Anda di halaman 1dari 5

CATATAN LOGIKA 4.

Proposisi
5. Penyimpulan
1. Definisi Logika 6. Argument
2. Obyek Material (materinya) 7. Logika Berdasarkan Sumber
3. Obyek Formal (cara membahas materinya) a. Logika alamiah
b. Logika ilmiah
8. Logika Berdasarkan Zaman Timbulnya 1 kata dalam 1 kalimat digunakan
a. Logika klasik beberapa kali dengan arti yang
b. Logika modern sama.
9. Logika Berdasarkan Bentuk dan Isi ii. Ekuivok
Argumen 1 kata dalam 1 kalimat digunakan
a. Logika formal beberapa kali, namun memiliki arti
b. Logika material yang benar-benar berbeda.
10. Logika Berdasarkan Penyimpulan iii. Analog
a. Logika deduktif : cara berpikir dimana Relasi kemiripan antara dua hal.
dari pernyataan bersifat umum ditarik Jadi 1 kata dalam satu kalimat
kesimpulan bersifat khusus. digunakan beberapa kali, namun
b. Logika induktif : cara berpikir dimana memiliki analogi yang berbeda.
dari pernyataan bersifat khusus ditarik 18. Arti Klasifikasi
kesimpulan bersifat umum. Pembagian logis.
11. Argument Deduktif 19. Jenis-jenis Klasifikasi
12. Bahasa a. Klasifikasi sederhana (2)
13. Animal Symbolicum : makhluk yang b. Klasifikasi kompleks (lebih dari 2)
mampu berbahasa baik secara tulisan 20. Hukum-hukum Klasifikasi
maupun lisan. a. Lengkap
14. Realitas Ontologis : kenyataan b. Sungguh-sungguh memisahkan
15. Isi Pengertian : seluruh unsur yang c. Menggunakan satu dasar yang sama
terkandung dalam pengertian. d. Sesuai dengan tujuan yang dikehendaki
16. Luas Pengertian : seberapa umum yaitu sesuai dengan dasar
pengertian tsb. e. Rapih/urut
17. Klasifikasi Term 21. Pengertian Definisi
a. Berdasarkan jumlah kata Secara etimologis berasal dari Bahasa
i. Term tunggal Yunani, definire yang artinya membatasi
ii. Term majemuk atau mengurung batas-batas tertentu.
b. Berdasarkan luas 22. Tujuan Membuat Definisi
i. Term singular a. Menambah pembendaharaan kata
ii. Term particular b. Menghilangkan ambiguitas
iii. Term universal c. Menjernihkan arti
c. Berdasarkan sifat d. Menjelaskan secara teoritis
i. Term distributive (individu) e. Mempengaruhi sikap
ii. Term kolektif (kelompok) 23. Definisi Nominal
d. Berdasarkan penggunaan arti a. Definisi sinonim
i. Univok Mendefinisikan suatu definisi dengan
definisi lain yang memiliki definisi sama.
b. Definisi etimologis e. Definiens tidak boleh berbentuk
Berasal dari asal kata. negative sejauh masih dapat
c. Definisi stipulative dirumuskan secara afirmatif
Menggunakan definisi yang telah ada Definisi tidak boleh berupa negasi.
untuk mendefinisikan definisi baru. 28. Pengertian Kesesatan
d. Definsi leksikal a. Kesesatan formal :
Definisi yang diambil berdasarkan kesesatan bahasa
kamus. b. Kesesatan informal (material) :
24. Definisi Real kesesatan relevansi dan kesesatan
a. Definisi logis – definisi hakiki – definisi presumsi
esensial c. Kesesatan sofistik :
Jelas, lengkap, berdasar, dan lazim. kesesatan ambiguitas
b. Definisi deskriptif 29. Kesesatan Bahasa (4)
Menyebutkan sejumlah sifat a. Kesesatan aksentuasi
(mendeskripsikan). Tekanan dalam cara penyebutan.
c. Definisi kausal b. Kesesatan ekuivokasi
Disebabkan karena … Satu kata dengan bunyi sama memiliki
d. Definisi final banyak makna.
Tujuan dan fungsi realitas barang c. Kesesatan amfiboli
tersebut diciptakan. Konstruksi kalimat yang
25. Definisi Denotatif – definisi otensif – membingungkan.
definisi demonstrative – definisi tunjuk d. Kesesatan metaforis
Keluasan term yang didefinisikan. Pencampuran makna kiasan dan makna
26. Definisi Konotatif – definisi analitik – asli.
definsi logis – definisi hakiki 30. Kesesatan Relevansi (9)
Kedalaman term yang didefinisikan. a. Argumentum ad baculum
27. Aturan-aturan Definisi (definiens: definisi; Pengaruh kekuasaan seseorang.
defiendum: yang didefinisikan) b. Argumentum ad misericordiam
a. Definiens harus dapat dibolak-balikkan Perasaan kasihan.
dengan definiendum c. Argumentum ad populum
Luas definisi harus sama dengan yang Hanya karena pendapat mayoritas.
