Disusun Oleh :
Pembimbing :
SIBOLGA
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “STROKE
HEMORAGIK”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Internship Dokter Indonesia yang saat ini sedang dijalankan di wahana RSU
DR. FL TOBING SIBOLGA.
Terima kasih saya ucapkan kepada dr. Adi Putra Perangin Angin M.Ked
(Neuro) selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan laporan kasus
selanjutnya.
Laporan kasus ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat
menjadi referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR_________________________________________________ii
BAB I_______________________________________________________________1
PENDAHULUAN_____________________________________________________1
1.1 Latar Belakang_________________________________________________1
1.2 Tujuan Pembahasan_____________________________________________1
1.3 Manfaat_______________________________________________________2
BAB II______________________________________________________________3
TINJAUAN PUSTAKA________________________________________________3
2.1 DEFINISI______________________________________________________3
2.2 EPIDEMIOLOGI_______________________________________________3
2.3 ETIOLOGI____________________________________________________4
2.4 KLASIFIKASI_________________________________________________5
2.10.1 STROKE HEMORAGIK_______________________________________6
2.5 PATOFISIOLOGI______________________________________________7
2.6 FAKTOR RISIKO______________________________________________8
2.7 GEJALA KLINIS_______________________________________________9
2.8 DIAGNOSIS__________________________________________________10
2.9 DIAGNOSIS TOPIS____________________________________________11
2.10 PENATALAKSANAAN_________________________________________12
2.10.1 TERAPI UMUM________________________________________12
2.10.2 TERAPI KHUSUS______________________________________13
2.11 PROGNOSIS__________________________________________________14
BAB III____________________________________________________________15
LAPORAN KASUS__________________________________________________15
STATUS ORANG SAKIT BAGIAN NEUROLOGI_______________________15
iii
RUMAH SAKIT UMUM DR. F.L TOBING SIBOLGA____________________15
3.1 Anamnesa Pribadi O.S__________________________________________15
3.2 Anamnesa Penyakit____________________________________________15
3.3 STATUS PRESENT____________________________________________16
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG__________________________________24
Laboratorium_______________________________________________________24
3.5 CT SCAN_____________________________________________________25
3.6 Resume_______________________________________________________26
3.6.1 Anamnesa___________________________________________________26
3.6.2 Pemeriksaan_________________________________________________26
3.7 Diagnosis_____________________________________________________28
3.8 Diagnosa Sementara____________________________________________28
3.9 Terapi________________________________________________________28
3.10 Prognosa_____________________________________________________28
- Qua ad vitam : dubia ad bonam__________________________________28
- Qua ad functionam : dubia ad bonam_____________________________28
- Qua ad sanationam : dubia ad bonam_____________________________28
BAB IV_____________________________________________________________29
FOLLOW UP PASIEN_______________________________________________29
BAB V_____________________________________________________________32
KESIMPULAN DAN SARAN__________________________________________32
DAFTAR PUSTAKA_________________________________________________33
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Stroke atau Cerebrovaskular accident menurut World Health
Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal ataupun global karena adanya sumbatan atau
pecahnya pembuluh darah di otak dengan gejala-gejala yang berlangsung 24
jam atau lebih (Arifianto, 2014). Stroke merupakan kematian beberapa sel otak
secara mendadak disebabkan karena kekurangan oksigen ketika aliran darah ke
otak hilang karena adanya penyumbatan atau pecahnya arteri di otak (Johnson
et al., 2016). Stroke merupakan karakteristik klasik yang menunjukkan
terjadinya defisit neurologis yang dikaitkan dengan cedera fokal akut dari
sistem saraf pusat (SSP) yang berasal dari pembuluh darah, termasuk infark
serebral, perdarahan serebral dan perdarahan subaraknoid, dan merupakan
penyebab utama kecacatan serta kematian di seluruh dunia (AHA/ASA, 2013).
2.2 EPIDEMIOLOGI
Cerebrovascular accident (CVA) merupakan penyebab kematian kedua dan
penyebab kecacatan ketiga diseluruh dunia. Secara global, 70% stroke dan 87%
kematian terkait stroke dan kecacatan tiap tahun terjadi di Negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Lebih dari empat dekade terakhir, insiden stroke di Negara
berpenghasilan rendah dan menengah meningkat dua kali lipat, sementara di Negara
dengan penghasilan tinggi angka kejadian stroke turun sekitar 42% (Johnson et al.,
2016).
