0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas komunikasi dengan kelompok khusus pasien seperti anak, lansia, dan pasien dengan kebutuhan khusus. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menganalisis komunikasi pada kelompok pasien tertentu dengan menggunakan sumber belajar yang relevan. Ringkuman masing-masing mahasiswa memberikan poin-poin penting tentang hambatan dan cara komunikasi yang tepat pada kelompok pasien yang ditugaskan.
Dokumen tersebut membahas komunikasi dengan kelompok khusus pasien seperti anak, lansia, dan pasien dengan kebutuhan khusus. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menganalisis komunikasi pada kelompok pasien tertentu dengan menggunakan sumber belajar yang relevan. Ringkuman masing-masing mahasiswa memberikan poin-poin penting tentang hambatan dan cara komunikasi yang tepat pada kelompok pasien yang ditugaskan.
Dokumen tersebut membahas komunikasi dengan kelompok khusus pasien seperti anak, lansia, dan pasien dengan kebutuhan khusus. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menganalisis komunikasi pada kelompok pasien tertentu dengan menggunakan sumber belajar yang relevan. Ringkuman masing-masing mahasiswa memberikan poin-poin penting tentang hambatan dan cara komunikasi yang tepat pada kelompok pasien yang ditugaskan.
UNIVERSITAS WARMADEWA Nama Block : 2.6 Medical Communication Semester :4 SGD :8 Kegiatan : Diskusi 2 Judul Kasus : Komunikasi pada Kelompok Khusus Hari/Tanggal : Kamis, 21 April 2022 Nama Tutor : dr. I Gusti Rai Tirta, Sp.KJ (K) Moderator : Made Bandem Wisnu Prayoga (2070121072) Langkah 7: Shares, synthesis, and summarizes the results of independent learning. Learning Objectives Mahasiswa mampu: 1. Menganalisis komunikasi dengan pasien anak dan remaja 2. Menganalisis komunikasi dengan pasien lansia 3. Menganalisis komunikasi dengan kasus yang memerlukan pemeriksaan khusus 4. Menganalisis komunikasi dengan pasien berkebutuhan khusus 5. Menganalisis komunikasi dengan pasien asing
Sumber Belajar yang digunakan
Ni Putu Ardiya Widasari (2070121017): 1. Sarah, E., Shea. 2011. Developmental and Behavioral Assesment in Pediatric Clinical Skill. 4th Edition. 2. Trachuk, L. 2018. Recommendation for A Doctor-Patient Communicating in Oncology, Obstetrics and Gynecology, and Pediatrics. Psychosomatic Medicine and Genwral Practice 3 (4). 3. Cooper, N., Frain, J. 2017. ABC of Clinical Communication. Wiley Blackwel I Nyoman Lisma Adi Padma (2070121022): 1. Hafid Cangara; Pengantar Ilmu Komunikasi,ed.2 Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja Gratindo Persada, 2016 2. Trachuk, L. 2018. Recommendation for A Doctor-Patient Communicating in Oncology, Obstetrics and Gynecology, and Pediatrics. Psychosomatic Medicine and Genwral Practice 3 (4). 3. Sarah, E., Shea. 2011. Developmental and Behavioral Assesment in Pediatric Clinical Skill. 4th Edition. Pande Putu Kompyang Ayu Rianita (2070121043): 1. Maramis, W.F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa 2. Friedman, Kaplan. Sadock: Synopsis of Text book Psychiatry 3. Prof Dr H Hafid Cangara: Pengantar Ilmu Komunikasi I Gusti Ayu Ari Danayati Tantera (207012158): 1. Sarah, E., Shea. 2011. Developmental and Behavioral Assesment in Pediatric Clinical Skill. 4th Edition. 2. Khairani, M. 2015. Psikologi Komunikasi dalam Pembelajaran. Aswaja Pressindo. 3. Trachuk, L. 2018. Recommendation for A Doctor-Patient Communicating in Oncology, Obstetrics and Gynecology, and Pediatrics. Psychosomatic Medicine and Genwral Practice 3 (4). Made Bandem Wisnu Prayoga (2070121072): 1. Sarah, E., Shea. 2011. Developmental and Behavioral Assesment in Pediatric Clinical Skill. 4th Edition. 2. Arumsari.D.P . 2016. Hambatan Komunikasi Efektif Perawat Dengan Keluarga Pasien Dalam Perspektif Perawat. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. 2(2):104–114 3. Prof Dr H Hafid Cangara: Pengantar Ilmu Komunikasi I Komang Ary Setia Kurniawan (2070121076): 1. Marmun Khairani. 2015. Psikologi Komunikasi Dalam Pembelajaran. Aswaja Pressindo. 2. Arumsari.D.P . 2016. Hambatan Komunikasi Efektif Perawat Dengan Keluarga Pasien Dalam Perspektif Perawat. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. 