Anda di halaman 1dari 37

Page |1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Airmerupakansegalanyadalamkehidupaniniyang fungsinyatidakdapat
digantikandengan zatatau benda lainya,namundapatpula sebaliknya apabila airtidak
dijaganilainyaakansangatmembahayakandalamkehidupanini.Sejalan dengan
perkembangan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap air mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan
yang berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya air dan meningkatnya
daya rusak air. Dalam mengatasi perubahan tersebut diperlukan pengelolaan sumber
daya air yang utuh dari hulu sampai ke hilir dengan basis wilayah sungai tanpa
dipengaruhi oleh batas-batas wilayah administrasi yang dilaluinya.
Sungaiadalahsalahsatudarisumberdayaalamyang
bersifatmengalir(flowingresources),sehingga pemanfaatan air dihuluakan
menghilangkanpeluangdihilir. Pencemarandihulusungaiakanmenimbulkanbiaya
sosial dihilir (extematily effect)dan pelestarian dihulu memberikan manfaat
dihilir.Sungai dapatmerupakansumber malapetaka apabila tidakdijaga,baik
dariAspekmanfaatnyamaupunpengamanannya.Halinidapatkitalihatsebagaimana
yangterjadipadaSungaiSiakdiProvinsiRiau.
Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan
kedalaman mencapai 30 meter, namun akibat pendangkalan kini tinggal sekitar 18
meter. Sungai ini panjangnya mencapai ± 345 km melewati empat wilayah
administrasi kabupaten dan satu wilayah administrasi kota yaitu kabupaten Rokan
Hulu, kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru
dimana seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak berada di Provinsi Riau dengan
debit aliran berkisar antara 594-7859 m3/detik (antara tahun 1981-1992). Panjang
Sungai Siak yang dapat dilayari mencapai 200 km. Lebar Sungai Siak bervariasi dari
20-200 m dan kedalaman antara 6-26 m, dengan penampang dasar berbentuk V. Saat
ini debit minimum Sungai Siak sekitar 45 m3/detik dan debit maksimum rata-rata

Leighton IV
Page |2

1700 m3/detik, sedangkan debit normal sebesar 200 m 3/detik. Rasio debit musim
kemarau terhadap debit musim hujan dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan,
karena semakin rusaknya daerah tangkapan air yang disebabkan oleh tingginya alih
guna lahan hutan menjadi lahan perkebunan.
SungaiSiakmemilikifungsipenting untuk memenuhiberbagai keperluan,
diantaranya sebagai sarana transportasi air, sumberair
bersihdanpusatkegiatanbisnis.Seiring denganusahapeningkatan kesejahteraan
masyarakat, perkembangan kawasan untuk berbagai pemenuhan kebutuhan
(saranapemukiman,perdagangan&industri,perhubungan,perkantoran, pariwisata
danlain-lain) akanmeningkatdengancepat.Denganadanya perubahan penggunaan
lahantersebut maka implikasinya adalah adanya perubahan perilaku
sungai,baikyangmenyangkutpoladistribusialiransungaimaupunperubahankualitassum
berdayaairsungai.TetapiAirsungaiSiaktidaksepertizamandahululagiyangbisa
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan memasak dan mencuci pakaian.
Sekarang kondisiairsungai Siak sudah sangatmemperhatinkan, Padahal
keberadaan SungaiSiakpada era sebelumtahun80anmenjadiuratnadiperekonomian
nelayansetempatsehingga sebagian besar memilikimata pencahariansebagainelayan.
Haliniterlihatdariperkembanganaktivitasmasyarakatdisepanjangkawasansungai
Siakdanbanyaknyapendudukyang bermukimdisepanjang sungaiSiak.Potensisungai
siaksendiridiantaranyaadalahsebagaitempatmencariikan,sumberairbersih,wisata
airdandengankedalamanrata-rata20-30metersertapanjang keseluruhan572kmdan
lebar75-100msungaiSiakmampumenunjang sistemtransportasiairdenganintensitas
tinggibaikuntukkapalbarang maupunkapalpenumpang.Namunsecarabertolak
belakangsungaiinijugamerupakantempataliranlimbahindustridanrumahtangga
sertasebagai saranamandi, cuci dan kakus (MCK) penduduk setempat.
Saatinipemanfaatansungaidilakukansecara berlebihantanpamemikirkan
dampakdanakibatnya.Banyaksungaiyang rusakdantercemarakibatlimbaholeh
rumahtangga maupunolehperusahaan-perusahaanatauindustriyangada di sekitar
sungai.Rusaknyaekosistemsungaiberdampaknegatif khususnyabagimasyarakatyang
tinggaldi sekitarsungai.Ekosistemsungai yangrusakmenyebabkan menurunnya

Leighton IV
Page |3

jumlahdebitairsecarafluktuatif pada musimhujandankemarau,penurunancadangan air


serta penurunan jasa lingkungan. Sektor ekonomijuga ikut berimbas akibat rusaknya
ekosistemsungai.Menurutperspektifekonomi,Fauzi(2006) menyatakan
pencemaranbukansajadilihatdarihilangnyanilaiekonomisumber dayaakibat
berkurangnyakemampuan sumberdayanamunjugadaridampak pencemarantersebut
terhadap masyarakat.
Air sungai mengalir secara gravitasi dari hulu ke hilir. Secara alamiahnya
sungai terutama pada bagian hilir, pada umumnya dipengaruhi oleh pasang surut
sungai. Proses mengalirnya aliran sungai secara gravitasi maupun secara pasang
surut, menyebabkan terjadinya dinamika aliran pada suatu penampang badan air.
DAS Siak termasuk DAS kritis, kawasan rawan bencana banjir dan longsor, erosi
dan pendangkalan, serta terjadi berbagai macam pencemaran. Di sepanjang Sungai
Siak terutama di Pekanbaru ke arah hilirnya mempunyai potensi yang sangat tinggi
untuk berkembangnya kegiatan sosial dan ekonomi. Perubahan ekosistem Sungai
Siak secara signifikan dipengaruhi oleh perkembangan penduduk dan ekonomi yang
kemudian mendorong berkembangnya kawasan budidaya dan permukiman.
Berdasarkan permasalahan tersebut, kami ingin mengetahui pengelolaan sumber
daya air terpadu dan berkelanjutan yang sudah diterapkan di DAS Siak daerah
jembatan Leighton IV.

1.2 Tujuan
Mengacu pada rumusanmasalah makatujuan penelitian kegiatan ini adalah
untuk:
1. Mengetahui Penyebab turunnya kualitas air Sungai Siak daerah Leighton IV.
2. Merencanakan pengelolaan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan di DAS
Siak daerah Leighton IV.

