Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro Volume 6 Tahun 2021

Pengendalian Temperatur di Metal Bath Berbasis Thyristor Pada Ketebalan


Kaca Lembaran yang Berbeda

Bambang Yan Ardianto1, Dani Kurniawan2


1
Program Studi Magister Terapan, Teknik Elektro, Politeknik Negeri Jakarta
Jl. Prof. Dr. G.A. Siwabessy, Kampus Baru Universitas Indonesia, Depok, 16424, Jawa Barat, Indonesia
2
Teknik Elektro, FTI Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN)
Jl.Moh. Kahfi II Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640, DKI Jakarta, Indonesia

e-mail : bambang.yanardianto@gmail.com

Abstrak
Salah satu tempat pembuatan kaca lembaran dengan metode float process adalah metal bath, dimana di dalamnya terdapat
cairan timah yang temperaturnya dijaga menggunakan heater, agar cairan timah tetap dalam kondisi konstan. Sesuai
dengan perubahan temperatur pada ketebalan kaca lembaran yang berbeda, maka dibutuhkan daya listrik yang berbeda
pula. Untuk itu, diperlukan sebuah teknologi kelistrikan untuk merubah daya listrik pada heater secara cepat, tepat, dan
efisien. Hasil penentuan kebutuhan daya listrik heater dalam menjaga temperatur di metal bath, khususnya di area spout,
didapat dari kurva karakteristik temperatur terhadap luasan daerah heater, yang kemudian dikendalikan oleh
thyristor/SCR. Metode yang digunakan dalam merubah daya listrik pada ketebalan kaca lembaran yang berbeda adalah
dengan metode penundaan sudut penyalaan α dan π+α (phase delay angle), sehingga mendapatkan variasi tegangan
keluaran yang berbeda. Dimana didapat nilai sudut penyalaan α = 37.010 pada ketebalan kaca 2 mm, kemudian sudut
penyalaan α = 85.460 pada ketebalan kaca 5 mm, dan sudut penyalaan α = 153.730 pada ketebalan kaca lembaran 10 mm.

Kata kunci : Float Glass, Metal Bath; Phase Delay Angle; Thyristor

Abstract

One of the places for making flat glass using the float process method is a metal bath, in which there is a tin liquid whose
temperature is maintained using a heater, so that the tin liquid remains in a constant condition. In accordance with changes
in temperature at different thicknesses of glass, different electrical power is required. For this reason, an electrical
technology is needed to convert the electric power of the heater quickly, precisely, and efficiently. The results of
determining the electric power requirement of the heater in maintaining the temperature in the metal bath, especially in
the spout area, are obtained from the temperature curve against the area of the heater area, which is then controlled by the
thyristor / SCR. The method used in changing the electrical power at different thickness of sheet glass is the delay method
of ignition angle α and π + α (phase delay angle), so that you get different variations in the output voltage. Where it is
obtained the ignition angle value α = 37.010 at 2 mm glass thickness, then the ignition angle α = 85,460 at 5 mm glass
thickness, and ignition angle α = 153,730 at 10 mm thickness sheet glass.

Keywords : Float Glass, Metal Bath; Phase Delay Angle; Thyristor

1. Pendahuluan diketahui, perubahan panas pada heater, akan berdampak


pada besarnya konsumsi daya listrik.
Keberadaan kaca lembaran sebagai bahan bangunan telah Sesuai dengan permintaan konsumen yang
dikenal dan digunakan sejak dibutuhkannya bidang menginginkan kaca lembaran dengan ketebalan yang
transparan yang mampu menyatukan ruang luar dengan berbeda, maka diperlukan teknologi kelistrikan untuk
ruang dalam, serta memasukan unsur pencahayaan alami merubah daya listrik pada heater secara cepat, tepat, dan
namun tetap menjaga kondisi ruang dalam dari pengaruh efisien.
ruang luar [1].
Secara umum, sistem distribusi daya listrik pembuatan
Proses pembuatan kaca lembaran di area metal bath spout kaca lembaran di pabrik yang dimaksud, dapat terbagi
untuk melakukan pengkondisian temperatur setidaknya atas Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 kV,
menggunakan bantuan 4 buah zone heater. Seperti Sistem Distribusi Tegangan Menengah 3.3 kV, dan

