Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS
“KLT”

NAMA : WIRI RESKY AMALIA


STAMBUK : 15020140074
KELAS : C3
KELOMPOK : 2
ASISTEN : SUGIARTO SADJIDIN

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemisahan campuran menjadi komponen – komponennya adalah
hal yang sangat penting dalam semua cabang ilmu kimia. Salah satu
teknik pemisahan yang digemari adalah teknik kromatografi. Dengan
menggunakan metode kromatografi, dalam banyak hal yang berkaitan
dengan pemisahan telah terbukti jauh lebih cepat dan efektif daripada
metode lainnya.
Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran didasarkan
atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran
tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase
gerak (cair atau gas).
Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-
komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen
yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda
Ada banyak pembagian metode pemisahan dengan kromatografi,
kromatografi terbagi mejadi kromatografi kolom, kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, dan kromatografi lapis tipis.
Salah satu jenis metodekromatografi yang paling sering dipakai
adalah metode kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi
senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan
teknik kromatografi
Dalam praktikum ini, akan di lakukan teknik pemisahan
kromatografi lapis tipis (KLT). KLT biasanya digunakan pada analisis
kualitatif untuk untuk menentukan jumlah komponen campuran, atau
penentuan suatu zat. Sehingga KLT merupakan teknik analisis yang
cukup mudah dan praktis. Pengerjaan KLTsendiri cukup sederhana
dan cepat, serta tidak membutuhkan biaya yang mahal dalam alat dan
bahannya, dan menggunakan sampel dengan kuantitas yang sangat
kecil.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

1.2 Maksud Praktikum


Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara-cara pemisahan suatu sampel (obat) dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis dan mengatuhi nilai Rf-nya.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah memisahkan
paracetamol yang terdapat dalam suatu sampel dengan metode KLT.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Umum
Kromatografi lapis tipis merupakan (KLT) termasuk kategori
kromatografi planar yang termasuk di dalamnya adalah kromatografi
kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang
fasa diamnya diisikan atau ter-packing dalam kolom, kromatografi
planar ini fasa diamnya merupakan lapisan uniform bidang datar yang
didukung oleh plat kaca, aluminium atau plat selulosa dalam
kromatografi kertas, sedangkan fasa gerak yang juga sering disebut
sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fasa diam
dibawah pengaruh kapiler, pengaruh gravitasi atau pengaruh potensial
listrik. Dibanding dengan jenis lain kromatogafi lapis tipis ini lebih
mudah pelaksanaannya dan lebih murah. (Tri Mulyono : 2012)
KLT biasanya digunakan pada analisis kualitatif untuk untuk
menentukan jumlah komponen campuran, atau penentuan suatu zat.
Sehingga KLT merupakan teknik analisis yang cukup mudah dan
praktis. HPTLC (High Performance Thin-Layer Chromatography)
digunakan untuk analisis secara kuantitatif. HPTLC merupakan salah
satu pengembangan KLT. Akan tetapi peralatan HPTLC sangat mahal
dan cukup rumit. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan
analisis kuantitatif kromatografi lapis tipis dengan biaya yang relatif
murah dengan hasil yang akurat (Hess,Amber. 2004).
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi
planar. Fase diamnya (Stationary Phase) berbentuk lapisan tipis yang
melekat pada gelas/kaca, plastic, alumunium. Sedangkan fase
geraknya (Mobile phase) berupa cairan atau campuran cairan,
biasanya pelarut organik dan kadang – kadang juga air. Fase diam
yang berupa lapisan tipis ini dapat dibuat dengan
membentangkan/meratakan fase diam. (Tim dosen Kimia UGM :
2013)