BAB II

Leighton IV
Page |4

GAMBARAN UMUM DAN PERMASALAHAN SUNGAI SIAK DAERAH


LEIGHTON 4

2.1 Gambaran Umum


SungaiSiakadalahsungaiyangpalingdalamdiIndonesia, yaitudengan
kedalamansekitar20-30meter.Dengan Panjang 300kilometer,sungaiSiak melewati
empatwilayahadministrasikabupaten dansatuwilayah administrasikotayaitu
kabupatenRokan Hulu,kabupatenBengkalis, KabupatenSiak,Kabupaten Kampardan
KotaPekanbarudimanaseluruhDaerahAliranSungai(DAS)SiakberadadiProvinsiRiau.
DASSiak termasuk DASkritis,kawasanrawanbencanabanjir danlongsor,erosi
danpendangkalan,sertaterjadi berbagaimacampencemaran.Perubahanekosistem
padaDASsiakdiindikasikandengankejadianbanjir diProvinsiRiauakibat meluapnya
Sungai Siak dan anak-anak sungainya. Perubahan ekosistemtersebut disebabkan oleh
wilayahdalamDASSiakyang merupakandaerah yang potensialberkembang
bagikegiatan sosialekonomi masyarakat.DisepanjangSungaiSiakterutamadi
Pekanbarukearah hilirnyamempunyaipotensi
yangsangattinggiuntukberkembangnyakegiatansosial
danekonomi.PerubahanekosistemSungai Siaksecarasignifikandipengaruhi ooleh
perkembangan penduduk dan ekonomiyangkemudianmendorong berkembangnya
kawasanbudidayadanpermukiman.

2.1.1 Luas Wilayah


Luas WS Siak sekitar ± 14.239 km2 yang membentang dari hulunya di
perbukitan Kubu Beringin dan Bukit Suligi-Bukit Pandan di Kabupaten Rokan Hulu
hingga hilirnya bermuara di Selat Malaka. Secara geografis WS Siak berada pada
posisi antara 100º28’ BT - 102º12’BT dan 0º20’ LU - 1º16’ LU dengan batasan-
batasan sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Siak,
Kabupaten Bengkalis.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Selat Malaka.

Leighton IV
Page |5

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak,


Kabupaten Pelalawan.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu.
Untuk lebih jelasnya mengenai luas WS Siak beserta kabupaten/kota yang masuk di
dalamnya disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Luas WS Siak Ditinjau dari Kabupaten/Kota di dalamnya


Luas Persentase Luas
No. Kabupaten
(Km²) (%)
1 Kabupaten Rokan Hulu 979 6,88
2 Kabupaten Kampar 3.589 25,21
3 Kabupaten Bengkalis 2.813 19,76
4 Kabupaten Siak 6.304 44,27
5 Kota Pekanbaru 553 3,88
Total 14.239 100
Sumber: Keppres No. 12 Tahun 2012 dan Hasil Analisis, Tahun 2012

CakupanDAS Siakmeliputi KabupatenRokanHulu,KabupatenKampar,


Kabupaten Bengkalis,Kabupaten Siak,dan
KotaPekanbaru.DarikeseluruhanwilayahDAS Siak dibagikedalam
duawilayah,yaituwilayahbagianhuludan hilir.Wilayah-wilayahyang tercakupdalam
masing-masingbagianDASSiak,yaitu:

1. BagianHulu
BagianhuludariDASSiakadalahdaridua sungaiyaituSungaiTapungKanan
yang termasuk dalamwilayahKabupatenRokanHuludanKecamatanTapung
HuluKabupatenKampar,danSungai TapungKiriyangtermasukdalamwilayah
TandunKabupatenRokanHuludanKecamatanTapung Kiri KabupatenKampar.
Keduasungai menyatudi daerahPalas(KabupatenKampar) dandekat Kota
PekanbarupadaSungai SiakBesar.
2. BagianHilir
BagianhilirdariDAS SiakadalahpadaSungaiSiakBesaryangterletak didesa
Palas(KabupatenKampar)-Kota Pekanbaru – Kota Perawang(Kabupaten Siak)–
KotaSiakSri IndrapuradanbermuaradiTanjung Belit (Sungai Apit, KabupatenSiak).

Leighton IV
Page |6

Berdasarkan penjabaran pembagian daerah aliran sungai pada WS Siak,


Leighton 4menghubungkan Jalan Sudirman dan Jalan Sembilang, Kecamatan Rumbai
Pesisir yang masih dalam pengerjaan. Pembagian daerah aliran sungai pada WS Siak
berikut dengan anak sungai dan wilayah yang termasuk di dalamnya akan
dideskripsikan sebagai berikut.
Tabel 2.2Nama dan Luas DAS yang Masuk di dalam WS Siak
Nama Luas Prosentase
No. Anak Sungai Kabupaten/ Kecamatan
DAS (Km2) (%)
Kab. Rokan Hulu:
Kandis, Palapa,
Rokan 4Koto, Kabun,
Jering, Sibolak,
Tandum, Kunto
Telangkah,
Darussalam
Bunian,
Kab. Kampar:
Salembah,
Tapung Hulu, Tapung,
Paturuk, Karas,
Tapung Hilir,
Takuana, Suram,
Bangkinang, Bangkinang
Lindai, Siangkala,
Barat, Xii Koto Kampar,
Tapung Kanan
Tambang
1 DAS Siak Hulu, Tapung, 11.527 80,95
Kota Pekanbaru Kab.
Kanan Hilir,
Bengkalis:
Tadus, Tokang,
Mandau
Siban, Palas,
Kab. Siak:
Umban, Sail,
Kandis, Minas, Sungai
Sago, Senapelan
Mandau, Tambang, Siak,
I, Senapelan Ii,
Tualang, Lubuk Dalam,
Limau Teleju,
Kerinci Kanan, Koto
Tenayan, Gasib,
Gasib, Dayun, Bungan
Mandau, Siak
Raya
Kab. Bengkalis:
Bukit Batu, Pinggir, Siak
DAS Siak Siak Kecil, Bukit
2 Kecil 2.712 19,05
Kecil Batu
Kab. Siak:
Sungai Mandau
Total 14.239 100
Sumber: Keppres No. 12 Tahun 2012 dan Hasil Analisis, 2012

1. DAS Siak
DAS Siak memiliki luas areal sebesar 11.527 km2.Wilayah ini didominasi
oleh penutupan lahan berupa kebun sawit, lahan pertanian, lahan terbuka, hutan,

Leighton IV
Page |7

kebun karet dan sebagian kecil merupakan lahan terbangun, semak belukar, kebun
campuran serta badan air.
2. DAS Siak Kecil
DAS Siak Kecil ini meliputi areal sebesar 2.712 km2. Wilayah ini didominasi
oleh penutupan lahan berupa kebun campuran, lahan pertanian, hutan, semak belukar,
lahan terbuka, kebun sawit dan sebagian kecil merupakan lahan terbangun dan badan
air.

