BAB I
PENDAHULUAN
Leighton IV
Page |2
1700 m3/detik, sedangkan debit normal sebesar 200 m 3/detik. Rasio debit musim
kemarau terhadap debit musim hujan dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan,
karena semakin rusaknya daerah tangkapan air yang disebabkan oleh tingginya alih
guna lahan hutan menjadi lahan perkebunan.
SungaiSiakmemilikifungsipenting untuk memenuhiberbagai keperluan,
diantaranya sebagai sarana transportasi air, sumberair
bersihdanpusatkegiatanbisnis.Seiring denganusahapeningkatan kesejahteraan
masyarakat, perkembangan kawasan untuk berbagai pemenuhan kebutuhan
(saranapemukiman,perdagangan&industri,perhubungan,perkantoran, pariwisata
danlain-lain) akanmeningkatdengancepat.Denganadanya perubahan penggunaan
lahantersebut maka implikasinya adalah adanya perubahan perilaku
sungai,baikyangmenyangkutpoladistribusialiransungaimaupunperubahankualitassum
berdayaairsungai.TetapiAirsungaiSiaktidaksepertizamandahululagiyangbisa
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan memasak dan mencuci pakaian.
Sekarang kondisiairsungai Siak sudah sangatmemperhatinkan, Padahal
keberadaan SungaiSiakpada era sebelumtahun80anmenjadiuratnadiperekonomian
nelayansetempatsehingga sebagian besar memilikimata pencahariansebagainelayan.
Haliniterlihatdariperkembanganaktivitasmasyarakatdisepanjangkawasansungai
Siakdanbanyaknyapendudukyang bermukimdisepanjang sungaiSiak.Potensisungai
siaksendiridiantaranyaadalahsebagaitempatmencariikan,sumberairbersih,wisata
airdandengankedalamanrata-rata20-30metersertapanjang keseluruhan572kmdan
lebar75-100msungaiSiakmampumenunjang sistemtransportasiairdenganintensitas
tinggibaikuntukkapalbarang maupunkapalpenumpang.Namunsecarabertolak
belakangsungaiinijugamerupakantempataliranlimbahindustridanrumahtangga
sertasebagai saranamandi, cuci dan kakus (MCK) penduduk setempat.
Saatinipemanfaatansungaidilakukansecara berlebihantanpamemikirkan
dampakdanakibatnya.Banyaksungaiyang rusakdantercemarakibatlimbaholeh
rumahtangga maupunolehperusahaan-perusahaanatauindustriyangada di sekitar
sungai.Rusaknyaekosistemsungaiberdampaknegatif khususnyabagimasyarakatyang
tinggaldi sekitarsungai.Ekosistemsungai yangrusakmenyebabkan menurunnya
Leighton IV
Page |3
1.2 Tujuan
Mengacu pada rumusanmasalah makatujuan penelitian kegiatan ini adalah
untuk:
1. Mengetahui Penyebab turunnya kualitas air Sungai Siak daerah Leighton IV.
2. Merencanakan pengelolaan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan di DAS
Siak daerah Leighton IV.
BAB II
Leighton IV
Page |4
Leighton IV
Page |5
1. BagianHulu
BagianhuludariDASSiakadalahdaridua sungaiyaituSungaiTapungKanan
yang termasuk dalamwilayahKabupatenRokanHuludanKecamatanTapung
HuluKabupatenKampar,danSungai TapungKiriyangtermasukdalamwilayah
TandunKabupatenRokanHuludanKecamatanTapung Kiri KabupatenKampar.
Keduasungai menyatudi daerahPalas(KabupatenKampar) dandekat Kota
PekanbarupadaSungai SiakBesar.
2. BagianHilir
BagianhilirdariDAS SiakadalahpadaSungaiSiakBesaryangterletak didesa
Palas(KabupatenKampar)-Kota Pekanbaru – Kota Perawang(Kabupaten Siak)–
KotaSiakSri IndrapuradanbermuaradiTanjung Belit (Sungai Apit, KabupatenSiak).
