Anda di halaman 1dari 10

PROBLEMA PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR (PERNIKAHAN DINI) DITINJAU

DARI PERSPEKTIF AJARAN HUKUM ISLAM

Dina Yanuari, Erly Apriliani, Rifky Ramadhan, Riskita Chandra Yuli


Universitas Pendidikan Indonesia, Prodi Pendidikan Kewarganegaraan
Jl. Dr. Setiabudi No.229, Isola, Kec. Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat 40154
Email : dinayanuari17@upi.edu, sprulinaerly@upi.edu, rifky01ramadhann@upi.edu,
riskitacandrayuli@upi.edu

Abstrack
This study focuses on the pros and cons of early marriage when viewed from the perspective
of Islamic law. The purpose of this study is to find out more about the causes and impacts of
early marriage when viewed from the perspective of Islamic law. This study uses a qualitative
research method with a case study approach and literature review. Data collection
techniques were carried out by interviews and literature studies. The results show that in
Islam underage marriage is allowed if it is physically and mentally ready. The causes of this
early marriage are pregnancy outside marriage / promiscuity, environmental factors,
parent / family factors, educational factors, economic factors and individual factors. And
there are positive and negative impacts of this early marriage.
Keywords: Early Marriage, Islamic Law, Factors, Impact

Abstrak
Penelitian ini berfokus kepada pro kontra pernikahan dini bila ditinjau dari perspektif hukum
islam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana
penyebab maupun dampak dari pernikahan dini ini bila ditinjau dari perspektif hukum islam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan
kajian pustaka. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan studi literatur.
Hasil menunjukan bahwa di dalam islam pernikahan di bawah umur diperbolehkan apabila
sudah siap secara lahir batin. Adapun penyebab dari pernikahan dini ini yaitu Kehamilan di
luar Nikah/Pergaulan bebas, Faktor lingkungan, Faktor orang tua/keluarga, Faktor
pendidikan, Faktor ekonomi dan Faktor individu. Serta terdapat dampak positif maupun
negatif dari pernikahan dini ini.
Kata Kunci: Pernikahan Dini, Hukum Islam, Faktor, Dampak
PENDAHULUAN
Pada zaman sekarang khususnya pada masa pandemi ini fenomena pernikahan di usia
muda atau biasa disebut dengan pernikahan dini kembali mencuat. Sebenarnya permasalahan
mengenai pernikahan dini bukan merupakan hal yang baru di Indonesia. Indonesia menjadi
Negara kedua di Asia Tenggara setelah kamboja dan urutan ke 8 di dunia yang memiliki
angka perkawinan anak tertinggi. Sepanjang tahun 2019-2020 angka pernikahan dini
memang menurun sebanyak 0,6% tapi masih jauh dari target penurunan hingga 8,74% pada
2024 (Kementrian PPPA, 2021).
Di masa pandemi ini angka perkawinan anak agaknya semakin meningkat. Menurut
Kemen PPN/Bappenas, sekitar 400-500 anak perempuan usia 10-17 tahun berisiko menikah
di usia muda akibat pandemi. Dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan
menganut prinsip bahwa calon suami dan isteri harus telah masak jiwa raganya untuk dapat
melangsungkan pernikahan, agar dapat mewujudkan tujuan pernikahan secara baik tanpa
berakhir pada perceraian dan mendapatkan keturunan yang baik dan sehat, untuk itu harus
dicegah adanya perkawinan antara calon suami dan isteri yang masih dibawah umur.
Meninjau dalam perspektif agama Islam secara tegas tidak terdapat kaidah-kaidah yang
sifatnya menentukan batas usia perkawinan, berdasarkan hukum Islam pada dasarnya semua
tingkatan usia dapat melakukan ikatan perkawinan. Namun dalam Kompilasi Hukum Islam
(KHI), ketentuan batas usia dalam perkawinan disebutkan dalam pasal 15 ayat (1) yaitu setiap
orang yang akan melaksanakan perkawinan yaitu dengan usia 19 tahun bagi laki-laki dan 16
tahun bagi perempuan.
Namun permasalahan batasan usia pernikahan ini baik dalam Islam maupun dalam
