Anda di halaman 1dari 11

2/20/22, 8:36 AM Privilese - Kompas.

id

Masukkan kata kunci pencarian...

TEKS

› Kolom › Privilese

UDAR RASA

Privilese
Kepemimpinan adalah sebuah peran, bukan sebuah posisi. Para mantan pejabat yang

mengandalkan kekuasaan dan privilese dari posisinya dulu, kini justru mengalami sindrom

sulit beradaptasi sebagai rakyat biasa.

Oleh ALISSA WAHID


20 Februari 2022 06:24 WIB · 4 menit baca

SUPRIYANTO

Jam 4 pagi dalam kondisi kurang tidur, saya tekantuk-kantuk berdiri di


antrean panjang validasi surat keterangan bebas COVID-19. Kala itu
aplikasi Peduli Lindungi belum berfungsi, dan penumpang harus

https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/02/19/privilese 1/11
2/20/22, 8:36 AM Privilese - Kompas.id

mendapatkan validasi yang distempel di hasil laboratorium. Butuh waktu


Masukkan kata kunci pencarian...
cukup lama di antrean.
TEKS

Tiba-tiba di barisan lain, saya melihat seorang laki-laki menerobos


antrean, dan membawa beberapa lembaran yang harus divalidasi. Saya
menggerutu dalam hati, tidak berbuat apa-apa. Orang-orang di barisan
tersebut tampak bersungut-sungut tapi tidak bertindak.

Selepas proses validasi selama sekitar 20 menit, saya antre di barisan


masuk security area bandara di mana petugas keamanan meminta kita
untuk membuka masker sambil mencocokkan data di KTP. Hanya ada
satu barisan, sehingga proses pun berlangsung lamban.

Mendadak laki-laki yang sama muncul di ujung barisan, menerobos dari


samping diikuti beberapa orang yang tampaknya pejabat. Kali ini,
sebelum mereka sampai di titik saya menunggu, saya sengaja menggeser
koper saya menutup jalan di samping barisan.

Ketika si laki-laki sampai di titik saya sambil setengah membentak,


“permisi!” saya hanya menoleh sekilas sambil menjawab dengan nada
datar, “Maaf pak, saya sudah mengantre sejak tadi. Saya keberatan Anda
menyerobot saya. Silakan mundur ke belakang.”

Si lelaki bersiap untuk membantah, tapi sang pejabat memilih untuk


mundur. Mungkin menghindari video-video viral bila mereka memaksa
dan saya melawan terbuka. Apesnya, orang-orang di belakang saya pun
akhirnya bersuara, tidak mau diserobot. Walhasil, mereka terpaksa
mundur panjang untuk bisa masuk dalam barisan antre. Orang-orang
terus mengomel dengan suara cukup terdengar.

Belakangan saya tahu mereka adalah anggota parlemen yang hendak


berangkat dengan pesawat menuju Indonesia Timur. Mereka pun
menyerobot di antrean boarding, dan tak ada orang yang menghentikan
mereka.

Pengalaman diserobot makin lama makin sering saya alami. Bahkan di


antrean check-in kelas bisnis penerbangan yang lazimnya lebih hati-hati,
hari-hari ini sangat sering kita harus bersabar menunggu protokol
pejabat sipil maupun POLRI/TNI menyerobot barisan antre untuk
mengurus tiket penumpang-penumpang istimewanya. Demikian juga
https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/02/19/privilese 2/11
2/20/22, 8:36 AM Privilese - Kompas.id

turun dari pesawat. Dulu, para penyambut menunggu di area luar. Makin
Masukkan kata kunci pencarian...
ke sini, semakin banyak tim penyambut menunggu di depan belalai
pesawat. TEKS

Soal antre dan sambutan di bandara ini hanya salah satu penanda sikap
berhak privilese dari para pejabat kita. Tak jarang di jalan raya ibukota
kita bertemu dengan kendaraan-kendaraan yang tidak berpelat pejabat
tinggi negara pun menggunakan sirene strobo di jalan raya, hanya karena
ingin membuka jalan di tengah kemacetan.

