Anda di halaman 1dari 13

THAHARAH DARI HADATS: WUDHU, TAYAMMUM, DAN

MANDI

Mata Kuliah: Pengembangan Materi Fiqih


Dosen Pengampu: Gofururrohim, M.Pd

Disusun oleh:
Siti Jamilah 1911182
Susanti 1911200

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmatNya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Tidak lupa juga kami haturkan
shalawat serta salam kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah


Pengembangan Materi Fiqih Bapak Gofururrohim, M.Pd yang telah memberikan
tugas pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan


memberikan banyak manfaat kepada para pembaca. Namun, terlepas dari itu,
kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Akhir kata terimakasih atas perhatiannya dan kami mohon maaf apabila
terdapat salah satu kata selama dalam penulisan makalah.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................i
BAB I ........................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar belakang masalah .................................................................................1
B. Rumusan masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................1
BAB II ......................................................................................................................2
PEMBAHASAN ........................................................................................................2
A. Thaharah .......................................................................................................2
1. Pengertian ..................................................................................................2
2. Hukum .......................................................................................................2
3. Alat untuk bersuci ......................................................................................3
4. Pengertian hadats.......................................................................................3
B. Wudhu ...........................................................................................................4
1. Pengertian ..................................................................................................4
2. Hal-hal yang membatalkan wudhu.............................................................5
C. Tayammum....................................................................................................5
1. Pengertian ..................................................................................................5
2. Tata cara tayammum .................................................................................5
D. Mandi ............................................................................................................6
1. Pengertian ..................................................................................................6
2. Tata cara mandi .........................................................................................6
3. Sebab-sebab mandi wajib ...........................................................................7
BAB III .....................................................................................................................9
PENUTUP ................................................................................................................9
A. Kesimpulan ....................................................................................................9
B. Saran .............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Islam sebagai agama sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk
selalu menjaga kebersihan baik kebersihan dirinya maupun sekitarnya.
Juga menjaga kebersihan lahir maupun kebersihan batin. Menjaga
kebersihan lahir/luar dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi
untuk membersihkan batin dari hadats hanya dapat dilakukan sesuai
dengan apa yang telah digariskan Tuhan melalui Nabi-Nya.
Ketika seseorang hendak berhubungan dengan Tuhannya harus dalam
keadaan bersih baik bersih lahirnya dari segala macam najis maupun
bersih batin atau jiwanya dari hadats baik hadats yang besar maupun
hadats kecil.
Menghilangkan hadats besar adalah dengan cara mandi atau
tayammum, sedangkan untuk menghilangkan hadats kecil adalah dengan
berwudhu atau tayammum. Kesemuanya telah diatur tentang tatacara
pelaksanaannya, syarat rukunnya, maupun segala hal yang berkaitan
dengannya.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan thaharah?
2. Apakah yang dimaksud dengan wudhu?
3. Apakah yang dimaksud dengan tayammum?
4. Bagaimanakah tata cara tayammum?
5. Apakah yang dimaksud dengan mandi?
6. Apa sajakah yang menjadi sebab-sebab mandi wajib?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi thaharah
2. Mengetahui definisi wudhu
3. Mengetahui definisi tayammum
4. Mengetahui tata cara tayammum
5. Mengetahui definisi mandi
6. Mengetahui sebab-sebab mandi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Thaharah
1. Pengertian
Secara bahasa, thaharah berarti suci dan bersih baik itu suci dari
kotoran lahir maupun dari kotoran batin berupa sifat dan perbuatan
tercela. Sedangkan secara istilah fiqh, thaharah adalah: mensucikan
diri dari najis dan hadats yang menghalangi shalat dan ibadah-ibadah
sejenisnya dengan air atau tanah, atau batu. Penyucian diri di sini tidak
terbatas pada badan saja tetapi juga termasuk pakaian dan tempat.1
2. Hukum
Hukum thaharah (bersuci) ini adalah wajib, khususnya bagi orang
yang akan melaksanakan shalat. Hal ini didasarkan pada QS. Al-
Maidah/5:6

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu


hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu
sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu
sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci);
usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin

1
M. Amrin Rauf, Buku Pintar Agama Islam (Yogyakarta: Sabil, 2011), hlm. 17.

2
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur”.

