yang baik. Selain itu,
responden yang memiliki penghasilan di bawah satu juta lima ratus ribu rupiah
memiliki perilaku yang baik juga. Sementara untuk responden maupun keluarga
responden yang tidak pernah terpapar COVID-19 memiliki perilaku baik yaitu 66%
dan 59% dibanding reponden dan keluarga yang telah terpapar COVID-19.
Responden dan keluarga responden yang telah melakukan vaksinasi memiliki
tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 67% dan 74%. Seluruh responden
yang bersedia untuk melakukan vaksinasi COVID-19 juga memiliki pengetahuan
yang cukup mengenai vaksinasi COVID-19 yaitu sebanyak 81%. Dari semua
karateristik responden yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, pengahasilan, riwayat
vaksinasi dan terpapar COVID-19 dan pekerjaan tidak mempunyai hubungan yang
signifikan dengan sikap dengan nilai uji statististik >p=0,005 sedangkan
berdasarkan uji statistik dengan tingkat kemaknaan 0.05 di dapatkan hasil p=0,012
pada karateristik riwayat pribadi vaksinasi COVID-19. Karena p<α maka nilai Ha
di terima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara riwayat
vaksinasi COVID-19 dengan sikap tentang vaksinasi COVID-19.
Hasil tabulasi silang pada variabel usia dengan perilaku mempunyai nilai
p=0.321 (>0.05), diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia
dengan perilaku tentang vaksinasi COVID-19. Penelitian lainnya juga
menyebutkan bahwa usia tidak memiliki hubungan dengan sikap responden tentang
pencegahan penularan Covid-19. Artinya dengan bertambah atau berkurangnya
usia tidak berhubungan dengan tinggi atau rendahnya sikap terhadap pencegahan
penularan COVID-19 (Aini, 2021). Lu, Kao& Hsieh (2010) menyebutkan bahwa
bertambahnya usia tidak menjamin seseorang akan memiliki sikap yang positif, hal
ini disebabkan karena kesejahteraan, dukungan sosial serta partisipasi masyarakat
(lingkungan) memiliki asosiasi dengan timbulnya sikap yang positif.
dilakukan oleh Argista dan Sitorus (2021) menujukkan bahwa persepsi masyarakat
tidak berhubungan dengan pekerjaan (p=0,593), riwayat penyakit covid-19
(p=0,716).
BAB V
5.1 KESIMPULAN
1. Mayoritas responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 17-25 (75%),
berjenis kelamin perempuan (58%), tidak berkerja (42%), pendidikan SMA
(63%), beragama Kristen Protestan (81%), penghasilan rendah (62%), tidak
memiliki riwayat terpapar COVID-19 (81%), tidak memiliki riwayat
keluarag terpapar COVID-19 (72%), memiliki riwayat pribadi dan keluarga
vaksinasi COVID-19 (76%) dan (87%) dan bersedia di vaksin COVID-19
(97%).
5.2 SARAN
Dari penelitian ini dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adhikari, S.P., Meng, S., Wu, Y.J., Mao, Y.P., Ye, R.X., Wang, Q.Z., Sun, C.,
Sylvia, S., Rozelle, S., Raat, H. and Zhou, H. (2020). Epidemiology, causes,
clinical manifestation and diagnosis, prevention and control of coronavirus
disease (COVID-19) during the early outbreak period: a scoping
review. Infectious diseases of poverty, 9(1), pp.1-12.
Adiwati, R., Purwanti, S.K.M. and Izzatul Arifah, S.K.M., 2019. Hubungan
Pengetahuan Dan Pendidikan Dengan Sikap Ibu Tentang Vaksinasi Mr
(Measles Rubella) Di Puskesmas Sangkrah Surakarta (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Ahmed, S. F., Quadeer, A. A. and McKay, M. R. (2020). Preliminary identification
of potential vaccine targets for the COVID-19 Coronavirus (SARS-CoV-2)
Based on SARS-CoV Immunological Studies, Viruses, 12(3). doi:
10.3390/v12030254.
Ahn, D.G., Shin, H.J., Kim, M.H., Lee, S., Kim, H.S., Myoung, J., Kim, B.T. and
Kim, S.J.(2020). Current status of epidemiology, diagnosis, therapeutics,
and vaccines for novel coronavirus disease 2019 (COVID-19). Journal of
microbiology and biotechnology, 30(3), pp.313-324.
Allegra, A., Gioacchino, M. Di, Tonacci, A., Musolino, C., & Gangemi, S. (2020).
Immunopathology of SARS-CoV-2 Infection : Immune Cells and Mediators
, Prognostic Factors , and Immune- Therapeutic Implications. Journal of
Molecular Sciences, 21(4782), 1–19. https://doi.org/10.3390/ijms2113 478.
Amanat, F. and Krammer, F. (2020). SARS-CoV-2 vaccines: status
report. Immunity, 52(4), pp.583-589.
Aini, N. and Purwasari, F.M.D., 2021. Sikap dan Perilaku Pencegahan Covid-19 di
Desa Kemuningsari Kidul Kabupaten Jember. J Kesehat, 8(3), pp.171-7.
Arikunto, dan Suharsimi (2010) Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
Arumsari, W., Desty, R.T. and Kusumo, W.E.G. (2021). Gambaran Penerimaan
Vaksin COVID-19 di Kota Semarang. Indonesian Journal of Health
Community, 2(1).
Astrazeneca Canada Inc. (2021). AstraZeneca COVID-19 Vaccine Product
Monograph. COPYRIGHT 2021,. Page 1 of 23’, pp. 1–23.
Azrimadaliza, A., Khairany, Y. and Putri, R., 2021. Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Gizi Keluarga dalam Meningkatkan Imunitas Selama Pandemi
Covid-19. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 20(1), pp.40-44.
Argista, Z.L. and Sitorus, R.J., 2021. Persepsi Masyarakat Terhadap Vaksin
COVID-19 di Sumatera Selatan (Doctoral dissertation, Sriwijaya
University).