316
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro Volume 6 Tahun 2021

Sistem Distribusi Tegangan Rendah 460 V. PLN ampere, dan watt, melainkan oleh daya yang dikeluarkan,
(Perusahaan Listrik Negara) merupakan penyedia daya sebagaimana dinyatakan dalam watt per inci persegi
listrik utama yang ada di pabrik kaca lembaran ini. Daya (kW/m2), dari radiasi panas yang dihasilkan.
listrik yang diberikan berasal dari 2 unit Gardu Induk Pembebanan daya maksimum dapat digambarkan
(GI) yang berbeda, untuk masing-masing pemakaian sebagai kurva fungsi dari temperatur, dan atmosfir di
pabrik. Susunan Pendistribusian Tenaga Listrik Sebagai sekelilingnya[3].
berikut :

1. Panel Receiving 20 kV, yaitu Panel Distribusi Listrik


yang menerima tegangan menengah 20 kV dari PLN.
2. Tegangan Listrik 20 kV, kemudian diturunkan
kembali menjadi tegangan menengah 3.3 kV,
menggunakan transformator step down milik pabrik
dengan daya 7500 kVA. Pada sistem tegangan
menengah ini, daya listrik mendapatkan cadangan
daya dari generator,apabila sumber listrik dari PLN
Gambar 2 : Kurva Temperatur Heater [3]
mengalami masalah.
3. Tegangan Listrik 3.3 kV diturunkan kembali menjadi
Besarnya tegangan listrik per fasa (Vph) , atau dapat
pemakaian tenaga listrik tegangan rendah tiga fasa
disebut juga sebagai tegangan sumber pada mode SCR
dengan tegangan 460 V & 380 V, dan satu fasa
Controller (Vs), dapat dihitung melalui persamaan
dengan tegangan 220 V & 110 V.
berikut [4] :
𝑉𝑉𝐿𝐿−𝐿𝐿
Vs = (1)
√3
Dimana :
VS = Tegangan sumber per fasa (volt)
VL-L = Tegangan Listrik line to line (3 fasa) (volt)
R

VFASA
VLINE TO LINE IR
ZR

S N IT
IS
Gambar 1 : Diagram Satu Garis Sistem Distribusi 20/3.3 kV
ZT
VLINE TO LINE ZS
2. Metode Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di perusahaan
T
penghasil kaca lembaran, PT. Asahimas Flat Glass, Tbk,
Jakarta Utara. Dimana thyristor sekarang banyak Gambar 3 : Heater Terhubung Bintang [5]
digunakan di banyak elektronika daya, dan aplikasi
penggerak motor ataupun kendali peralatan lainnya. Ini Besarnya nilai √3 didapatkan dari nilai perbedaan vektor
karena beberapa keunggulannya seperti ukurannya yang sudut pada beban terhubung bintang, dimana tegangan
relatif kecil, kerugian rendah, banyak di pasaran, dan line terpisah dari tegangan fasa sebesar 300. Arus listrik
biaya rendah [2]. Dalam tulisan ini, thyristor pengendali pada line (IL) sama dengan arus fasa (IF).
untuk pemanas kaca lembaran menggunakan thyristor Karena elemen pemanas listrik bertindak sebagai tahanan
dianalisis dan dibuktikan pada ketebalan kaca lembaran listrik murni, terhubung bintang seimbang, dan
yang berbeda. Tegangan pemanas telah dikendalikan bertegangan 3 fasa, sesuai dengan Gambar 3.23, maka
oleh kendali sudut fasa pada thyristor.Tujuan dari dapat dihitung total daya listrik heater yang dihasilkan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan sebagai berikut :
mengembangkan metode yang efektif dalam P = √3 . 𝑉𝑉𝐿𝐿−𝐿𝐿 . I. cos φ (2)
pengendalian pemanas di metal bath pada proses Dengan :
pembuatan kaca lembaran dengan ketebalan yang P = Daya Listrik yang dihasilkan Heater (watt)
berbeda. VL-L = Tegangan Listrik line to line (3 fasa) (volt)
I = Arus Listrik (ampere)
Tidak seperti elemen pemanas berbahan dasar logam, cos φ = Faktor Daya
elemen pemanas silikon karbida tidak dinilai dalam volt,