2.1.2 Topografi
Kawasan WS Siak memiliki kondisi permukaan bumi bervariasi yaitu datar
sampai berbukit di segmen wilayah DAS bagian hulu dan datar sampai
bergelombang di segmen wilayah DAS bagian tengah dan hilir. Sedangkan
berdasarkan topografinya WilayahDASSiakbertopografirelatifdatar,
denganketinggianrata-rata0-2m dpl dankemiringansekitar0-
5%.Dibagianhuluterdapatvariasikemiringanyaitusebesar2–40%.. Secara rinci
pembagian kawasan WS Siak berdasarkan kelas kelerengan dan kondisi topografi
disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 2.3Luas dan Persentase yang ada di WS Siak
Kelas Kelerengan Luas Prosentase Luas
No. Tipe Lereng
(%) (Km2) (%)
1 Datar <2 5.609 44,48
2 Sangat landai 2–8 117 0,68
3 Landai 9 – 15 4.111 29,17
4 Agak landai 16 – 25 1.083 6,33
5 Agak curam 26 – 40 142 0,76
6 curam >40 3.177 18,57
Total 14.239 100
Sumber: Peta Bakosurtanal, Tahun 2010 dan Hasil Analisis, 2011

JenistanahdiDASSiakbagianhuluterbagimenjadiduayaituorganosolgley
humusdanpodsolikmerahkuning,bertekstur halus(liat),sedang (lempung) dankasar
(pasir), dengankedalamtopsoil antara30-60cm dan>90cmdari atas permukaan tanah.
DASSiak hulu merupakanhuluSungai Tapung Kanandanmemiliki
banyakanak sungai antaralain:SungaiTapung Kiri,Sungai Kasikan,Sungai

Leighton IV
Page |8

Kepanasan.Sungai- sungaiyangterdapat
dibagianhilirantaralainSungaiSiak,SungaiPerawang,Sungai Mentawai, Sungai
Tualang, Sungai Basar danSungai Balam Tinggi. Sungai-sungai
tersebutdifungsikansebagaijaringantransportasiterutamauntukpengangkutanbahanba
kudanhasil produksiindustri. Selain itudimanfaatkan penduduk sebagai MCK,
bahanbakuair minumdanpemenuhanuntukkebutuhanindustri.
2.1.3 Kualitas Sungai Siak
Berdasarkan hasil analisa laboratorium terhadap kualitas air sungai Siak
diperoleh sebagai berikut :

Sumber : BLH Kota Pekanbaru, 2011

Leighton IV
Page |9

Dari tabel diatas dapat di jelaskan bahwa : nilai pH di sebagian lokasi


pemantauan dapat dikatakan tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat, karena
tidak memenuhi standar baku mutu yang di tetapkan. Dari hasil analisi kelima
lokas nilai BOD dan COD sangat tinggi, pengambilan sampel semuanya telah
melewati baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga memerlukan penganan yang
serius agar limbah yang dibuang ke badan sungai tidak membahayakan kehidupan
organisme di perairan tersebut.
Berdasarkan visualisasi keadaan air sungai pada umumnya berwarna kuning
kecoklatan dan semakin pekat warnanya sampai kearah hilir dengan bau air yang
menyengat. Walaupun tidak dirasa akan tetapi dapat dipastikan bahwa kualitas air
pada sungai ini sangat tidak mungkin dikatakan baik untuk kesehatan. Sepanjang
sungai terlihat banyak sampah-sampah organik seperti sisa-sisa makanan, daun-
daunan, kayu, tinja dan bangkai hewan dan juga banyak terlihat sampah-sampah
anorganik seperti plastik, kaca, kaleng dan minyak-minyak. Keadaan ini hampir
merata dan terus meningkat jumlah kearah hilir sungai. Hal ini disebabkan oleh
semakin padat dan meningkatnya aktivitas manusia di sekitar sungai tersebut.

2.2 Permasalahan DAS Siak Leighton 4


Permasalahan DAS Siak di leighton 4 dikelompokkan menjadi berbagai aspek
berikut:
2.2.1 Aspek Teknis
a. Sempadan Sungai yang Disalahgunakan
Dalam rangka pengamanan terhadap daerah sekitarnya, maka perlu
menetapkan lebar atau wilayah sempadan sungai, sebagai penyangga kelestarian
fungsi sungai. Sehingga kelestarian sungai, berupa kelestarian sumber daya air yang
terkandung di dalamnya serta sistem hidrologinya dapat terjaga dengan baik.Selain
itu, penetapan lebar sempadan sungai merupakan wujud perlindungan pemerintah
kepada masyarakat, yaitu perlindungan terhadap daya rusak air. Misalnya ancaman
terjadinya bencana banjir.

Leighton IV
P a g e | 10

Dengan kata lain, sempadan sungai dapat dikatakan juga, sebagai kawasan
rawan bencana, yang sangat berbahaya bagi masyarakat apabila dimanfaatkan sebagai
kawasan pemukiman, pedagangan, serta peruntukan budidaya lainnya demi
pembangunan dan pendapatan asli daerah. Tetapi hal ini justru menjadi permasalahan
sungai di leighton 4. Berdasarkan PermenPUPR No.28 Tahun 2015, sungai yang
berkedalaman >20 meter harus memiliki lebar wilayah sempadan minimal 30 meter
dari badan air sungai. Kenyataannya, masyarakat di sekitar Leighton 4 membuat
pemukiman berbatasan langsung bahkan mengambil bagian dibadan air sungai.
Sehingga ketika terjadi bencana hal ini tak dapat terelakan lagi dikarenakan lahan
sempadan sungai dijadikan daerah pemukiman penduduk.

Gambar 2.1 memanfaatkan badan air menjadi tempat tinggal


b. Kurangnya Sarana dan Prasarana Pengangkutan Sampah
Permasalahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak pada Leighton 4 jika
ditinjau dari Aspek teknis dapat dikategorikan kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari
minimnya jumlah tempat sampah yang ada di sekitar sungai, bahkan dapat dikatakan
tidak ada. Hal ini yang menyebabkan warga membuang sampah nya ke sungai.
Adapun yang membuang sampah ke tempat sampah, tetap dibuang pada sungai pada
akhirnya. Hal ini dikarenakan tidak adanya pelayanan persampahan yang ada di
daerah tersebut. Selain dibuang ke sungai, tidak adanya tempat sampah di daerah
tersebut juga membuat warga sekitar berinisiatif sendiri untuk membakarnya. Namun
menurut penuturan warga, banyak masyarakat di daerah aliran sungai Siak
membuang sampahnya ke sungai pada malam hari.

Leighton IV
P a g e | 11

Gambar 2.2 Sampah yang dibuang langsung ke Sungai Siak


c. Pintu Air yang Tidak Dirawat
Ketika dilakukan survey ternyata pintu air yang berada di daerah aliran sungai
siak banyak terdapat sampah. Hal ini dapat menyebabkan aliran air sungai menjadi
terhambat, sehingga ketika terjadi hujan, debit air yang tinggi memungkinkan
terjadinya banjir.

Gambar 2.3 Pintu air di Sungai Siak daerah Leighton IV

Gambar 2.4 Stasiun pompa banjir di Sungai Siak daerah Leighton IV

Leighton IV
P a g e | 12

d. Tidak Ada Sarana Pendukung Sumur Artesis


Warga yang berdomisili di sekitar DAS Siak Leighton 4memanfaatkan air
sumur artesis sebagai sumber air. Sumber air yang digunakan oleh warga setempat
adalah sumur bor air panas. Sumur ini bersifat komunal dan tidak dialirkan kerumah-
rumah warga. Warga dengan ekonomi rendah biasanya memanfaatkan fasilitas sumur
ini untuk dikonsumsi dan kegiatan MCK. Air tersebut tidak dialirkan ke rumah-
rumah penduduk disebabkan karena tekanan ataupun debit aliran air yang tidak
mencukupi. Padahal di tempat sumur bor itu air dibiarkan mengalir tanpa henti
selama 24 jam, dan ketika tidak ada warga yang mengambil, air akan terbuang begitu
saja.

Gambar 2.5Sumber Air (Sumur Bor Air Panas)


Untuk mendapatkan air tersebut terkadang warga harus ngantri dan tidak
jarang menimbulkan perselisihan. Mereka harus mengangkut air dengan
menggunakan ember dari sumur bor air panas, lalu berjalan dengan jarak yang
lumayan jauh. Dan mirisnya kegiatan tersebut kebanyakan dilakukan oleh wanita dan
anak-anak. Walaupun telah dibuatnya sumur artesis, tetap saja masih ada warga yang
masih melakukan kegiatan MCK di sungai.