Centers for Disease Control. (2020). Vaccines: The Basics cited on 28th May 2021
Available on https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/vpd-vac-basics.html
Chan JF, K. and Zhu, Z. (2020). Genomic characterization of the 2019 novel
human-pathogenic coronavírus isolated from a patient with atypical
pneumonia after visiting Wuhan. Emerg Microbes Infect, 9, pp.221-236.
Chen, T., Gu, Y. and Zou, B. (2021). The SARS-CoV-2 Vaccine Pipeline: an
Overview, Current Tropical Medicine Reports, 7(2), pp. 61–64. doi:
10.1007/s40475-020-00201-6.
Chowdhury, M.A., Hossain, N., Kashem, M.A., Shahid, M.A. and Alam, A. (2020).
Immune response in COVID-19: A review. Journal of Infection and Public
Health.
Dai, L. and Gao, G. F. (2021). Viral targets for vaccines against COVID-19, Nature
Reviews Immunology, 21(2), pp. 73–82. doi: 10.1038/s41577-020-00480-
0.
Dai, X., Xiong, Y., Li, N. and Jian, C. (2019). Vaccine Types. In Vaccines-the
History and Future. IntechOpen.
Davies, P. D. O. (2002).Multi-drug resistant tuberculosis, CPD Infection, 3(1), pp.
9–12.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Kategori umur cited on 5th June
2021 Available on https://pdfcookie.com/documents/kategori-umur-
menurut-depkes-ri-1dvm08w10rly
Dharmaningtias, D. S. (2021). Data Kependudukan Dalam Pelaksanaan Vaksinasi
COVID-19.
Di Gennaro, F., Pizzol, D., Marotta, C., Antunes, M., Racalbuto, V., Veronese, N.
and Smith, L. (2020). Coronavirus diseases (COVID-19) current status and
future perspectives: a narrative review. International journal of
environmental research and public health, 17(8), p.2690.
Donsu,J,D,T.(2017).PsikologiKeperawatan.Yogyakarta:PustakaBaruPress.Cetaka
n 1.
Duan, G. (2020). Intuition on virology, epidemiology, pathogenesis, and control of
COVID-19, Novel Research in Microbiology Journal, 4(5), pp. 955–967.
doi: 10.21608/nrmj.2020.118446.
East, S. and Region, A. (2021). COVID-19 : Status Across States. (May), pp. 9–11.
European Medicines Agency. (2021). ‘COVID-19 Vaccine Moderna, COVID-19
mRNA Vaccine product information. 31(0).
European Medicines Agency. (2021) . COVID-19 Vaccine Janssen EPAR cited on
30th May 2021 Available on
https://www.ema.europa.eu/en/medicines/human/EPAR/covid-19-vaccine-
janssen
European Medicines Agency.(2021). EMA receives application for conditional
marketing authorisation of COVID-19 Vaccine Janssen cited on 29th May
2021 Available on https://www.ema.europa.eu/en/news/ema-receives-
application-conditional-marketing-authorisation-covid-19-vaccine-janssen
Ewer, K.J., Lambe, T., Rollier, C.S., Spencer, A.J., Hill, A.V. and Dorrell, L.
(2016). Viral vectors as vaccine platforms: from immunogenicity to
impact. Current opinion in immunology, 41, pp.47-54.
Fisher, D. and Heymann, D. (2020). Q&A: The novel coronavirus outbreak causing
COVID-19. BMC Medicine, 18(1), pp. 18–20. doi: 10.1186/s12916-020-
01533-w.
Febriyanti, N., Choliq, M.I. and Mukti, A.W. (2021). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Kesediaan Vaksinasi Covid-19 pada Warga Kelurahan
Dukuh Menanggal Kota Surabaya. SNHRP, 3, pp.36-42.
Gannika, L. and Sembiring, E.E., 2020. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan
Perilaku Pencegahan Coronavirus Disease (COVID-19) pada Masyarakat
Sulawesi Utara. NERS Jurnal Keperawatan, 16(2), pp.83-89.
Greaney, A.J., Loes, A.N., Crawford, K.H., Starr, T.N., Malone, K.D., Chu, H.Y.
and Bloom, J.D. (2021). Comprehensive mapping of mutations to the
SARS-CoV-2 receptor-binding domain that affect recognition by
polyclonal human serum antibodies. bioRxiv, pp.2020-12.
Grishela, V.V., Yennifer, H.K., Fawaid, A. 2020. Kajian Tingkat Pengetahuan
COVID-19 terhadap Sikapdan Perilaku Pencegahan Penularan Infeksi
COVID-19 pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sungai Durian
Tahun 2020. [online]. https://osf.io/w9z6y/.
Hafshoh, S.O., Syamsulhuda, B.M. and Husodo, B.T., 2019. Beberapa Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penerimaan Jamaah Umrah Terhadap Vaksin
Meningitis Di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas Ii Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 7(1), Pp.527-534.
Hamid S, Mir MY, Rohela GK. (2020). Novel coronavirus disease (COVID-19): a
pandemic (epidemiology, pathogenesis and potential therapeutics). New
Microbes New Infect [Internet]. 2020;35:100679.
Handayani, D., Hadi, D. R., Isbaniah, F., Burhan, E., & Agustin, H. (2020).
Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, 40(2), 119–129.
Harrison, A.G., Lin, T. and Wang, P. (2020). Mechanisms of SARS-CoV-2
transmission and pathogenesis. Trends in immunology.
Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., Hu, Y., Zhang, L., Fan, G., Xu, J.,
Gu, X. and Cheng, Z.(2020). Clinical features of patients infected with 2019
novel coronavirus in Wuhan, China. The lancet, 395(10223), pp.497-506.
Moderna. (2020). Moderna COVID-19 Vaccine cited on 26th May 2021 Available
on https://www.modernatx.com/covid19vaccine-eua/
Mariyam S, MF Ekasari, Rosidawati. (2008).Mengenal usia Lanjut dan
Perawatannya. Penerbit: Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, I, W. (2012). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Salemba Medika,
Jakarta.