UU No. 1 tahun 1974 masih jadi persoalan yang belum dapat diselesaikan, belum
lama ini masyarakat Indonesia terusik dengan perbuatan sensasional Syekh Pudji, seorang
pimpinan pondok pesantren di Semarang, Jawa Tengah, yang menikahi seorang gadis di
bawah umur. Gadis tersebut baru duduk di kelas satu sekolah menengah pertama, dan usianya
kurang dari 12 tahun. Alasan yang dikemukakan untuk melegalkan perkawinan kepada anak
usia dini sangat normatif, dan berputar-putar di situ saja, yakni bahwa Nabi Muhammad
SAW saja menikahi Aisyah RA ketika putri Abu Bakar yang masih berusia 6 tahun. Jadi, apa
yang salah dengan pernikahan dengan gadis di usia dini itu?
Maraknya penyebab pernikahan dini di Indonesia ini menjadi persoalan yang harus
segera diatasi di Indonesia. Sehingga pro dan kontra dalam pernikahan usia dini dapat
diminimalisir. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai bagaimana penyebab maupun dampak dari pernikahan dini ini bila ditinjau dari
perspektif hukum islam.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang
digunakan untuk mengetahui dan menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti
sehingga memudahkan mendapatkan data yang objektif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian secara bolistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.(Moleong, 6:2006). Pendekatan yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan
studi kasus dan studi literatur. Adapun data penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara
secara tatap muka dan
penggalian data-data lainnya dari berbagai sumber literatur yang relevan dengan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 2 disebut dengan
pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau misaqan ghalizan untuk menaati perintah Allah
dan melaksanakannya merupakan ibadah, yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan
rumah tangga sakinah, mawaddah, dan rahmah. Adapun yang dimaksud dengan pernikahan
di bawah umur adalah pernikahan dibawah usia (usia muda) yang seharusnya belum siap
untuk melakukan pernikahan. Di dalam Undang-Undang dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pernikahan dini atau perkawinan di bawah umur ialah pernikahan yang
dilakukan sebelum laki-laki dan perempuan calon mempelai mencapai uisa 19 tahun.
Sebenarnya banyak terjadi perselisihan antara agama dan negara mengenai makna
pernikahan di bawah umur ini. Pernikahan di bawah umur di dalam Undang-Undang secara
hukum tidak sah karena pernikahan dini diatur oleh negara melalui batasan usia seseorang
yang akan menikah. Sedangkan dalam kacamata agama islam, pernikahan dini ialah
pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.
Istilah pernikahan dini adalah istilah kontemporer. Kata “Dini” dikaitkan dengan
waktu, yakni waktu yang sangat awal. Pada abad ke-20 atau sebelumnya, perkawinan seorang
wanita pada usia 13-14 tahun atau laki-laki pada usia 17-18 tahun adalah hal biasa. Akan
tetapi, bagi masyarakat sekarang, hal tersebut merupakan sebuah keanehan bagi wanita yang
menikah sebelum usia 20 tahun atau laki-laki sebelum 25 tahun pun dianggap tidak wajar.
Di dalam hukum islam secara umum terdapat lima prinsip dalam perkawinan ini yakni
perlindungan terhadap agama, jiwa, keturunan, harta, dan akal. Dari kelima nilai universal
islam ini, satu diantaranya adalah agama menjaga jalur ketutunan (hifdzu al nasl). Oleh
karena itu agar jalur nasab tetap terjaga, hubungan seks yang mendapatkan legalitas agama
harus melalui perkawinan.
Menurut Ibnu Syubromah bahwa agama melarang pernikahan dini (pernikahan
sebelum usia baligh). Menurutnya, nilai esensial pernikahan ialah memenuhi kebutuhan
biologis dan menghasilkan keturunan. Ibnu Syubronah menyikapi pernikahan Nabi SAW
dengan Aisyah yang saat itu berusia 6 tahun sebagai ketentuan khusus bagi Nabi saw yang
tidak bisa ditiru umatnya. Namun, gagasan beliau dinilai lemah dari sisi kualitas dan