Leighton IV
P a g e | 13

Gambar 2.6Anak-anak yang sedang mandi di Sungai Siak.


Selain dari sumur bor air panas, tak sedikit dari warga dengan ekonomi
menengah yang membeli air dari depot air minum, karena tidak layaknya air sungai
Siak untuk dimanfaatkan sebagai air minum. Secara kasat mata, dari Aspek warna
saja sudah dapat dikatakan bahwa air sungai siak tidak memenuhi standar kualitas air
minum.

Gambar 2.7 Air Sungai Siak


e. Sistem Drainase yang Tidak Layak
Ketika kami melakukan survei di sekitar DAS Siak, tidak sedikit rumah warga
yang tidak dilengkapi drainase, sedangkan drainase merupakan syarat rumah sehat,
sehingga ketika hujan besar terjadi air akan melimpah dan menggenang di sekitar
rumah warga. Adapun yang rumahnya telah dilengkapi dengan drainase juga tidak
dirawat dengan baik. Banyaknya sampah yang terdapat dalam drainase membuatnya
tidak berfungsi dengan semestinya. Sehingga, air tidak dapat mengalir dengan
baikdan ketika terjadi hujan lebat dapat menimbulkan banjir.

Leighton IV
P a g e | 14

2.2.2 Aspek Lingkungan


a. Matinya Biota Sungai Dan Tumbuhnya Eceng Gondok
Kondisi sungai Siak telah mengalami pencemaran yang berat. Penyebabnya
yaitu warga yang membuang limbah domestik ke sungai. Limbah domestik berupa
sampah rumah tangga, seperti dedaunan, plastic, kaca, ataupun limbah MCK yang
dialirkan langsung ke sungai Siak.Di tepi bantaran sungai Siak banyak terdapat
bangunan-bangunan seperti rumah makan. Mereka membuang air sisa cucian piring
langsung ke sungai. Air sisa cucian piring tersebut mengandun detergen yang dapat
menyebabkan tumbuhnya eceng gondok dan membahayakan biota sungai.Begitu juga
dengan warga yang mengalirkan langsung air sisa mandi dan cuci mereka ke sungai.
Itu juga dapat membahayakan biota sungai dan tumbuhnya eceng gondok yang sangat
banyak.

Gambar 2.8 Tumbuhnya enceng gondok yang merupakan indikator pencemaran


b. Terjadinya Peningkatan Konsentrasi Pencemar Dari Hulu Ke Hilir
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas yang terjadi di hulu dapat
mempengaruhi kondisi sungai yang berada di tengah ataupun hilir, hal ini yang terjadi
pada sungai Siak. Aktivitas perkebunan kelapa sawit yang berada di daerah Tapung
menyebabkan menurunnya kualitas sungai Siak di daerah jembatan Leighton 4.
Menurut penuturan warga, sekitar tahun 1980an terjadi kebocoran kanal kelapa sawit
sehingga airnya turun ke badan sungai yang menyebabkan air sungai Siak menjadi

Leighton IV
P a g e | 15

berwarna. Selain itu aktivitas perkebunan kelapa sawit juga menggunakan pupuk,
ketika hujan terjadi pupuk tersebut akan larut bersama air menjadi run off dan
mengalir ke sungai. Hal tersebut menyebabkan sungai mengalami kelebihan nutrient
akibat kandungan unsur N,P,K dalam pupuk yang menyebabkan Alga Blooming.
c. Sungai Siak Melintasi Kawasan Padat Penduduk
Sungai siak adalah sungai yang melewati banyak wilayah, salah satunya
melintasi kota pekanbaru. Pekanbaru adalah kota yang padat penduduk, lingkungan
yang padat penduduk ini tentunya memngaruhi kondisi sungai, karena semakin banyak
penduduk di sekitaran sungai maka semakin banyak aktifitasyang akan terjadi di
sungai tersebut. Dengan melintasnya sungai siak melalui wilayah padat penduduk
akan meningkatkan zat pencemar bagi sungai. Begitu pula dengan lingkungan di
leighton 4, sungai berbatasan langsung dengan penduduk, penduduk diwilayah
tersebut tentu mengambil manfaat dari sungai tersebut lalu memberi mudharat ke
sungai. Contohnya, penduduk mencuci di sungai, limbah sabun dan detergen dibuang
langsung ke sungai.
d. Sempadan Yang Rusak
Begitu pula lingkungan di tepian sungai. Seharusnya terdapat wilayah
sempadan minimal 30 meter untuk sungai dengan kedalaman >20 meter
(PermenPUPR No.28 Tahun 2015). Di wilayah sempadan ini bisa digunakan untuk
vegetasi pelindung sungai. Dengan vegetasi ini akan menahan laju air dan erosi yang
bisa menyebabkan sedimentasi. Tetapi nyatanya sempadan malah dijadian pemukiman
di leighton 4 ini. Menambah asupan pencemar ke sungai siak.

2.2.3 Aspek Sosial


a. Kebiasaan Buang Sampah Di Sungai
Karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap konservsi lingkungan di
sekitar sungai Siak, menyebabkan kualitas sungai Siak semakin memburuk.
Masyarakat masih saja tetap membuang limbah domestik ke sungai. Karena air
merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat, seharusnya masyarakat mempunyai
kesadaran dan melakukan tindakan-tindakan yang dapat menjaga kelestarian sungai

Leighton IV
P a g e | 16

tersebut.Kebiasaan masyarakat sulit untuk diubah, jika sejak kecil sudah membuang
sampah ke sungai, sampai tua pun akan tetap membuang sampah ke sungai walaupun
memiliki pendidikan yang tinggi dan finansial yang tinggi.
Pengetahuan masyarakat tentang bahaya membuang sampah ke sungai kurang.
Mereka mengetahui dampah-dampak yang ditimbulkan jika terus menerus membuang
sampah ke sungai, namun mereka tetap saja membuang sampah tersebut ke sungai
karena ketidak pedulian masyarakat terhadap lingkungan.

Gambar 2.9 sampah yang menumpuk di sungai


b. Kebiasaan BAB/BAK Langsung ke Sungai
Rumah warga yang persis berada di tepi bantaran sungai mereka tidak
menggunakan septik tank, mereka langsung menggunakan sungai untuk kegiatan
MCK, sehingga limbah MCK dibuang langsung ke sungai. Sedangkan masyarakat
yang berada agak jauh dari sungai, untuk BAB, mereka membuangnya ke septik tank,
tetapi untuk mandi dan cuci, limbahnya langsung di alirkan ke sungai.