Mukhtar, Z. (2011). Statistika kedokteran dan uji hipotesis in Desain Penelitian
Klinis dan Statistika Kedokteran, Mukhtar, Z., Haryuna, T. S. H., Effendy,
E., Rambe, A. Y. M., Betty. & Zahara, D. (eds), 1st edn, USU Press, Medan,
pp. 109-118
Mullard, A. (2020). World Report COVID-19 vaccine development pipeline gears
up’, The Lancet, 395(10239), pp. 1751–1752. doi: 10.1016/S0140-
6736(20)31252-6.
Muslima, T.K., Ernawaty, J., Woferst, R. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Terhadap Dampak Televisi Pada
Perkembangan Anak Usia Sekolah. Artikel Penelitian. Universitas Riau.
2012.
N. Yunus, A. Rezki. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai
Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19.
Naqvi, A.A.T., Fatima, K., Mohammad, T., Fatima, U., Singh, I.K., Singh, A., Atif,
S.M., Hariprasad, G., Hasan, G.M. and Hassan, M.I. (2020). Insights into
SARS-CoV-2 genome, structure, evolution, pathogenesis and therapies:
Structural genomics approach. Biochimica et Biophysica Acta (BBA)-
Molecular Basis of Disease, p.165878.
Naveca, F., da Costa, C., Nascimento, V., Souza, V., Corado, A., Nascimento, F.,
Costa, Á., Duarte, D., Silva, G., Mejía, M. and Pessoa, K. (2021). SARS-
CoV-2 reinfection by the new Variant of Concern (VOC) P. 1 in Amazonas,
Brazil. virological. org..
Notoadmojo, Soekidjo. (2016). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo S. (2012) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip–Prinsip Dasar Gizi
Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
10.33087/jiubj.v20i2.1010.
Rachman, F. F. and Pramana, S. (2020). Analisis Sentimen Pro dan Kontra
Masyarakat Indonesia tentang Vaksin COVID-19 pada Media Sosial
Twitter’, Health Information Management Journal ISSN, 8(2), pp. 2655–
9129. Available at:
https://inohim.esaunggul.ac.id/index.php/INO/article/view/223.
Rachmani, B, Shaluhiyah, Z,Cahyo, K. Sikap Remaja Perempuan terhadap
Pencegahan Kanker Serviks Melalui Vaksinasi HPV di kota Semarang.
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia; 2012
Ramdhani, N. (2009). Sikap dan Beberapa Pendekatan dalam
Memahaminya. dalam http:// neila. staff. ugm. ac.
id/wordpress/wpcontent/uploads/2009/09/bab2-attitude. pdf, Akses, 1.
Ramli, R., 2020. Hubungan Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu dengan
Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sidotopo. Jurnal Promkes: Jurnal
Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education, 8(1), pp.36-46
Rawat, K., Kumari, P. and Saha, L. (2021). COVID-19 vaccine: A recent update in
pipeline vaccines, their design and development strategies’, European
Journal of Pharmacology, 892, p. 173751. doi:
10.1016/j.ejphar.2020.173751.
Reber, S.A., Reber, S.E. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Readiness, C. (2021). Evaluation of COVID-19 vaccine effectiveness’.
Reuters Staff. (2020). China Sinopharm's coronavirus vaccine taken by about a
million people in emergency use cited on 20th May 2021 Available on
https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-vaccine-sinopharm-
idUSKBN27Z0PY
Robson, B. (2020). Computers and viral diseases. Preliminary bioinformatics
studies on the design of a synthetic vaccine and a preventative
peptidomimetic antagonist against the SARS-CoV-2 (2019-nCoV, COVID-
19) coronavirus’, Computers in Biology and Medicine, 119(February), p.
103670. doi: 10.1016/j.compbiomed.2020.103670.
Roland S. Marshall, M., M. E. (2020). Developing COVID-19 Vaccines at
Pandemic Speed , New England Journal of Medicine, pp. 1–3.
Sabino, E.C., Buss, L.F., Carvalho, M.P., Prete, C.A., Crispim, M.A., Fraiji, N.A.,
Pereira, R.H., Parag, K.V., da Silva Peixoto, P., Kraemer, M.U. and Oikawa,
M.K. (2021). Resurgence of COVID-19 in Manaus, Brazil, despite high
seroprevalence. The Lancet, 397(10273), pp.452-455.
Sari, A.P. and Syahrul, F., 2014. Faktor yang berhubungan dengan tindakan
vaksinasi hpv pada wanita usia dewasa. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(3),
pp.321-330.
Sarwono, S.W. (2000). Pengantar umum psikologi. Jakarta: Bulan bintang.
Santrock, J.W. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga
Sastroasmoro, S. and Ismael, S. (2017). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
5th ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, p.112.
Satuan Tugas Penanganan COVID 19. (2021). Analisis Data COVID-19 Indonesia
(Update Per 28 Maret 2021) - Berita Terkini | Covid19.go.id cited on 28
March 2021 Available on https://covid19.go.id/p/berita/analisis-data-covid-
19-indonesia-update-28-maret-2021
Schoeman, D. and Fielding, B. C. (2019). Coronavirus envelope protein: Current
knowledge’, Virology Journal, 16(1), pp. 1–22. doi: 10.1186/s12985-019-
1182-0.
Schiffman, Leon G., Kanuk, Leslie Lazar, Wisenblit, Joseph. (2010). Consumer
Behavior, 10thEdition, New Jersey: Pearson Education, Inc.
Science. (2020). With record-setting speed, vaccinemakers take their first shots at
the new coronavirus cited on 1st June 2021 Available on
https://www.sciencemag.org/news/2020/03/record-setting-speed-vaccine-
makers-take-their-first-shots-new-coronavirus
Scientific, W.H.O., Heymann, D.L. and Shindo, N. (2020). COVID-19: what is next
for public health?. Lancet, 395, pp.542-5.