kuantitas, sehingga gagasan Ibnu Syubroman ini tidak dianggap dan bahkan diabaikan.
Sebaliknya mayoritas pakar hukum islam melegalkan pernikahan dini. Tercatat sejarah bahwa
Aisyah dinikahi baginda Nabi saw dalam usia sangat muda. Begitu pula pernikahan dini
merupakan hal yang biasa dan wajar di kalangan sahabat pada masa itu.
Terkait pernikahan Rasulullah saw dengan Aisyah ra, ada beberapa hadis yang
menunjukkan bahwa pernikahan tersebut mendasarkan pada sebuah mimpi, dan mimpi para
Rasul adalah benar. Jadi hal itu merupakan ketentuan Allah yang diberlakukan untuk Nabi
Muhammad saw yang tidak serta merta harus diikuti sebagai sunnah Rasul, sama seperti
Rasul yang beristri lebih dari 4 wanita yang juga tidak boleh langsung diterapkan oleh
umatnya dengan dalih melaksanakan sunahnya. Ini merupakan salah satu kekhususan bagi
Nabi yang tidak berlaku untuk umatnya pada umumnya. Pernikahan Nabi Muhammad
dengan Aisyah berdasarkan mimpi ini diungkapkan dalam sebuah hadis dari Aisyah yang diri
wayatkan oleh Imam muslim bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Engkau diperlihatkan
kepadaku di dalam mimpi selama tiga hari. Seorang malaikat datang membawamu di dalam
sepotong kain sutera. Malaikat itu berkata: “Ini adalah istrimu”. Aku lalu menyingkap
wajahmu, ternyata wanita itu adalah engkau. Akupun berkata; “Kalau ini berasal dari Allah,
maka Dia akan me wujudkannya.” Perkawinan yang penuh berkah itupun membawa
kebaikan yang besar, karena Aisyah atas kehendakNya menjadi salah satu dari Ummahatul
Mukminin yang mampu menguasai ribuan hadis dan menjadi “the life reference.”
Begitu banyak pelajaran yang bisa kita eksplorasi dari hikmah disyariatkannya suatu
hukum baik itu mubah, sunnah, wajib, makruh, maupun haram. Jika kita cermati lebih detail
bahwa ternyata pernikahan dini berdampak positif bagi kemaslahatan jika dilakukan dengan
tanpa adanya unsur keterpaksaan baik karena kemauan orang tua maupun terpaksa menikah
karena sudah telanjur hamil.
Pada hakikatnya, penikahan dini juga mempunyai sisi positif. Kita tahu, pada saat ini
banyak para remaja banyak yang menormalisasikan hubungan di luar pernikahan tanpa
adanya batasan-batasan. Kebebasan yang sudah melampui batas, akibat kebebasan itu kerap
kita jumpai tindakan-tindakan asusila di masyarakat. Fakta ini menunjukkan betapa moral
bangsa ini sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan. Pernikahan dini merupakan upaya
untuk meminimalisir tindakan-tindakan negatif tersebut.
Substansi hukum Islam adalah menciptakan kemaslahatan sosial bagi manusia pada
masa kini dan masa depan. Hukum Islam bersifat humanis dan selalu membawa rahmat bagi
alam semesta ini. Hal ini bertujuan agar hukum Islam tetap selalu mengikuti perkembangan
zaman agar relevan dan mampu merespon dinamika perkembangan zaman.
Permasalahan berikutnya adalah baik kebijakan pemerintah maupun hukum agama
sama-sama mengandung unsur maslahat. Pemerintah melarang pernikahan usia dini adalah
dengan berbagai pertimbangan. Begitu pula agama tidak membatasi usia pernikahan, ternyata
juga mempunyai nilai positif. Maka dari itu ini merupakan sebuah permasalahan yang cukup
dilematis.
Menyikapi masalah tersebut, penulis teringat dengan gagasan Izzudin Ibn Abdussalam
dalam bukunya Qowa’id al Ahkam. Beliau mengatakan jika terjadi dua kemaslahatan, maka
kita dituntut untuk menakar mana maslahat yang lebih utama untuk dilaksanakan. Kaedah
tersebut ketika dikaitkan dengan pernikahan dini tentunya bersifat individual relatif. Artinya
ukuran kemaslahatan di kembalikan kepada pribadi masing-masing. Jika dengan menikah
usia muda mampu menyelamatkan diri dari kubangan dosa dan lumpur kemaksiatan, maka
menikah adalah alternatif terbaik. Sebaliknya, jika dengan menunda pernikahan sampai pada
usia “matang” mengandung nilai positif, maka hal itu adalah yang lebih utama.

