Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT PADA MASA YUNANI KUNO (KOSMOLOGIS)

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum

Dosen Pengampu :

Muhammad Dwi Toriyono, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun oleh :

KELOMPOK 2 TMT 2E:

1. Silviana Devi Lestari (126204211070)


2. Tsarwah Putri Tsania (126204211074)
3. Ulfa Rohmatul Ma’rifah (126204211075)
4. ‘Ulya Rosyidatuzzahro’ (126204211082)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
Maret 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., Tuhan semesta
alam yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Lantunan
selawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw., yang menjadi
suri tauladan bagi kita semua. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Umum pada semester II dengan judul
Filsafat Yunani Kuno (Kosmologis).
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini atas berbagai dukungan
baik moral maupun materiil. Ucapan terima kasih tersebut penulis ucapkan
kepada beberapa pihak sebagai berikut.

1. Bapak Muhammad Dwi Toriyono, S.Pd.I., M.Pd., selaku dosen


pengampu mata kuliah Filsafat Umum yang telah membimbing untuk
bisa menyelesaikan makalah ini.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan semangat dan
mendoakan penyusun.
3. Teman-teman yang selalu membantu dan memberi motivasi dalam
mengerjakan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat, bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca akan
penulis terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini di masa yang
akan datang.

Tulungagung, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ...............................................................................................3
B. Tokoh dan Pemikirannya .......................................................................3
1. Thales (625 – 545 SM) ......................................................................3
2. Anaximander (640 – 546 SM) ...........................................................4
3. Parmanides (540 – 475 SM) ..............................................................4
4. Zeno (490 – 430 SM) .........................................................................5
5. Phytagoras (572 – 497 SM) ...............................................................6
6. Heraclitos (535 – 475 SM) ................................................................7
7. Empedocles (490 – 435 SM) .............................................................8
8. Anaxagoras (499 – 420 SM) ..............................................................9
9. Democritos (460 – 370 SM) ..............................................................10

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................11
B. Saran .......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat merupakan suatu cara berfikir yang mempunyai karakteristik


tertentu. Dengan demikian berfilsafat atau berfikir filsafat bukanlah sembarang
berfikir tapi berfikir dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara
disiplin dan mendalam. Pada dasarnya manusia adalah homo sapien, hal ini
tidak serta merta semua manusia menjadi Filsuf, sebab berfikir filsafat
memerlukan latihan dan pembiasaan yang terus menerus dalam kegiatan
berfikir sehingga setiap masalah/substansi mendapat pencermatan yang
mendalam untuk mencapai kebenaran jawaban dengan cara yang benar sebagai
manifestasi kecintaan pada kebenaran.

Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan


dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan
ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang.
Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam
mempertanggung jawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di
sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala
pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu
dengan argumen-argumen yang obyektif.

Dalam perjalanannya filsafat mengalami perkembangan yang sangat


pesat. Sejarah perkembangan filsafat berkembang atas dasar pemikiran
kefilsafatan yang telah dibangun sejak abad ke-6 SM. Pembagian secara
periodisasi filsafat barat adalah zaman Yunani, zaman abad pertengahan,
zaman modern, dan masa kini. Pada zaman Yunani ini terbagi menjadi dua
periode, yaitu: periode Yunani Kuno dan periode Yunani Klasik. Periode
Yunani Kuno diisi oleh ahli pikir alam (Thales, Anaximander, Parmanides,
Zeno, Phytagoras, Heraclitos, Empedocles, Anaxagoras, dan Democritos).

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Filsafat Yunani Kuno ?


2. Siapakah tokoh-tokoh Filsafat Yunani Kuno serta bagaimana pemikiran
setiap tokoh-tokohnya ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Filsafat Yunani Kuno


2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh Filsafat Yunani Kuno beserta
pemikirannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Filsafat Yunani Kuno merupakan periode awal pemikiran yang


berlangsung pada abad ke-6 SM. Pada zaman ini banyak orang yang
mengutarakan ide-ide atau pendapatnya secara bebas. Dimana pendapat-
pendapat tersebut digunakan untuk memajukan zaman tersebut menjadi lebih
baik.
Filsafat yunani kuno merupakan periode terpenting dalam sejarah
peradaban manusia. Karena pada zaman ini terjadi perubahan pola pikir
mitosentris menjadi rasional. Ditandai dengan runtuhnya mitos-mitos yang
pada waktu itu menjadi pembenaran setiap gejala alam.

Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan
demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir
alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di
sekitarnya. Mereka membuat pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang
bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos.
Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya
mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.