Pada tahun 2013 stroke berada di urutan keempat dari lima besar penyakit
yang menyebabkan kematian di Amerika Serikat setelah penyakit jantung, kanker,
penyakit saluran pernapasan bawah kronis dan cedera yang tak disengaja. Dari tahun
3
2003 hingga 2013, tingkat relative kematian akibat stroke turun menjadi 33,7%
dengan penurunan sebesar 18,2%. Namun tiap tahun setara 795.000 orang terus
mengalami serangan pertama stroke dan berulang (iskemik atau hemoragik). Sekitar
610.000 orang mengalami serangan pertama dan 185.000 mengalami 7 stroke
berulang.
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik
dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur
adalah: sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8% (umur 55- 64 tahun) dan 23,5%
(umur 65 tahun). Kejadian stroke (insiden) sebesar 51,6/100.000 penduduk dan
kecacatan;1,6% tidak berubah; 4,3% semakin memberat. Penderita laki-laki lebih banyak
daripada perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun
54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar 33,5% (Perdossi, 2011).
2.3 ETIOLOGI
4
Sedangkan arteriovenous malformation merupakan sekelompok pembuluh
darah yang terbentuk secara abnormal dan salah satu satu dari pembuluh darah
itu dapat mengalami ruptur dan meyebabkan darah masuk ke otak, biasanya
terjadi karena hipertensi, aterosklerosis, kebiasaan merokok dan faktor usia.
Ada dua tipe stroke hemoragik, yaitu intracerebral hemmorhage dan
subarachnoid hemorrhage (American Stroke Asociation, 2016; Becske et al.,
2016). Intracerebral hemorrhage (ICH) biasanya disebabkan hipertensi yang
meyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah, disfungsi autoregulatori
dengan aliran otak yang berlebihan, arteriopati,aneurisma intracranial (biasanya
juga terjadi pada perdarahan subarachnoid), arteriovenous malformation
(penyebab pada 60% kasus), thrombosis vena sinus serebral dan infark vena,
tumor otak (<5% kasus ICH) dan tumor SSP primer, dan penyalahgunaan obat
(misalnya kokain dan amfetamin) (de Oliveira Manoel et al., 2016; Liebeskind
et al., 2016). Subarachnoid hemorrhage 80% disebabkan karena aneurima
intracranial, kemudian diikuti oleh arteriovenous malformation sebagai sebab
kedua presentase 10%, sisanya disebabkan karena angioma, tumor, dan
thrombosis kortikal (Becske et al., 2016).
2.4 KLASIFIKASI
5
berdasarkan kelainan patologis, secara garis besar stroke dibagi dalam dua tipe
yaitu, stroke iskemik disebut juga infark atau non-hemorragic disebabkan oleh
gumpalan atau penyumbatan arteri yang menuju ke otak yang sebelumnya
sudah mengalami aterosklerosis. Stroke iskemik terdiri dari tiga macam yaitu
stroke emboli (1/3), stroke thrombosis (2/3) dan hipoperfusi stroke. Tipe kedua
adalah stroke hemoragik terjadi karena kerusakan atau pecahnya pembuluh
darah di otak, perdarahan dapat disebabkan karena hipertensi yang terjadi
sangat lama dan anuerisma otak. Ada dua macam stroke hemoragik yaitu
subarachnoid hemorrhage dan intracerebral hemorrhage (Arifianto, 2014).
6
edema memperburuk kondisi pasien setelah perdarahan intraserebral. (Fagan,
2008).
B. Pendarahan Subarachnoid
Pendarahan subarachnoid merupakan tanda-tanda disfungsi neurologis
yang cepat berkembang dengan tanda sakit kepala karena perdarahan ruang
subarachnoid (ruang antara membran arachnoid dan pia mater dari otak atau
sumsum tulang belakang). Dampak dari (SAH) adalah terjadinya cedera
permanen pada (SSP) sistem saraf pusat (Sacco et al., 2013). Jenis perdarahan
sangat sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dan
efek samping terapi antitrombotik atau trombolitik (Silva et al., 2011).
C. Hematoma Subdural
Hematoma subdural mengacu pada penumpukan darah di bawah dura
(bagian yang menutupi otak), dan disebabkan paling sering oleh trauma. Stroke
hemoragik secara signifikan lebih mematikan dibanding stroke iskemik, dengan
30 hari kasus kematian yang dua sampai enam kali lebih tinggi (Dipiro, 2012).