Leighton IV
Page |6
1. DAS Siak
DAS Siak memiliki luas areal sebesar 11.527 km2.Wilayah ini didominasi
oleh penutupan lahan berupa kebun sawit, lahan pertanian, lahan terbuka, hutan,
Leighton IV
Page |7
kebun karet dan sebagian kecil merupakan lahan terbangun, semak belukar, kebun
campuran serta badan air.
2. DAS Siak Kecil
DAS Siak Kecil ini meliputi areal sebesar 2.712 km2. Wilayah ini didominasi
oleh penutupan lahan berupa kebun campuran, lahan pertanian, hutan, semak belukar,
lahan terbuka, kebun sawit dan sebagian kecil merupakan lahan terbangun dan badan
air.
2.1.2 Topografi
Kawasan WS Siak memiliki kondisi permukaan bumi bervariasi yaitu datar
sampai berbukit di segmen wilayah DAS bagian hulu dan datar sampai
bergelombang di segmen wilayah DAS bagian tengah dan hilir. Sedangkan
berdasarkan topografinya WilayahDASSiakbertopografirelatifdatar,
denganketinggianrata-rata0-2m dpl dankemiringansekitar0-
5%.Dibagianhuluterdapatvariasikemiringanyaitusebesar2–40%.. Secara rinci
pembagian kawasan WS Siak berdasarkan kelas kelerengan dan kondisi topografi
disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 2.3Luas dan Persentase yang ada di WS Siak
Kelas Kelerengan Luas Prosentase Luas
No. Tipe Lereng
(%) (Km2) (%)
1 Datar <2 5.609 44,48
2 Sangat landai 2–8 117 0,68
3 Landai 9 – 15 4.111 29,17
4 Agak landai 16 – 25 1.083 6,33
5 Agak curam 26 – 40 142 0,76
6 curam >40 3.177 18,57
Total 14.239 100
Sumber: Peta Bakosurtanal, Tahun 2010 dan Hasil Analisis, 2011
JenistanahdiDASSiakbagianhuluterbagimenjadiduayaituorganosolgley
humusdanpodsolikmerahkuning,bertekstur halus(liat),sedang (lempung) dankasar
(pasir), dengankedalamtopsoil antara30-60cm dan>90cmdari atas permukaan tanah.
DASSiak hulu merupakanhuluSungai Tapung Kanandanmemiliki
banyakanak sungai antaralain:SungaiTapung Kiri,Sungai Kasikan,Sungai
Leighton IV
Page |8
Kepanasan.Sungai- sungaiyangterdapat
dibagianhilirantaralainSungaiSiak,SungaiPerawang,Sungai Mentawai, Sungai
Tualang, Sungai Basar danSungai Balam Tinggi. Sungai-sungai
tersebutdifungsikansebagaijaringantransportasiterutamauntukpengangkutanbahanba
kudanhasil produksiindustri. Selain itudimanfaatkan penduduk sebagai MCK,
bahanbakuair minumdanpemenuhanuntukkebutuhanindustri.
2.1.3 Kualitas Sungai Siak
Berdasarkan hasil analisa laboratorium terhadap kualitas air sungai Siak
diperoleh sebagai berikut :
Leighton IV
Page |9
Leighton IV
P a g e | 10
Dengan kata lain, sempadan sungai dapat dikatakan juga, sebagai kawasan
rawan bencana, yang sangat berbahaya bagi masyarakat apabila dimanfaatkan sebagai
kawasan pemukiman, pedagangan, serta peruntukan budidaya lainnya demi
pembangunan dan pendapatan asli daerah. Tetapi hal ini justru menjadi permasalahan
sungai di leighton 4. Berdasarkan PermenPUPR No.28 Tahun 2015, sungai yang
berkedalaman >20 meter harus memiliki lebar wilayah sempadan minimal 30 meter
dari badan air sungai. Kenyataannya, masyarakat di sekitar Leighton 4 membuat
pemukiman berbatasan langsung bahkan mengambil bagian dibadan air sungai.
Sehingga ketika terjadi bencana hal ini tak dapat terelakan lagi dikarenakan lahan
sempadan sungai dijadikan daerah pemukiman penduduk.