B. Tokoh dan Pemikirannya

1. Thales (625 – 545 SM)


Nama Thales muncul pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu
dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Aristoteles
memberikan gelar The Father of Philosophy, juga menjadi penasihat teknis
ke-12 kota Ionia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana
matahari pada tahun 585 SM.
Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang
mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi alam

3
semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air sebagai materi
dasar kosmis. Ia mengembangkan astronomi dan matematika dengan
mengemukakan pendapat, bahwa bulan bersinar karena memantulkan
cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari, dan bahwa kedua
sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki adalah sama besarnya

2. Anaximander (640 – 546 SM)


Anaximander adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat
dalam kesusasteraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi,
sehingga ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi.
Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang Arche (asas
pertama alam semesta), ia tidak menunjuk pada unsur yang dapat diamati
oleh indera, tetapi ia menunjuk pada sesuatu yang tidak dapat diamati
indera, yaitu to apeiron, sebagai sesuatu yang tidak terbatas, abadi sifatnya,
tidak berubah- ubah. Alasannya, apabila tentang arche tersebut ia menunjuk
pada salah satu unsur tersebut akan mempunyai sifat yang dapat bergerak
sesuai dengan sifatnya, sehingga tidak ada tempat bagi unsur yang
berlawanan.
Pendapatnya yang lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih
besar dari tingginya. Sedangkan bumi tidak terletak atau bersandar pada
sesuatu pun. Bumi tidak jatuh karena bumi berada pada pusat jagat raya.

3. Parmanides (540 – 475 SM)


Parmanides lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia
Selatan. Kebesarannya sama dengan kebesaran Heracletos. Dialah yang
pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being).

Mengenai Hakikat Yang Ada (Being) .


Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak
ada, dan yang tidak ada tidak mungkin muncul menjadi ada, yang tidak ada

4
adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan
hanyalah yang ada saja sedang yang tidak ada tidak dapat dipikirkan.
Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap dan tidak dapat dibagi-bagi.
Karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang
ada, dan itu tidak mungkin. Yang ada tidak dijadikan dan tidak dapat
musnah.

4. Zeno (490 – 430 SM)


Zeno lahir di Elea, dan murid dari Parmanides. Sebagai murid dari
Parmenides ia dengan gigihnya mempertahankan ajaran gurunya dengan
cara memberikan argumentasi secara baik. Maka, dikemudian hari ia
dianggap sebagai peletak dasar dialektika, yaitu suatu argumentasi yang
bertitik tolak dari suatu hipotesis dan dari hipotesis tersebut ditarik suatu
kesimpulan. Untuk melawan penentang-penentang Permenides, kesimpulan
yang diambil Zeno dari hipotesa yang diberikan adalah kesimpulan yang
mustahil, sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah. Dengan begini Zeno
membuktikan pluralitas, gerak tidak ada.
Sebagai contoh dalam mengemukakan hipotesis terhadap melawan
gerak adalah sebagai berikut :
a. Anak panah yang dilepaskan dari busurnya sebagai hal yang tidak
bergerak karena pada setiap saat anak panah tersebut berhenti di
suatu tempat tertentu. Kemudian dari tempat tersebut bergerak ke
suatu tempat pemberhentian yang lain, dan seterusnya. Memang
dikatakan anak panah tersebut melesat hingga sampai yangg dituju,
artinya perjalanan anak panah tersebut sebenarnya merupakan
kumpulan pemberhentian-pemberhentian anak panah.
b. Achiles si jago lari yang termasyhur dalam mitologi Yunani tidak
dapat menang melawan kura-kura, karena kura-kura berangkat
sebelum Achiles, sehingga Achiles lebih dahulu harus melewati atau
mencapai titik di mana kura-kura berada saat ia berangkat. Setelah
Achiles berada di suatu titik, kura-kura tersebut sudah lebih jauh

5
lagi, dan seterusnya sehingga jarak Achiles dan kura-kura selalu
berkurang, tetapi tidak pernah habis.
Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat terpecahkan
orang secara logis. Baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika
membuat pengertian limit dari seri tak terhingga.

5. Phytagoras (572 – 497 SM)


Phytagoras dilahirkan di Pulau Samos, Ionia. Tanggal dan tahunnya
tidak diketahui secara pasti, la juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan
sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras diperlukan kesaksian-
kesaksian. Menurut Aristoxenos seorang murid Aristoteles, Pythagoras
pindah ke kota Kroton, Italia Selatan karena tidak setuju dengan
pemerintahan Polykrates yang bersifat tirani. Di kota ini ia mendirikan
sekolah agama, selama 20 tahun ia di kroton, kemudian pindah ke
Metapontion dan meninggal di kota ini.
Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan dan
segala gejala alam merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-
perbandingan matematis. Bilangan merupakan inti sari dan dasar pokok dari
sifat-sifat benda (number rules the universe = bilangan memerintah jagat
raya). la juga mengembangkan pokok soal matematik yang termasuk teori
bilangan.
Pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap
bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-
sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah
bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna dari pada
bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas).