Leighton IV
P a g e | 17

Gambar 2.10 jamban yang digunakan yang ada disetiap rumah warga

c. Terlalu Bergantung Terhadap Sungai


Masyarakat yang menggunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari seperti
mencuci dan mandi juga menjadi salah satu penyebab pencemaran air sungai Siak.
Karena sabun yang digunakan mengandung berbagai macam zat kimia yang bisa
mengganggu biota air sungai Siak. Kegiatan BAB di sungai juga menjadi penyebab
utama pencemaran air karena e-coli, sebab sungai Siak sudah beralih fungsi menjadi
WC terpanjang.
d. Tidak Ada Kegiatan Gotong Royong
Menurut penuturan warga, mereka tidak melakukan gotong royong untuk
membersihkan sungai. Mereka menganggap bahwa pemerintah telah membayar orang
untuk membersihkan sungai Siak tersebut secara rutin. Sehingga mereka tidak perlu
buang-buang tenaga untuk membersihkan sungai Siak lagi. Padahal gotong royong
bukan saja bertujuan untuk membersihkan sungai Siak. Namun gotong royong dapat
dijadikan sarana untuk meningkatkan rasa peduli warga terhadap sungai. Ketika
mereka merasa letih telah membersihkan sungai, maka timbul rasa marah ketika ada
orang lain yang ingin mengotori sungai tersebut. Ketika rasa peduli tersebut telah
terbangun maka sungai Siak yang bebas dari sampah bukanlah sebuah angan lagi.
e. Sikap Ketidakpedulian Terhadap Kondisi Sungai

Leighton IV
P a g e | 18

Rata-rata masyarakat yang berada di wilayan leighton 4 mengetahui kondisi


sungai menurun dari tahun ke tahun, namun mereka tidak peduli akan hal itu. Karena
menurut mereka selagi bisa menggunakan sungai tersebut itu bukanlah masalah.
Banyak anak-anak yang mandi dengan ceria melompat kedalam sungai dan ketika
ditanya kepada mereka, mereka mengatakan bahwa mandi disungai sangat segar.
Padahal secara visual dapat dilihat, lokasi mereka mandi terdapat sampah
mengapung, sungai berwarna cokelat, dan bau sungai yang telah tercemar.
Warga yang bertempat tinggal disana juga menganggap tidak ada penyakit
apabila mandi di sungai. Mereka beranggapan bahwa mereka memiliki daya tahan
dari penyakit yang tinggi dikarenakan sudah tinggal disana dalam waktu yang lama.
Hal ini menimbulkan sikap tidak peduli tentang kondisi sungai siak yang sekarang.
Padahal sudah diketahui bahwa sungai siak telah tercemar, namun karena mereka
telah berdomisili dalam waktu lama, mereka yakin sungai tidak ada masalah selagi
bisa dimanfaatkan.

2.2.4Aspek Ekonomi
a. Tingkat Pendidikan Masih Rendah
Keadaan ekonomi masyarakat di sekitar leighton 4 rendah, pekerjaannya yaitu
buruh harian lepas, wiraswasta, ibu rumah tangga, tukang jahit, warung kecil-kecilan.
Ekonomi rendah dikarenakan tingkat pendidikan tertinggi rata-rata adalah SMA.
Sehingga masyarakat dengan taraf hidup rendah akan sangat bergantung ke sungai.
Contohnya, banyak dirumah warga yang tidak dilengkapi septic tank dikarenakan
limbah black dan grey water langsung masuk ke badan sungai. Selain itu, mencuci
masih disungai menyebabkan detergen masuk ke sungai dan menambah pencemaran.
b. Dana Pemerintah Tidak Jelas
Dari pemerintah sendiri terjadi ketergantungan dana antara pemerintah daerah
terhadap pemerintah pusat mengenai dana begitu besar. Sehingga pemerintah daerah
tidak memiliki lingkup yang besar untuk mengalokasikan dana yang ada untuk
pengelolaan DAS. Faktor lainnya adalah dana yang telah dialokasikan untuk

Leighton IV
P a g e | 19

pengelolaan DAS belum digunakan secara efektif dan efisien. Sehingga dana yang
tersebut seperti lenyap begitu saja tanpa terlihat dampak positifnya.
c. Berkurangnya Pendapatan Ikan
Sejak tercemarnya sungai siak salah satunya akibat limbah pabrik sawit,
warga merasakan dampaknya. Dampak yang dirasakan warga ialah banyaknya ikan di
sungai siak yang mati. Hal ini tentu memengaruhi perekonomian masyarakat yang
hidupnya bergantung pada pendapatan ikan di sungai. Semakin banyak limbah yang
mencemari maka semakin banyak pula ikan yang mati, sehingga menyebabkan para
nelayan atau pemancing ikan di sungai siak mengalami penurunan pendapatan ikan.

Gambar 2.11 penampakan ikan sungai yang mati

2.2.5 Aspek Hukum


a. Tidak Ada Aturan Tata Ruang Sungai Siak
Rusaknya sungai siak tidak lepas dari aturan pemerintah. Pemerintah belum
membuat tata ruang sungai siak agar menjadi wilayah konservasi. Pemerintah dinilai
lambat dalam bertindak. Seharusnya sejak awal pembangunan sudah disediakan
aturan-aturan mengenai dampak lingkungan yang akan ditimbulkan. Menyadari
betapa tercemarnya sungai siak saat ini merupakan suatu penyesalan bagi pemerintah.
Pemerintah harus ligat menangani kasus ini. Pemerintah harus sesegera mungkin
mengatur aturan rencana tata ruang sungai siak agar kota pekanbaru lebih tertata
sehingga pencemaran sungai siak dapat diminimalkan.

Leighton IV
P a g e | 20

b. Aparat Tidak Melakukan Penindakan


Begitu banyaknya pencemaran yang terjadi, namun aparat penegak hukum
tidak melakukan penindakan. Hal ini dikarenakan belum adanya perintah dari atasan
dan atasan menunggu perintah dari pemerintah, sedangkan pemerintah belum
menyedian rencana tata ruang. Ini merupakan hal yang berkesinambungan.

Leighton IV
P a g e | 21

2.3 Cause And Effect Diagram

Leighton IV
P a g e | 22

BAB III
PENGELOLAAN SUMBER AIR TERPADU

3.1 Aspek Teknis


3.1.1 Konservasi Sumber Daya Air
1. Pengaturan Prasarana Dan Sarana Sanitasi Meliputi Prasarana Dan Sarana Air
Limbah Dan Persampahan.
 Pembangunan WC Umum
Pembangunan WC umum dilakukan berdasarkan laporan setiap ketua
RT kepada pihak kelurahan. Ketua RT melaporkan berapa jumlah penduduk
yang masih memanfaatkan WC umum. Kemudian pihak kelurahan akan
memberikan laporan tersebut ke Dinas Pekerjaan Umum.WC umum di design
berukuran 1,5 m x 1,5 m dilengkapi keran, closet jongkok dan septick tank
untuk menampung hasil buangannya. Serta untuk mengalirkan air bekas
cucian dilengakapi dengan drainase.
 Pembersihan Secara Berkala dan Pembangunan Drainase Baru
Untuk menjaga agar saluran drainase dapat mengalirkan air dengan
lancar, perlu dilakukan pembersihan secara berkala, yakni dua minggu sekali.
Program pembangunan drainase dilakukan di setiap gang yang telah padat
penduduk namun belum dilengkapi fasilitas drainase.

2. Pengaturan Daerah Sempadan Sumber Air


Garis Sempadan Sungai merupakan garis batas luar pengamanan sungai yang
membatasi adanya pendirian bangunan di tepi sungai dan ditetapkan sebagai
perlindungan sungai. Jaraknya bisa berbeda di tiap sungai, tergantung kedalaman
sungai, keberadaan tanggul, posisi sungai, serta pengaruh air laut. Dalam rangka
pengamanan terhadap daerah sekitarnya, maka perlu menetapkan lebar atau wilayah
sempadan sungai, sebagai penyangga kelestarian fungsi sungai.