317
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro Volume 6 Tahun 2021

Berdasarkan Pers. (1), nilai tegangan per fasa dapat thyristor, dimana Anoda dan Katoda seolah terhubung
dihitung menjadi sebagai berikut : 𝑉𝑉𝐿𝐿−𝐿𝐿 = √3 . Vph , dan singkat dan arus listrik mengalir satu arah dari Anoda ke
jika dimasukkan ke Pers.(2) menjadi sebagai berikut : Katoda [5].
P = √3. (√3 . Vph). I. cos φ
Dengan mengalikan bilangan konstanta √3, maka akan
didapatkan persamaan sebagai berikut :
P = 3.Vph.I.cosφ (3)
Dengan :
P = Daya Listrik total yang dihasilkan Heater (watt)
Vph = Tegangan Listrik per fasa (volt)
I = Arus Listrik (ampere)
cos φ = Faktor Daya Gambar 4 : Simbol SCR

Dengan menggunakan hukum Ohm, dimana beda Sebaliknya terminal Gate tidak dapat digunakan untuk
potensial (tegangan listrik), adalah sama dengan arus memadamkan thyristor. Pemadaman SCR hanya bisa
listrik dikalikan dengan tahanan listriknya, atau dapat dilakukan apabila arus listrik yang mengalir pada Anoda
dibuatkan persamaan sebagai berikut : kurang dari arus listrik minimum (holding current) [2]
V = I.R
𝑉𝑉𝑝𝑝ℎ
I= (4)
𝑅𝑅
Dengan :
R = Tahanan Listrik (Ω)

Maka, jika Pers.(4) dimasukkan ke Pers. (3) akan


menjadi persamaan sebagai berikut :
𝑉𝑉𝑝𝑝ℎ
P = 3 . Vph . . cos φ
𝑅𝑅
𝑉𝑉𝑝𝑝ℎ 2
P = 3. . cos φ (5)
𝑅𝑅
Dengan :
P = Daya Listrik yang dihasilkan Heater (watt) Gambar 5 : Karakteristik SCR

Karena beban elemen pemanas listrik (heater), sebagai


3. Termokopel
beban resistif, dengan faktor daya (cos φ) = 1, maka daya
listrik total elemen pemanas dapat dihitung melalui
Termokopel adalah suatu sensor temperatur yang bekerja
persamaan sebagai berikut :
𝑉𝑉𝑝𝑝ℎ 2 dengan sistem kelistrikan. Prinsip kerja dari sensor
P =3 (6) temperatur tipe ini adalah penggunaan dua material yang
𝑅𝑅
Dengan : berbeda untuk mengukur temperatur. Termokopel adalah
P = Daya Listrik total yang dihasilkan Heater (watt) dua kawat dari bahan berbeda jenis yang disambungkan
R = Tahanan Listrik Heater (Ω) menjadi satu di ujungnya, dan dinamakan junction. Jika
kedua junction kawat mempunyai temperatur yang
Sehingga untuk menentukan besarnya nilai tegangan berbeda, maka akan timbul arus listrik pada loop kawat
output RMS yang merupakan tegangan listrik per fasa tersebut. Timbulnya arus listrik tersebut dikarenakan
pada beban heater, yang digunakan untuk menentukan efek termoelektrik [6].
besarnya sudut penyulutan α dapat dilakukan sesuai
persamaan sebagai berikut :
𝑃𝑃.𝑅𝑅
Vout(RMS) =� (7)
3
Dengan :
Vout (RMS) = Tegangan Listrik terpotong SCR
Controller (volt) Gambar 6 : Efek Termoelektrik [6]

2.1. Thyristor/SCR 3.1 SCR Controller

Thyristor atau disebut juga Silicon Controlled Rectifier SCR Controller yang digunakan untuk mengendalikan
(SCR) tersusun atas 4 keping semikonduktor, dan daya listrik elemen pemanas (heater) merupakan SCR
memiliki 3 terminal : Anoda, Katoda, dan Gate Controller 3 fasa yang digunakan untuk beban R (heater
(Gerbang). Terminal Gate berfungsi untuk menyalakan listrik).

