Anda di halaman 1dari 1

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada hari Senin tanggal 4 April 2022 pukul 14.10 WIB Ny. F umur 28
tahun G1P0A0 umur kehamilan 34-35 minggu masuk ke ruang VK RSHD
yang sebelumnya telah ke IGD terlebih dahulu sudah terpasang cairan infus
di sebelah tangan kanan ibu. Ny. F mengatakan keluar air-air sejak pukul
13.00 WIB disertai dengan sedikit darah dan ibu merasa nyeri pada perutnya.
Pada kasus ini berdasarkan faktor usia Ny. F tergolong kedalam usia
reproduksi yang baik, namun sejalan dengan teori bahwa karakteristik pada
ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama
kehamilan maupun mengahadapi persalinan. Kejadian KPSW banyak terjadi
pada umur berisiko rendah (20-35 tahun).
Wanita dengan paritas nulipara dan primipara akan lebih berisiko
mengalami ketuban pecah sebelum waktunya daripada wanita yang berstatus
paritas multipara dikarenakan keadaan kandungan yang masih elastis dan alat
reproduksi yang belum siap menerima untuk mengandung janin.
Berdasarkan hasil penelitian Riyanti (2018) menunjukkan bahwa
paritas ibu yang banyak mengalami kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
terjadi pada ibu primipara sejumlah 136 orang (81.9%) dibandingkan dengan
multipara 30 orang (18.1%). Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa ibu multipara memiliki jumlah
yang sama banyak mengalami kejadian KPD pada umur kehamilan < 37
minggu dibandingkan dengan dengan KPD  37 minggu dibandingkan
dengan primipara dan nulipara.
Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya KPSW yaitu
Inkompetensia serviks kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks)
yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah
kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang
nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan

14

Anda mungkin juga menyukai