Nama Pythagoras abadi dikenal sebagai ahli matematika karena


dengan dalil pythagorasnya yang dirumuskan menjadi : jumlah dari kuadrat
dua sisi sebuah segi tiga siku-siku sama dengan kuadrat sisi miringnya atau
lebih dikenal dengan rumus a 2+ b2=c 2.

6
Pythagoras juga mengatakan pertama kali bahwa alam semesta itu
merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti
dalam musik. Keharmonisan dapat tercapai dengan menggabungkan hal-hal
yang berlawanan, seperti : Terbatas – tak terbatas; Ganjil – genap; Satu –
banyak; Laki-laki – perempuan; Bujur sangkar – empat persegi panjang;
Diam – gerak; Lurus – bengkok; Baik – buruk; Terang – gelap; Kanan –
kiri.
Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki
oleh Tuhan. Oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai orang arif namun,
menyebut dirinya sebagai philosophos yaitu pencipta kearifan. Istilah
philosophos ini kemudian menjadi philosophia yang berarti cinta kearifan
atau kebijaksanaan sehingga sampai sekarang secara etimologis sederhana
filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaan.

6. Heraclitos (535 – 475 SM)


Heraclitos lahir di Ephesus. Ia merupakan kawan dari Pythagoras
dan Xenophones, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap, karena
untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Hanya dengan melihat
fragmen-fragmennya, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong,
sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat
dan bodoh, juga mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani.
Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjadi, Ia
mengemukakan bahwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan
selalu berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal: Panta rhei kai uden
menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak
satu orang pun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alasannya, oleh
karena air sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yang
berada dibelakangnya. Akhirnya, dikatakan bahwa hakikat dari segala
sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.
Pemukiran tentang pengetahuan, ia mengemukakan bahwa
pengetahuan yang sejati adalah pengetahuan yang berubah- ubah sehingga

7
apa yang disebutnya sebagai realitas merupakan sesuatu yang khusus,
jumlahnya banyak dan sifatnya dinamis.
Pemikiran tentang benda, ia mengemukakan bahwa tiap benda terdiri
dari hal-hal yang sifatnya berlawanan atau bertentangan, walaupun
demikian, tetap membentuk kesatuan. Yang satu adalah banyak dan yang
banyak adalah satu. Hal ini berarti segala hal yang ada mengandung dalam
dirinya pertentangan dari dirinya sendiri. Akan tetapi justru pertentangan
itulah yang mencipta suatu kesatuan, keharmonisan.
Heraclitos juga mempercayai bahwa arche (asas yang alam semesta)
adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api
mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada dan mengubahnya sesuatu
itu menjadi abu atau asap.
Menurut pendapatnya, di alam arche terkandung sesuatu yang hidup
(seperti roh) yang disebutnya sebagai logos (akal atau semacam wahyu).
Logos inilah yang menguasai dan sekaligus mengendalikan keberadaan
segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat apabila sesuai dengan logos.

7. Empedocles (490 – 435 SM)


Empedocles lahir di Akragos, Pulau Sicilia, la sangat dipengaruhi
oleh ajaran kaum Pythagorean, Parmenides dan aliran keagamaan refisme.
la pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik dan pemikir, la
menulis karyanya dalam bentuk puisi, seperti Parmenides.
Empedocles sependapat dengan Parmenides bahwa alam semesta di
dalamnya tidak ada hal yang dilahirkan secara baru, dan tidak ada hal yang
hilang, la tidak setuju dengan konsep ruang kosong, akan tetapi ia
mempertahankan adanya pluralitas dan perubahan dari hasil pengamatan
indera. Realitas tersusun oleh empat unsur, yaitu: api, udara, tanah dan air.
Kemudian empat unsur tersebut digabungkan dengan unsur yang
berlawanan. Sehingga penggabungan dari unsur-unsur yang berlawanan
tersebut akan menghasilkan suatu benda dengan kekuatan yang sama, tidak
berubah dan walaupun dengan komposisi yang berbeda.

8
Terdapat dua unsur yang mengatur perubahan-perubahan di alam
semesta ini, yaitu cinta dan benci. Cinta mengatur ke arah penggabungan,
benci mengatur ke arah perceraian atau perubahan. Proses penggabungan
dan perceraian ini terjadi secara terus-menerus, tiada henti-hentinya. Dengan
demikian, dalam kejadian di alam semesta unsur cinta dan benci selalu
menyertainya.