2(2):104–114 3. Schyve, P.M. 2007. Language Differences as a Barrier to Quality and Safety in Health Care: The Joint Commision Perspective. J Gen Intern Med, 22 (2): 360-361 Ni Putu Ayu Prayascitta Pratami Dewi (2070121082): 1. Richard B Gold Bloom. 2011. Family Interviewing and History Taking dalam: Pediatric Clinical Skills: fourth edition. 2. Trachuk, L. 2018. Recommendation for a doctor-patient communicating in oncology, obstetrics and gynecology and pediatrics. Psychosomatic Medicine and General Practice. 3(4). 3. Schyve, P.M. 2007. Language Differences as a Barrier to Quality and Safety in Health Care: TheJoint Commision Perspective. J Gen Intern Med, 22 (suppl 2): 360-361. 4. Prof Dr H Hafid Cangara: Pengantar Ilmu Komunikasi Ida Bagus Widiananda Permana (2070121093): 1. Marmun Khairani. 2015. Psikologi Komunikasi Dalam Pembelajaran. Aswaja Pressindo. 2. Schyve, P.M. 2007. Language Differences as a Barrier to Quality and Safety in Health Care: The Joint Commision Perspective. J Gen Intern Med, 22 (2): 360-361 Anak Agung Gede Ngurah Agung Kesumaputra (2070121164): 1. Cangara, H. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi 2. Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja Gratindo Persada. 2. Meuter, R.F.I., Gallois, C., Segalowitz, N.S., Ryder, A.G., Hocking, J. 2015. Overcoming Language Barriers in Healthcare: A Protocol for Investigating Safe and Effective Communication when Patients or Clinicians Use a Second Language. BMC Health Serv Res, 15. 3. J.W.Y. Kee et al. 2018. Communication Skills in Patient-Doctor Interaction: Learning from Patient Complaints. Health Professions Education 4. I Kadek Adi Aryatama (2070121173): 1. Hafid Cangara; Pengantar Ilmu Komunikasi,ed.2 Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja Gratindo Persada, 2016 2. Marmun Khairani; Psikologi Komunikasi Dalam Pembelajaran, Aswaja Pressindo, 2015
Rangkuman masing-masing mahasiswa berdasarkan masing-masing LO:
1. Ni Putu Ardiya Widasari (2070121017): (Rangkuman LO 4) Pasien berkebutuhan khusus merupakan seseorang yang memiliki karakteristik khusus yang menunjukan pada emosi, fisik dan ketidak mampuan mental, yang dikatakan pasien berkebutuhan khusus antara lain tuna rungu, tuna netra, tuna daksa, tuna grahita, tuna laras, dsb. Dalam melakukan komunikasi dengan pasien yang memiliki keterbatasan intelektual kita harus mampu menjlai kemampuan bicaranya, menggunakan kalimat sederhana, ulangi pertanyaan dan pernyataan apabila perlu, gunakan bahasa non verbal dan menilai pemahaman pasien. Komunikasi pada pasien tuna rungu kita harus menarik perhatiannya dengan cara menyentuh atau menepuk ringan pasien, duduk berhadapan, dan menunjukan gerakan bibir secara perlahan dan jelas , tetap kontak mata dengan pasien, apabila tidak memungkinkan pasien mengerti gerak bibir seorang dokter dapat menggunakan bahasa isyarat.
2. I Nyoman Lisma Adi Padma (2070121022):
(Rangkuman LO 3) Komunikasi dokter – pasien merupakan komponen dasar dalam praktis klinis dan apapun yang kita lakukan dari anamnesis sampai menyampaikan prognosis itu memerlukan komunikasi, sehingga komunikasi dokter-pasien adalah jantung dari ilmu Pendidikan kedokteran.
3. Pande Putu Kompyang Ayu Rianita (2070121043):
(Rangkuman LO 2) Beberapa hambatan komunikasi dengan lansia adalah: 1. Perbedaan generasi menimbulkan hambatan bahasa dan tata krama. 2. Fungsi panca indra pada lansia mungkin sudah menurun (kurang dengar, rabun, dan sebagainya) 3. Perlu pengulangan-pengulangan karena lansia mudah lupa. 4. Perlu waktu lebih lama dan sabar. 5. Ungkapan-ungkapan yg dikeluhkan lansia mungkin tidak dipahami dokter atau sebaliknya 4. I Gusti Ayu Ari Danayati Tantera (2070121058): (Rangkuman LO 1) Komunikasi dokter pasien secara umum dapat dibagi menjadi 3 yaitu opening, isi wawancara, dan closing. Secara detail pada pasien anak, komunikasi tersebut terdiri dari membuka sesi konsultasi dengan memberikan gestur ceria, mengumpulkan informasi dengan heteroanamnesis, memberikan penjelasan dan rencana tatalaksana kepada orang tua, serta menutup sesi konsultasi. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan agar memberikan anak perasaan nyaman adalah ruangan (setting) dan pakaian yang tidak menyeramkan. Hal tersebut akan membuat anak lebih terbuka kepada dokter.