Shang, W., Yang, Y., Rao, Y. and Rao, X. (2020). The outbreak of SARS-CoV-2
pneumonia calls for viral vaccines. npj Vaccines, 5(1), pp.1-3.
Shereen, M.A., Khan, S., Kazmi, A., Bashir, N. and Siddique, R. (2020). COVID-
19 infection: Origin, transmission, and characteristics of human
coronaviruses. Journal of advanced research, 24, pp.91-98.
Shin, M.D., Shukla, S., Chung, Y.H., Beiss, V., Chan, S.K., Ortega-Rivera, O.A.,
Wirth, D.M., Chen, A., Sack, M., Pokorski, J.K. and Steinmetz, N.F. (2020).
COVID-19 vaccine development and a potential nanomaterial path
forward. Nature nanotechnology, 15(8), pp.646-655.
Sholikah, N. and Suni, P. (2021). Tingginya Kasus Aktif Dan Angka Kematian
Akibat Covid-19 Di Indonesia’.
Sifuentes-Rodríguez, E. and Palacios-Reyes, D. (2020). Covid-19: The outbreak
caused by a new coronavirus’, Boletin Medico del Hospital Infantil de
Mexico, 77(2), pp. 47–53. doi: 10.24875/BMHIM.20000039.
Singhal, T. (2020). A review of coronavirus disease-2019 (COVID-19). The indian
journal of pediatrics, 87(4), pp.281-286.
Soekanto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru. Jakarta: Rajawali Pers.
Starr, T.N., Greaney, A.J., Hilton, S.K., Ellis, D., Crawford, K.H., Dingens, A.S.,
Navarro, M.J., Bowen, J.E., Tortorici, M.A., Walls, A.C. and King, N.P.
(2020). Deep mutational scanning of SARS-CoV-2 receptor binding
domain reveals constraints on folding and ACE2 binding. Cell, 182(5),
pp.1295-1310.
Stratton, K. R., Howe, C. J. and Richard, B. (1994). Adverse Events Associated
with Childhood Vaccines, Adverse Events Associated with Childhood
Vaccines. doi: 10.17226/2138.
Sukesih, S., Usman, U., Budi, S., & Sari, D. N. A. (2020). Pengetahuan Dan Sikap
Mahasiswa Kesehatan Tentang Pencegahan Covid-19 Di Indonesia. Jurnal
IlmuKeperawatanDanKebidanan,11(2),258.https://doi.org/10.
26751/jikk.v11i2.835
Suni, N. S. P. (2020). Kesiapsiagaan Indonesia Menghadapi Potensi Penyebaran
Corona’, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, XII(3), pp. 14–18.
Available at: https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info Singkat-
XII-3-I-P3DI-Februari-2020-1957.pdf.
Susilo, A., Rumende, C.M., Pitoyo, C.W., Santoso, W.D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E.J. and
Chen, L.K. (2020). Coronavirus disease 2019: Tinjauan literatur
terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), pp.45-67..
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Suharyat, Y., 2009. Hubungan antara sikap, minat dan perilaku manusia. Jurnal
Region, 1(3), pp.1-19.
Tegally, H., Wilkinson, E., Giovanetti, M., Iranzadeh, A., Fonseca, V., Giandhari,
J., Doolabh, D., Pillay, S., San, E.J., Msomi, N. and Mlisana, K. (2020).
Emergence and rapid spread of a new severe acute respiratory syndrome-
related coronavirus 2 (SARS-CoV-2) lineage with multiple spike mutations
in South Africa. medRxiv.
Thamaria, N. 2016. Ilmu perilaku dan etika farmasi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. Halaman: 5-7, 9-10, 15.
Tian, X., Li, C., Huang, A., Xia, S., Lu, S., Shi, Z., Lu, L., Jiang, S., Yang, Z., Wu,
Y. and Ying, T. (2020). Potent binding of 2019 novel coronavirus spike
protein by a SARS coronavirus-specific human monoclonal
antibody. Emerging microbes & infections, 9(1), pp.382-385.
Todorov, G. and Uversky, V. N. (2020). A Possible Path towards Rapid
Development of Live-Attenuated SARS-CoV-2 Vaccines : Plunging into
the Natural Pool’.
Tseng, C.T., Sbrana, E., Iwata-Yoshikawa, N., Newman, P.C., Garron, T., Atmar,
R.L., Peters, C.J. and Couch, R.B. (2012). Immunization with SARS
coronavirus vaccines leads to pulmonary immunopathology on challenge
with the SARS virus. PloS one, 7(4), p.e35421.
Tuwu, D. (2020). Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Pandemi Covid-19’,
Journal Publicuho, 3(2), p. 267. doi: 10.35817/jpu.v3i2.12535.
Utami, R. A., Mose, R. E., Martini, ., & Rahmaningsih, A. (2020). Hubungan
Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Covid-19 Pada Anak Usia
Sekolah Di Kota Jakarta Selatan. Kosala : Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(2), 71.
https://doi.org/10.37831/kjik.v 8i2.191
Van Riel, D. and de Wit, E. (2020). Next-generation vaccine platforms for COVID-
19’, Nature Materials, 19(8), pp. 810–812. doi: 10.1038/s41563-020-0746-
0.
Van Doremalen, N., Lambe, T., Spencer, A., Belij-Rammerstorfer, S.,
Purushotham, J.N., Port, J.R., Avanzato, V.A., Bushmaker, T., Flaxman, A.,
Ulaszewska, M. and Feldmann, F. (2020). ChAdOx1 nCoV-19 vaccine
prevents SARS-CoV-2 pneumonia in rhesus macaques. Nature, 586(7830),
pp.578-582.
Velavan, T. P. and Meyer, C. G. (2020). The COVID‐19 epidemic’, Tropical
medicine & international health, 25(3), p. 278.
Vellingiri, B., Jayaramayya, K., Iyer, M., Narayanasamy, A., Govindasamy, V.,
Giridharan, B., Ganesan, S., Venugopal, A., Venkatesan, D., Ganesan, H.
and Rajagopalan, K. (2020). COVID-19: A promising cure for the global
panic. Science of the total environment, 725, p.138277.