Leighton IV
P a g e | 23

Gambar 3.1 Lebar Sempadan Sungai >20 m

Sehingga kelestarian sungai, berupa kelestarian sumber daya air yang


terkandung di dalamnya serta sistem hidrologinya dapat terjaga dengan baik.Selain
itu, penetapan lebar sempadan sungai merupakan wujud perlindungan pemerintah
kepada masyarakat, yaitu perlindungan terhadap daya rusak air. Misalnya ancaman
terjadinya bencana banjir. Dengan kata lain, sempadan sungai dapat dikatakan juga,
sebagai kawasan rawan bencana, yang sangat berbahaya bagi masyarakat apabila
dimanfaatkan sebagai kawasan pemukiman, pedagangan, serta peruntukan budidaya
lainnya demi pembangunan dan pendapatan asli daerah.
3. Perlindungan Dan Pelestarian Yang Dilakukan Melalui Rekayasa Teknis
 Bangunan pengendali sedimen: Salah satu usaha untuk memperlambat
proses sedimentasi ini dengan cara membangun bangunan pengendali
sedimen. Bangunan pengendali sedimen (Check Dam) berfungsi unuk
memperlambat gerakan dan berangsur-angsur mengurangi volume
sedimen.
 Teras: berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air,
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah. Dengan demikian erosi
berkurang. (Arsyad, 1989).Menurut Yuliarta et al (2002), manfaat

Leighton IV
P a g e | 24

teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga daya


kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil, memperbesar peresapan air
ke dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan
arah aliran permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara
aman.
 Penggurukan sedimentasi dasar sungai. Penggurukan bertujuan untuk
menjaga kedalaman dan kelebaran sungai dan memperbaiki alur
sungai dengan cara pengambilan material – material pengganggu
seperti sampah – sampah dan lumpur pada sungai menggunakan alat
berat seperti excavator, dll.
 Pembersihan Pintu Air
Pintu air merupakan alat yang digunakan untuk mengatur jumlah debit
air di sungai. Alat ini di design untuk dapat dibuka dan ditutup. Pintu
ini dapat dibuka saat muka air sungai tinggi, sehingga dapat
mengurangi debit dari air sungai tersebut. Banyaknya sampah yang
terdapat di pintu air sungai Siak dapat menghambat aliran air sungai
tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan pembersihan secara berkala
yakni sebulan sekali, agar pintu tersebut bebas dari sampah, dan ketika
terjadi hujan lebat pintu tersebut dapat dibuka dan banjir tidak akan
terjadi.

4. Upaya Aerasi Pada Sumber Air Dan Prasarana Sumber Daya Air
Aerasi adalah suatu proses penambahan udara/oksigen dalam air dengan
membawa air dan udara ke dalam kontak yang dekat, dengan cara menyemprotkan air
ke udara (air ke dalam udara) atau dengan memberikan gelembung-gelembung halus
udara dan membiarkannya naik melalui air (udara ke dalam air). Sumber lain
menjelaskan bahwa aerasi adalah suatu proses atau usaha dalam menambahkan
konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air limbah, agar proses oksidasi biologi
oleh mikroba akan dapat berjalan dengan baik. Dalam melakukan proses Aerasi ini
perlu menggunakan alat yang dinamakan aerator. Prinsip kerja `alat ini adalah untuk

Leighton IV
P a g e | 25

menambahkan oksigen terlarut di dalam air tersebut. Kemudian yang menjadi tugas
utama dari aerator ini adalah memperbesar permukaan kontak antara air dan udara.
5. Menyimpan Air Yang Berlebihan Di Saat Hujan
Bangunan Penampung Air Hujan (PAH) adalah solusi yang bisa ditawarkan
untuk menyelesaikan masalah krisis air bersih yang melanda kebanyakan kota besar
di Indonesia. Sebenarnya cara ini bukanlah solusi baru yang pernah ditawarkan pada
waktu sebelumnya. Cara ini banyak digunakan pada daerah pedesaan yang belum
memiliki teknologi mesin pompa air untuk mengambil air tanah dan masih
menggunakan sumur sebagai sumber penyedia air bersih. Pada dasarnya,PAH
menampung air hujan yang turun sehingga air yang terkumpul ditampung dalam satu
wadah. Air yang sudah ditampung ini dikelola sedemikian rupa sehingga bisa
digunakan untuk keperluan mandi, cuci baju, atau air baku minum oleh kebanyakan
masyrakat pedesaan. Wadah penampungan biasanya terletak tidak jauh dari rumah
karena air hujan yang ditampung sebenarnya merupakan air yang dikumpulkan  dari
genteng rumah. Dari genteng rumah, air hujan dialirkan menuju tempat penampungan
melalui pipa.

Gambar 3.2Bangunan Penampung Air Hujan


6. Adanya berbagai aktifitas yang dilakukan di sepanjang aliran sungai tentunya
akan memberikan dampak terhadap kualitas dan kuantitas air sungai. Sehingga
diperlukan perencanaan terhadap kegiatan – kegiatan yang menimbulkan dampak
langsung ataupun tidak langsung terhadap lingkungan. Untuk perlindungan kerusakan
lingkungan bantaran sungai, diusulkan adanya pembatasan kecepatan maksimum

Leighton IV
P a g e | 26

kapal serta pembatasan bobot/jenis kapal agar transportasi sungai tersebut dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, selain itu juga diperlukan pengelolaan limbah oleh
industri sebelum dibuang ke lingkungan.

Gambar 3.3 aktifitas ditepian sungai.

3.1.2 Pendayagunaan Sumber Daya Air


Pendayagunaan sumber daya air bisa dilakukan pada sumur artesis. Sumur
artesis adalah sumur yang bertekanan tinggi karena airnya terjebak dalam batuan
yang memiliki tekanan, sehingga ketika di lakukan pengeboran, air hasil pengeboran
dapat naik sendiri dan menyembur ke permukaan tanpa menggunakan pompa.
Sumur artesis di design dengan dilengkapi keran untuk mengatur keluarnya air
agar tidak boros. Pipa yang digunakan adalah pipa yang terbuat dari besi. Mengingat
tekanan yang ditimbulkan jika keluarnya air tertahan oleh keran, dibutuhkan pipa
yang terbuat dari besi agar tidak terjadi kebocoran akibat tekanan tersebut.

3.1.3 Pengendalian Daya Rusak Air


1. Pencegahan
Dilakukan baik melalui kegiatan fisik dan/atau nonfisik maupunmelalui
penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai. Yang dimaksud dengankegiatan fisik
adalah pembangunan sarana dan prasarana serta upaya lainnyadalam rangka
pencegahan kerusakan/ bencana yang diakibatkan oleh dayarusak air.

2. Pengendalian Air Permukaan dan Air Tanah


Pengendalian daya rusak air dilakukan pada sungai, danau, waduk, rawa, cekungan
air tanah, sistem irigasi, air hujan, dan air laut yang berada di darat.