2.5 PATOFISIOLOGI
Selama perdaraan intraserebral, terjadi akumulasi darah yang cepat
dalam parenkim otak yang menyebabkan gangguan anatomi normal dan
peningkata tekanan lokal. Tergantung pada dinamika ekspansi hematoma
(pertumbuhan), kerusakan primer terjadi dalam waktu beberapa menit hingga
jam setelah onset pendarahan. Kerusakan sekunder sebagian besar disebabkan
karena adanya darah dalam parenkim dan juga tergantung pada volume
hematoma, usia dan valume ventricular. Hal ini dapat terjadi melalui jalur
sitotoksisitas darah, hipermetabolisme, eksitotoksisitas, depresi serta stress
oksidatif dan peradangan. Pada akhirnya pathogenesis ini menyebabkan
gangguan irreversibl komponen unit neurovascular dan diikuti oleh gangguan
pada blood brain barrier dan edema otak memetikan dengan kematian sel otak
besar. Sementara mediator inflamasi yang dihasilkan secara lokal untuk
7
merespon kematian otak atau cedera otak memiliki kapasitas untuk menambah
kerusakan yang disebabkan oleh cedera sekunder, keterlibatan sel-sel inflamasi
(mikroglia/makrofag) sangat penting untuk menghilangkan pecahan sel dari
hematoma yang merupakan sumber peradangan (Aronowski and Zhao, 2011).
2.6.4 Hiperlipidemia
Abnormalitas profil lipid akan meningkatkan kejadian penyakit arteri
koroner, tetapi tidak berhubungan dengan kejadian stroke. Penelitian yang
dilakukan oleh The Honolulu Heart Program menyimpulkan bahwa
8
peningkatan kolesterol total juga akan meningkatkan angka kejadian stroke dan
penyakit arteri koroner. Rendahnya kadar High Density Lipoprotein juga
ditemukan menjadi salah satu faktor yang meningkatkan kejadian stroke
menurut penelitian yang dilakukan oleh Nothern Manhattan Stroke Study.
2.6.5 Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh
dengan kejadian stroke. Merokok akan meningkatkan agregasi trombosit,
menurunkan kelenturan dan regangan pembuluh darah, dan menurunkan kadar
HDL. Merokok meningkatkan risiko kejadian stroke sebesar 1,8 kali, serta 12-
18% pasien stroke memiliki riwayat merokok.
2.7 GEJALA KLINIS
Perbedaan klinis stroke iskemik (trombotik dan emboli) maupun hemoragik
(intraserebral dan subaraknoid).
Tabel 1. Perbedaan stroke
TANDA & GEJALA INFARK HEMORAGIK
Permulaan Subakut Akut
Waktu Serangan Bangun pagi Aktivitas
Peringatan Sebelumnya ++ -
Nyeri kepala ± ++
Muntah - ++
Kejang - ++
Kesadaran menurun + ++
Bradikardi Hai ke 4 Sejak awal serangan
Ptosis - +
Rangsang meningeal - ++
Papil edema - ++
Lokasi Kortikal/Subkortikal Subkortikal
9
Tabel 2. Gambaran klinis berbagai macam stroke
Gambaran Stroke Trombotik Stroke Embolik ICH SAH
Klinik
Serangan Saat istirahat/tidur Saat aktivitas sehari Saat melakukan Nyeri kepala sangat
malam, hari,tidak saat tidur Aktivitas hebat, mendadak,
Sering didahului TIA biasanya saat aktivitas
Defisit Fokal, sering Fokal, seringkali Fokal, sangat akut Defisit neurologic
memberat maksimal saat disertai tanda jarang dijumpai
Neurologik
secara gradual peningkatan TIK Tanda rangsangan
serangan
(nyeri kepala, selaput otak
muntah,kesadaarn
menurun, kejang, dll)
Tekanan Hipertensi (sering) Normotensi Hipertensi berat Hipertensi (jarang)
(sering)
darah
Temuan Penyakit jantung/ Aritmia jantung, Penyakit jantung Perdarahan
khusus pembuluh darah fibrilasi atrial, hipertensif, Subhialoid / preretinal
Lainnya arterosklerotik kelainan katup retinopati hipertensif likwor berdarah
jantung, bising
karotis/tanda sumber
embolik lain
CT Scan Area Hipodens Area hipodens pada Area hiperdens Area hiperdens di
infark hemoragik, intraserebral / sisterna basalis
Kepala
tampak pula area intraventikular
hiperdens
2.8 DIAGNOSIS
Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan
pemeriksaan klinis yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan fisik dapat
membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. Untuk memperkuat
diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan. Kedua pemeriksaan
tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke, apakah
perdarahan atau tumor otak.
