Arlen Yakoba Bulu Proposal
Arlen Yakoba Bulu Proposal
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan
OLEH
i
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW KONSEP DIRI PENDERITA TB PARU
OLEH
DOSEN PEMBIMBING
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan Waingapu
ii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW KONSEP DIRI PENDERITA TB PARU
Di susun Oleh
Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Polteknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Program Studi Keperawatan Waingapu
Pada tanggal, 18 Juni 2020
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan Waingapu
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah karya saya sendiri dan tidak terdapat karya yang
Semua sumber dan referensi baik yang dikutip maupun yang di rujuk telah
iv
BIODATA PENULIS
Motto
ABSTRAK
v
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Program Studi Keperawatan Waingapu
Karya Tulis Ilmiah, 2020
KATA PENGANTAR
vi
Puji dan dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa
Karya tulis Ilmiah Dengan judul “Literature Review Konsep Diri pada
Pasien TB Paru”. Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
Keperawatan Waingapu.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui
vii
4) Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Oklan
Waingapu.
6) Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada kedua orang tua yang
motivasi untuk terus maju tanpa mengenal lelah sehingga sampai saat
Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………..i
Lembar Persetujuan……………………………………………………………...iii
Lembar Pengesahan……………………………………………………………....iv
Kata Pengantar…………………………………………….....................................v
Absktrak……………………………………………..............................................vi
Daftar Isi………………………………………………………………………....vii
Daftar Tabel……………………………………………………………...……...viii
Daftar Singkatan……………………………………….........................................ix
Daftar Lampiran…………………………………………………………………...x
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang………………………………………………………………..1
………4
1.3.Tujuan…………………………………………………………………………4
1.4.Manfaat Penelitian…………………………………………………………….4
2.1. Defenisi TB
Paru……………………………………………….. …………….8
ix
2.2 Konsep Diri Pada Penderita TB Paru………………………………………..29
………………39
3.3.2. Screening…………………………………………………………40
3.3.3. Meringkas………………………………………………………..40
3.4.Etika Penelitian………………………………………………………….41
4.2. Pembahasan……………………………………………………….
…….49
5.1. Kesimpulan…………………………………….......................................57
5.2. Saran…………………………………………..…………………………57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR SINGKATAN
TB : Tuberculosis
LAM : Lipoarabinomannan
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
menular. Penyakit ini dapat di derita oleh setiap orang, tetapi paling sering
di temukan pada usia muda atau usiayaitu 15-50 tahun, terutama mereka
yang bertubuh lemak, kuranggizi, atau yang tinggal satu rumah dan
gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang
ditemukan pada tahun 2015 yang sebesar 330.729 kasus. Jumlah kasus
besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di
tiga provinsi tersebut sebesar 44% dari jumlah seluruh kasus baru di
Indonesia. Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi
1
masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus lebih banyak terjadi
penderita tertinggi dalam < 1 tahun terakhir adalah Sumba Barat (1,2 ‰),
Sumba Timur (0,7 ‰) dan Sumba Tengah (0,7 ‰) dan dalam > 1 tahun
tertinggi adalah Sumba Barat (62,9 %), Sumba Timur (52,7 %) dan Timor
tahun 2015-2017. Pada tahun 2015 jumlah penderita TB paru 457 kasus,
pada tahun 2016 berjumlah 483 kasus TB paru, dan pada tahun 2018
2
Penyakit TB Paru memiliki dampak yang sangat besar dalam kehidupan
berat dan resistensi obat. Tuberculosis paru merupakan penyakit paru kronis
Paru.
Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang
sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri
yang baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide,
kepatuhan penderita dalam minum obat antara lain faktor obat yaitu lama
3
bentuk dalam sediaan obat. Kemudian faktor penderita meliputi kebiasaan
tidak di siplin, tidak mengerti cara dan lama pengobatan, psikologi penderita
dan terdapat stigma sosial. Hal ini akan membentuk persepsi individu
1.3 Tujuan
dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait konsep diri pada pasien
TB paru.