Vogel, A.B., Kanevsky, I., Che, Y., Swanson, K.A., Muik, A., Vormehr, M., Kranz,
L.M., Walzer, K.C., Hein, S., Güler, A. and Loschko, J. (2021). BNT162b
vaccines protect rhesus macaques from SARS-CoV-2. Nature, 592(7853),
pp.283-289.
Wadhwa, A., Aljabbari, A., Lokras, A., Foged, C. and Thakur, A. (2020).
Opportunities and challenges in the delivery of mRNA-based
vaccines. Pharmaceutics, 12(2), p.102.
Wadman M. (2020). Novavax launches pivotal U.S. trial of dark horse COVID-19
vaccine after manufacturing delays". Science.
doi:10.1126/science.abg3441.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset.
Wang Z, Qiang W, Ke H. ( 2020). Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control
and Prevention. Hubei Sci Technol Press. 2020;1–108.
Wang, D., Hu, B., Hu, C., Zhu, F., Liu, X., Zhang, J., Wang, B., Xiang, H., Cheng,
Z., Xiong, Y. and Zhao, Y. (2020). Clinical characteristics of 138
https://doi.org/10.1053/j.gastro.20020.02.055.
Yadav, D. K., Yadav, N. and Khurana, S. M. P. (2013). Vaccines: Present Status
and Applications, Animal Biotechnology: Models in Discovery and
Translation. Elsevier. doi: 10.1016/B978-0-12-416002-6.00026-2.
Yadav, T., Srivastava, N., Mishra, G., Dhama, K., Kumar, S., Puri, B. and Saxena,
S.K. (2020). Recombinant vaccines for COVID-19. Human Vaccines &
Immunotherapeutics, 16(12), pp.2905-2912.
Yamey, G., Schäferhoff, M., Hatchett, R., Pate, M., Zhao, F. and McDade, K.K.,
(2020).Ensuring global access to COVID-19 vaccines. The
Lancet, 395(10234), pp.1405-1406.
Yuliana, Y. (2020). Corona virus diseases (Covid-19): Sebuah tinjauan literatur’,
Wellness And Healthy Magazine, 2(1), pp. 187–192. doi:
10.30604/well.95212020.
Yuliwati. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku WUS dalam Deteksi
Dini Kanker Leher Rahim Metode IVA di Wilayah Puskesmas Premier
Kabupaten Kebumen Tahun 2012 [Skripsi]. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia; 2012
Yunus, N. R. and Rezki, A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai
Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19’, SALAM: Jurnal Sosial dan
Budaya Syar-i, 7(3). doi: 10.15408/sjsbs.v7i3.15083.
Zhang, H., Penninger, J. M., Li, Y., Zhong, N., & Slutsky, A. S. (2020). Angiotensin
‑ Converting Enzyme 2 ( ACE2 ) as a SARS ‑ CoV ‑ 2 Receptor : Molecular
Mechanisms and Potential Therapeutic Target. Intensive Care Medicine,
46(4), 586–590. https://doi.org/10.1007/s00134- 020-05985-9.
Zhang, J., Zeng, H., Gu, J., Li, H., Zheng, L. and Zou, Q. (2020). Progress and
prospects on vaccine development against SARS-CoV-2. Vaccines, 8(2),
p.153.
Zhang, L. and Liu, Y. (2020). Potential interventions for novel coronavirus in
China: A systematic review’, Journal of Medical Virology, 92(5), pp. 479–
490. doi: 10.1002/jmv.25707.
Zhou, P., Yang, X.L., Wang, X.G., Hu, B., Zhang, L., Zhang, W., Si, H.R., Zhu,
Y., Li, B., Huang, C.L. and Chen, H.D. (2020). A pneumonia outbreak
associatedwith a new coronavirus of probable bat origin. nature, 579(7798),
pp.270-273.
Zimmer, Carl. (2021). Researchers Are Hatching a Low-Cost Coronavirus
Vaccine". The New York Times cited on 27 May 2021 Available on
https://www.nytimes.com/2021/04/05/health/hexapro-mclellan-
vaccine.html
Lampiran A
Lampiran B
Lampiran C
SURAT PERSETUJUAN KOMISI ETIK
Lampiran D
SURAT IZIN PENELITIAN
Lampiran E
SURAT IZIN PENELITIAN KECAMATAN
Lampiran F
Peneliti
Lampiran G
Nama :
Umur :
Alamat :
(………………………)
Lampiran H
LEMBAR DATA DIRI RESPONDEN
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP
SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN DENAI
TENTANG VAKSINASI COVID-19
1. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
a. Laki-Laki
b. Perempuan
Pendidikan terakhir :
a. Tidak Sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. DIII/IV
f. S1
g. S2
h. S3
Pekerjaan :
a.Tidak bekerja
b. Wiraswasta
c. Pegawai Negeri
d. Pegawai Swasta
e. Lain-lain, sebutkan:
Agama :
a. Islam
b. Kristen Katolik
c. Kristen Protestan
d. Hindu
e. Budha
Tingkat Penghasilan :
a. <1.500.000
b. 1.500.000-2.500.000
c. 2.500.000-3.500.000
d. >3.500.000
Riwayat pribadi terpapar COVID-19 :
a. Pernah
b. Tidak Pernah
Riwayat keluarga terpapar COVID-19 :
a. Pernah
b. Tidak Pernah
Riwayat pribadi vaksinasi COVID-19 :
a. Sudah vaksin
b. Belum vaksin
Riwayat keluarga vaksinasi COVID-19 :
a. Sudah vaksin
b. Belum vaksin
Apakah anda bersedia di vaksin COVID-19 ?
a. ya
b. tidak
jika tidak, tuliskan alasan anda :
Lampiran I
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN
1. Menurut anda, bagaimanakah seseorang dapat terkena COVID-19?
c) virus hidup
d) Bakteri hidup
e) Jamur
a) Jerman
b) Latin
c) Inggris
d) Amerika
e) Arab
6. Menurut anda, protein apa yang menjadi target utama pengembangan dari
Vaksin COVID 19?
a) Protein S
b) Protein G
c) Protein A
d) Protein M
e) Protein N
b) memperparah penyakit
d) Membunuh virus
e) Membunuh bakteri
9. Menurut Anda, merek vaksin COVID-19 apa saja yang dapat dijumpai di
Indonesia?