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

Sifat fase diam yang satu dengan fase diam yang lain berbeda
karena strukturnya, ukurannya, kemurniannya, zat tambahan sebagai
pengikat, dll. Fasa diam yang digunakan TLC tidak sama dengan yang
digunakan untuk kromatografi kolom terutama karena ukuran dan zat
yang ditambahkan. (Tim dosen Kimia UGM : 2013)
Salah satu fasa diam yang sering digunakan yaitu Silika gel, silika
gel merupakan fase diam yang sering digunakan pada TLC. Makin
kecil diameter akan makin lambat kecepatan air fase geraknya.
Dengan demikian mempengaruhi kualitas pemisahan. Luas
permukaan silika gel bervariasi dari 300 – 1000 m 2/g. bersifat
higroskopis, pada kelembaban relative 45 – 75 % dapat mengikat air 7
– 20 %. (Tim dosen Kimia UGM : 2013)
Ada berbagai cara penggolongan teknik kromatografi, pertama
berdasarkan perbedaan teknik pengerjaan dikenal kromatografi elusi,
partisi dan pendesakan. Kedua berdasarkan jenis fasa yang dipakai
(mobil-stasioner) yaitu a) kromatografi gas-cair, b) kromatografi gas
padat, c) kromatografi cair-cair dan d) kromatografi cair-padat. Teori
dasar kromatografi pertama kali dikembangkan untuk kromatografi
cair-cair oleh Martin dan Synge. Metoda kromatografi planar meliputi
kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas. Setiap metode ini
memerlukan lapis tipis materi berbentuk bidang datar, yang dapat
langsung dipakai untuk pemisahan atau harus dilapiskan di atas
lempeng kaca atau plastik atau logam. Fasa mobil bergerak melalui
fasa stasioner berdasarkan kerja kapiler kadang-kadang dibantu
tarikan gravitasi. Kromatografi lapis tipis dilakukan pada lempeng kaca
yang dilapisi dengan selapis tipis partikel-partikel halus. Lapis tipis ini
berfungsi sebagai fasa stasioner. (Astin Lukum : 2006)

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

KLT merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan


sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan
untuk memisahkan senyawa yang hidrofobik seperti lemak dan
karbohidrat. KLT dapat digunakan untuk menentukan eluen pada
analisis kromatografi kolom dan isolasi senyawa murni dalam skala
kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang pada KLT disesuaikan
dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Sebagai fase diam
digunakan silika gel, karena tidak akan bereaksi dengan senyawa
atau pereaksi yang reakstif. (Adam Wiryawan : 2008)
Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai
Rf berguna untuk identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatu senyawa
dalam sampel dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa murni. Nilai
Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang ditempuh oleh
senyawa pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut sebagai fase gerak (Adam Wiryawan : 2008)
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapisan tipis ini yaitu;
kromatografi lapisan tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis,
identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
Kemudian metode pemisahan senyawa yang cepat, mudah dan
menggunakan peralatan sederhana dalam menentukan kadar. Serta
dapat digunakan sampel yang sangat kecil (mikro). (Z.Abidin : 2011)
2.2 Prosedur Kerja (Anonim : 2015)
1. Sejumlah larutan yang mengandung logam diasamkan dengan
asam asetat sehingga pH 5. Kemudian ditambahkan sejumlah
volume sama larutan dithizone dalam kloroform kemudian kocok di
dala corong pisah. Pisahkan lapisan kloroformnya dan cuci dengan
larutan asam nitrat untuk menghilangkan kelebihan dithizonenya.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

2. Totolkan sebanyak 10 mikro liter ekstrak kloroform di atas keeping


kromatografi lapis tipis yang telah diaktifir. Sejulah 2 cm dari ujung
bawah dan jarak antara titik totolan kira – kira 1,5 cm satu sama
lainnya.
3. Chamber kromatografi telah dijenuhkan dengan pelarut selama 2
jam. Penjenuhan dapat dipercepat dengan menggunakan kertas
saring yang dimasukan ke dalam chamber.
4. Masukan keeping kromatografi yang telah ditotoli zat, biarkan
selama bberapa menit sehingga larutan mencapai kira – kira 20 cm
dari bawah. Angkat dan keringkan.
5. Hitung Rf tiap – tiap totolan dengan membagi jarak yang ditempuh
oleh zat dengan jarak yang ditempuh pelarut. Kemudian bandngkan
Rf pembanding.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