4
1.4 Keaslian Penelitian
5
yaitu kurang (54.8%).
sebanyak 31
5.Harga diri pada penderita TB paru
orang
di RS PKU Muhammadiyah
penderita TB
Gombong prosentase terbesar adalah
paru di RS
kurang (51.6%).
PKU
Muhammadi 6.Konsep diri pada penderita TB paru
yah di RS PKU Muhammadiyah
Gombong. Gombong prosentase terbesar adalah
kurang (83.9%).
2. Usu Konsep Diri Jenis Populasi Konsep diri Kuesioner Fenomen Hasil penelitian menunjukkan
Respiratory. Pada Pasien penelitian penelitian ini pada pasien ologis bahwa gambaran diri pada pasien
2006. TB Paru Di ini adalah TB paru TB paru menjadi perubahan
penderita TB
RSUD Kota mengguna fisik,psikologis,dansosial. Ideal
paru yang
Surakarta. kan diri pada pasien TB paru
tercatat di
metode dukungan lingkungan sosial
RSUD Kota
penelitian memotivasi pasien TB paru untuk
Surkartaseba
kualitatif nyak 8 orang
sembuh dan bisa kerja lagi nafkahi
dengan positif TB istri dan anak. Harga diri pada
pendekata paru. pasien TB paru informan
n mengalami harga diri rendah
6
fenomenol seperti penderita merasa
ogis. bersalah,pesimis,merasa malu
dengan penyakit TB yang di
derita. Peran pada pasien TB paru
informan sebagai kepala keluarga
dan masyarakat biasa, keadannya
membuat informan terbatasi dan
menyebabkan ketidakpuasan.
Identitas diri pada pasien TB paru
informan dapat mengenali dirinya
dan memperkenalkan dirinya.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
organ lain selain paru-paru. Penyakit ini dapat menular melalui udara dari
orang yang terinfeksi ke orang lain, salah satunya melalui batuk. Menurut
1) Lokasi atau organ tubuh yang sakit :paru atau ekstra paru.
diobati.
8
Beberapa istilah dalam definisi kasus:
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
9
c) 1 spesimen dahak SPS hasil BTA positif dan biakan kuman TB positif.
d) 1 atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi pasien
2.1.3 Etiologi
mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor
fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang
10
2.1.4 Patogenesis
tuberculosis juga menyebar melalui system limfe dan aliran darah kebagian
tubuh lainnya seperti ginjal, tulang, korteks serebri dan area lain dari paru –
granuloma berisi gumpalan basil yang hidup dan mati, dikelilingi oleh
jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle.
Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respons
system imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul akiba infeksi
11
ulang atau aktifnya kembali bakteri dormant. Pada kasus ini terjadi ulserasi
terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
membentuk sel tuber kelepitoloid yang dikelilingi oleh limfosit dalam waktu 10
( Somantri,2009 ).
tuberculosis paru dengan baik harus di kenali tanda gejalanya, gejala utama
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan paling sering
akibat rokok. Proses yang paling ringan ini menyebabkan secret akan
12
terkumpul pada penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi
hari.
b. Dahak
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian
berubah menjadi purulen dan kemudian berubah menjadi kental bila sudah
terjadi perlunakan.
c. Batukd arah
banyak.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberculosis paru merupakan nyeri pleuritik yang ringan.
Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi peluritis luas (nyeri di
e. Wheezing
13
f. Dispnue
Dispnue merupakan late symptom dari proses lanjut tuberculosis paru akiba
tadanya retraksi dan obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed
Sedangkan tanda gejalatu berkulosis ekstra paru sesuai dengan lokasi organ
kelenjar yang dijumpai biasanya multiple, uniteral, tidak nyeri tekan, tidak
tuberkulosis. Gejala klinis yang terjadi berupa panas yang tidak terlalu
14
c. System skeletal.
bengkak pada area sendi yang terserang tuberculosis dan gangguan atau
keterbatasan gerak. Pada bayi dan anak yang sedang dalam masa
yang disukai oleh kuman tuberculosis. Oleh karena itu, tuberkulosis system
pasca trauma yang berperan sebagai pencetus. Tidak jarang pasien datang
pada tahap lanjut dengan kelainan tulang yang sudah lanjut dan
d. Kulit.