DATA PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai tiga orang narasumber yang merupakan
kriteria informan yang tepat untuk melengkapi data peneliti ini.

Tabel 1. Pegawai KUA Kota Cimahi


No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pandangan Bapak Pernikahan dini kebanyakan tidak tercatat, sebab ada undang-
sebagai pegawai kantor urusan
undangnya di KUA usia minimal 19 Tahun, bila kurang dari 19 Tahun
agama khususnya mengurus tentang
harus ada izin dari pengadilan agama. Kebanyakan orang-orang yang
pernikahan dini yang marak terjadi?
nikah dini itu
hanya menikah secara agama saja atau nikah sirih. Bisa dicatat di KUA
tetapi harus izin ke pengadilan agama dahulu untuk sidang.

2. Biasanya faktor apa yang Faktor utama dari kebanyakan pernikahan dini pada zaman sekarang
menyebabkan terjadinya pernikahan
yaitu karena maraknya pergaulan bebas, remaja-remaja yang tidak
dini tersebut?
sekolah.
3. Adakah solusi yang ditwarkan dari Biasanya melalui tokoh-tokoh agama ada penyeluhan atau sebagai
pemerintah setempat agar
penyuluh agama
pernikahan
dini ini dapat dicegah?
4. Apa saja dampak yang timbul dari Banyak ibu yang sedang mengandung dikarenakan tubuh yang belum
pernikahan dini tersebut?
siap banyak yang meninggal ketika sedang melahirkan ana.knya
5. Seperti kita ketahui bahwa sudah ada Minimal usia 19 Tahun
peraturan usia minimal menikah bagi
pria maupun wanita, jikalau seperti
itu mengapa masih ada yang
menikah
di bawah usia yang telah ditetapkan?
6. Bagi mereka yang melaksanakan Tidak, karena yang menikah muda harus ada surat izin dahulu dari
pernikahan di bawah umur, apakah
pengadilan agama
dalam hal administrasinya disamakan
dengan orang yang akan menikah di
usia yang sudah cukup?
7. Dan apakah benar bahwa pernikahan Bisa dibilang iya dan juga bisa dibilang tidak. Karena penyebab
dini salah satu hal yang memicu
banyaknya pasangan yang bercerai itu dari pola pikirnya yang belum
rentannya perceraian dalam
siap, tidak hanya remaja saja kadang orang dewasa pun sama. Jadi pola
pernikahan?
pikir yang dewasa tidak bisa ditentukan dari umur.
8. Jikalau ada kesempatan bagi KUA Melakukan penyuluhan kepada orang tua dan juga remaja akan dampak
hal apa saja yang akan atau
dari pernikahan dini yang banyak menjurus ke arah negatif.
dilakukan agar pernikahan dini ini
Dikarenakan banyak faktor.
tidak terjadi
atau dapat diatasi?

Dari hasil wawancara diatas diperoleh data bahwa penyebab pernikahan dini yang
paling banyak ialah karena adanya pergaulan bebas. Dampak dari pernikahan dini yang
paling sering terjadi ialah banyaknya terjadi kematian karena komplikasi kehamilan dari si
anak yang belum siap secara biologi. Di negara batasan usia seseorang yang ingin menikah
yaitu 19 tahun, bila dibawah itu pernikahan akan dianggap sah di negara bila ada surat izin
dari pengadilan agama yang diperoleh melalui sidang.