Leighton IV
P a g e | 27

3.1.4 Sistem Informasi Sumber Daya Air


Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air .sesuai
dengan kewenangannya. Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai
kondisi hidrologis,hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air,
prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya
air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonorni budaya masyarakat yang terkait
dengan sumber daya air. Informasi kondisi hidrologis rnisalnya tentang curah hujan,
debit sungai, dan tinggi muka air pada sumber air. Informasi kondisi
hidrometeorologis rnisalnya tentang temperatur udara, kecepatan angin dan
kelembaban udara. Informasi kondisi hidrogeologis mencakup cekungan airtanah
misalnya potensi airtanah dan kondisi akuifer atau lapisan pembawa air.

3.2 Aspek Ekonomi


3.2.1 Konservasi Sumber Daya Air
pengendalian pemanfaatan sumber air, berupa pemanfaatan sebagian atau
seluruh sumber air tertentu melalui perizinan

3.2.2 Pendayagunaan Sumber Daya Air


1. Penggunaan Sumber Daya Air
Penggunaan sumber daya air ditujukan untuk pemanfaatan sumber daya
airdan prasarananya sebagai media dan/atau materi. Yang dimaksud
denganpenggunaan sebagai media misalnya pemanfaatan sungai untuk transportasi
danamng jeram yang dimaksud dengan penggunaan sebagai materi
misalnyapemanfaatan air untuk minum. rumah tangga, dan industri.
2. Pendayagunaan Sumber Daya Air
Kegiatan pendayagunaan sumber daya air dengan mengacu pada
polapengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai.
Kegiatanini ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan

Leighton IV
P a g e | 28

denganmengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara


adil. Pendayagunaan sumber daya air dikecualikan pada kawasan suaka alam
dankawasan pelestarian alam. Pendayagunaan sumber daya air diselenggarakan
secaraterpadu dan adil, baik antar sektor, antar wilayah maupun antar
kelompokmasyarakat dengan mendorong pola kerja sarna.Pendayagunaan sumber
daya air didasarkan pada keterkaitan antara air hujan,air permukaan, dan air tanah
dengan mengutamakan pendayagunaan airpermukaan.
Yang dimaksud dengan keterkaitan antara air hujan, air permukaan danair
tanah adalah keadaan yang sesuai dengan daur hidrologi yang merupakan
satukesatuan sistem (conjunctive use).memperhatikan prinsip pemanfaat air
membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan dengan melibatkan peran
masyarakat. Yang dimaksud dengan prinsip pemanfaat membayar biaya jasa
pengelolaan adalah penerima manfaat ikut menanggung biaya pengelolaan
sumberdaya air baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketentuan ini
tidakdiberlakukan kepada pengguna air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-
haridan pertanian rakyat. Setiap orang baik orang perseorangan maupun badan usaha
berkewajiban menggunakan air sehemat mungkin.

3. Pengembangan SDA
Pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai ditujukan
untukpeningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan
airbaku untuk rumah tangga, pertanian, industri, pariwisata,
pertahanan,pertambangan, ketenagaan, perhubungan, dan untuk berbagai keperluan
lainnya.Yang dimaksud dengan pengembangan termasuk kegiatan
pelaksanaankonstruksi.

3.3 Aspek Sosial


3.3.1 Konservasi Sumber Daya Air
Perlindungan dan pelestarian sumber air untuk melindungi dan melestarikan
sumber air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan

Leighton IV
P a g e | 29

yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh
tindakan manusia. Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air dijadikan dasar
dalam penatagunaan lahan dan dilakukan melalui:
1. pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air .
2. perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan
pembangunandan pemanfaatan lahan pada sumber air.
3.3.2 Pengendalian Daya Rusak Air
1. Partisipasi masyarakat adalah suatu proses keterlibatan masyarakat secara 
sadar dan nyata dalam serangkaian proses pembangunan mulai dari tingkat
perencanaan (perumususan kebijakan) hingga pada tingkat pengendalian
(pengawasan dan     evaluasi ) program pembangunan.Pengelolaan sumber
daya air yaitu upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air dan pengendalian daya rusak air.

Gambar 3.4 partisipasi masyarakat


2. pengendalian daya rusak air dimasyarakat selanjutnya dapat dilakukan
dengan, tidak membuang sampah rumah tangga didaerah aliran sungai,
sehngga sungai menjadi bersih dari sampah-sampah masyarakat yang dapat
merusak ekosistem dari sungai tersebut.
3. membangun sarana prasarana yang dapat digunakan untuk pengendalian daya
rusak air, misalnya pembagunan tempat pembuangan sampah sementara, agar
masyarakat disekitar daerah aliran sungai tidak membuang sampah

Leighton IV
P a g e | 30

sembarangan lagi ke daerah aliran sungai, sehimgga kualitas sungai dapat


tetap terjaga.

Gambar 3.5 tempat pembuangan sampah


3.3.3 Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengendalian berdasarkan aspek sosial ialah melakukan sosialisasi berupa
penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan dan meningkatkan persepsi masyarakat untuk dapat
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris berupa tindakan nyata dalam
mengelola lingkungan. Sosialisasi dapat dilakukan melalui Kementrian
Lingkungan Hidup langsung maupun dari lembaga swadaya masyarakat,
dimana sosialisasi ini harus dilakukan secara periodik dan berkesinambungan
karena perubahan perilaku membutuhkan proses mulai dari keingintahuan dan
kemauan sehingga masyarakat mampu melakukan pelestarian sungai dalam
pengelolaan sumber daya air.
Sosialisasi yang dapat dilakukan antara lain adalah:
 Sosialisasi tentang pentingnya konservasi lingkungan
 Sosialisasi tentang bahaya pembuangan sampah ke sungai
 Sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan
2. Kebiasaan gotong royong perlu untuk digalakkan lagi, agar rasa peduli
masyarakat akan sungai siak terbangun lagi. Gotong royong dapat dilakukan
dua kali seminggu yang dipimpin langsung oleh ketua RT setempat.

Leighton IV
P a g e | 31

3.4 Aspek Lingkungan


3.4.1 Konservasi Sumber Daya Air
1. Meningkatkan pelestarian dan perlindungan terhadap sumber daya air 
masyarakat dihimbau untuk menjaga dan melestarikan sumber daya air agar
tidak tercemar dan tidak hilang agar tidak terjadi pencemaran air serta
kekeringan yang dapat menimbulkan masalah bagi masyarakat sekitar.
2. Program hemat air – melaksanakan program hemat air di lingkungan sekitar
agar penggunakan air tetap efisien dan menjaga ketersediaan sumber daya air.
3. Rehabilitasi dilakukan pada lahan kritis guna memperbaiki unsur hara dari
tanah tersebut. Sedangkan reboisasi dilakukan agar lahan tesebut dapat
menjadi lahan yang produktif dan dapat digunakan kembali, serta dapat
menahan unsur hara agar tidak hanyut terbawa air yang menyebabkan lahan
tersebut kembali menjadi lahan kritis.

Gambar 3.8 Reboisasi lahan kritis


3.4.2 Pendayagunaan SDA
Kegiatan pendayagunaan sumber daya air dengan mengacu pada pola
pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai. Kegiatan
ini ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara adil.
Pendayagunaan sumber daya air dikecualikan pada kawasan suaka alam dan kawasan

Leighton IV
P a g e | 32

pelestarian alam. Pendayagunaan sumber daya air diselenggarakan secara terpadu dan
adil, baik antar sektor, antar wilayah maupun antar kelompok masyarakat dengan
mendorong pola kerja sarna.

Gambar 3.9 contoh pengelolaan Sumber daya air sungai.