Di Indonesia, agaknya banyak pejabat publik dan selebritas kita merasa


bahwa jabatan dan status sosial sama dengan privilese yang melekat,
bahkan di ruang publik. Jabatan menjadi gerbang untuk mendapatkan
pelayanan ekstra, demikian juga dengan status sosial. Tentu saja, ini
menciptakan banyak masalah budaya masyarakat.

Mark Cole dalam tulisannya A Leader’s Most Dangerous Thought (2019)


menyatakan bahwa pikiran pemimpin yang paling berbahaya adalah
pikiran “I Deserve” alias “saya berhak”. Walaupun posisi kepemimpinan
memang membawa beberapa privilese yang layak dilekatkan, mental set
berhak privilese ini akan memerangkap seorang pemimpin untuk
menganggap dirinya sebagai orang yang paling tahu dan paling
berkuasa.

Dan ketika ini terjadi pada pejabat publik, penyalahgunaan wewenang


pun menjadi sangat mudah terjadi. Bahkan Hukum Rembesan
Kepemimpinan (trickle down effect) pun akan berlaku: anak buah sang
pemimpin pun akan menggunakan relasi kuasa dalam kesehariannya.
Saya sering menemukan eselon 3 kementerian/lembaga yang sudah
berlagak sebagai Pejabat Tinggi Negara terhadap staf-stafnya, sesuai
teladan atasan-atasannya. Contoh paling mudah adalah insiden-insiden
Satpol PP di berbagai daerah yang beringas menghadapi rakyat.

Cole mengingatkan, kepemimpinan adalah sebuah peran, bukan sebuah


posisi. Dan kita bisa melihat para mantan pejabat yang mengandalkan
kekuasaan dan privilese dari posisinya dulu, selepas hilangnya posisi
justru mengalami sindrom sulit beradaptasi dengan gaya hidup rakyat
biasa.

https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/02/19/privilese 3/11
2/20/22, 8:36 AM Privilese - Kompas.id

Sebagai kontras, banyak kisah terekam tentang Buya Syafii Maarif. Di


Masukkan kata kunci pencarian...
usianya yang sudah sepuh, Beliau menolak diperlakukan istimewa di
mana pun dan berkeras mengikuti aturan, tetap antre
TEKS
menunggu giliran

baik di bandara, di Rumah Sakit, maupun tempat umum lainnya. Karena


integritas beliau, walaupun tidak memiliki jabatan atau posisi apapun,
masyarakat selalu menghormati Beliau.

Lepas dari persoalan personal, budaya pejabat dengan mental set berhak
privilese ini berdampak besar pada budaya masyarakat yang ada.
Pendapat bahwa orang Indonesia sulit diatur, tak lepas dari bagaimana
para pejabat kita membengkokkan aturan atas dasar hak istimewa
pejabat itu.

Dampaknya, peraturan menjadi hal yang tidak lagi meng-atur, karena


boleh dilanggar asal kita punya jabatan atau status sosial. Tak heran
beredar video-video viral tentang pejabat atau selebritas yang terekam
menuntut perlakuan istimewa dan tidak terima diperlakukan
sebagaimana rakyat biasa. Kalimat sakti “kamu tidak tahu saya siapa?”
kerap kita temukan dalam video-video seperti ini.

Alhasil, kepercayaan publik terhadap aturan pun menjadi rendah. Humor


klasik kita rupanya masih berlaku dalam kehidupan nyata: di Indonesia,
segalanya bisa diatur. Apalagi punya jabatan dan status sosial.

Editor: MOHAMMAD HILMI FAIQ


Bagikan

udar rasa alissa wahid covid-19 mark cole privilese strobo

https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/02/19/privilese 4/11
2/20/22, 8:36 AM Privilese - Kompas.id

Masukkan kata kunci pencarian...

TEKS

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi


20 Februari 2022
di halaman 9
dengan judul
"Privilese".

BACA EPAPER KOMPAS

KOMENTAR PEMBACA

Belum ada komentar.

Tulis Komentar

Komentar Anda..