10. Setelah pemberian vaksin pada seseorang, dapat timbul keluhan / gejala
yang disebut dengan KIPI. Apakah kepanjangan dari KIPI?
11. Yang manakah dari keluhan di bawah ini yang termasuk KIPI?
12. Menurut anda, vaksin COVID 19 yang bernama Sinovac tergolong dalam
vaksin jenis apa?
b) vaksin inaktif
c) vaksin subunit
d) vaksin DNA
e) vaksin mRNA
13. Vaksin dapat berasal dari berbagai jenis atau formulasi yang
mempengaruhi bagaimana penggunaannya. Vaksin yang termasuk dalam
jenis vaksin Mrna adalah?
a) Sinovac
b) Pfizer
c) AstraZeneca
d) Sputnik V
e) Novavax
14. Menurut anda berapa jumlah dosis yang diberikan pada vaksin Sinovac?
a) 1 dosis
b) 2 dosis
c) 3 dosis
d) 4 dosis
e) 5 dosis
a) vaksin mRna
b) vaksin inaktivasi
d) vaksin DNA
e) vaksin peptida
16. Manakah dibawah ini yang menjadi kelebihan vaksin jenis live attenuated/
vaksin hidup yang dilemahkan?
d) Dapat diberikan pada orang yang memiliki daya tahan tubuh / sistem
imun yang lemah
SIKAP
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
PERILAKU
1. Jika Anda mengalami gejala infeksi COVID-19 maka hal yang akan Anda
lakukan adalah mencoba mengobati diri sendiri terlebih dahulu tanpa
mencari informasi/pergi ke pelayanan kesehatan terdekat.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
3. Saya bebas untuk tidak menggunakan masker lagi saat keluar rumah setelah
mendapatkan vaksin COVID -19.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
8. Saya akan mecoba mencari informasi yang valid baik dengan pergi ke
pelayanan kesehatan atau membaca informasi dari situs resmi pemerintah
saat mendapatkan informasi di media social bahwa vaksin covid-19 dapat
menyebabkan kelumpuhan.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
10. Saya akan menyimpan untuk diri saya sendiri saja tanpa menyebarkannya
ke orang lain di sekitar saya setelah saya mendapat informasi dari institusi
kesehatan seperti rumah sakit mengenai vaksinasi COVID-19.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
Lampiran J
1. C
2. B
3. C
4. A
5. B
6. A
7. C
8. A
9. A
10. C
11. A
12. B
13. B
14. B
15. C
16. A
Lampiran K
Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
Pengetahuan
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 sumx
* ** ** 0.404 .514*
p1 Pearso 1 .546 .608 .608 0.216 0.404 .546* .490* 0.343 .546* 0.404 0.140 .572** 0.243 .741**
n
Sig. (2- 0.013 0.004 0.004 0.361 0.077 0.020 0.077 0.013 0.028 0.139 0.013 0.077 0.556 0.008 0.303 0.000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p2 Pearso * 1 * * * 0.397 0.281 -0.132 1.000** * 0.187 1.000** -0.132 * 0.313 0.132 **
.546 .546 .546 .546 .459 .459 .607
n
Sig. (2- 0.013 0.013 0.013 0.013 0.083 0.230 0.578 0.000 0.042 0.429 0.000 0.578 0.042 0.180 0.578 0.005
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p3 Pearso ** * 1 ** ** 0.404 0.229 0.404 * 0.140 0.343 * 0.081 * ** 0.243 **
.608 .546 .608 .608 .546 .546 .490 .572 .704
n
Sig. (2- 0.004 0.013 0.004 0.004 0.077 0.332 0.077 0.013 0.556 0.139 0.013 0.735 0.028 0.008 0.303 0.001
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p4 Pearso .608** .546* .608** 1 .608** .728** .514* 0.404 .546* 0.140 0.343 .546* 0.404 0.140 0.279 0.243 .741**
n
Sig. (2- 0.004 0.013 0.004 0.004 0.000 0.020 0.077 0.013 0.556 0.139 0.013 0.077 0.556 0.234 0.303 0.000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
* ** ** * * *
p5 Pearso 0.216 .546 .608 .608 1 0.404 0.229 0.404 .546 0.140 0.343 .546 0.081 .490 0.279 0.243 .630**
n
Sig. (2- 0.361 0.013 0.004 0.004 0.077 0.332 0.077 0.013 0.556 0.139 0.013 0.735 0.028 0.234 0.303 0.003
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p6 Pearso 0.404 0.397 0.404 .728** 0.404 1 .707** .467* 0.397 0.289 .471* 0.397 .467* 0.289 0.303 0.333 .763**
n
Sig. (2- 0.077 0.083 0.077 0.000 0.077 0.000 0.038 0.083 0.217 0.036 0.083 0.038 0.217 0.195 0.151 0.000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p7 Pearso .514* 0.281 0.229 .514* 0.229 .707** 1 .471* 0.281 .612** 0.250 0.281 .707** 0.102 0.257 .471* .729**
n
Sig. (2- 0.020 0.230 0.332 0.020 0.332 0.000 0.036 0.230 0.004 0.288 0.230 0.000 0.669 0.274 0.036 0.000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p8 Pearso 0.404 -0.132 0.404 0.404 0.404 * * 1 #### 0.289 * ** **
.467 .471 .471 ##### .733 0.289 0.303 0.333 .641
n
Sig. (2- 0.077 0.578 0.077 0.077 0.077 0.038 0.036 0.578 0.217 0.036 0.578 0.000 0.217 0.195 0.151 0.002
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p9 Pearso * ** * * * 0.397 0.281 -0.132 1 * 0.187 1.000** -0.132 * 0.313 0.132 **
.546 1.000 .546 .546 .546 .459 .459 .607
n
Sig. (2- 0.013 0.000 0.013 0.013 0.013 0.083 0.230 0.578 0.042 0.429 0.000 0.578 0.042 0.180 0.578 0.005
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p10 Pearso * * 0.140 0.140 0.140 0.289 .612** 0.289 * 1 0.153 * 0.289 0.375 0.157 0.289 **