15
2.1.6 Cara penularan.
penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet
nuclei, khususnya yang di dapat dari pasien Tb paru dengan batuk berdarah atau
berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA) pada Tb kulit atau jaringan
lunak penularan bisa melalui inokubasi langsung oleh infeksi yang di sebabkan
oleh M. bovis dapat di sebabkan oleh susu yang kurang di sterilkan dengan baik
apical lobus atas atau segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai
lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru
seperti pada tuberculosis endobronkial. Pada awal penyakit saat lesi masih
16
seperti awan dengan batas – batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah di liputi
jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas.
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula – mula berdinding tipis
yang kemudian dinding sklerotik terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat
bercak – bercak padat dengan intensitas tinggi. Pada atelectasis terlihat seperti
fibrosis yang luas di sertai pengecilan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru (Amin &Asril, 2009).
kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat
tubrkulosis paru mulai (aktif) akan di dapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran kekiri. Jumlah limfosit masih tinggi.
serologis lain terhadap TB yang hamper sama cara dan nilainya dengan uji
plastic. Sisir ini di celupkan kedalam serum pasien. Spesifikanti LAM dalam
17
serum akan akan terdeteks isebagai perubahan warna pada sisir yang
2.1.8 Sputum
sudah di berikan. Selain dari sputum bahan – bahan yang akan dilakukan
pemeriksaan juga ambil dari bila sanbronkus, jaringan paru, pleua, cairan
pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan srebrospinal, urin dan tinja
(Locke et al, 2013). Kriteria BTA Positif adalah bila ditemukan minimal 3
sputum dalam media biakan, koloni tuberculosis mulai tampak. Bila setelah 8
18
Saat ini sudah dikembangkan pemeriksaan biakan sputum BTA
dengan cara Bactec (Bactec 400 Radio Metric Sistem). Pada pemeriksaan ini
kuman yang sudah didapat dideteksi dalam waktu 7 – 10 hari. Disamping itu
hasil biakan biasanya dilakukan juga pemeriksaan terhadap resistensi obat dan
vaksinasi BCG dan Mycobacteria pathogen lainnya. Dasar tes tuberculin ini
timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrate limfosit
2013).
19
Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, hasil tesmantoux ini dibagi
reaksi mantoux yang positif (99,8%), sedangkan pada pasien HIV positif, test
2009).
2.1.10 Komplikasi
gagal napas, tuberculosis milier dan kavitas paru (Amin &Asril, 2009)
Selain itu, komplikasi yang sering terjadi pada stadium lanjut adalah
hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas, kolaps dari lobus akibat retraksi
RI, 2011).
20
2.1.11 Prinsip pengobatan TB paru.
yakni :
basilnya peka terhadap obat tersebut, dan salah satunya harus bakteri sidik.
Karena suature sistensi obat dapat timbul spontan pada sejumlah kecil
basil.
21
yang tidak memadaiakan mengakibatkan bertambahnya kemungkinan
sebagai berikut :
- Bila sebuah kombinasi gagal maka dapat dig anti dengan kombinasi yang
- Antara perawatan di rumah sakit dan yang bukan di rumah sakit regimen
tetap di berikan selama sputum BTA tetap positif. Baik dengan biakan
3 Mencegah kambuh
22
Obat-obatan TB dapat di klasifikasikan menjadi 2 resimen, yaitu obat lapis
dan kasus baru. TBP lainnya dalam keadaan TB berat, seperti meningitis
bilateral.
2) Kategori 2. Pasien kasus kambuh atau gagal dengan sputum BTA positif
Apabila sputum BTA menjadi negative, fase lanjutan bisa segera di mulai.