Tabel 2. Orang yang Melakukan Pernikahan dini (1)


No Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang anda ketahui tentang Menurutnya Pernikahan merupakan salah satu ibadah dalam islam yang harus
pernikahan? disegerakan, pernikahan juga dapat menyempurnakan sebagian dari agama kita, ibadah
yang paling panjang salah satunya ialah pernikahan, dengan demikian dapat menjauhi dari
perbuatan zina.
2. Menurut anda apa yang menjadi Tidak terpatok pada ukuran, karena soal finansial percaya pada yang mengatur yaitu Allah
patokan seseorang dikatakan sudah swt, ketika menikah tujuannya untuk agama maka harus disegerakan.
siap menikah?
3. Dapatkan anda ungkapkan apa yang Alasan untuk menikah dini ialah karena saling mencintai dan saling ingin memperbaiki
menjadi alasan bagi anda dalam diri satu sama lain agar menjadi hamba yang taat lagi dengan Allah SWT.
memutuskan menikah di usia dini?
4. Apakah pernikahan dini merupakan Tidak sama sekali, karena keinginan menikah di usia dini merupakan keinginan dari diri
suatu tradisi dalam keluarga anda? sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun dan juga bukan sebuah tradisi dalam keluarga.
5. Sebelum menikah, apakah anda Sudah memiliki penghasilan dan sudah bekerja di suatu perusahaan SPBU.
sudah memiliki penghasilan
6. Setelah menikah apakah yang anda Menurutnya dengan menikah di usia 18 tahun benar-benar bahwa ia merasakan selama ia
rasakan? menikah rezeki yang didapatkan pun bertambah.
7. Setelah menikah apakah anda Menurutnya membina rumah tangga di usia yang masih dini memang terbilang sulit
mengalami kesulitan dalam karena pendewasaan mereka yang masih terbilang kurang sehingga terkadang keduanya
membina rumah tangga? terlibat dalam pertengkaran namun dalam hal ini ia dapat memecahkan persoalan ini
dengan baik-baik yaitu dengan cara mengalah ketika istri yang marah ia pun sebagai
suami berusaha untuk mengalah dan begitupun sebaliknya.
8. Menurut anda, dampak apa yang Dampak positifnya mungkin nikah muda dapat menjauhkan kita dari perbuatan zina, ada
dirasakan baik negatif maupun teman berkeluh kesah saling menguatkan satu sama lain, apapun yang dilakukan dapat
positif dari pernikahan dini? menjadi nilai ibadah, menyempurnakan sebagian dari agama, dan banyak waktu
bersama untuk hal yang positif. Mungkin menurutnya dampak negatif dari pernikahan
dini ia merasa tidak bisa seperti dulu yang masih bisa kumpul dengan teman-teman,
terkadang pemikirannya kami yang masih kurang dewasa jadi sering cekcok di rumah
tangga walaupun mereka belum memiliki seorang anak. Kesulitan ekonomi mungkin
bisa terjadi
karena ia sebagai suami pun belum bisa dikatakan mapan dalam hal pekerjaan

Dari hasil wawancara di atas diperoleh data bahwa pernikahan dini bukanlah salah
satu hal yang harus dikhawatirkan, Menurutnya Pernikahan merupakan salah satu ibadah
dalam islam yang harus disegerakan, pernikahan juga dapat menyempurnakan sebagian dari
agama kita, ibadah yang paling panjang salah satunya ialah pernikahan, dengan demikian
dapat menjauhi dari perbuatan zina. Adapun penyebab pernikahan dini yang dilakukan oleh
narasumber yaitu karena alasan pribadi. Dampak dari pernikahan dini yang dirasakan oleh
narasumber yaitu dapat dijauhkan dari perbuatan zina, tetapi karena pemikiran yang masih
belum dewasa juga menyebabkan sering terjadinya cekcok di dalam rumah tangga.