Dan hadits Nabi SAW.

“Kunci shalat itu adalah bersuci…” (HR. At-Tirmidzi, Ibn Majah,


Ahmad, al-Darimi, dari Ali bin Abi Thalib ra.)

3. Alat untuk bersuci


Alat yang digunakan untuk bersuci terdiri dari air, debu dan batu
atau benda padat lainnya (seperti: daun, tisu) yang bukan berasal dari
najis/kotoran. Benda padat tersebut digunakan khususnya ketika tidak
ada air. Namun, jika ada air yang bisa digunakan untuk bersuci, maka
disunahkan untuk lebih dahulu menggunkan air.
Tapi tidak semua air dapat digunakan untuk bersuci. Air yang dapat
digunakan untuk bersuci adalah: 1) Air Muthlaq yaitu air yang suci
lagi mensucikan, seperti: air dari mata air, air sungai, zamzam, air
hujan, salju, embun dan air laut. 2) Air Musta’mal yaitu air yang telah
digunakan untuk wudhu dan mandi (Muttafaq ‘alaih dari Jabir).
Sedangkan air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci antara
lain: 1) Air Mutanajjis yaitu yang sudah terkena najis. 2) Air suci
tetapi tidak dapat mensucikan, seperti air kelapa, air gula (teh atau
kopi), air susu, dan semacamnya. Namun air yang bercampur dengan
sedikit benda suci lainnya seperti air yang bercampur dengan sedikit
sabun, kapur barus atau wewangian, selama tetap terjaga
kemutlakannya, maka hukumnya tetap suci dan mensucikan. Tapi, jika
campurannya banyak hingga tidak layak lagi disebut sebagai air
mutlak maka hukumnya suci tapi tidak mensucikan.2
4. Pengertian hadats
Secara bahasa hadats ( ‫ ) الحدث‬dalam bahasa Arab berarti sesuatu
yang baru ( ‫) الحدیث‬, maksudnya sesuatu yang sebelumnya tidak ada
2
Nur Sillaturrohmah dan Budiman Mustofa, Fiqih Muslimah Terlengkap
(Surakarta: Al-Qudwah, 2014), hlm. 64.

3
kemudian menjadi ada.3 Sedangkan secara istilah Hadats adalah
keadaan tidak suci pada seseorang yang telah baligh dan berakal sehat,
timbul karena datangnya sesuatu yang ditetapkan oleh hukum syara’
sebagai yang membatalkan keadaan suci. Hadats dapat juga diartikan
sebagai suatu keadaan badan yang tidak suci atau kotor dan dapat
dihilangkan dengan cara-cara tertentu seperti wudhu, tayammum, dan
mandi wajib. Hadats terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Hadats kecil, suatu keadaan seseorang yang tidak suci yang
disebabkan oleh sesuatu dan bersucinya bisa menggunakan dengan
berwudhu attau tayammum.
b) Hadats besar, keadaan seseorang yang tidak suci yang disebabkan
oleh sesuatu dan bersucinya harus dengan mandi wajib dan
tayammum (jika tidak ada air).4

B. Wudhu
1. Pengertian
Wudhu merupakan cara bersuci yang tujuan utamanya untuk
menghilangkan hadats kecil. Wudhu itu menjadi salah satu syarat
untuk menunaikan ibadah seperti shalat. Allah swt berfirman dalam
QS. Al-Maidah/5:6 yang dijelaskan pada halaman sebelumnya.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah
dibawakan air wudhu, kemudian berwudhu dengan membasuh kedua
telapak tangannya sebanyak tiga kali, lalu membasuh wajahnya
sebanyak tiga kali, setelah itu membasuh kedua tangannya tiga kali.
Lalu, mengusap kepalanya dan dua telinganya. (HR. Abu Dawud).
Dalam hadits Rasulullah saw lainnya:
“Allah tidak menerima shalat salah seorang kamu bila berhadats
sampai ia berwudhu.” (HR. al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu
Dawud dan Ahmad).5
3
https://masyhudulyoungforever.wordpress.com/2013/05/26/makalah-
hadats/ diunduh pada 12 April 2022
4
Ibid,

