LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS
“KLT”
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemisahan campuran menjadi komponen – komponennya adalah
hal yang sangat penting dalam semua cabang ilmu kimia. Salah satu
teknik pemisahan yang digemari adalah teknik kromatografi. Dengan
menggunakan metode kromatografi, dalam banyak hal yang berkaitan
dengan pemisahan telah terbukti jauh lebih cepat dan efektif daripada
metode lainnya.
Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran didasarkan
atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran
tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase
gerak (cair atau gas).
Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-
komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen
yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda
Ada banyak pembagian metode pemisahan dengan kromatografi,
kromatografi terbagi mejadi kromatografi kolom, kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, dan kromatografi lapis tipis.
Salah satu jenis metodekromatografi yang paling sering dipakai
adalah metode kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi
senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan
teknik kromatografi
Dalam praktikum ini, akan di lakukan teknik pemisahan
kromatografi lapis tipis (KLT). KLT biasanya digunakan pada analisis
kualitatif untuk untuk menentukan jumlah komponen campuran, atau
penentuan suatu zat. Sehingga KLT merupakan teknik analisis yang
cukup mudah dan praktis. Pengerjaan KLTsendiri cukup sederhana
dan cepat, serta tidak membutuhkan biaya yang mahal dalam alat dan
bahannya, dan menggunakan sampel dengan kuantitas yang sangat
kecil.
Sifat fase diam yang satu dengan fase diam yang lain berbeda
karena strukturnya, ukurannya, kemurniannya, zat tambahan sebagai
pengikat, dll. Fasa diam yang digunakan TLC tidak sama dengan yang
digunakan untuk kromatografi kolom terutama karena ukuran dan zat
yang ditambahkan. (Tim dosen Kimia UGM : 2013)
Salah satu fasa diam yang sering digunakan yaitu Silika gel, silika
gel merupakan fase diam yang sering digunakan pada TLC. Makin
kecil diameter akan makin lambat kecepatan air fase geraknya.
Dengan demikian mempengaruhi kualitas pemisahan. Luas
permukaan silika gel bervariasi dari 300 – 1000 m 2/g. bersifat
higroskopis, pada kelembaban relative 45 – 75 % dapat mengikat air 7
– 20 %. (Tim dosen Kimia UGM : 2013)
Ada berbagai cara penggolongan teknik kromatografi, pertama
berdasarkan perbedaan teknik pengerjaan dikenal kromatografi elusi,
partisi dan pendesakan. Kedua berdasarkan jenis fasa yang dipakai
(mobil-stasioner) yaitu a) kromatografi gas-cair, b) kromatografi gas
padat, c) kromatografi cair-cair dan d) kromatografi cair-padat. Teori
dasar kromatografi pertama kali dikembangkan untuk kromatografi
cair-cair oleh Martin dan Synge. Metoda kromatografi planar meliputi
kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas. Setiap metode ini
memerlukan lapis tipis materi berbentuk bidang datar, yang dapat
langsung dipakai untuk pemisahan atau harus dilapiskan di atas
lempeng kaca atau plastik atau logam. Fasa mobil bergerak melalui
fasa stasioner berdasarkan kerja kapiler kadang-kadang dibantu
tarikan gravitasi. Kromatografi lapis tipis dilakukan pada lempeng kaca
yang dilapisi dengan selapis tipis partikel-partikel halus. Lapis tipis ini
berfungsi sebagai fasa stasioner. (Astin Lukum : 2006)
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pemisahan paracetamol terhadap
sampel alpara yang memiliki komposisi paracetamol 500 mg,
dekstrometrofan HBr 15 mg, Klorfeniramini maleat 2 mg, dan
Fenilpropanolamin HCl 12,5 mg. Sampel alpara merupakan obat yang
memiliki indikasi untuk meredakan gejala flu seperti demam, sakit
kepala, hidung tersumbat dan bersin – bersin yang disertai
batuk( MIMIS Indonesia).