.490 .459 .459 .459 .562
n
Sig. (2- 0.028 0.042 0.556 0.556 0.556 0.217 0.004 0.217 0.042 0.519 0.042 0.217 0.103 0.508 0.217 0.010
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p11 Pearso 0.343 0.187 0.343 0.343 0.343 .471* 0.250 .471* 0.187 0.153 1 0.187 0.236 0.408 0.171 0.236 .567**
n
Sig. (2- 0.139 0.429 0.139 0.139 0.139 0.036 0.288 0.036 0.429 0.519 0.429 0.317 0.074 0.471 0.317 0.009
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p12 Pearso * ** * * * 0.397 0.281 -0.132 1.000** * 0.187 1 -0.132 * 0.313 0.132 **
.546 1.000 .546 .546 .546 .459 .459 .607
n
Sig. (2- 0.013 0.000 0.013 0.013 0.013 0.083 0.230 0.578 0.000 0.042 0.429 0.578 0.042 0.180 0.578 0.005
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p13 Pearso 0.404 -0.132 0.081 0.404 0.081 .467* .707** .733** #### 0.289 0.236 ##### 1 0.000 0.061 0.333 .519*
n
Sig. (2- 0.077 0.578 0.735 0.077 0.735 0.038 0.000 0.000 0.578 0.217 0.317 0.578 1.000 0.800 0.151 0.019
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p14 Pearso 0.140 .459* .490* 0.140 .490* 0.289 0.102 0.289 .459* 0.375 0.408 .459* 0.000 1 0.157 0.289 .529*
n
Sig. (2- 0.556 0.042 0.028 0.556 0.028 0.217 0.669 0.217 0.042 0.103 0.074 0.042 1.000 0.508 0.217 0.016
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p15 Pearso .572** 0.313 .572** 0.279 0.279 0.303 0.257 0.303 0.313 0.157 0.171 0.313 0.061 0.157 1 0.182 .527*
n
Sig. (2- 0.008 0.180 0.008 0.234 0.234 0.195 0.274 0.195 0.180 0.508 0.471 0.180 0.800 0.508 0.444 0.017
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p16 Pearso 0.243 0.132 0.243 0.243 0.243 0.333 .471* 0.333 0.132 0.289 0.236 0.132 0.333 0.289 0.182 1 .519
*
n
Sig. (2- 0.303 0.578 0.303 0.303 0.303 0.151 0.036 0.151 0.578 0.217 0.317 0.578 0.151 0.217 0.444 0.019
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
sum Pearso .741** .607** .704** .741** .630** .763** .729** .641** .607** .562** .567** .607** .519* .529* .527* .519* 1
x n
Sig. (2- 0.000 0.005 0.001 0.000 0.003 0.000 0.000 0.002 0.005 0.010 0.009 0.005 0.019 0.016 0.017 0.019
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.885 .899 16
Sikap
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 sumx
p1 Pearson 1 0.111 .346** .339** -0.026 0.211 0.125 .458** .353** .330** .487**
Correlatio
Sig. (2- 0.398 0.007 0.008 0.842 0.105 0.340 0.000 0.006 0.010 0.000
tailed)
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
p2 Pearson 0.111 1 0.061 0.189 -0.036 0.199 0.089 0.144 0.211 0.046 .290*
Correlatio
Sig. (2- 0.398 0.644 0.147 0.787 0.127 0.498 0.271 0.106 0.726 0.025
tailed)
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
p3 Pearson ** 0.061 1 * * **
0.183 .489 .447 .336 .549**** **
.346 .263 -0.052 .279
Correlatio
Sig. (2- 0.007 0.644 0.042 0.696 0.031 0.161 0.000 0.000 0.009 0.000
tailed)
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
** * ** ** ** **
p4 Pearson .339 0.189 .263 1 -0.155 .394 -0.124 .502 .464 .578 .577**
Correlatio
Sig. (2- 0.008 0.147 0.042 0.236 0.002 0.346 0.000 0.000 0.000 0.000
tailed)
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
p5 Pearson -0.026 -0.036 -0.052 -0.155 1 0.160 **
.505 -0.070 0.037 0.079 .348**
Correlatio
Sig. (2- 0.842 0.787 0.696 0.236 0.221 0.000 0.596 0.779 0.549 0.006
tailed)
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
p6 Pearson 0.211 0.199 * ** 0.160 1 0.247 .507** .447** .483** .718**
.279 .394
Correlatio
Sig. (2- 0.105 0.127 0.031 0.002 0.221 0.057 0.000 0.000 0.000 0.000
tailed)
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
p7 Pearson 0.125 0.089 0.183 -0.124 .505 ** 0.247 1 0.182 0.093 0.049 .475**
Correlatio
Sig. (2- 0.340 0.498 0.161 0.346 0.000 0.057 0.164 0.478 0.708 0.000
tailed)
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
** ** ** ** ** **
p8 Pearson .458 0.144 .489 .502 -0.070 .507 0.182 1 .604 .600 .754**
Correlatio
Sig. (2- 0.000 0.271 0.000 0.000 0.596 0.000 0.164 0.000 0.000 0.000
tailed)
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
p9 Pearson .353** 0.211 .447** .464** 0.037 .447** 0.093 .604** 1 .496** .713**
Correlatio
Sig. (2- 0.006 0.106 0.000 0.000 0.779 0.000 0.478 0.000 0.000 0.000
tailed)
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
p10 Pearson ** 0.046 .336** .578** 0.079 .483** 0.049 .600** .496** 1 .714**
.330
Correlatio
Sig. (2- 0.010 0.726 0.009 0.000 0.549 0.000 0.708 0.000 0.000 0.000
tailed)
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
sumx Pearson ** * ** ** ** ** ** ** ** ** 1
.487 .290 .549 .577 .348 .718 .475 .754 .713 .714
Correlatio
Sig. (2- 0.000 0.025 0.000 0.000 0.006 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
tailed)
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
**.
Correl
ation
*.
