Abstract
Laying hens are one type of poultry that are kept by many breeders to use their eggs. Chicken
farming business, especially laying hens, in principle must have an orientation in producing products that
are CAREFUL (Safe, Healthy, Whole, and Halal). In its maintenance, the determining factor in the
growth of laying hens is feed management. This feed is a support for livestock growth, especially laying
hens. The nutritional needs of laying hens are divided into several types based on their age, namely the
age of 1-6 weeks of the starter phase, the age of 6-20 weeks of the grower phase, and the age of 20 weeks
until rejection is the layer phase according to SNI. Local feed ingredients that are usually given to laying
hens are corn, bran, fish meal, soybean meal, coconut cake, and so on. Organic chicken feed is all kinds
of food ingredients for livestock that come from natural ingredients without containing pesticides,
herbicides, and commercial fertilizers. The purpose of giving organic feed to laying hens is to reduce
dependence on feed made by manufacturers. Feeding laying hens must pay attention to the nutrient
content needed by laying hens at each phase. The advantage of laying hens feed made from organic is as a
substitute for natural antibiotics.
Abstrak
Ayam petelur merupakan salah satu jenis unggas yang banyak dipelihara oleh peternak untuk
dimanfaatkan telurnya. Usaha peternakan ayam, khususnya ayam petelur, pada prinsipnya harus memiliki
orientasi dalam menghasilkan produk yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal). Pada
pemeliharaannya, faktor yang menjadi penentu dalam pertumbuhan ayam petelur yaitu manajemen pakan.
Pakan ini menjadi penunjang dalam pertumbuhan ternak, khususnya ternak ayam petelur. Kebutuhan gizi
ayam petelur dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan umurnya yaitu umur 1-6 mingu fase
starter, umur 6-20 minggu fase grower, dan umur 20 minggu hingga afkir adalah fase layer sesuai dengan
SNI. Bahan pakan lokal yang biasanya diberikan kepada ayam petelur yaitu jagung, dedak, tepung ikan,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, dan lain sebagainya. Pakan ayam organik merupakan segala jenis bahan
makanan untuk ternak yang berasal dari bahan alami tanpa mengandung pestisida, herbisida, serta pupuk
komersial. Tujuan pemberian pakan organik pada ayam petelur yaitu untuk mengurangi adanya
ketergantungan terhadap pakan yang dibuat oleh pabrikan. Pemberian pakan pada ayam petelur ini harus
memperhatikan kandungan nutrien yang dibutuhkan ayam petelur pada setiap fasenya. Kelebihan pakan
ayam petelur berbahan dasar organik yakni sebagai pengganti antibiotik yang alami.
Pendahuluan
Ayam petelur merupakan salah satu jenis unggas yang banyak dipelihara oleh peternak untuk
dimanfaatkan telurnya. Usaha peternakan ayam, khususnya ayam petelur, pada prinsipnya harus memiliki
orientasi dalam menghasilkan produk yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal). Pada
pemeliharaannya, faktor yang menjadi penentu dalam pertumbuhan ayam petelur yaitu manajemen pakan.
Kebutuhan pakan dari ayam petelur ini harus disesuaikan menurut fasenya. Fase pertumbuhan ayam
petelur dapat dibagi menjadi tiga yaitu fase starter dengan kisaran umur 1 hari - 6 minggu, fase grower
dengan kisaran umur 6 - 15 minggu, dan fase layer dengan kisaran umur 15 - 82 minggu (Wardhany et
al., 2017).