Apabila sputum BTA masih positif pada mingguke 12, faseinisial dengan 4
3) Kategori 3. Pasien TBP dengan sputum BTA negative tetapi kelainan paru
23
4) Kategori 4. Tuberculosis kronik, pada pasien ini mungkin mengalami
resistensi ganda, sputumnya harus di kultur dan uji kepekaan obat untuk
seumur hidup di beri H saja (WHO) atau sesuai rekomendasi WHO untuk
obat saja. Kenyataannya dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi
tetapi sebagian kecil tidak. Kelompok kecil yang resistensi ini malah berkembang
lakukan dengan memakai paduan obat, sedikitnya di berikan 2 macam obat yang
2. 1. 13 Prinsip Pengobatan TB
pengobatan TB. Pengobatan TB adalah salah satu upaya paling efesiensi untuk
mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB. Pengobatan yang adekuat
24
Di telan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas
Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
2. 1. 14 Tahapan pengobatan TB
• Tahap awal :
Pengobatan diberikan setiap hari, panduan pengobatan pada tahap ini adalah
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam
tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang
Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2
bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tampa adanya
minggu.
• Tahap lanjutan :
sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister
25
Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
26
Pirazinamide 25(20– 30 ) - 35(30 – 40 ) -
mg/hari.
setiap minggu selama tahan intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai
keluhan pasien seperti batuk berkurang ,batuk dahak hilang, nafsu makan
27
memungkinkan foto control dapat di buat pada akhir pengobatan, jika
1) Obat : Paduan obat tidak adekuat, dosis obat tidak cukup, minum obat tidak
berobatat/kurang motivasi.
3) Penyakit :Lesi paru yang terlalu sakit terlalu luas/sakit berat, penyakit lain
2.1.18 Pencegahan
tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna dari pemeriksaan
adalah :
- Pada negara maju vaksinasi di tujukan pada orang dengan tes tuberculin yang
28
- Pada negara berkembang maka vaksinasi BCG hanya efektif di berikan pada
neonates.
- Pada anak-anak harus di lakukan tes tuberkulin. Selain neonates maka anak
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan penderian
yang di ketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap di mulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan
positif memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan di pelajari
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik,
29
Konsep diri pada saat bayi di lahirkan, tetapi berkembang secara bertahap,
saat bayi dapat membedakan dirinya dari orang lain, mempunyai nama sendiri,
pakaian sendiri. Anak mulai mempelajari dirinya, yang mana kaki, tangan, mata
secara terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaannya sukses, konsep diri
yang positif berasal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada
bersahabat.
Konsep diri yang negative dapat di lihat dari hubungan individu dan sosial
yang maladapitif.
30
Konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image) ideal diri (Self-ideal), harga
1) Citra tubuh
atau tidak di sadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai
ukuran dan bentuk, funsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh
2) Ideal Diri
tujuan, nilai yang ingin di raih, ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau
3) Harga diri
kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri di peroleh dari
diri sendiri dan orang lain yaitu: dicintai, di hormati dan di hargai.
31
sering mengalami kegagalan, tidak di cintai atau tidak di terima oleh
4) Peran
sibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap
waktu sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi merupakan hasil
dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
5) Identitas Diri
dengan orang lain. Identitas diri merupakan sintesis dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh, tidak di pengaruhi oleh
berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya, kemandirian timbul
32
Ciri-ciri yang mempunyai kepribadian sehat :Suliswati, dkk (2005).
1) Citra tubuh positif dan akurat: kesadaran akan diri berdasarkan atas
persepsi saat ini dan yang lalu akan diri sendiri dan perasaan tentang
2) Ideal diri realistis: individu yang mempunyai ideal diri realistis akan
3) Harga diri tinggi : individu yang mempunyai harga diri tinggi akan
memuaskan akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan
1) Faktor predisposisi
33
c) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktu rmaupun
fungsi tubuh.
b) Kurang penghargaan
c) Pola asuh yang salah: terlalu di larang, terlalu di control, terlalu di turuti,
harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran
yang sesuai.
34
2.2.5 Faktor Presipitasi
1) Trauma
2) Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat
melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau
tidak merasa cocok melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering di jumpai
terjadi konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. ( Suliswati, dkk
2005).