didefinisikan. d. Argumentum ad hominem
b. Definiendum tidak boleh masuk ke (merendahkan, sirkumstansial, tu
dalam definiens quoque)
Kata yang didefinisikan tidak boleh Menyerang kebenaran suatu klaim
disebut lagi dalam definisi. dengan menunjuk sifat negatif orang
c. Definiens harus sungguh-sungguh yang mendukung klaim tersebut.
menjelaskan e. Argumentum ad verecundiam
Definisi harus jelas dan mendefinisikan. Pendapat para ahli diterima tanpa kritisi
d. Definiens harus bersifat parallel dengan karenaa dianggap pakar sudah pasti
definiendum benar.
Isi defiinsi harus sama dengan yang f. Argumentum ad ignorantiam
didefinisikan. Suatu pendapat benar karena negasinya
tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
g. Ignoratio elenchi
Menarik kesimpulan yang sebenarnya Kelompok kecil = kelompok besar.
tidak relevan dengan premis-premisnya. d. Pembagian
h. Argument bayangan (Strawman) Kelompok besar = kelompok kecil.
Mendistorsi argument lawan, lalu 33. Penalaran Langsung
menyimpulkan bahwa argument lawan - Penalaran yang premisnya hanya terdiri
telah hancur. dari sebuah proposisi saja.
i. Pengalih perhatian (Red Herring) - Kesimpulan diturunkan dengan
Berusaha mengubah topik pembicaraan. merumuskan perlawanan (oposisi),
31. Kesesatan Presumsi (7) yaitu dengan menukar tempat term
a. Non cause pro cause subjek dan term predikat.
Bukan sebab yang sebenarnya. 34. Proposisi Kategoris Standar
b. Post hoc ergo propter hoc - Semua unsurnya dinyatakan eksplisit.
Menyimpulkan sesuatu semata-mata - Term subjek dan term predikat
karena kejadian sebelumnya. merupakan kata benda.
a dan b disebabkan karena sebab yang - Dapat diformulasikan dengan S = P atau
terlalu sederhana. S tidak sama dengan P.
c. Analogi lemah (induksi lemah) Selain itu disebut Proposisi Kategoris Non
Analogi tidak cukup untuk ditarik Standar
kesimpulan. 35. Klasifikasi Proposisi Kategoris
d. Slippery slope (induksi lemah) a. Kuantitas proposisi
Jika… maka… - Singular
e. Aksidensi - Particular
Kejadian insidensial yang digeneralisasi - Universal
untuk seluruh kasus. b. Kualitas proposisi
f. Generalisasi terburu-buru - Afirmatif
Sampel terlalu kecil untuk dibuat - Negative
kesimpulan. c. Kuantitas dan kualitas proposisi
g. Petitio principii - Universal afirmatif
Bernalar melingkar dan mengandaikan - Particular afirmatif
apa yang dipersoalkan. - Singular afirmatif
h. Pertanyaan kompleks - Universal negative
Lebih ke nuduh (pertanyaan ga bisa - Particular negative
dijawab karena ga bener). - Singular negative
32. Kesesatan Ambiguitas (4)
Kuantitas/Kualitas Afirmatif Negative
a. Ekuivokasi
Universal/singular A E
Ini terjadi ketika kesimpulan dari sebuah
Partikular I O
argumen bergantung pada kenyataan
bahwa sebuah kata atau frase 36. Lambang Boole
digunakan, entah secara eksplisit entah a. PROPOSISI A
secara implisit, dalam dua arti berbeda - Semua S adalah P
di dalam argumen tersebut. - Semua S yang non-P adalah kelas
b. Amfiboli kosong
Salah tafsir karena susunan kalimat yang b. PROPOSISI E
membingungkan. - Semua S bukan P
c. Penggabungan
- Semua kelas S yang P adalah kelas
kosong
c. PROPOSISI I
- Sebagian S adalah P
- Sebagian kelas S yang P bukan kelas
kosong
- Sebagian kelas S yang P adalah kelas
beranggota 38. Oposisi atau Perlawanan
d. PROPOSISI O a. Jenis-jenis oposisi
- Sebagian S bukan P i. KONTRADIKTORIS
- Sebagian kelas S yang non-P bukan Aspek: kuantitas & kualitas
kelas kosong ii. KONTRARIS
- Sebagian kelas S yang non-P adalah Aspek kualitas antara A - E
kelas beranggota iii. SUBKONTRARIS
37. Diagram Venn Aspek kualitas antara I - O
a. PROPOSISI A iv. SUBALTERNA
Aspek kuantitas

b. PROPOSISI E

c. PROPOSISI I

d. PROPOSISI O
b. Hukum-hukum tentang nilai kebenaran
proposisi-proposisi opositif

39. Luas Term Predikat


a. Luas term predikat dalam proposisi
afirmatif
b. Luas term predikat dalam proposisi
negatif
40. Ekuivalensi
a. Konversi
b. Obversi
c. Kontraposisi
41.

Anda mungkin juga menyukai