Produksi ayam petelur di Indonesia pada tahun 2021 mencapai angka 5155998.00 ton (BPS,
2021). Produksi telur ayam tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang mana mencapai
angka 5141570.00 ton (BPS, 2021). Ayam petelur ini dapat menghasilkan telur dengan baik karena pakan
yang diberikan. Menurut Farid et al., (2019), faktor yang mempengaruhi produksi telur adalah jumlah
konsumsi dari pakan dan kandungan nutrien yang terdapat dalam pakan tersebut. Pakan merupakan segala
sesuatu yang diberikan kepada ternak dan dijadikan sumber nutrisi utama bagi ternak tersebut. Secara
umum, pakan yang diberikan kepada ayam petelur dapat berupa bekatul, jagung, hingga konsentrat (Farid
et al., 2019). Pemberian pakan yang memiliki kualitas tinggi bagi ternak sangat diperlukan guna
Dewasa ini, peternakan organik mulai dikembangkan dengan tujuan mengurangi adanya
ketergantungan terhadap pakan yang dibuat oleh pabrikan dan beralih kepada self mixing untuk
memperoleh produk telur organik dengan meninggalkan antibiotik (Natsir, 2018). Peralihan sistem
peternakan menjadi ke peternakan organik ini tentu saja tidak mudah dan memiliki beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi. Persyaratan ini mengacu pada suatu organisasi maupun suatu negara yang sudah
menerapkan program peternakan organik seperti, New Zealand, Uni Eropa, Kanada, IFOAM, UK, dan
USDA NOP (Natsir, 2018). Syarat-syarat tersebut antara lain seperti pakan organik yang diberikan harus
berada pada kisaran 85% yang mana disarankan dibuat dari farm itu sendiri, pelarangan dalam
penggunaan antibiotik, pelarangan penerapan forced moulting, kandang harus umbaran, dan disediakan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, pakan ini menjadi penunjang dalam
pertumbuhan ternak, khususnya ternak ayam petelur. Untuk menghasilkan produk telur organik, pakan
yang diberikan harus berasal dari bahan organik pula tanpa ada campuran bahan kimia. Pakan organik
ayam petelur menjadi salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam penerapan pada peternakan ayam
petelur oganik. Oleh karena itu, untuk mengembangkan peternakan ayam petelur organik, pemberian
Pembahasan
Ayam Petelur
Ayam petelur merupakan salah satu jenis unggas yang tergolong cukup potensial di Indonesia.
Ayam petelur dapat dikatakan sebagai salah satu jenis ternak yang mampu menyumbang protein hewani
dan menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis. Ayam petelur ini dibudidayakan untuk diambil
telurnya. Telur ayam yang baik ini dapat dilihat dari segi kualitasnya, baik kualitas internal maupun
eksternal. Kualitas internal dapat dilihat dari indeks putih telur, indeks kuning telur, haugh unit, dan
warna dari kuning telur tersebut, sedangkan untuk kualitas eksternal dapat dilihat dari berat pada
cangkang, berat telur itu sendiri, panjang telur, lebar telur, serta specific gravity (Harmayanda et al.,
2016). Ayam petelur ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tipe medium dan tipe ringan.
Perbedaan dari keduanya dapat dilihat dari segi kerabangnya. Pada tipe medium, ayam petelur ini bertelur
dengan kerabang yang berwarna coklat, sedangkan pada tipe ringan, ayam petelur ini bertelur dengan
Pakan merupakan campuran dari beberapa jenis bahan pakan yang diberikan ke hewan ternak.
pakan berasal dari bahan organik maupun anorganik yang berguna untuk memenuhi zat yang dibutuhkan
oleh ternak untuk melakukan pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi. Terdapat beberapa faktor yang
dapat memepengaruhi produktivitas dan reproduksi ternak, salah satunya adalah pakan. Salah satu contoh
mengapa pakan memiliki peran untuk mempengaruhi produktivitas adalah kandungan asam-asam
aminino esensial (Samadi dan Liebert, 2007a; 2007b; dan 2008). Diantara kebutuhan ternak yang lainnya
pakan adalah biaya terbesar yang dikeluarkan oleh peternak sekitar 60-70% dari total biaya produksi
ternak. Maka dari itu dalam pemberian pakannya peternak memerlukan formulasi yang tepat.