Kirim

Artikel Terkait

”The Witcher” Musim Kedua, Belajar


Menjadi Ayah
26 Desember 2021

Henry Cavill Perankan Beragam Karakter


Populer

https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/02/19/privilese 5/11
2/20/22, 8:36 AM Privilese - Kompas.id

13 Desember 2021
Masukkan kata kunci pencarian...

TEKS

Quiet Driving for Roaring Future


22 November 2021

Waiver Perjanjian TRIPS dan Akses


Kesehatan
4 September 2021

Voice of the People, Voice of God


2 September 2021

https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/02/19/privilese 6/11
2/20/22, 8:36 AM Privilese - Kompas.id

Masukkan kata kunci pencarian...

TEKS

Terpopuler

Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 143)


2 jam lalu

Markas Baru TNI di IKN Nusantara Perlu Pertimbangkan Ancaman Masa Depan
37 menit lalu

Bebas Akses

Isu Wadas, dari Bendungan sampai Ganjar Pranowo


24 jam lalu

Memerangi Hoaks Isu Kesehatan Lewat Sycomora


2 jam lalu

Bebas Akses

Menyingkap Tabir Kejahatan Perang Kolonial yang Terus Disangkal


1 jam lalu

Lainnya Dalam Kolom

Panggilan Buku Bekas


2 jam lalu

Privilese
2 jam lalu

https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/02/19/privilese 7/11
2/20/22, 8:36 AM Privilese - Kompas.id

Masukkan kata kunci pencarian... Menanti Demokrasi di Ujung Jari


22 jam lalu
TEKS

Hati-hati, ”Aku Melihatmu!”


24 jam lalu

Kepuasan Hidup di Usia Lanjut


19 Februari 2022

Memelihara Kesehatan Semasa Hamil


19 Februari 2022

Mengapa Timur Tengah Selalu


Bergejolak?
18 Februari 2022

https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/02/19/privilese 8/11
2/20/22, 8:36 AM Privilese - Kompas.id

Masukkan kata kunci pencarian...

TEKS

Terbaru

"Macan Kemayoran" Tundukkan "Macan Putih" di Stadion Dipta


18 menit lalu

Gairah Ipong yang Tak Kunjung Padam


33 menit lalu

Markas Baru TNI di IKN Nusantara Perlu Pertimbangkan Ancaman Masa Depan
37 menit lalu

Tontonan Serial Tetap Memikat Masyarakat


44 menit lalu

Kisah Keluarga yang Bertahan Menghadapi Alzheimer


46 menit lalu

LAYANAN PELANGGAN

KOMPAS KRING
+6221 2567 6000

EMAIL
hotline@kompas.id

WHATSAPP
+62812 900 50 800

JAM KERJA
06.00 - 16.00 WIB

https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/02/19/privilese 9/11
2/20/22, 8:36 AM Privilese - Kompas.id

Masukkan kata kunci pencarian...

Harian Kompas adalah surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta. Kompas diterbitkan
TEKS
oleh PT Kompas Media Nusantara
yang merupakan bagian dari kelompok usaha Kompas Gramedia (KG), yang didirikan oleh P.K. Ojong (almarhum) dan Jakob Oetama
sejak 28 Juni 1965.

Mengusung semboyan "Amanat Hati Nurani Rakyat", Kompas dikenal sebagai sumber informasi tepercaya, akurat, dan mendalam.

@hariankompas

@hariankompas
@hariankompas

Harian Kompas

KANTOR REDAKSI

Gedung Kompas Gramedia

Jalan Palmerah Selatan 26-28,

DKI Jakarta, Indonesia

10270

+6221 5347 710


+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200

KANTOR IKLAN

Menara Kompas Lantai 2

Jalan Palmerah Selatan 21

Jakarta Pusat, DKI Jakarta,

Indonesia 10270

+6221 8062 6699

PRODUK

ePaper
Kompas.Id
Interaktif
Kompas Data

BISNIS

Advertorial
Gerai
Event
Klasika
Tarif
Klasiloka

TENTANG

Profil Perusahaan
Sejarah
Organisasi

LAINNYA

Bantuan

https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/02/19/privilese 10/11
2/20/22, 8:36 AM Privilese - Kompas.id

Masukkan kata kunci pencarian...

TEKS

© PT Kompas Media Nusantara

Organisasi Tanya Jawab Hubungi Kami Sidik Gangguan Pedoman Media Siber Syarat & Ketentuan

Karier Iklan Berlangganan

https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/02/19/privilese 11/11

Anda mungkin juga menyukai