35
b) Perubahan perilaku yang berhubungan dengan keracunan identitas seperti :
diri, Kekacauan identitas seksual, Kecemasan yang tinggi, Ideal diri tidak
realistis, Tidak mampu berempati terhadap orang lain. Suliswati, dkk (2005).
dkk (2005).
seksual, Sulit membedakan diri dengan orang lain, Gangguan citra tubuh,
perubahan hubunga ndengan orang lain dalam harapannya tehadap diri sendiri
36
perilaku pemecahan masalah( mekanisme koping) yang bertujuan untuk meredakan
kategorikan menjadi 2 koping yaitu : koping jangka pendek dan koping jangka
negatif.
1 Adopsi identitas premature yang di inginkan oleh orang yang penting bagi
2 Identitas negatitif
37
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat di terima oleh nilai-nilai
38
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
review, yakni berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lain yang
pemikiran yang jelas tentang pemecahan masalah yang sudah di uraikan pada
masalah yang sedang di teliti tentang “Konsep Diri Pada Penderita TB Paru”.
beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi literatur
sebagai berikut :
39
melalui jurnal-jurnal penelitian nasional dan internasional yang berasal dari
3.2.2 Screening
memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik yang diteliti. Adapun
topik yang diteliti dalam penelitian ini adalah Konsep Diri Pada Penderita TB
Paru. Dengan topik tersebut, data jurnal yang diakses dalam proses penelitian
c. Jurnal yang dapat diakses secara penuh melalui file pdf full text
internasional
40
3.2.4 Meringkas
1. Persiapan
Proposal
2. Seminar Proposal
3. Perbaikan
proposal
4. Pengambilan dan
pengolahan data
5 Ujian KTI
6 Perbaikan KTI
7 Pengumpulan
41
BAB 4
4.1 Hasil
Google Scholar dengan jumlah artikel 7, screening full text berjumlah 4, non
full text berjumlah 3 sedangkan yang full text atau yang di review berjumlah 4
1. Konsep diri
Konsep diri terdiri dari 2 kriteria yaitu criteria positif dan negative dapat di
42
Berdasarkan tabel 1 mayoritas responden memiliki konsep diri positif dengan
Gambaran harga diri terdiri dari 2 kriteria yaitu criteria rendah dan tinggi
dapat di jelaskan pada tabel 5.3 sabagai berikut :
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi Gambaran Harga Diri
Kategori F %
Rendah 22 48,9
Tinggi 23 51,1
Berdasarkan tabel 1, Distribusi Frekuensi Harga Diri Penderita TB Paru
responden yang memiliki harga diri tinggi lebih banyak dibandingkan dengan
3. Artikel 3 dengan judul adalah Konsep diri pada penderita TB Paru meneliti
4 variabel penelitian yaitu citra tubuh, ideal diri, identitas diri, peran diri dan
harga diri
43
1. Citra Tubuh
Citra tubuh terdiri dari 3 kriteria yaitu criteria baik, cukup dan kurang dapat di
memiliki citra tubuh cukup yaitu sejumlah 3 orang (9.7%), dan prosentase
responden terendah adalah penderita TB paru yang memiliki citra tubuh baik
2. Ideal Diri
Ideal Diri terdiri dari 3 kriteria yaitu criteria cukup dan kurang dapat di
prosentase terbesar adalah penderita TB paru yang memiliki ideal diri kurang
44
yaitu sejumlah 28 orang (90.3%), dan prosentase responden terkecil adalah
penderita TB paru yang memiliki ideal diri cukup yaitu sejumlah 3 orang
(9.7%).