BAB 3 METODE KERJA


3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah, batang
pengaduk, corong, chamber, gelas kimia 100 mL, gelas ukur 8 mL,
gunting, kertas saring, lampu sinar UV 254, lempeng tipis silika gel
F254, pinset, pipa kapiler, dan pipet tetes.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
alumunium foil, etanol, etilasetat, metanol, sampel serbuk Alpara.
3.3 Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan, yang pertama dikerjakan adalah
membuat ekstrak paracetamol dari sampel yang diberikan. Diambil
gelas kimia 100 mL, dimasukan serbuk sampel aparal ke dalam gelas
kimia, lalu ditambahkan 10 mL etanol, diaduk hingga larutan sampel
larut. Disiapkan corong, digunting kertas saring sesuai dengan ukuran
corong, dan ditempelkan ke dinding mulut corong, kemudian
dimasukan larutan sampel ke dalam corong dengan wadah gelas
kimia yang lain. Tutup gelas kimia dengan alumunium foil.
Diambil sebuah chamber, diisi dengan metanol : etil asetat (3 : 1)
yaitu 3 mL etanol dan 1 mL etilasetat. Dimasukan kertas saring ke
dalam chamber untuk menjenuhkan eluen, ditutup chamber dengan
penutupnya dan ditunggu beberapa menit hingga terbentuk eluen
jenuh.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

Ditotolkan larutan sampel ke lempeng yang sudah diberi garis 0,5


cm dari ujung atas dan 1 cm dari ujung bawah dengan menggunakan
pipa kapiler tepat di tengah garis, lalu dimasukan lempeng yang telah
dilapisi silika gel F254 ke dalam chamber menggunakan pinset
dengan posisi bersandar pada dinding chamber, lalu ditutup chamber,
dan ditunggu beberapa menit hingga eluen naik (terserap) ke lempeng
sampai di batas garis. Diangkat lempeng dan dikeringkan, diamati
lempeng di bawah lampu sinar UV 254, Diperhatikan noda yang
terbentuk dan dibulati noda dengan pensil. Kemudian, dihitung nilai
Rf.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Tabel Pengamatan
Eluen Jumlah Jarak Jarak Eluen Nilai Rf
Noda Noda
Metanol : etilasetat 1 3,5 cm 5,5 cm 0,6 cm
(3 : 1)

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pemisahan paracetamol terhadap
sampel alpara yang memiliki komposisi paracetamol 500 mg,
dekstrometrofan HBr 15 mg, Klorfeniramini maleat 2 mg, dan
Fenilpropanolamin HCl 12,5 mg. Sampel alpara merupakan obat yang
memiliki indikasi untuk meredakan gejala flu seperti demam, sakit
kepala, hidung tersumbat dan bersin – bersin yang disertai
batuk( MIMIS Indonesia).
Adapun prinsip kerja dari KLT adalah memisahkan sampel
berdasarkan tingkat polar antara sampel dengan pelarut yang
digunakan, berdasarkan tujuannya untuk memisahkan paracetamol
dari sampel, maka KLT menggunakan dua komponen utama yang
menjadi inti dari prosesnya, yaitu Fase gerak dan fase diam
Pemisahan dengan metode KLT (Kormatografi Lapis Tipis)
terhadap sampel alpara menggunakan fase diam yaitu sebuah
lempeng tipis yang mengandung silika gel F254 dan fase gerak yaitu
metanol : etilasetat (3 : 1) yang memiliki polaritas yang cukup tinggi.
Prinsip dari silika gel yaitu, karena bersifat sangat polar maka silika
gel akan menyerap eluen dengan cara menaik.
Pemisahan diawali dengan mengekstrakkan paracetamol dari
serbuk alpara dengan dilarutkan di dalam metanol lalu disaring
menggunakan corong dan kertas saring. Adapun Paracetamol
diekstrakkan terlebih dahulu, karena tujuan dari percobaan ini adalah
pemisahan paracetamol dari sampel. Maka dari itu dilakukan metode
KLT yang akan memberikan nilai Rf sebagai acuan bahwa sampel
yang diekstrakkan adalah benar – benar paracetamol. Ekstrak
tersebut ditotolkan ke lempeng tipis kemudian dimasukan ke dalam
chamber.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