4
2. Hal-hal yang membatalkan wudhu
a) Keluarnya sesuatu dari qubul dan dubur baik karena berhadats
kecil maupun berhadats besar.
b) Tidur nyenyak dalam keadaan berbaring. Namun bila dalam
keadaan duduk, tidak mengapa. Hal ini didasarkan pada riwayat
sahabat Anas bin Malik ra:

“Suatu ketika para sahabat Rasulullah SAW menunggu waktu


shalat isya’ yang akhir hingga terkantuk-kantuk kemudian mereka
shalat dan tidak berwudhu.” (HR. Abu Dawud & Ahmad dari
Anas, dan Tirmidzi dari Syu’bah).

c) Menyentuh kemaluan tanpa alas/pembatas. Hal ini didasarkan pada


hadits Nabi SAW:

“Barangsiapa yang menyentuh kemaluannya maka janganlah ia


shalat sampai ia berwudhu.” (HR. Tirmidzi, Nasa’I, Abu Dawud,
Ibn Majah, Ahmad, dari Busrah binti Shafwan).

d) Hilang akal, seperti: gila, pingsan atau mabuk. 6

C. Tayammum
1. Pengertian
Menurut bahasa, kata tayammum berarti sengaja. Sedangkan
menurut istilah (syariat) tayammum berarti beribadah kepada Allah
SWT. yang secara sengaja menggunakan debu yang bersih dan suci
untuk mengusap wajah dan tangan dibarengi niat menghilangkan hadas
bagi orang yang tidak mendapati air atau tidak bisa menggunakannya.
2. Tata cara tayammum
a) Membaca basmalah dengan berniat,
b) Meletakkan kedua tangan ke tanah atau debu yang suci, apabila
tidak ada tanah yang khusus disediakan, maka boleh ke dinding

5
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), hlm. 24.
6
Ibid.

5
atau jendela atau kaca yang dianggap ada debunya, boleh pasir,
batu atau yang lainnya.
c) Debu yang ada di tangan kemudian ditiup dengan tiupan ringan,
baru mengusapkan debu ke wajah sekali usapan.
d) Apabila seseorang menambah usapan ke lengan sampai siku, maka
kembali diletakkan tangan ke debu kemudia diusapkan kedua
telapak tangannya ke lengannya hingga ke siku. Dan jika hanya
mengusap kedua telapak tangannya saja, maka hal itu dianggap
sudah cukup baginya.7

D. Mandi
1. Pengertian
Mandi secara umum dapat berarti meratakan air ke seluruh anggota
tubuh dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. Sedangkan
menurut syari’at Islam mandi berarti: “Bersuci dengan air sebagai
alat bersuci dengan cara meratakan air yang suci lagi menyucikan ke
seluruh tubuh dari ujung kepala hingga ujung telapak kaki menurut
tata cara tertentu yang disertai niat ikhlas karena Allah untuk
menyucikan diri.”
Dengan demikian, mandi wajib atau janabat dapat diartikan sebagai
proses penyucian diri seseorang dari hadats besar yang menempel
(baik terlihat atau tidak terlihat) di badan, dengan cara menggunakan
atau menyiramkan air yang suci lagi menyucikan ke seluruh tubuh.
2. Tata cara mandi
Bagi orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan apabila
telah berada dalam keadaan berhadats besar, maka wajiblah baginya
untuk mandi. Namun dalam prakteknya harus sesuai dengan tuntunan
dan petunjuk Rasulullah SAW yang dilanjutkan oleh para sahabat-
sahabatnya serta para fuqaha atau ulama-ulama yang memiliki