3. Identitas Diri
Identitas Diri terdiri dari 3 kriteria yaitu criteria baik, cukup dan kurang dapat
memiliki identitas diri cukup yaitu sejumlah 7 orang (22.6%), dan prosentase
4. Peran Diri
Peran Diri terdiri dari 3 kriteria yaitu criteria baik, cukup dan kurang dapat di
45
Tabel 5.7. Distribusi frekuensi Peran Diri
prosentase terbesar adalah penderita TB paru yang memiliki peran diri kurang
peran diri baik yaitu sejumlah 8 orang (25.8%), dan prosentase responden
terendah adalah penderita TB paru yang memiliki peran diri cukup yaitu
5. Harga Diri
Peran Diri terdiri dari 3 kriteria yaitu criteria baik, cukup dan kurang dapat di
prosentase terbesar adalah penderita TB paru yang memiliki harga diri kurang
harga diri cukup yaitu sejumlah 10 orang (32.3%), dan prosentase responden
46
terendah adalah penderita TB paru yang memiliki harga diri baik yaitu
terdiri dari Konsep Diri dengan kriteria baik dan kurang sedangkan Hubungan
Sosial Budaya dengan criteria baik, cukup dan kurang dapat di jelaskan pada
Tabel 5.9. Distribusi frekuensi berdasarkan Hubungan Konsep Diri dan Sosial
Budaya pada Pendrita TB Paru
Sosial Konsep Diri Jumlah
Budaya Baik Kurang
F % F % F %
Baik 8 38,9 1 4.79 9 42,88
Kurang 3 14,28 9 42,84 12 57,12
Jumlah 11 52,37 10 47,63 21 100
P = o,oo8
ada 8 responden yang konsep diri baik, yang tergolong sosoal budayanya baik
47
2. Hubungan Konsep Diri dengan Kepribadian pada Penderita TB Paru Paru
terdiri dari konsep diri dengan criteria baik, dan kurang sedangkan Hubungan
Kepribadian dengan criteria baik dan kurang dapat di jelaskan pada tabel 5.10
sebagai berikut:
dari Hubungan Konsep Diri dengan kriteria baik dan kurang sedangkan
Pengetahuan dengan kriteria baik dan kurang dapat di jelaskan pada tabel 5.11
sebagai berikut:
48
pengetahuannya baik yaitu sebanyak 47.62 % (10 responden) dan yang
dirinya baik yaitu sebanyak 4.79 (1 responden) dan yang tergolong konsep
terdiri dari Hubungan Konsep Diri dengan criteria baik dan kurang sedangkan
Kehilangan Kerabat dengan kriteria baik dan kurang dapat di jelaskan pada
kehilangan kerabat yaitu sebanyak 47.62 % (10 responden) dan yang konsep
dirinya baik yaitu sebanyak 4.79 (1 responden) dan yang tergolong konsep
49
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Hubungan dukungan keluarga dengan konsep diri pada penderita TB Paru
antara dukungan keluarga terhadap konsep diri pasien TB Paru hal ini
dukungan sosial yang utama berasal dari keluarga, karena kleuarga memegang
yang di lakukan oleh Hafidz, Azza, dan Komarudin karena penderita TB Paru
50
Berdasarkan tabel 1, Distribusi Frekuensi Harga Diri Penderita TB Paru yang
memiliki harga diri tinggi lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
dan 22 responden (48,9%). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori
yang ada namun sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutapea (2009)
memiliki keterkaitan dengan jenis kelamin, hal ini di dukung oleh Moksnes
(2010) bahwa laki-laki memiliki harga diri lebih tinggi dibandingkan wanita.
Individu dengan harga diri tinggi memiliki sikap penerimaan dan memiliki
1. Citra Tubuh
memiliki citra tubuh cukup yaitu sejumlah 3 orang (9.7%), dan prosentase
responden terendah adalah penderita TB paru yang memiliki citra tubuh baik
mayoritas responden memiliki citra tubuh yang kurang, hal ini karena
51
lebih kurus, terlihat lemah dan sering batuk. Sedangkan responden yang
memiliki citra tubuh yang negative, hal ini terjadi ada penderita penyakit
2. Ideal Diri
prosentase terbesar adalah penderita TB paru yang memiliki ideal diri kurang
penderita TB paru yang memiliki ideal diri cukup yaitu sejumlah 3 orang
memiliki ideal diri yang kurang. Hal ini karena responden yang belum dapat
menerima penyakit yang di deritanya dan tidak ingin terjadi perubahan pada
dirinya seperti berat badan yang terus menurun, lemah dan batuk. Responden
kesenjangan hidup.