Kebutuhan gizi ayam petelur dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan umurnya yaitu
umur 1-6 mingu fase starter, umur 6-20 minggu fase grower, dan umur 20 minggu hingga afkir adalah
fase layer sesuai dengan SNI. Saat pemeberian pakan pada ayam petelur harus memperhatikan kandungan
zat-zat yang terkandung didalamnya seperti karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin (Rasyaf, 2004).
Dalam pemeberian nutrisi pada setiap ayam petelur tidak sama antara satu dengan yang lainnya, nutrisi
yang dibutuhkan dipengarui oleh umur atau fase ayam petelur (Abdullah Pelu, 2016).
Indonesia memiliki bahan pakan lokal yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
ransum ternak. Berbagai bahan pakan lokal untuk ayam petelur seperti jagung, dedak, tepung ikan,
bungkil kedelai, bungkil kelapa dan lain sebagainya. Berikut merupakan formulasi ransum pakan ayam
No Jenis Bahan Energi Protein Metionin Lisin (%) Kalsium Pospor (%)
Metabolisme Kasar (%) (%) (%)
(Kkal/kg)
1 Menir 2.400 12,0 0,25 0,45 0,20 1,0
2 Dedak padi 2.600 10,2 0,17 0,30 0,09 0,12
3 Jagung 3.300 8,80 0,18 0,20 0,02 0,30
4 Tepung singkong 3.200 2,0 0,01 0,07 0,33 0,40
5 Bungkil kelapa 1.410 18,6 0,30 0,55 0,10 0,60
6 Tepung kepala 2.000 30,01 0,57 1,5 7,86 1,15
udang
7 Tepung ikan 2.960 55,0 1,79 5,07 5,3 2,85
8 Tepung bekicot 2.700 44,0 0,89 7,72 0,69 0,43
9 Bungkil kedelai 2.450 44,0 0,50 2,6 0,32 0,67
10 Bungkil inti sawit 2.050 18,7 0,34 0,61 0,21 0,53
Sumber: A. P Sinurat, 2020
Pada tabel 2 dapat dilihat dari bahan pakan yang mengandung sumber protein, sumber energi dan
sumber mineral yang berguna untuk memperoleh kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ayam
petelur.
Ayam petelur akan menghasilkan kualitas telur yang baik dan sesuai dengan standar tidak lepas
dari manajemen pemberian pakan khusunya pada fase starter dan grower. Pemberian pakan pada ayam
petelur harus memperhatikan kandungan nutrisi yang dibutuhkan ayam petelur pada setiap fasenya.
Pemberian pakan dapat dikatakan baik apabila pakan yang diberikan cukup untuk kebutuhan di dalam
tubuhnya. Proses pemberian pakan fase starter dan grower harus diberikan secara efisien karena
kebutuhan pakan 70% dari biaya produksi. Cara pemberian pakan fase starter dilakukan secara sedikit
demi sedikit (adlibitum) hal ini bertujuan untuk merangsang nafsu makan anak ayam. Saat memasuki fase
grower ini dibagi menjadi dua yaitu umur 7-13 minggu dan 14-16 minggu. Pada fase grower dilakaukan
penyesuaian kandungan nutrisi salah satunya dengan mengurangi kandungan protein karena untuk
menghindari terjadi kegemukan. Kandungan protein pada fase grower adalah sebesar 16% dalam bentuk
Pakan merupakan kebutuhan utama bagi ternak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang.
Pemberian pakan tentunya akan mempengaruhi kesehatan ternak serta juga berpengaruh terhadap
komoditas hasil ternaknya. Pakan ayam organik merupakan segala jenis bahan makanan untuk ternak
yang berasal dari bahan alami tanpa mengandung pestisida, herbisida, serta pupuk komersial. Untuk
ayam petelur, dibutuhkan sekitar 3 g / kg Met yang dapat dicerna, meskipun dalam diet ayam petelur
berbasis sereal, tidak mungkin untuk memenuhi persyaratan Met yang dapat dicerna dengan sumber
protein yang mengandung kurang dari 4,5 g / kg Met yang dapat dicerna. (Van Krimpen, MM, et al.,
2016).
