Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI DI RUANG AYUB 2

RS REOMANI MUHAMADIYAH SEMARANG

Di Susun Oleh :

AMAL FADLILAH

G3A016140

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2016
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006). Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan
keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis
dalam waktu yang lama( Saraswati,2009).
WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.

Klasifikasi Hipertensi
Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:
Kategori Stadium Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Stadium 1 (hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119mmHg

B. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial (primer)
merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor
keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat
dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola
makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak
(obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol. Apabila riwayat
hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi
lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress,
kegemukan (obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat dan tidak
dapat dikontrol, antara lain:

1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:


a. Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi
adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen setelah
menopause. (Marliani,2007). Peran hormone estrogen adalah meningkatkan kadar HDL
yang merupakan faktor pelindung dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan hormone estrogen dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini
terus berlanjut dimana terjadi perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan umur
wanita secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun
(Kumar,2005).

b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih
tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih
muda.. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu
dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus ,
hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada
usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah
menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari
keausan arteriosclerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin
kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Arteri kehilangan elastisitas
atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan
enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan resiko hipertensi
(Elsanti,2009). Prevalensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %
dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun.
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi cenderung
diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua ada yang mengidap
tekanan darah tinggi, maka akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya
selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang
untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
2. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
a. Merokok
Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
Kebanyakan efek ini berkaitan dengan kandungan nikotin. Asap rokok (CO) memiliki
kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan menarik oksigen,
sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa oksigen ke jantung dan
jaringan lainnya. Laporan dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa upaya
menghentikan kebiasaan merokok dalam jangka waktu 10 tahun dapat menurunkan
insiden penyakit jantung koroner (PJK) sekitar 24.4% (Karyadi 2002). Tandra (2003)
menyatakan bahwa nikotin mengganggu sistem saraf simpatis yang mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok,
nikotin juga meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhan
oksigen jantung, merangsang pelepasan adrenalin, serta menyebabkan gangguan irama
jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak dan bagian tubuh lainnya.
b. Status Gizi
Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting
karena selain mempunyai resiko penyakitpenyakit tertentu juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan
secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan
yang ideal atau normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk
mengukur status gizi seseorang. Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika
memiliki nilai IMT≥25.0. Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai
penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus.
c. Konsumsi Na (Natrium)
Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor lain yang ikut berperan yaitu sistem
renin angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. Produksi
rennin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin
berperan dalam proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II
menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam dalam air.
Keadaan ini yang berperan pada timbulnya hipertensi (Susalit dkk,2001).
d. Stres
Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).
Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti tetapi angka kejadian masyarakat di perkotaan lebih
tinggi dari pada di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Roehandi, 2008). Menurut
Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi (Rohaendi, 2008).

D. MANIFESTASI KLINIK
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu : gejala ringan
seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah
marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).

E. PENATALAKSANAAN
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga
isotonic (seperti bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran
darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk
mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu: pengobatan non
obat (non farmakologis) dan pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

1. Pengobatan non obat (non farmakologis). Pengobatan non farmakologis kadang-kadang


dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak
diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti
hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap
untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik. Pengobatan non farmakologis
diantaranya adalah :

a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh


b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Nasehat pengurangan garam, harus
memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara
drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai
pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan
farmakologis.
c. Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis
dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol penderitanya.
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar
saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa,
Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati,
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah
turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).
Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)
sehingga pemberian obat harus hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah).Yang termasuk dalam golongan ini adalah: Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah
: sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk
golongan ini adalah Kaptopril.Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin
timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol
yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka
kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

F. PENGKAJIAN FOKUS
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katupdan penyakit
serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk
menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan regimen
obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti
denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut
popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.
Frekuensi/irama :takikardia berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ;
S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis
valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer)
; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)
3. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik
(dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress multiple(hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik
cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal dimasa lalu).
5. Makanan dan Cairan
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan tinggi
kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu);
kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
6. Neurosensori
Gejala :keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode kebas/kelemahan pada
satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
Tanda :status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses
pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan
/atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan
arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema,
eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada
tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala
oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa
(feokromositoma)
8. Pernafasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea,
dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas
tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien.
Hipotensi posturnal.
10. Pembelajaran dan Penyuluhan
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM,
penyakit serebrovaskular/ginjal.
Pemeriksaan Penunjang
Berbagai macam pemeriksaan yang rutin dikerjakan sebagai work up dari penderita
hypertensi adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan urine, yang meliputi :
a. Albumin
b. Reduksi
c. Sedimen
d. Biakan urine ( bila da tanda infeksi uru gental )
e. BD urine
2. Pemeriksaan darah, yang meliputi :
a. Hb untuk melihat adanya anemia
b. BUN, serum kreatinin untuk melihat adanya kerusakan pada ginjal
c. Colesterol dan trigiseda pada kasus hypertensi sebagai faktor predisposisi
d. Glukosa untuk melihat adanya hyperglikemia karena DM adalah pencetus hypertensi
3. Pemeriksaan EKG, yang meliputi :
a. Apakah ada hypertrofi jantung
b. Adakah tanda – tanda ischemia jantung
c. Adakah tanda – tanda eritmia
4. Pemeriksaan thorax, yang meliputi :
a. Adakah pembesaran jantung
b. Adakah tanda – tanda  bendungan paru
5. Pemeriksaan funduscopy untuk melihat tanda dari hipertensi retinopathy
6. Pemeriksaan IVP atas indikasi:
a. Umur < 25 thn, tekanan diastolik > 110 mmhg
b. Umur > 25 thn, tekanan diastolik > 130 mmhg
c. Tidak ada respon dengan obat
d. Hypertensi ditandai dengan tanda – tanda penyakit ginjal