318
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro Volume 6 Tahun 2021

Tabel 1 : Spesifikasi SCR Controller [7] dapat dirubah menjadi radian terlebih dahulu, dimana 1
1800
Parameter Nilai Pengaturan derajat = radian. Dan untuk mengembalikan ke
𝜋𝜋
Nilai Tegangan Input 230~500 VAC bentuk derajat sudut, dapat ditentukan dengan konversi 1
Daya Maksimal 429 kVA (429 kW) radian = 57.30.
sin 2𝛼𝛼
Jika sudut α bernilai 00, 900, atau 1800, maka nilai
Deskripsi Beban Ohmic Load 2
= 0, karena nilai sin 00, sin 1800, dan sin 3600 bernilai nol.
Mode Operasi Phase Angle (VAR)
Set Point Input 4-20 mA 4. Hasil dan Pembahasan
Tipe Pengendalian VRMS 4.1. Data

Dapat dilihat bahwa terdapat dua unit SCR yang dipasang Besarnya nilai sudut penyalaan α pada ketebalan kaca
saling berhadapan untuk mengendalikan penyulutan lembaran yang berbeda menjadi subjek skripsi, yaitu nilai
tegangan bolak-balik, sehingga didapatkan variasi dalam tegangan yang diatur oleh SCR Controller sehingga
nilai tertentu untuk digunakan untuk mengendalikan daya mampu menghasilkan daya listrik yang bervariasi dari
listrik heater. heater.
SCR1

R
Dalam menentukan data daya listrik heater yang
dibutuhkan, untuk menjaga kestabilan temperatur di
SCR2 L1 metal bath, maka diperlukan data aktual temperatur di
SCR3
L2 area spout pada ketebalan kaca lembaran yang berbeda.
S Heater Load
Tabel 2 : Data Temperatur Spout
SCR4
L3
SCR5
Tebal Kaca Temperatur Spout
T
(mm) (oF)
SCR6
2 2408
Gambar 7 : Rangkaian SCR Controller [7]
3 2372
Pada mode phase angle principle (VAR), sudut penyalaan
4 2336
digunakan untuk mendapatkan variasi tegangan listrik
yang digunakan untuk pengaturan selanjutnya. Besarnya 5 2282
sudut penyalaan tipikal, untuk sisi positif dan negatif [8]. 6 2246
Mode ini yang selanjutnya akan digunakan untuk
mengatur daya listrik heater pada spout metal bath. 7 2210
Karena bentuk gelombang keluaran berbentuk 8 2156
sinusoidal, maka persamaan di atas dapat dibuat secara
matematis, menggunakan persamaan kuadrat integral 9 2102
tertentu, sesuai dengan batas atas dan batas bawahnya, 10 2012
sebagai berikut [5][9]:
1 sin 2𝛼𝛼 12 1994
Vout = Vs � 𝜋𝜋
�(𝜋𝜋 − 𝛼𝛼) +
2
� (8)
Dengan : 4.1.1. Penentuan Daya Listrik Heater
Vout = Tegangan Listrik dari SCR Control (volt)
Vs = Tegangan Sumber (volt) Berdasarkan data Pada Tabel 2, maka temperatur area
α = Sudut Penyalaan SCR Controller (derajat) spout metal bath adalah 2408 oF, sehingga jika data
π = Sudut setengah lingkaran penuh (1800 atau π = 3.14) tersebut dimasukkan ke kurva fungsi heater Gambar 2,
maka akan didapatkan daya listrik per satuan luas sebesar
Maka persamaan penentuan sudut penyalaan α pada 50 kW/m2.
mode SCR Controller phase angle principle (VAR) di
atas dapat disederhanakan menjadi : Daya Listrik per satuan luas tersebut kemudian dikalikan
𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 (𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅) 2 sin 2𝛼𝛼 dengan luasan area spout metal bath yaitu sebesar 15 m2,
α=[𝜋𝜋 − � � . 𝜋𝜋] + (9) sehingga didapatkan nilai daya listrik heater yang
𝑉𝑉𝑠𝑠 2
(Jika α = 00 , 900 , atau 1800 , maka
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2𝛼𝛼
= 0) dibutuhkan sebesar : 50 kW/m2 x 15 m2 = 750 kW.
2 Total daya listrik heater yang dibutuhkan tersebut masih
harus dibagi lagi dengan empat, karena terdapat total 4
Perhitungan persamaan (9) di atas, dapat dilakukan zone heater, sehingga total daya listrik yang dibutuhkan
dengan menggunakan satuan radian, dimana sudut α per zone heater menjadi : 750 kW/4 = 187.5 kW.