Tabel 3. Orang yang Melakukan Pernikahan dini (2)


No Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang anda ketahui tentang Pernikahan sejatinya adalah penyatuan antara dua keluarga serta dua hati yang saling
pernikahan? mencintai dalam bentuk ibadah. Tapi bagi saya pernikahan tidak sekedar hanya untuk
menebus semua hutang keluarga kepada keluarga suami saya.
2. Menurut anda apa yang menjadi Menurut saya nikah itu harus siap dari kedua belah pihak, jika laki-laki memang sudah
patokan seseorang dikatakan sudah siap tapi perempuan belum ya jangan dipaksa karna mungkin masih ada mimpi yang ingin
siap menikah? dikejar.
3. Dapatkan anda ungkapkan apa yang Alasan saya menikah di umur 15 tahun sebagai penebus hutang keluarga saya, dan sebagai
menjadi alasan bagi anda dalam bentuk bakti saya kepada kedua orang tua saya yang mana saya hanya ingin
memutuskan menikah di usia dini? membahagiakan mereka berdua
4. Apakah pernikahan dini merupakan Dikatakan tradisi bisa iya atau tidak, tapi kakak saya juga menikah dengan suaminya
suatu tradisi dalam keluarga anda? karna masalah yang sama, tetapi saya tidak mau adik saya merasakan hal seperti apa yang
dirasakan oleh kakak-kakaknya
5. Sebelum menikah, apakah anda Belum, saya masih sekolah dan hanya sekedar membantu pekerjaan orang tua saya yaitu
sudah memiliki penghasilan berdagang
6. Setelah menikah apakah yang anda Kehidupan saya otomatis berubah drastis, dimana mungkin yang harusnnya di umur
rasakan? saya yang masih muda ini saya mengejar mimpi saya menjadi sarjana, membantu kedua
orang tua, membahagiakan mereka bukan dengan jalan seperti ini dan tentunya masih
banyak
lagi hal yang berubah seperti saya harus menyesuaikan dengan kondisi keluarga baru.
7. Setelah menikah apakah anda Kesulitan pasti ada karna jujur saya pun masih awam bagaimana memperlakukan suami
mengalami kesulitan dalam saya selayaknya dia suami. Tapi saya bersyukur mendapat keluarga mertua yang bisa
membina rumah tangga? support saya walaupun kadang di satu posisi saya tidak kuat dengan pernikahan ini.
8. Menurut anda, dampak apa yang Dampak negatif tentu kita tidak bisa melaksanakan hak dan kewajiban yang seharusnya
dirasakan baik negatif maupun kita laksanakan di rumah tangga, kemudian jika berbicara masalah keluarga mertua jika
positif dari pernikahan dini? mereka tidak supportif maka bisa saja terjadi cek cok yang terjadi antara korban dengan
keluarga yang mana jika kita berfikir jauh bisa saja terjadi bunuh diri akibat stress. Jika
dampak positifnya tentu dengan menikah kita bisa terhindar dari zinah dan apalagi
tujuan saya menikah adalah dengan membantu keluarga maka semoga ini bisa bernilai
ibadah
bagi saya