8. Anaxagoras (499 – 420 SM)


Anaxagoras dilahirkan di kota Klazomenai, Ionia. kemudian
menetap di Athena selama 30 tahun. Ia pernah diajukan ke pengadilan
dengan mengajarkan bahwa matahari adalah batu yang berpijar dan bulan
adalah tanah, bukan sebagai dewa seperti apa yang menjadi kepercayaan
masyarakat pada saat itu.
Pemikiran Anaxagoras adalah realitas bukanlah satu, tetapi terdiri
dari banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini
sebagai bagian yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan
jumlahnya tidak terhingga.
Ia tidak sependapat dengan konsep ruang kosong. Alasannya
bagaimana dengan gerak atom-atom itu apabila tidak ada ruang kosong.
Dan ruang yang kososng inilah yang menjadi syarat untuk bergeraknya
atom-atom.
Tentang terbentuknya dunia (kosmos), atom-atom yang berbeda
bentuknya itu saling terikat, kemudian digerakkan oleh puting beliung.
Semakin banyak atom-atom yang bergerak akan menimbulkan pusat gerak
(atom yang padat).
Tentang nus, ia mengemukakan pemikirannya tentang nus, bahwa
apa yang dikemukakan oleh Empedocles tentang cinta dan benci yang
menyebabkan adanya penggabungan dan perceraian, maka Anaxagoras
mengemukakan yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah
nus. Nus, yang berarti roh atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih

9
dan terpisah dari semua benda. Nus mengenal dan menguasai segala
sesuatu.
Karena ajaran Anaxagoras tentang nus inilah, untuk pertama kalinya
dalam filsafat dikenal dengan adanya pembedaan antara yang jasmani dan
yang rohani.

9. Democritos (460 – 370 SM)


Democritos lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara.
Karena ia berasal dari keluarga kaya raya , maka dengan kekayaannya itu ia
bepergian ke Mesir dan negeri-negeri Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia
telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bermacam-macam
masalah, seperti kosmologi, matematika, astronomi, teknik, musik, puisi,
dan lain-lainnya.
Pemikirannya adalah bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari
banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan
bagian materi yang sangat kecil sehingga indra kita tidak mampu
mengamatinya daan tidak dapat dibagi lagi. Unsur-unsur tersebut dikatakan
sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lainn karena tiga hal yaitu
bentuk, urutan, dan posisinya. Atom-atom ini tidak dijadikan dan tidak
dapat dimusnahkan, tidak berubah, dan tidak berkualitas.
Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus
ada ruang kosong. Satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu
tempat. Maka, Democritos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu
atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang tempat atom bergerak (yang
kosong).

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Filsafat Yunani Kuno merupakan periode awal pemikiran yang
berlangsung pada abad ke-6 SM. Filsafat yunani kuno merupakan periode
terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Karena pada zaman ini terjadi
perubahan pola pikir mitosentris menjadi rasional. Ditandai dengan runtuhnya
mitos-mitos yang pada waktu itu menjadi pembenaran setiap gejala alam.
Periode Yunani Kuno ini juga lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan
demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir
alam.

Tokoh-tokoh filsafat Yunani kuno antara lain : Thales, Anaximander,


Parmanides, Zeno, Phytagoras, Heraclitos, Empedocles, Anaxagoras, dan
Democritos. Secara umum pemikiran tokoh-tokoh tersebut membahas tentang
arche (alam) yang merupakan unsur induk yang dianggap asal dari segala
sesuatu. Menurut Thales arche itu air, menurut Anximander arche itu hakikat
tentang ada, menurut Zeno arche itu melawan gerak, menurut Phytagoras arche
itu bilangan, menurut Heraclitos arche itu filsafat menjadi; benda;roh;dan
jasmani, menurut Empedocles, arche itu atom yang tidak dapat dibagi-bagi,
dan terakhir menurut Democritos arche itu atom yang jumlahnya tak terhingga.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis mengharapkan
pembaca bisa menyempurnakan ataupun mengembangkan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2013. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Haryono, Didi. 2015. Filsafat Matematika. Bandung: Alfabeta,cv

Mansur. 2016. “Sejarah Perkembangan Filsafat”,


http://menzour.blogspot.com/2016/01/makalah-sejarah-filsafat.html, diakses pada
13 Maret 2022.

Mariyah, Siti, dkk. 2021. “Filsafat dan Sejarah Perkembangan Ilmu” dalam Jurnal
Filsafat Indonesia, Vol 4 No. 3 (hlm. 243).

Muliadi. 2020. Filsafat Umum. Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan


Gunung Jati.

Muzairi. 2009. Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras

Sondarika, Wulan. 2021. “Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Yunani dari Abad


Ke-5 SM Sampai Abad Ke-3 SM” dalam Jurnal Artefak Vol.8 No. 1 (hlm. 91-93).

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB Press

Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Waris. 2014. Pengantar Filsafat. Ponorogo: STAIN Po PRESS

12

Anda mungkin juga menyukai