319
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro Volume 6 Tahun 2021

Dengan metode penentuan daya listrik yang sama seperti 4.2.2. Perhitungan Sudut Penyalaan α
pada penentuan daya listrik pada ketebalan kaca Tebal Kaca 5 mm & 10 mm
lembaran 2 mm, maka didapatkan daya listrik heater
pada ketebalan kaca lembaran 5 mm sebesar 123.75 kW, Dengan menggunakan metode perhitungan yang sama
dan dibutuhkan daya listrik dari heater sebesar 58.125 seperti pada ketebalan kaca lembaran 2 mm, maka untuk
kW pada ketebalan kaca lembaran 10 mm, seperti tersaji ketebalan kaca lembaran 5 mm dan 10 mm, akan
pada Tabel 3. didapatkan nilai tegangan keluaran dan sudut penyalaan
α.
Tabel 3 : Data Daya Listrik Heater
Tabel 4 : Sudut Penyalaan α
Tebal Kaca α
Tebal Kaca Daya Listrik Heater (P)
(mm) ( 0)
(mm) (kW)
2 37.01
2 187.5
5 85.46 5 123.75
10 153.73 10 58.125

4.2. Perhitungan Sudut Penyalaan α 4.3. Analisis


4.2.1. Perhitungan Sudut Penyalaan α 4.3.1. Analisis Sudut Penyalaan α Tebal
Tebal Kaca 2 mm Kaca 2 mm
Karena beban heater terhubung bintang, dengan Berdasarkan data temperatur spout di area metal bath,
tegangan line berupa tegangan tiga fasa (VLINE = 460 V), kaca lembaran dengan tebal 2 mm ini membutuhkan
maka tegangan fasa sumber (Vs) sesuai Pers.(1) menjadi: temperatur yang tinggi dibandingkan kaca lembaran
460
Vs = dengan ketebalan lainnya.
√3
= 265.58 V Hasil perhitungan sudut penyalaan α pada ketebalan kaca
Dengan menggunakan data daya listrik heater (P) yang lembaran 2 mm, didapatkan hasil tegangan listrik yang
dibutuhkan pada saat produksi kaca lembaran tebal 2 mm terpotong sebesar 257.39 V, dan sudut α (π+α) sebesar
pada kurva Gambar 2, sebesar 187.5 kW, dan resistansi 37.010.
heater yang dianggap tetap = 1.06 Ω. Maka perhitungan
tegangan keluaran yang terpotong oleh SCR Controller Berdasarkan hasil yang didapatkan tersebut, maka dapat
sesuai Pers. (7) adalah : dibuat gambar bentuk gelombang keluaran hasil
pemotongan tegangan SCR Controller seperti
𝑃𝑃.𝑅𝑅
Vout(RMS) = �
3
digambarkan pada Gambar 8.
V
Gelombang Tebal Kaca : 2 mm α = 37.010
Masukan
187500 𝑥𝑥 1.06 Vout : 257.39 V
=� Vs / Vph Vm
3 π+α

= √66250 0 α = 37.010 π 2π 3π 4π 5π 6π 2πft


Vout(RMS) – 2mm = 257.39 V
Berdasarkan persamaan (9) maka sudut penyalaan α,
tebal kaca lembaran 2 mm dapat dihitung sebagai berikut: Penyulutan
SCR Controller
𝑉𝑉𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 (𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅) 2 sin 2𝛼𝛼 (Trigger Pulse)