Leighton IV
P a g e | 11
Leighton IV
P a g e | 12
Leighton IV
P a g e | 13
Leighton IV
P a g e | 14
Leighton IV
P a g e | 15
berwarna. Selain itu aktivitas perkebunan kelapa sawit juga menggunakan pupuk,
ketika hujan terjadi pupuk tersebut akan larut bersama air menjadi run off dan
mengalir ke sungai. Hal tersebut menyebabkan sungai mengalami kelebihan nutrient
akibat kandungan unsur N,P,K dalam pupuk yang menyebabkan Alga Blooming.
c. Sungai Siak Melintasi Kawasan Padat Penduduk
Sungai siak adalah sungai yang melewati banyak wilayah, salah satunya
melintasi kota pekanbaru. Pekanbaru adalah kota yang padat penduduk, lingkungan
yang padat penduduk ini tentunya memngaruhi kondisi sungai, karena semakin banyak
penduduk di sekitaran sungai maka semakin banyak aktifitasyang akan terjadi di
sungai tersebut. Dengan melintasnya sungai siak melalui wilayah padat penduduk
akan meningkatkan zat pencemar bagi sungai. Begitu pula dengan lingkungan di
leighton 4, sungai berbatasan langsung dengan penduduk, penduduk diwilayah
tersebut tentu mengambil manfaat dari sungai tersebut lalu memberi mudharat ke
sungai. Contohnya, penduduk mencuci di sungai, limbah sabun dan detergen dibuang
langsung ke sungai.
d. Sempadan Yang Rusak
Begitu pula lingkungan di tepian sungai. Seharusnya terdapat wilayah
sempadan minimal 30 meter untuk sungai dengan kedalaman >20 meter
(PermenPUPR No.28 Tahun 2015). Di wilayah sempadan ini bisa digunakan untuk
vegetasi pelindung sungai. Dengan vegetasi ini akan menahan laju air dan erosi yang
bisa menyebabkan sedimentasi. Tetapi nyatanya sempadan malah dijadian pemukiman
di leighton 4 ini. Menambah asupan pencemar ke sungai siak.
Leighton IV
P a g e | 16
tersebut.Kebiasaan masyarakat sulit untuk diubah, jika sejak kecil sudah membuang
sampah ke sungai, sampai tua pun akan tetap membuang sampah ke sungai walaupun
memiliki pendidikan yang tinggi dan finansial yang tinggi.
Pengetahuan masyarakat tentang bahaya membuang sampah ke sungai kurang.
Mereka mengetahui dampah-dampak yang ditimbulkan jika terus menerus membuang
sampah ke sungai, namun mereka tetap saja membuang sampah tersebut ke sungai
karena ketidak pedulian masyarakat terhadap lingkungan.
Leighton IV
P a g e | 17
Gambar 2.10 jamban yang digunakan yang ada disetiap rumah warga
Leighton IV
P a g e | 18
2.2.4Aspek Ekonomi
a. Tingkat Pendidikan Masih Rendah
Keadaan ekonomi masyarakat di sekitar leighton 4 rendah, pekerjaannya yaitu
buruh harian lepas, wiraswasta, ibu rumah tangga, tukang jahit, warung kecil-kecilan.
Ekonomi rendah dikarenakan tingkat pendidikan tertinggi rata-rata adalah SMA.
Sehingga masyarakat dengan taraf hidup rendah akan sangat bergantung ke sungai.
Contohnya, banyak dirumah warga yang tidak dilengkapi septic tank dikarenakan
limbah black dan grey water langsung masuk ke badan sungai. Selain itu, mencuci
masih disungai menyebabkan detergen masuk ke sungai dan menambah pencemaran.
b. Dana Pemerintah Tidak Jelas
Dari pemerintah sendiri terjadi ketergantungan dana antara pemerintah daerah
terhadap pemerintah pusat mengenai dana begitu besar. Sehingga pemerintah daerah
tidak memiliki lingkup yang besar untuk mengalokasikan dana yang ada untuk
pengelolaan DAS. Faktor lainnya adalah dana yang telah dialokasikan untuk
Leighton IV
P a g e | 19
pengelolaan DAS belum digunakan secara efektif dan efisien. Sehingga dana yang
tersebut seperti lenyap begitu saja tanpa terlihat dampak positifnya.