7
Sa’id bin Ali Wahaf al-Qahthani, Panduan Bersuci (Jakarta: Almahira, 2006),
hlm. 157.

6
pengetahuan tentangnya. Berikut penjelasan tentang tata cara mandi
wajib:
a) Niat dalam hati, telah dijelaskan sebelumnya bahwa segala
amalan harus disertai dengan niat.
“Bismillahirahmanirahim nawaitul ghusla liraf'il hadatsil
akbar fardlon lillahita'ala.”
b) Diawali dengan membasih kedua telapak tangan tiga kali
c) Membasuh kemaluan dengan tangan kiri, yakni membersihkan
kotoran yang terdapat padanya
d) Membersihkan tangan kiri, sebab tangan kiri sudah digunakan
membasuh kemaluan dan membersihkan kotoran
e) Berwudhu
f) Menyiram tubuh bagian kanan terlebih dahulu, kemudian
menyiram tubuh bagian sebelah kiri, dilanjutkan dengan
menyelah-nyelah rambut secara merata atau menggosoknya
sampai menyentuh kulit kepala dan menyiramkan air ke kepala,
masing-masing tiga kali siraman.
g) Maratakan guyuran air ke seluruh tubuh sambil menggosok
seluruh badan
h) Bergeser dari tempat semula kemudian membasuh kaki.
3. Sebab-sebab mandi wajib
1. Bersetubuh, baik keluar maupun tidak
2. Keluar mani, baik keluarnya karena bermimpi ataupun sebab lain
dengan sengaja atau tidak, dengan perbuatan sendiri atau bukan.
3. Meninggal. Orang Islam yang meninggal, fardu kifayah atas
muslimin yang hidup memandikannya, kecuali orang yang mati
syahid.
4. Haid. Apabila seorang perempuan telah berhenti dari haid, ia wajib
mandi agar ia dapat shalat dan dapat bercampur dengan suaminya.
Dengan mandi itu badannya pun menjadi segar dan sehat kembali.

7
5. Nifas. Yang dinamakan nifas ialah darah yang keluar sesudah
melahirkan anak. Darah itu merupakan darah haid yang berkumpul,
tidak keluar sewaktu perempuan itu mengandung.
6. Melahirkan. Baik anak yang dilahirkan itu cukup umur atau tidak,
seperti keguguran.8

8
Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Jilid II (Bairut: Dar al-Firk, 1994), hlm. 57.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Thaharah adalah mensucikan diri dari najis dan hadats yang
menghalangi shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air atau tanah,
atau batu. Hukum thaharah adalah wajib. Hadats adalah keadaan tidak suci
pada seseorang yang telah baligh dan berakal sehat, timbul karena
datangnya sesuatu yang ditetapkan oleh hukum syara’ sebagai yang
membatalkan keadaan suci. Hadats terdiri dari hadats kecil dan besar.
Wudhu merupakan cara bersuci yang tujuan utamanya untuk
menghilangkan hadats kecil. Hal-hal yang membatalkan wudhu:
Keluarnya sesuatu dari qubul dan dubur baik karena berhadats kecil
maupun berhadats besar, tidur nyenyak dalam keadaan berbaring,
menyentuh kemaluan tanpa alas/pembatas dan hilang akal.
Tayammum berarti beribadah kepada Allah SWT. yang secara sengaja
menggunakan debu yang bersih dan suci untuk mengusap wajah dan
tangan dibarengi niat menghilangkan hadas bagi orang yang tidak
mendapati air atau tidak bisa menggunakannya.
Mandi wajib atau janabat dapat diartikan sebagai proses penyucian
diri seseorang dari hadats besar yang menempel (baik terlihat atau tidak
terlihat) di badan, dengan cara menggunakan atau menyiramkan air yang
suci lagi menyucikan ke seluruh tubuh. Sebab-sebab mandi wajib:
Bersetubuh, keluar mani, meninggal, haid, nifas, dan melahirkan.

B. Saran
Bagi pembaca diharapkan dapat menjadikan materi ini sebagai
tambahan referensi dan pengetahuan serta dapat mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, Nur Sillaturrohmah dan Budiman. Fiqih Muslimah Terlengkap.


Surakarta: Al-Qudwah, 2014.

Rauf, M. Amrin. Buku Pintar Agama Islam. Yogyakarta: Sabil, 2011.

Sa’id bin Ali Wahaf al-Qahthani. Panduan Bersuci. Jakarta: Almahira, 2006.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Al-Sunnah, Jilid II. Bairut: Dar al-Firk, 1994.

Sulaiman Rasyid. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014.

10

Anda mungkin juga menyukai