Dari hasil wawancara di atas diperoleh data bahwa salah satu alasan atau penyebab
utama dari adanya pernikahan dini yaitu karena faktor ekonomi dan juga keluarga.
Menurutnya bila dengan melakukan pernikahan dini ini ia dapat membantu utang
keluarganya, beliau akan melakukannya dan semoga dapat menjadi nilai pahala bagi beliau.
Adapun setelah melihat hasil wawancara dari beberapa narasumber diatas dapat kita
simpulkan mengenai penyebab serta dampak dari pernikahan di bawah umur ini.
1. Penyebab Pernikahan Dini
Dalam setiap permasalahan yang terjadi pasti akan selalu ada penyebab dari
munculnya permasalahan itu. Adapun hasil dari penelitian yang sudah dilakukan melalui
hasil dari wawancara dan juga studi literatur, penyebab dari adanya pernikahan dini yaitu:
1. Kehamilan di luar Nikah/Pergaulan bebas
2. Faktor lingkungan
3. Faktor orang tua/keluarga
4. Faktor pendidikan
5. Faktor ekonomi
6. Faktor individu
2. Dampak Pernikahan Dini
1. Dampak Positif
Dampak positif dari pernikahan dini baik ditinjau dari segi agama adalah menghindari
terjadinya zina, terhindar dari seks bebas karena kebutuhan sexual terpenuhi.
2. Dampak Negatif
Bila ditinjau dari sisi psikologis, kematangan psikologis yang belum tercapai sehingga
berpengaruh terhadap pola asuh anak. Selanjutnya ditinjau dari segi sosial, dengan
perkawinan mengurangi kebebasan pengembangan diri. Selanjutnya bila ditinjau dari
segi kesehatan pernikahan usia muda meningkatkan angka kematian bayi dan juga
ibu, risiko komplikasi kehamilan persalinan dan nifas. Selanjutnya pada kondisi
ekonomi dan kesiapan mental pada saat setelah menikah. Banyaknya anak muda yang
melakukan pernikahan dini belum mempunyai mental yang siap yang menyebabkan
perceraian karena kondisi emosi yang belum matang di usianya yang terbilang masih
labil.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan dini memiliki banyak
pro kontra dikalangan masyarakat maupun agama. Di dalam agama islam sebenarnya
pernikahan dini diperbolehkan bila seseorang tersebut sudah siap. Dengan mengikuti pada
hukum asalnya, maka pernikahan dini hukumnya boleh untuk kemaslahatan. Karenanya tidak
ada alasan untuk menunda-nunda pernikahan selama kita yakin melangkah dengan iringan
niat yang tulus melaksanakan syariat Islam.
Adapun dari hasil penelitian faktor penyebab terjadinya pernikahan dini yaitu
Kehamilan di luar Nikah/Pergaulan bebas, Faktor lingkungan, Faktor orang tua/keluarga,
Faktor pendidikan, Faktor ekonomi dan Faktor individu. Adapun dampak dari pernikahan
dini yaitu terdapat dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari pernikahan dini yaitu
menjauhi zina serta dampak negatif dari pernikahan dini yaitu kondisi mental yang belum
siap, kondisi psikologis untuk megurus anak yang belum siap, kondisi ekonomi yang belum
siap, kondisi kesehatan perempuan yang belum siap serta keadaan sosial setelah menikah.
Pernikahan dini tidak akan menjadi perintang seseorang untuk berkreasi, melanjutkan
studi, bersosialisasi, bahkan meniti karir yang lebih tinggi. Selama segala persyaratan di atas
dipenuhi, pernikahan dini bukan menjadi batu terjal yang menghalangi kita dalam meniti
studi menata asa, merenda kasih sayang, menuai bahagia. Wallahu a’lam.bi al-shawab.
DAFTAR PUSTAKA

Achrory dan Iriani, S. (2018). Fenomena Pernikahan Dini dalam Perspektif Islam (Studi
Kasus di Desa Kalikuning). Jurnal Penelitian Keislaman. 14(2). Hal 153-161.
Andina, E. (2021). Meningkatnya Angka Perkawinan Anak Saat Pandemi Covid-19. Info
Singkat (Kajian singkat terhadap isu aktual dan strategis). 13(4). Hal 13-18.
Kompilasi Hukum Islam Pasal 15 ayat (1)
Moleong, L. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rifiani, D. (2011). Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum Islam. I de Jure, Jurnal Syariah
dan Hukum. 3(2). Hal 125-134.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
UNICEF Indonesia, BPS, PUSKAPA UI, & Kementrian PPN/Bappenas 2020b. Perkawinan
Anak Fact Shet. Unicef Indonesia,
https://unicef.org/indonesia/id/laporan/perkawinan-anak-di-indonesia diakses
3 Maret 2022.
Yanti, dkk. (2018). Analisis Faktor Penyebab dan Dampak Pernikahan Dini di Kecamatan
Kandis Kabupaten Siak. Jurnal Ibu dan Anak. 6(2). Hal 96-103.

Anda mungkin juga menyukai