c. Berkurangnya Pendapatan Ikan
Sejak tercemarnya sungai siak salah satunya akibat limbah pabrik sawit,
warga merasakan dampaknya. Dampak yang dirasakan warga ialah banyaknya ikan di
sungai siak yang mati. Hal ini tentu memengaruhi perekonomian masyarakat yang
hidupnya bergantung pada pendapatan ikan di sungai. Semakin banyak limbah yang
mencemari maka semakin banyak pula ikan yang mati, sehingga menyebabkan para
nelayan atau pemancing ikan di sungai siak mengalami penurunan pendapatan ikan.
Leighton IV
P a g e | 20
Leighton IV
P a g e | 21
Leighton IV
P a g e | 22
BAB III
PENGELOLAAN SUMBER AIR TERPADU
Leighton IV
P a g e | 23
Leighton IV
P a g e | 24
4. Upaya Aerasi Pada Sumber Air Dan Prasarana Sumber Daya Air
Aerasi adalah suatu proses penambahan udara/oksigen dalam air dengan
membawa air dan udara ke dalam kontak yang dekat, dengan cara menyemprotkan air
ke udara (air ke dalam udara) atau dengan memberikan gelembung-gelembung halus
udara dan membiarkannya naik melalui air (udara ke dalam air). Sumber lain
menjelaskan bahwa aerasi adalah suatu proses atau usaha dalam menambahkan
konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air limbah, agar proses oksidasi biologi
oleh mikroba akan dapat berjalan dengan baik. Dalam melakukan proses Aerasi ini
perlu menggunakan alat yang dinamakan aerator. Prinsip kerja `alat ini adalah untuk
Leighton IV
P a g e | 25
menambahkan oksigen terlarut di dalam air tersebut. Kemudian yang menjadi tugas
utama dari aerator ini adalah memperbesar permukaan kontak antara air dan udara.
5. Menyimpan Air Yang Berlebihan Di Saat Hujan
Bangunan Penampung Air Hujan (PAH) adalah solusi yang bisa ditawarkan
untuk menyelesaikan masalah krisis air bersih yang melanda kebanyakan kota besar
di Indonesia. Sebenarnya cara ini bukanlah solusi baru yang pernah ditawarkan pada
waktu sebelumnya. Cara ini banyak digunakan pada daerah pedesaan yang belum
memiliki teknologi mesin pompa air untuk mengambil air tanah dan masih
menggunakan sumur sebagai sumber penyedia air bersih. Pada dasarnya,PAH
menampung air hujan yang turun sehingga air yang terkumpul ditampung dalam satu
wadah. Air yang sudah ditampung ini dikelola sedemikian rupa sehingga bisa
digunakan untuk keperluan mandi, cuci baju, atau air baku minum oleh kebanyakan
masyrakat pedesaan. Wadah penampungan biasanya terletak tidak jauh dari rumah
karena air hujan yang ditampung sebenarnya merupakan air yang dikumpulkan dari
genteng rumah. Dari genteng rumah, air hujan dialirkan menuju tempat penampungan
melalui pipa.
Leighton IV
P a g e | 26
kapal serta pembatasan bobot/jenis kapal agar transportasi sungai tersebut dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, selain itu juga diperlukan pengelolaan limbah oleh
industri sebelum dibuang ke lingkungan.
Leighton IV
P a g e | 27
Leighton IV
P a g e | 28
3. Pengembangan SDA
Pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai ditujukan
untukpeningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan
airbaku untuk rumah tangga, pertanian, industri, pariwisata,
pertahanan,pertambangan, ketenagaan, perhubungan, dan untuk berbagai keperluan
lainnya.Yang dimaksud dengan pengembangan termasuk kegiatan
pelaksanaankonstruksi.
Leighton IV
P a g e | 29
yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh
tindakan manusia. Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air dijadikan dasar
dalam penatagunaan lahan dan dilakukan melalui:
1. pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air .
2. perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan
pembangunandan pemanfaatan lahan pada sumber air.