Abbas (2011) mengatakan bahwa upaya peningkatan kualitas dan efektifitas pakan alam sejumlah
enzim dikembangkan untuk unggas organik guna meningkatkan utilitas nutrisi. Enzim yang biasa
digunakan diektraksi dari tanaman non toxic, non pathogenic fungi, non pathogenic bacteria, dan tidak
boleh melalui tehnik rekayasa genetik, dan disebut exogenous enzyme. Kelompok enzim yang biasa
dipergunakan serta dapat berfungsi sebagai probiotik adalah Phytase, B-glucanase, Xylanase, Alpha-
galactosidase, Alpha amylase, Protease. Probiotik merupakan bahan tambahan berupa mikroorganisme
yang berpengaruh terhadap peningkatan keseimbangan mikroorganisme dalam usus, karena mikroba yang
menguntungkan dapat menekan mikroba patogen dan mendesaknya keluar dari saluran pencernaan.
Efek bentuk organik dan anorganik mangan, seng, tembaga, dan kromium pada bioavailabilitas
mineral dan kalsium ini pada ayam petelur fase akhir menunjukkan bahwa kelenturan diet oleh campuran
organik Mn, Zn, Cu, dan Cr meningkatkan bioavailabilitas Mn, Zn, Cu, Cr, dan Ca. dibandingkan
dengan sumber anorganiknya. Selain itu, penggunaan mineral dalam makanan pada tingkat yang lebih
rendah menghasilkan ekskresi mineral jejak yang lebih rendah dengan tinja, terutama bila hadir dalam
bentuk organik ( Yenicel.,et al. 2015). Komposisi kimia kuning telur menunjukkan kandungan protein
yang jauh lebih tinggi (17,1% vs 16,7%)dan kolesterol (1,26% vs 1,21%) dalam telur organik.
Kelebihan pakan ayam petelur berbahan dasar organik yakni sebagai pengganti antibiotik yang
alami. Pengganti antibiotik alami terdiri dari prebiotik dan probiotik yang pada umumnya terdapat pada
limbah tanaman maupun makanan yang berbahan dasar organik. Prebiotik dan probiotik tersebut dapat
dicampur dalam pembuatan pakan, campuran tersebut disebut sinbiotik yang berguna sebagai zat aditif.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Natalia, et al., (2016), bahwa penambahan
sinbiotik yang terdiri dari bahan limbah jamu sebagai prebiotik alami yang dapat menyediakan makanan
bagi Bakteri Asam Laktat (BAL) sehingga akan menghasilkan asam laktat sebagai probiotik. Penambahan
sinbiotik sebagai zat aditif pakan ayam petelur berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum, konversi
Kesimpulan
Ayam petelur merupakan salah satu jenis unggas yang tergolong cukup potensial di Indonesia.
Terdapat beberapa faktor yang dapat memepengaruhi produktivitas dan reproduksi ternak, salah satunya
adalah pakan. Pakan dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik yang berguna untuk memenuhi
zat yang dibutuhkan dalam ternak seperti melakukan pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi.
Berbagai bahan pakan lokal yang biasa diberikan kepada ayam petelur antara lain jagung, dedak, tepung
ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dan lain sebagainya yang mana biasanya juga ditambahkan dengan
pakan pabrikan. Sedangkan untuk pakan ayam petelur organik merupakan segala jenis bahan makanan
untuk ternak yang berasal dari bahan alami tanpa mengandung pestisida, herbisida, serta pupuk
komersial. Kelebihan pakan ayam petelur berbahan dasar organik yakni sebagai pengganti antibiotik yang
alami.