Jika diamati, proses KLT yang terjadi adalah KLT secara menaik,
dimana fase gerak akan naik ke fase diam. Setelah selesainya proses
KLT secara menaik, lempeng tipis diamati dibawah lampu sinar UV
254. Hal ini dikarenakan sampel yang digunakan tidak memiliki warna
yang mencolok, maka dari itu noda yang terbentuk tidak akan nampak
apabila dilihat secara langsung di bawah cahaya normal.
Setelah diamati di bawah lampu sinar UV 254 diperoleh hasil noda
yang terbentuk ada 1 noda dan jarak yang ditempuh oleh senyawa
terlarut adalah 3,5 cm, sedangkan jarak yang ditempuh pelarut adalah
5,5 cm. Maka nilai Rf dari sampel yaitu perbandingan antara jarak
yang ditempuh sampel dibandingkan dengan jarak yang ditempuh
eluen adalah 0,6. Berdasarkan teori nilai Rf yang paling bagus adalah
antara 0,2 sampai 0,8. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi
suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan
merupakan besaran karasteristikdan reproduksibel
Adapun faktor kesalahan yang dapat terjadi dari praktikum KLT
adalah apabila konsentrasi dan komposisi larutan yang digunakan
tidak sesuai maka akan mengganggu nilai Rf. Pada saat tidak
terbentuknya noda bulat sempurna, hal ini juga dapat disebakan oleh -
senyawa asing dan pencemaran pada pelarut yang digunakan (wadah
yang digunakan kotor) ataupun adanya partikel lain yang menempel
pada lempeng. tidak sesuainya perbandingan eluen yang digunakan
berdasarkan prosedur yang sudah ada, eluen yang digunakan tingkat
kepolaranya rendah (semakin polar eluen maka semakin
mudahterserap) ,eluen tidak dijenuhkan sebelum proses KLT, eluen
melewati tanda batas pada lempeng tipis, dan jika Chamber tidak
ditutup.
Dengan hasil praktikum yang telah diperoleh maka telah
tercapailah maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami cara-cara pemisahan suatu sampel (obat) dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis dan mengatuhi nilai Rf-nya.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah
Noda yang terbentuk sebanyak 1 noda, jarak yang ditempuh senyawa
terlarut adalah 3,5 cm, jarak yang ditempuh pelarut adalah 5,5 cm dan
nilai Rf – nya adalah 0,6 cm

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan memahami teori dan prosedur kerja terlebih
dahulu, sebelum melakukan praktikum.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2011. Kadar Larutan Temulawak Menggunakan Metode TLC.


Jakarta : UI

Anonim. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Makassar : FF UMI

Hess,Amber. 2004. Digitally-Enhanced ThinLayer Chromatography: An


Inexpensive, New Technique for Qualitative and Quantitative
Analysis

Mulyono,Tri.,dkk. 2012. Pengembangan Analisis Spot Secara Kuantitatif


pada Metode Kromatografi Lapis Tipis menggunakan LabVIEW
Surabaya : FMIPA Universitas Jember

Tim Dosen Kimia. 2013. Kromatografi Lapis(an) Tipis (KLT) Bab III.
Yogyakarta: UGM

Wiryawan, Adam. 2008. Kimia Analitik. Jakarta : Direktorat Pembinaan


Sekolah

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

LAMPIRAN

Skema Kerja

Gelas kimia

+ sampel + 10 mL etanol

Disaring di gelas kimia lain

Ambil pipet kapiler dan


totolkan ke lempeg

Chamber

+ metanol + etilasetat (3:1)

Jenuhkan dengan kertas


saring

Masukan lembpeng ke dalam chamber


sampai noda naik ke atas

Angkat lempeng & keringkan

Dilihat dibawah sinar lampu UV 254 - 366

Amati dan hitung nilai Rf nya

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

Perhitungan

Rf (Rate Of Flow) = Jarak yang ditempuh senyawa terlarut

Jarak yang ditempuh pelarut

3,5 cm
=
5,5 cm

= 0,6 cm

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074

Anda mungkin juga menyukai