3.3.2 Pengendalian Daya Rusak Air
1. Partisipasi masyarakat adalah suatu proses keterlibatan masyarakat secara
sadar dan nyata dalam serangkaian proses pembangunan mulai dari tingkat
perencanaan (perumususan kebijakan) hingga pada tingkat pengendalian
(pengawasan dan evaluasi ) program pembangunan.Pengelolaan sumber
daya air yaitu upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air dan pengendalian daya rusak air.
Leighton IV
P a g e | 30
Leighton IV
P a g e | 31
Leighton IV
P a g e | 32
pelestarian alam. Pendayagunaan sumber daya air diselenggarakan secara terpadu dan
adil, baik antar sektor, antar wilayah maupun antar kelompok masyarakat dengan
mendorong pola kerja sarna.
Leighton IV
P a g e | 33
Leighton IV
P a g e | 34
Pasal 60 UU PPLH:
Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media
lingkungan hidup tanpa izin.
Pasal 104 UU PPLH:
Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media
lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi
tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
Selain pidana karena pembuangan limbah, ada beberapa pidana lain yang bisa
dikenakan kepada perusahaan tersebut:
a. Jika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena perusahaan sengaja
melakukan perbuatan (misalnya membuang limbah) yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut,
atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, yang mana hal tersebut
mengakibatkan orang mati maka diancam pidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling
sedikit Rp5 miliar dan paling banyak Rp15 miliar.
b. Jika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena perusahaan lalai sehingga
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku
mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, yang mana hal
tersebut mengakibatkan orang mati, maka dipidana dengan pidana penjara
paling singkat paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan)
tahun dan denda paling sedikit Rp3 miliar dan paling banyak Rp9 miliar
2. Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran
Leighton IV
P a g e | 35
Leighton IV
P a g e | 36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Permasalahan yang terjadi di daerah Leighton 4:
a. teknis: sempadan sungai yang disalahgunakan, kurangnya sarana dan
prasarana pengangkutan sampah, pintu air yang tidak dirawat, tidak ada
sarana pendukung sumur artesis, sistem drainase yang tidak layak
b. lingkungan: matinya biota sungai dan tumbuhnya eceng gondok, terjadinya
peningkatan konsentrasi pencemar dari hulu ke hilir, sungai siak melintasi
kawasan padat penduduk, sempadan yang rusak
c. sosial: kebiasaan buang sampah di sungai, kebiasaan bab/bak langsung ke
sungai, terlalu bergantung terhadap sungai, tidak ada kegiatan gotong royong,
sikap ketidakpedulian terhadap kondisi sungai
d. ekonomi: tingkat pendidikan masih rendah, dana pemerintah tidak jelas,
berkurangnya pendapatan ikan
e. hukum: tidak ada aturan tata ruang sungai siak, aparat tidak melakukan
penindakan
2. Pengelolaan sumber daya air terpadu:
a. Konservasi Sumber Daya Air.
b. Pendayagunaan Sumber Daya Air.
c. Pengendalian Daya Rusak Air.
d. Sistem Informasi Sumber Daya Air.
e. Pemberdayaan masyarakat.
4.2 Saran
Masyarakat dan pemerintah diharapkan saling terhubung dalam satu tujuan
yang sama yakni melakukan kegiatan konservasi terhadap sungai siak. Penanaman
kesadaran diri adalah hal yang penting. Untuk itu pembaca dan penulis mengingatkan
untuk menanamkan pada diri kesadaran melindungi dan mencintai lingkungan demi
mewujudkan sustainable development yang telah dicanangkan sejak dulu.
Leighton IV
P a g e | 37
DAFTAR PUSTAKA
BPS Riau. 2011. Pekanbaru dalam Angka. Badan Pusat Statistik: Pekanbaru
Grigg, N.S., 1996. Water Resources Management: Principles, Regulation, and Cases.
New York: McGraw-Hill.
Jermar, M.K. 1987. Water Resources and Water Management. New York: Elsevier
Science Pub. Co.
Kodoatie, R.J. dan R. Sjarief, 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, edisi
revisi. Yogyakarta: Andi.
Leighton IV