3. Identitas Diri
memiliki identitas diri cukup yaitu sejumlah 7 orang (22.6%), dan prosentase
52
mayoritas responden memiliki identitas diri yang kurang hal ini terjadi Karena
responden merasa tidak sebaik orang lain dan tidak dapat menerima
yang seutuhnya, merasa putus asa karena tidak dapat membahagiakan orang
4. Peran Diri
prosentase terbesar adalah penderita TB paru yang memiliki peran diri kurang
peran diri baik yaitu sejumlah 8 orang (25.8%), dan prosentase responden
terendah adalah penderita TB paru yang memiliki peran diri cukup yaitu
responden memiliki peran diri yang kurang hal ini terjadi karena penderita TB
5. Harga Diri
prosentase terbesar adalah penderita TB paru yang memiliki harga diri kurang
53
yaitu sejumlah 16 orang (51.6%), kemudian penderita TB paru yang memiliki
harga diri cukup yaitu sejumlah 10 orang (32.3%), dan prosentase responden
terendah adalah penderita TB paru yang memiliki harga diri baik yaitu
mayoritas responden memiliki harga diri yang kurang hal ini karena
responden merasa tidak percaya diri saat berinteraksi dengan orang lain
hargai, dan merasa tidak berguna untuk orang lain. Responden menilai
pasien sering terlihat menunduk dan menghindarkan kontak mata saat di ajak
berbicara.
Paru
bahwa dari 9 responden yang sosial budayanya baik, yang tergolong konsep
dirinya baik yaitu sebanyak 38.09 % (8 responden) dan yang konsep dirinya
yaitu sebanyak 14.28 % (3 responden) dan yang tergolong konsep dirinya baik
tentu tidak bisa hadir secara tiba-tiba dalam diri seseorang bengitu saja.
54
Konsep diri juga merupakan sesuatu yang tercipta berkat adanya proses. Ada
berbagai macam cara membentuk konsep diri dengan berbagai latar belakang
dirinya baik yaitu sebanyak 47.62% (10 responden) dan yang konsep dirinya
55
dirinya baik yaitu sebanyak 47.62 % (10 responden) dan yang konsep dirinya
yaitu sebanyak 4.79 (1 responden) dan yang tergolong konsep dirinya kurang
berpikir sesorang, setelah tersimpan konsep diri akan masuk ke dalam pikiran
seseorang pada suatu waktu. Semakin baik konsep diri seseorang akan
ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri
dirinya baik yaitu sebanyak 47.62 % (10 responden) dan yang konsep dirinya
yaitu sebanyak 4.79 (1 responden) dan yang tergolong konsep dirinya kurang
adalah suatu peristiwa atau pengalaman manusia yang bersifat mutlak secara
56
merasa kehilangan.kehilangan kerabat pada pasien TB Paru merupakan hal
jauhi sehingga pasien akan merasa takut dan akan merasa bahwa tidak ada
lagi teman atau kerabatnya di dunia ini lagi. Sehingga kehilangan kerabat
57
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Penelitian kajian literatur ini telah mengkaji empat artikel yang didapatkan
dari empat database dengan menggunakan beberapa kata kunci. Dari hasil
kriteria inklusi dan eksklusi hingga menyisakan empat artikel. Seluruh artikel
total sampling. Pada kajian literatur ini, didapatkan hasil bahwa ada hubungan
6.2 SARAN
57
6.2.2. Tenaga keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat dalam
tuberkulosis.
konsep diri, gambaran harga diri pada pasien TB Paru terhadap konsep diri
penderita tuberculosis.
58
DAFTAR PUSTAKA
Melisa. (2012). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada Pasien
Tuberkulosis Parudi Poli Paru BLU RSUP PROF.DR.R.D Kandou
Manado.E-journal Keperawatan (E-KP). Volume 1 No 1.
Mubarak & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori &
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2005). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawtan Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika.
Paul, J. Centi. (2012). Mengapa rendah diri. Kanisus. Yogyakarta.
Thohari Imam (2016). Konsep Diri Pada Pasien TB paru. Stikes Kusuma Husada
Surakarta
WHO. (2014). Global Tuberkulosis Report 2014.
59
World Health Organization. (2017). Global tuberculosis report. Diperoleh tanggal
9 Desember 2017 dari http://apps.who.int/
60