G. PATHWAYS KEPERAWATAN
Terlampir

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
pembuluh darah
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
3. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan
iskemia miokard
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
5. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran / penglihatan ganda (diplopia )
I. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


diagnosa
1 Setelah diberikan asuhan 1. Pantau TD. Ukur pada kedua tangan untuk
keperawatan selama 3x24 evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang
jam diharapkan curah tepatdan teknik yang akurat.
jantung pasien mulai normal 2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral
dengan kriteria hasil: dan perifer
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
a. Tidak adanya sianosis
b. CRT < 2 dtk
c. Akral hangat
d. RR Normal ( 16-20
x/mnt)
e. Tidak ada bunyi jantung
tambahan
2 Setelah diberikan asuhan 1. Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik
keperawatan selama 3x24 secara terus menerus dan tekanan nadi
jam diharapkan Perfusi yang semakin berat.
jaringan pasien kembali 2. Pantau frekuensi jantung, catat adanya
efektif, dengan kriteria Bradikardi, Takikardia atau bentuk
hasil: disritmia lainnya.
3. Pantau pernapasan meliputi pola dan
a. GCS normal (15)
iramanya
b. Nilai TIK dalam batas
4. Catat status neurologis dengan teratur
normal ( 0-15 mmHg )
dan bandingkan dengan keadaan normalnya
c. TTV dalam batas normal
5. Berikan obat anti hipertensi.

3 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji karakteristik nyeri


keperawatan selama 3x24 2. Pertahankan tirah baring selama fase akut
jam diharapkan Nyeri 3. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk
pasien berkurang dengan menghilangkan sakit kepala atau nyeri
kriteria hasil : dada misal, kompres dingin pada dahi, pijat
punggungdan leher, teknik relaksasi
a. Skala nyeri 0-1
(panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas
b. Wajah tidak
waktu senggang.
meringis/wajah nampak
4. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang
rilek
dapat meningkatkan sakit kepala misalnya,
c. Menyatakan nyeri
mengejan saat BAB, batuk panjang,
berkurang
membungkuk.
5. Kaji tanda-tanda vital
6. Kolaborasi : Analgesik, Antiansietas mis,
lorazepam, diazepam.

4 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas,


keperawatan selama 2x24 perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali
jam diharapkan pasien dapat per menit di atas frekuensi istirahat,
berpartisipasi dalam peningkatan tekanan darah yang nyata selama
aktivitas yang /sesudah aktivitas,dipsnea atau nyeri dada,
diinginkan/diperlukan keletihan dan kelemahan yang berlebihan,
dengan kriteria hasil: diaforesis, pusing atau pingsan
2. Instruksikan pasien tentang teknik
a. Melaporkan peningkatan
penghematan energi, misalnya menggunakan
dalam toleransi aktivitas
kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut
yang dapat diukur
atau menggosok gigi, melakukan aktivitas
b. Menunjukkan penurunan
dengan perlahan
dalam tanda-tanda
3. Kaji sejauh mana aktivitas yang dapat
intoleransi fisiologi
ditoleransi
4. Mendorong kemandirian dalam melakukan
aktivitas

5 Setelah dilakukan tindakan 1. Jauhkan dari benda-benda tajam


keperawatan selama 3x24 2. Berikan penerangan yang cukup
jam diharapkan pasien tidak 3. Usahakan lantai tidak licin dan basah
mengalami cidera dengan 4. Pasang side rail
kriteria hasil: 5. Anjurkan pada keluarga klien untuk selalu
a. Pasien tidak mengalami menemani klien dalam beraktivitas
cidera

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M.2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke.
Yogjakarta:Dianloka

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
Doenges, M.E.et all. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi 3). Jakarta: EGC

Elsanti,S.2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan
Jantung.Yogjakarta:Araska

Ignatavicus, Donna, et.all. 2004. Medical Surgical Nursing. Philadelphia:W.B Sauders Company

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta:EGC

NANDA. 2005. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2005-2006. NANDA


International. Philadelphia.

Price, A.S.2005. Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi 4), Jakarta: EGC

Rohaendi.2008. Treatment Of High Blood Preassure. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sustrani, L.2006. Hipertensi.Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Saraswati, S.2009. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi dan Stroke.
Yogjakarta:Aplus

Sutanto.2009. Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan


Diabetes.Yogyakarta: CV Andi Offset
Lili, Marliani.2007.100 Questions & Answer Hipertensi.Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Pathway
HIPERTENSI

Kerusakan vaskuler

Pembuluh pearifer
Perubahan struktur dalam arteri kecil dan arteriola

Penyumbatan pembuluh/vasokontriksi

Resiko kerusakan perfusi Gangguan sirkulasi


jaringan

Otak mata ginjal ginjal

Peningkatan tekanan kerusakan sel nekrosis fibrinoid ↓cardiac output

Vaskuler serebral endotel pada pembuluh *sakit kepala


aferen+penebalan

*vertigo robekan/obliterasi intima arteri manifestasi klinis

*tachicardi

*Perdarahan retina *Perdarahan retina nekrosis kapiler *pucat

*Gangguan penglihatan *Gangguan penglihatan glomerolus *mudah lelah

sampai dgn kebutaan sampai dgn kebutaan *protein uria *palpitasi

*hematuria *diaphorosis

Gagal ginjal akut


Nyeri akut Resiko injuri Intoleransi
(komplikasi) aktifits

Anda mungkin juga menyukai