5. Made Bandem Wisnu Prayoga (2070121072):
(Rangkuman LO 4) Cara komunikasi dengan pasien tuna netra, yaitu komunikasi dengan intonasi normal karena pendengarannya tidak terganggu, jadi bisa komunikasi layaknya dengan pasien normal. Termasuk juga minta izin untuk melakukan pemeriksaan fisik/anamnesis.
6. I Komang Ary Setia Kurniawan (2070121076):
(Rangkuman LO 5) Pengumpulan data spesifik pasien yang akurat dan komprehensif yang menjadi dasar untuk: diagnosis dan prognosis yang tepat, melibatkan pasien dalam perencanaan perawatan, memperoleh persetujuan berdasarkan informasi, memberi penjelasan, instruksi, dan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien, dan konseling dan menghibur pasien.
7. Ni Putu Ayu Prayascitta Pratami Dewi (2070121082):
(Rangkuman LO 2) Lansia merupakan seseorang yang berusia diatas 60 tahun. Pada lansia terjadi banyak perubahan pada fisik dan kemampuan kognitifnya sehingga bisa menimbulkan hambatan dalam proses komunikasi. Solusi untuk mengatasi hambatan tersebut adalah duduk berhadapan dengan jarak yang cukup dekat, menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, perhatikan tata krama dan budaya, serta perhatikan gesture tubuh dari orang lansia.
8. Ida Bagus Widiananda Permana (2070121093):
(Rangkuman LO 3) Komunikasi pada Pasien dengan Penurunan Kesadaran Hambatan komunikasi berupa kesadaran yang menurun, pasien dalam keadaan tersedasi, adanya penggunaan alat bantu nafas Pasien dengan penurunan kesadaran mempunyai perubahan neurologis dan fisiologis dengan stimulasi auditoris (komunikasi) Komunikasi pada pasien penurunan kesadaran (terutama di ICU) sering tidak dilakukan dengan baik Lebih mementingkan aspek kebertahanan pasien (patient survival), sehingga prioritas untuk komunikasi dengan pasien menjadi rendah Anggapan komunikasi verbal dengan pasien penurunan kesadaran tidak berguna, malah membahayakan pasien Prinsip komunikasi pada pasien dengan penurunan kesadaran Peningkatan stimulasi sesuai dengan tingkat kesadaran pasien Komunikasi yang disampaikan harus berupa pesan membuat nyaman (pleasant content), Contoh : “Keluarga Anda mengatakan bahwa mereka sangat menyayangi Anda dan mereka berharap Anda akan sembuh secepatnya” dan Pesan mengandung perintah (Orders), Contoh : “Tuan/Nyonya A, Saya disini untuk membantu Anda, ayo buka mata Anda”
9. Anak Agung Gede Ngurah Agung Kesumaputra (2070121164):
(Rangkuman LO 5) Terdapat beberapa tips komunikasi dengan pasien yang berbahasa Inggris maupun yang tidak berbahasa Inggris yakni memperkerjakan seorang medical interpreter, memperhatikan healthcare literacy, bersikap ramah terhadap pasien asing, hindari menggunakan bahasa slang atau bahasa pergaulan, menyampaikan informasi dengan penjelasan sederhana, menyampaikan informasi menggunakan kalimat lengkap, pada saat penyampaian informasi lihat interpreternya dan jangan memperhatikan hal lain seperti melihat buku, dan menyampaikan informasi dengan penuh respect.
10. I Kadek Adi Aryatama (2070121173):
(Rangkuman LO 1) Ekspresif merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Reseptif merupakan Kemampuan menerima pesan yang disampaikan Langkah– langkah komunikasi pada pasien remaja sama sepertikomunikasi pada anak : Ruangan : perhatikan privasi pasien, dan berikan kenyamanan Pakaian dokter dan perawat rapi Sikap dokter dan perawat : tidak terlihat mengancam, tidak mengintimidasi, tidak meremehkan dan percaya serta memahami yang disampaikan pasien