Adapun prinsip kerja dari KLT adalah memisahkan sampel
berdasarkan tingkat polar antara sampel dengan pelarut yang
digunakan, berdasarkan tujuannya untuk memisahkan paracetamol
dari sampel, maka KLT menggunakan dua komponen utama yang
menjadi inti dari prosesnya, yaitu Fase gerak dan fase diam
Pemisahan dengan metode KLT (Kormatografi Lapis Tipis)
terhadap sampel alpara menggunakan fase diam yaitu sebuah
lempeng tipis yang mengandung silika gel F254 dan fase gerak yaitu
metanol : etilasetat (3 : 1) yang memiliki polaritas yang cukup tinggi.
Prinsip dari silika gel yaitu, karena bersifat sangat polar maka silika
gel akan menyerap eluen dengan cara menaik.
Pemisahan diawali dengan mengekstrakkan paracetamol dari
serbuk alpara dengan dilarutkan di dalam metanol lalu disaring
menggunakan corong dan kertas saring. Adapun Paracetamol
diekstrakkan terlebih dahulu, karena tujuan dari percobaan ini adalah
pemisahan paracetamol dari sampel. Maka dari itu dilakukan metode
KLT yang akan memberikan nilai Rf sebagai acuan bahwa sampel
yang diekstrakkan adalah benar – benar paracetamol. Ekstrak
tersebut ditotolkan ke lempeng tipis kemudian dimasukan ke dalam
chamber.
Jika diamati, proses KLT yang terjadi adalah KLT secara menaik,
dimana fase gerak akan naik ke fase diam. Setelah selesainya proses
KLT secara menaik, lempeng tipis diamati dibawah lampu sinar UV
254. Hal ini dikarenakan sampel yang digunakan tidak memiliki warna
yang mencolok, maka dari itu noda yang terbentuk tidak akan nampak
apabila dilihat secara langsung di bawah cahaya normal.
Setelah diamati di bawah lampu sinar UV 254 diperoleh hasil noda
yang terbentuk ada 1 noda dan jarak yang ditempuh oleh senyawa
terlarut adalah 3,5 cm, sedangkan jarak yang ditempuh pelarut adalah
5,5 cm. Maka nilai Rf dari sampel yaitu perbandingan antara jarak
yang ditempuh sampel dibandingkan dengan jarak yang ditempuh
eluen adalah 0,6. Berdasarkan teori nilai Rf yang paling bagus adalah
antara 0,2 sampai 0,8. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi
suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan
merupakan besaran karasteristikdan reproduksibel
Adapun faktor kesalahan yang dapat terjadi dari praktikum KLT
adalah apabila konsentrasi dan komposisi larutan yang digunakan
tidak sesuai maka akan mengganggu nilai Rf. Pada saat tidak
terbentuknya noda bulat sempurna, hal ini juga dapat disebakan oleh -
senyawa asing dan pencemaran pada pelarut yang digunakan (wadah
yang digunakan kotor) ataupun adanya partikel lain yang menempel
pada lempeng. tidak sesuainya perbandingan eluen yang digunakan
berdasarkan prosedur yang sudah ada, eluen yang digunakan tingkat
kepolaranya rendah (semakin polar eluen maka semakin
mudahterserap) ,eluen tidak dijenuhkan sebelum proses KLT, eluen
melewati tanda batas pada lempeng tipis, dan jika Chamber tidak
ditutup.
Dengan hasil praktikum yang telah diperoleh maka telah
tercapailah maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami cara-cara pemisahan suatu sampel (obat) dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis dan mengatuhi nilai Rf-nya.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan memahami teori dan prosedur kerja terlebih
dahulu, sebelum melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Kimia. 2013. Kromatografi Lapis(an) Tipis (KLT) Bab III.
Yogyakarta: UGM
LAMPIRAN
Skema Kerja
Gelas kimia
+ sampel + 10 mL etanol
Chamber
Perhitungan
3,5 cm
=
5,5 cm
= 0,6 cm