Correl
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.750 .768 10
Perilaku
Correlations sumx
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 xx
p1 Pearson 1 0.269 .603** 0.442 .517* .468* 0.201 0.209 0.330 0.372 .645**
Correlati
Sig. (2- 0.251 0.005 0.051 0.019 0.038 0.395 0.376 0.155 0.106 0.002
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p2 Pearson 0.269 1 .499* 0.000 0.225 0.165 0.124 0.400 0.382 0.421 .519*
Correlati
Sig. (2- 0.251 0.025 1.000 0.340 0.488 0.601 0.081 0.096 0.065 0.019
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p3 Pearson ** * 1 0.435 .624** .579** 0.405 0.412 .595** .635** .867**
.603 .499
Correlati
Sig. (2- 0.005 0.025 0.055 0.003 0.008 0.076 0.071 0.006 0.003 0.000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p4 Pearson 0.442 0.000 0.435 1 .822** 0.395 0.065 -0.042 0.306 .509* .590**
Correlati
Sig. (2- 0.051 1.000 0.055 0.000 0.085 0.786 0.862 0.189 0.022 0.006
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p5 Pearson .517* 0.225 .624** .822** 1 0.344 0.334 0.285 .529* .551* .779**
Correlati
Sig. (2- 0.019 0.340 0.003 0.000 0.138 0.150 0.224 0.016 0.012 0.000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p6 Pearson .468* 0.165 .579** 0.395 0.344 1 0.152 0.080 .491* .509* .625**
Correlati
Sig. (2- 0.038 0.488 0.008 0.085 0.138 0.522 0.737 0.028 0.022 0.003
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p7 Pearson 0.201 0.124 0.405 0.065 0.334 0.152 1 .484* .575** 0.324 .534*
Correlati
Sig. (2- 0.395 0.601 0.076 0.786 0.150 0.522 0.031 0.008 0.163 0.015
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*
p8 Pearson 0.209 0.400 0.412 -0.042 0.285 0.080 .484 1 0.428 0.336 .522*
Correlati
Sig. (2- 0.376 0.081 0.071 0.862 0.224 0.737 0.031 0.060 0.148 0.018
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p9 Pearson 0.330 0.382 .595** 0.306 .529 *
.491 *
.575 ** 0.428 1 .791** .814**
Correlati
Sig. (2- 0.155 0.096 0.006 0.189 0.016 0.028 0.008 0.060 0.000 0.000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
p1 Pearson 0.372 0.421 .635** .509
*
.551 .509
* * 0.324 0.336 .791** 1 .822**
0 Correlati
Sig. (2- 0.106 0.065 0.003 0.022 0.012 0.022 0.163 0.148 0.000 0.000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
su Pearson .645** .519* .867** .590** .779** .625** .534* .522* .814** .822** 1
mx Correlati
Sig. (2- 0.002 0.019 0.000 0.006 0.000 0.003 0.015 0.018 0.000 0.000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**.
Co
rrel
ati
*.
Co
rrel
ati
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.871 .865 10
Lampiran L
Data Induk Penelitian
Lampiran M
HASIL UJI SPSS
umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 17-20 38 38.0 38.0 38.0
20-40 52 52.0 52.0 90.0
>40 10 10.0 10.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
jenis kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid laki laki 42 42.0 42.0 42.0
perempuan 58 58.0 58.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
pendidikan terakhir
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak sekolah 1 1.0 1.0 1.0
SMP 1 1.0 1.0 2.0
SMA 63 63.0 63.0 65.0
DIII/IV 6 6.0 6.0 71.0
S1 28 28.0 28.0 99.0
S2 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak bekerja 42 42.0 42.0 42.0
Wiraswasta 14 14.0 14.0 56.0
Pegawai Negeri 5 5.0 5.0 61.0
Pegawai Swasta 9 9.0 9.0 70.0
lain lain 30 30.0 30.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
agama
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid islam 11 11.0 11.0 11.0
kristen katolik 8 8.0 8.0 19.0
kristen 81 81.0 81.0 100.0
protestan
Total 100 100.0 100.0
tingkat penghasilan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <1.500.000 62 62.0 62.0 62.0
1.500.000- 14 14.0 14.0 76.0
2.500.000
2.500.000- 12 12.0 12.0 88.0
3.500.000
>3.500.000 12 12.0 12.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid sudah vaksin 76 76.0 76.0 76.0
belum vaksin 24 24.0 24.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
HUBUNGAN PENGETAHUAN*SIKAP
Test Statisticsa,b
sikap
kategorik
Kruskal-Wallis 1.000
H
df 2
Asymp. Sig. .607
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Tingkat
pengetahuan kategorik
HUBUNGAN PENGETAHUAN*PERILAKU
Test Statisticsa,b
perilaku
kategori
Kruskal-Wallis 14.432
H
HUBUNGAN SIKAP*PERILAKU
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significanc Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df e (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 4.602a 1 .032 .180 .180
Continuity .701 1 .403
Correctionb
Likelihood Ratio 3.476 1 .062 .180 .180
Fisher's Exact Test .180 .180
c
Linear-by-Linear 4.556 1 .033 .180 .180 .180
Association
N of Valid Cases 100
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .18.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 2.134.
df 2
Asymp. Sig. .001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Tingkat
pengetahuan kategorik
Sikap Kategorik
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid BAIK 99 99.0 99.0 99.0
Perilaku Kategorik
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid BAIK 82 82.0 82.0 82.0
CUKUP 18 18.0 18.0 100.0
Total 100 100.0 100.0