α = [𝜋𝜋 − � � . 𝜋𝜋] +
𝑉𝑉𝑠𝑠 2 0
π 2π 3π 4π 5π 6π
2πft

Dengan mengubah α ke bentuk radian, dimana 1 radian = Gelombang


Keluaran
180
, maka persamaan di atas akan menjadi : Tegangan
Terpotong/
𝜋𝜋 Terbuang 0 π 2π 3π 4π 5π 6π
2πft
180
257.39 2 sin 2
α = [𝜋𝜋 − � � . 𝜋𝜋] + 𝜋𝜋
Gelombang
265.58 2 Keluaran
sin 114.640 SCR Controller
= [𝜋𝜋 − (0.969) . 𝜋𝜋] + 2 Vout(RMS)
2 Beban Heater 0
π+α 2π 3π 4π 5π 6π 2πft
= [𝜋𝜋 − 0.939. 𝜋𝜋] + 0.4545
= 0.061 π + 0.4545
Gambar 8 : Gelombang Keluaran -2 mm
Dengan memasukkan nilai konstanta π = 3.14, maka hasil
perkalian dan penjumlahan akan menjadi : = 0.646 radian Berdasarkan Gambar 8 tersebut, prinsip kerja SCR
Hasil persamaan di atas akan dirubah kembali menjadi Controller pada tebal kaca lembaran 2 mm adalah :
bentuk derajat (1 radian = 57.30), maka akan dihasilkan : setelah didapatkan nilai set point daya listrik heater, dan
α (2 mm) = 37.010

320
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro Volume 6 Tahun 2021

nilai tegangan terpotong (Vout), maka langkah


selanjutnya adalah menunda sudut penyulutan α sebesar Kaca lembaran dengan tebal 10 mm, merupakan salah
37.010 dari titik nol derajat pada periode positif, satu jenis kaca lembaran paling tebal yang dibuat di
kemudian akan komutasi alami (OFF) sementara setelah pabrik ini. Gambar bentuk gelombang keluaran yang
mencapai titik π. Kemudian dilanjutkan penyulutan pada terpotong oleh SCR Controller pada ketebalan kaca
titik π + 37.010 pada periode negatif. lembaran 10 mm dapat dilihat pada Gambar 10.
V
Gelombang Tebal Kaca : 10 mm α = 153.730
Vout : 143.3 V
SCR 1, SCR 3, dan SCR 5 akan melakukan penyulutan
Masukan
Vs / Vph Vm

SCR pada periode positif, sedangkan SCR 2, SCR 4, dan π+α

SCR 6 akan melakukan penyulutan SCR pada periode 0 α = 153.73 0 π 2π 3π 4π 5π 6π 2πft


negatif. Hal ini akan terus berlangsung selama setiap
siklus. Penyulutan
SCR Controller
(Trigger Pulse)

4.3.2. Analisis Sudut Penyalaan α Tebal 0


π 2π 3π 4π 5π 6π 2πft

Kaca 5 mm Gelombang
Keluaran
Tegangan
Terpotong/
0
Terbuang π 2π 3π 4π 5π 6π 2πft
Kaca lembaran dengan tebal 5 mm, merupakan kaca
lembaran paling stabil dalam hal temperatur.
Berdasarkan data temperatur spout di area metal bath,
Gelombang
Keluaran
SCR Controller
kaca lembaran dengan tebal 5 mm ini, hanya berbeda Vout(RMS)
Beban Heater
0 π 2π 3π 4π 5π 6π 2πft