3.4.3 Pengendalian daya rusak air


Pengendalian daya rusak air dapat dilakukan dengan mitigasi bencana.
Mitigasi bencana adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat meringankan penderitaan
akibat bencana, misalnya penyediaan fasilitas pengungsian dan penambalan darurat
tanggul bobol. Penanggulangan dilakukan secara terpadu oleh instansi terkait dan
masyarakat melalui suatu badan koordinasi penanggulangan bencana pada tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Ketentuan mengenai penanggulangan
kerusakan dan bencana akibat daya rusak air diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.

Gambar 3.10 penambalan tanggul yang bobol.

Leighton IV
P a g e | 33

3.5 Aspek Hukum


3.5.1 Konservasi Sumber Daya Air
1. Membuat Larangan Kegiatan yang Merusak Sumber Air
Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang
mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya
pengawetan air, danlatau mengakibatkan pencemaran air. Yang dimaksud dengan
rusaknya sumber air adalah berkurangnya daya tampung atau fungsi sumber air
sehingga air tersebut tidak sesuai peruntukkannya. Pencemaran lingkungan hidup
menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU PPLH”) adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan. Pada dasarnya setiap orang yang melakukan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran
dan/atau kerusakan serta melakukan pemulihan lingkungan hidup. Penanggulangan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilakukan dengan :
a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup kepada masyarakat;
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ancaman Pidana Bagi Perusahaan Pelaku Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan pernyataan Anda pencemaran sungai oleh perusahaan tersebut
mengakibatkan warga meninggal dan menimbulkan kerugian materiil yaitu matinya
ikan pada kerambah warga.Berdasarkan peristiwa tersebut ada beberapa ancaman
pidana terhadap pencemar lingkungan menurut UU PPLH. Jika perusahaan tersebut
sengaja membuang limbah ke sungai maka diancam pidana berdasarkan Pasal 60 jo.
Pasal 104 UU PPLH sebagai berikut:

Leighton IV
P a g e | 34

 Pasal 60 UU PPLH:
Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media
lingkungan hidup tanpa izin.
 
 Pasal 104 UU PPLH:
Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media
lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi
tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
Selain pidana karena pembuangan limbah, ada beberapa pidana lain yang bisa
dikenakan kepada perusahaan tersebut:
a. Jika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena perusahaan sengaja
melakukan perbuatan (misalnya membuang limbah) yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut,
atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, yang mana hal tersebut
mengakibatkan orang mati maka diancam pidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling
sedikit Rp5 miliar dan paling banyak Rp15 miliar.
b. Jika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena perusahaan lalai sehingga
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku
mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, yang mana hal
tersebut mengakibatkan orang mati, maka dipidana dengan pidana penjara
paling singkat paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan)
tahun dan denda paling sedikit Rp3 miliar dan paling banyak Rp9 miliar
2. Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran

Leighton IV
P a g e | 35

Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang


mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya
pengawetan air, danlatau mengakibatkan pencemaran air. Yang dimaksud dengan
rusaknya sumber air adalah berkurangnya daya tampung atau fungsi sumber air
sehingga air tersebut tidak sesuai peruntukkannya.

3.5.2 Pemberdayaan Masyarakat


1. penegakan peraturan yang sudah ada (law enforcement).
Misalnya pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 22 (pelarangan membuang
limbah industri ke sempadan air) merupakan tindak pidana yang diancam dengan
pidana kurungan paling lama 3 bulan atau denda Rp 50.000.000,00. Namun sampai
saat ini belum ada perusahaan yang terkena sanksi akibat peraturan ini meskipun
jelas-jelas telah terjadi pelanggaran terutama di daerah industri seperti Cimahi dan
Kopo.
2. Pengawasan kebijakan pemerintah
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditetapkan untuk
dilaksanakan masyarakat tanpa pengawasan lebih lanjut dari pemerintahan.
Pemerintah memiliki peran agar kebijakan tersebut diterapkan sebagimana mestinya
oleh masyarakat. Sesuai dengan undang-undang tahun32 tahun2004 tentang
pemerintah daerah dan PP NO. 25 tahun 2000 tentang kewenangan daerah dan
kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dalam bidang lingkungan hidup
memberikan pengkuan politis melalui transfer otoritas dari pemerintah pusat dari
pemerintah pusat kepada daerah :
a. Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup
b. Memerlukan peranan lokal dalam mendesain kebijakan 
c. Membangun hubungan interpedensi antar daerah 
d. Menetapkan pendekatan kewilayahan

Leighton IV
P a g e | 36

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Permasalahan yang terjadi di daerah Leighton 4:
a. teknis: sempadan sungai yang disalahgunakan, kurangnya sarana dan
prasarana pengangkutan sampah, pintu air yang tidak dirawat, tidak ada
sarana pendukung sumur artesis, sistem drainase yang tidak layak
b. lingkungan: matinya biota sungai dan tumbuhnya eceng gondok, terjadinya
peningkatan konsentrasi pencemar dari hulu ke hilir, sungai siak melintasi
kawasan padat penduduk, sempadan yang rusak
c. sosial: kebiasaan buang sampah di sungai, kebiasaan bab/bak langsung ke
sungai, terlalu bergantung terhadap sungai, tidak ada kegiatan gotong royong,
sikap ketidakpedulian terhadap kondisi sungai
d. ekonomi: tingkat pendidikan masih rendah, dana pemerintah tidak jelas,
berkurangnya pendapatan ikan
e. hukum: tidak ada aturan tata ruang sungai siak, aparat tidak melakukan
penindakan
2. Pengelolaan sumber daya air terpadu:
a. Konservasi Sumber Daya Air.
b. Pendayagunaan Sumber Daya Air.
c. Pengendalian Daya Rusak Air.
d. Sistem Informasi Sumber Daya Air.
e. Pemberdayaan masyarakat.
4.2 Saran
Masyarakat dan pemerintah diharapkan saling terhubung dalam satu tujuan
yang sama yakni melakukan kegiatan konservasi terhadap sungai siak. Penanaman
kesadaran diri adalah hal yang penting. Untuk itu pembaca dan penulis mengingatkan
untuk menanamkan pada diri kesadaran melindungi dan mencintai lingkungan demi
mewujudkan sustainable development yang telah dicanangkan sejak dulu.

Leighton IV
P a g e | 37

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran sungai. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

BPS Riau. 2011. Pekanbaru dalam Angka. Badan Pusat Statistik: Pekanbaru

Grigg, N.S., 1996. Water Resources Management: Principles, Regulation, and Cases.
New York: McGraw-Hill.

Global Water Partnership (GWP), 2001. Integrated Water Resources Management.


Stockholm: GWP Box.

Jermar, M.K. 1987. Water Resources and Water Management. New York: Elsevier
Science Pub. Co.

Kodoatie, R.J. dan R. Sjarief, 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, edisi
revisi. Yogyakarta: Andi.

Keppres No. 12 Tahun 2012 dan Hasil Analisis, Tahun 2012

Lenton, R. dan M. Muller, 2009. Integrated water resources management in practice:


better water management for development. UK,MPG Books Ltd.

Peta Bakosurtanal, Tahun 2010 dan Hasil Analisis, 2011

PermenPUPR No.28 Tahun 2015, Tentang Sempadan Sungai yang Memiliki


Kedalaman >20 meter

Leighton IV

Anda mungkin juga menyukai