Daftar Pustaka
Abbas, M. H. (2011). Unggas Organik: Peternakan Ayam Masa Depan. Jurnal Peternakan Indonesia
(Indonesian Journal Of Animal Science), 13(2), 107-119.
Afandi, R., B, Hartono Dan I. H, Djunaidi. (2016). Karakteristik Penggunaan Dua Jenis Pakan Terhadap
Performans Produksi Ayam Ras Petelur Di Kabupaten Blitar Jawa Timur. Jurnal Universitas
Brawijaya.
Asnawi, Asnawi -., Et Al. (2017). Nilai Nutrisi Pakan Ayam Ras Petelur Yang Dipelihara Peternak
Rakyat Di Pulau Lombok. Jurnal Sains Teknologi Dan Lingkungan, Vol. 3, No. 2.
Edi, D. N., Natsir, M. H., & Djunaidi, I. (2018). Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Jati (Tectona
Grandis Linn. F) Dalam Pakan Terhadap Performa Ayam Petelur. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis,
1(1), 34-44.
Farid, M., Widodo, E., & Natsir, M. H. (2019). Identifikasi Pengaruh Maksimal Level Bekatul Terhadap
Penampilan Produksi Ayam Petelur. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis, 2(2), 59-64.
Harmayanda, P. O. A., Rosyidi, D., & Sjofjan, O. (2016). Evaluasi Kualitas Telur Dari Hasil Pemberian
Beberapa Jenis Pakan Komersial Ayam Petelur. Indonesian Journal Of Environment And
Sustainable Development, 7(1).
Natalia, D., Suprijatna, E., & Muryani, R. (2016). Pengaruh Penggunaan Limbah Industri Jamu Dan
Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus Sp.) Sebagai Sinbiotik Untuk Aditif Pakan Terhadap
Performans Ayam Petelur Periode Layer. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal Of
Animal Science), 26(3), 6-13.
Natsir, M. H. (2018). Peranan Biro Konsultasi Pakan Ternak Dan Software Ub Feed Dalam
Pemberdayaan Peternak Unggas Karangploso Malang Menuju Peternakan Organik. Journal Of
Innovation And Applied Technology, 4(2), 731-740.
Pelu, A. (2016). OPTIMASI PENENTUAN CAMPURAN PAKAN AYAM RAS PETELUR DENGAN
MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PETERNAKAN
BHUMYAMCA UNGGAS. Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Pattimura.
Septiani, M. (2018). Efek Penambahan Asam Organik Dalam Pakan Terhadap Kualitas Dan Kuantitas
Daging Ayam Broiler. Thesis. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Setiawati, T., Afnan, R., & Ulupi, N. (2016). Performa Produksi Dan Kualitas Telur Ayam Petelur Pada
Sistem Litter Dan Cage Dengan Suhu Kandang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi Dan Teknologi
Hasil Peternakan, 4(1), 197-203.
Van Krimpen, MM, Leenstra, F., Maurer, V., & Bestman, M. (2016). Cara Memenuhi Persyaratan UE
Untuk Memberi Makan Ayam Petelur Organik 100% Bahan Organik. Jurnal Penelitian Unggas
Terapan , 25 (1), 129-138.
Wardhany, B., Cholissodin, I., & Santoso, E. (2017). Penentuan Komposisi Pakan Ternak Untuk
Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Ayam Petelur Dengan Biaya Minimum Menggunakan Particle
Swarm Optimization (PSO). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer,
1(12), 1642-1651.
Yenice, E., Mızrak, C., Gültekin, M., Atik, Z., & Tunca, M. (2015). Pengaruh Bentuk Organik Dan
Anorganik Mangan, Seng, Tembaga, Dan Kromium Pada Ketersediaan Hayati Mineral Dan
Kalsium Ini Pada Ayam Petelur Fase Akhir. Penelitian Elemen Jejak Biologis , 167 (2), 300-307.