sedikit temperaturnya dengan kaca lembaran dengan


tebal 6 mm. Gambar 10 : Gelombang Keluaran - 10 mm

Hal ini dikarenakan sifat alamiah pengambangan kaca di


metal bath dimana ketebalan kaca lembaran alami 4. Kesimpulan
(equilibrium thickness) yang terbentuk adalah berkisar di
ketebalan antara 5~6 mm. Hasil perhitungan sudut 1.Dibutuhkan daya listrik heater lebih banyak pada
penyalaan α dan π+α didapatkan sebesar 85.460. ketebalan kaca lembaran yang tipis saat menjaga
temperatur di area spout metal bath. Pada ketebalan
Hasil ini dikarenakan jika dimasukkan nilai sudut α = 900, kaca lembaran 2 mm, daya listrik dari heater
maka akan didapatkan tegangan terpotong sebesar diperlukan sebesar 187.5 kW, dibandingkan daya
187.82 V. Oleh karena itu nilai sudut α dengan tegangan listrik yang diperlukan pada ketebalan kaca
terpotong sebesar 209.10 V seharusnya berada di kisaran lembaran 5 mm sebesar 123.75 kW, dan 58.125 kW
00-900, atau dapat dinotasikan sebagai berikut : (00 < α < pada ketebalan kaca lembaran 10 mm.
900). Gambar bentuk gelombang keluaran yang terpotong 2. Diperlukan tegangan keluaran dari SCR Controller
oleh SCR Controller dapat dilihat pada Gambar 9. yang lebih besar pada produksi kaca lembaran tipis,
V
yang dikendalikan berupa Vout (VRMS), Dimana
Gelombang
Masukan
Tebal Kaca : 5 mm
Vout : 209.10 V
α = 85.460
dihasilkan tegangan sebesar 257.39 V pada tebal
Vs / Vph Vm
kaca 2 mm, 209.10 V pada tebal kaca lembaran 5
mm, dan 143.30 V pada tebal kaca lembaran 10
0 α = 85.460 π 2π 3π 4π 5π 6π 2πft
mm.
3. Hasil penentuan sudut penyalaan α, untuk
Penyulutan
SCR Controller
mendapatkan tegangan keluaran dari SCR
(Trigger Pulse)
Controller, didapatkan hasil sudut penyalaan α
0
π 2π 3π 4π 5π 6π 2πft lebih kecil saat produksi kaca lembaran tipis.
Gelombang
Dimana didapatkan nilai sudut penyalaan α = 37.010
Keluaran
Tegangan pada ketebalan kaca lembaran 2 mm, kemudian
Terpotong/
Terbuang
0
sudut penyalaan α = 85.460 pada ketebalan kaca
lembaran 5 mm, dan sudut penyalaan α = 153.730,
π 2π 3π 4π 5π 6π 2πft

pada ketebalan kaca lembaran 10 mm.


Gelombang
Keluaran

5. Daftar Acuan
SCR Controller
Vout(RMS)
π+α
Beban Heater
0 π 5π 6π
2π 3π 4π 2πft

[1] L. A. B. Pilkington, “Review Lecture: The float


Gambar 9 : Gelombang Keluaran - 5 mm glass process,” Proc. R. Soc. London. A. Math.
Phys. Sci., vol. 314, no. 1516, pp. 1–25, 1969,
4.3.3. Analisis Sudut Penyalaan α Tebal doi: 10.1098/rspa.1969.0212.
Kaca 10 mm [2] O. Oladepo and G. A. Adegboyega, “MATLAB

321
Prosiding Seminar Nasional Teknik Elektro Volume 6 Tahun 2021

Simulation of Single-Phase SCR Controller for [6] R. Arindya, Instrumentasi dan Kontrol Proses.
Single Phase Induction Motor .,” vol. 5, no. 2, pp. Bandung: Graha Ilmu, 2014.
135–142, 2012. [7] “Thyro-P Thyristor Power Controller Manual
[3] “Industrial Heating Elements- Hot Rod XL Instruction,” 2017.
Heating Elements Product Description,” [8] Zuhal, “Dasar Teknik Tenaga Listrik dan
Worchester, 1994. Elektronika Daya,” Jakarta: PT. Gramedia
[4] D. Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik. Pustaka Utama, 2017.
Jakarta: Balai Penerbit ISTN, 1990. [9] Kusnadi, Elektronika Dya. Depok: PNJ Press,
[5] M. Ashari, Desain Konverter Elektronika Daya. 2016.
Bandung: Informatika, 2017.

322

Anda mungkin juga menyukai