10
Gambar 3. CT Scan- Gambar 4. MRI Stroke- Gambar 5. Perdarahan-
perdarahan perdarahan pada thalamus
Untuk mendapatkan diagnosis dan penentuan jenis patologi stroke,
segera ditegakkan dengan:
1. Skor Stroke: Algoritma Gajah Mada
Penurunan Nyeri kepala Babinski Jenis Stroke
Kesadaran
+ + + Perdarahan
+ - - Perdarahan
- + - Perdarahan
- - + Iskemik
- - - Iskemik
Keterangan :
Derajat kesadaran 0 = kompos mentis, 1 = Somnolen, 2 = Sopor/koma
Muntah 0 = tidak ada ; 1 = Ada
Nyeri Kepala 0 = tidak ada; 1 = Ada
Ateroma 0 = Tidak Ada, 1 = Salah satu atau lebih (DM,
Angina, penyakit pembuluh darah)
11
Interpretasi :
Skor > 1 perdarahan supratentorial
Skor < 1 infark serebri
12
2.10 PENATALAKSANAAN
2.10.1 TERAPI UMUM
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma
>30 mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis
cenderung memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah
premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120
mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat
gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg
(pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit)
maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-
25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan intracranial Meningkat, posisi
kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol
dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum sama dengan
pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral,
sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah
dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotic spektrum luas.
13
4. Bowel : intake makanan dan fungsi pencernaan
5. Bladder : optimalikan saluran kencing
6. Bone and Body’s skin
2.11 PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan stroke hemoragik (perdarahan intrakranial)
tergantung pada ukuran hematoma.Hematoma > 3 cm umumnya mortalitasnya
besar, hematoma yang massive biasanya bersifat lethal. Jika infark terjadi pada
spinal cord, prognosis bervariasi tergantung keparahan gangguan neurologis.
Jika control motorik dan sensasi nyeri terganggu, prognosis jelek.
14
BAB III
LAPORAN KASUS
15
Pasien datang ke IGD RS DR. F.L Tobing dibawa oleh keluarganya
dengan keluhan lemah pada anggota tubuh sebelah kiri sejak tadi pagi. Hal ini
terjadi secara perlahan-lahan sejak beberapa hari ini (± 2 minggu SMRS).
Pasien merasa lemas dan tidak bisa berjalan. Pasien mengeluhkan nyeri kepala
sejak 10 hari yang lalu dan sudah sempat opname di Klinik Yakin Sehat. Mual
(+), muntah 3x hari ini. Riwayat BAK 1 x pada pagi hari, BAB normal.
Demam disangkal oleh pasien.
RPT : Hipertensi, Dyspepsia
RPO : Flunarizin. Natrium Diclofenac, Uvron, Lansoprazole
Anamnesa Traktus
Traktus Sirkulatorius : Dalam batas normal
Traktus Respiratorius : Dalam batas normal
Traktus Digestive : Dalam batas normal
Traktus Urogenitalis : Dalam batas normal
Anamnesa Keluarga
Faktor Herediter : Tidak dijumpai
Faktor Familial : Tidak dijumpai
Anamnesa Sosial
Kelahiran dan Pertumbuhan
Imunisasi : Tidak jelas
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pedagang
Perkawinan : Menikah
16
GCS : E : 3, M : 5, V : 4
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 60 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,4o C
SpO2 : 98 %
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Normocephali, simetris
Mata : Pupil isokor, conjungtiva palpebra anemis (-/-)
Hidung : Dalam Batas Normal
Telinga : Dalam Batas Normal
Mulut : Dalam Batas Normal
2. Leher : Struma (-), TVJ normal
3. Thorax : Simetris, retraksi (-), Sela iga melebar (-)
- Jantung
Inspeksi : ictus ordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Auskultasi : bunyi jantung I-II normal, regular, bising (-)
- Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara napas Vesikuler, Suara tambahan :
Ronchi (-/-), wheezing (-/-)
4. Abdomen
Hepar : Lembut
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
17
Nyeri tekan : Tidak dijumpai
Peristaltic : Normal
Pemeriksaan Neurologis
1. Rangsangan meningeal
Kaku Kuduk : (-/-)
Brudzinsky I : (-/-)
Brudzinsky II : (-/-)
Tanda Kernig : (-/-)
3. Saraf Kranialis
18
Strabismus - -
divergen
Gerakan mata ke - -
N. IV Troklearis
lat-bwh
Strabismus - -
konvergen
Menggigit sdn sdn
Membuka mulut Normal Normal
N. V Trigeminus Sensibilitas muka sdn Sdn
Refleks kornea + +
Trismus - -
Gerakan mata ke + +
lateral
N. VI Abdusen
Strabismus - -
konvergen
Kedipan mata + +
Angkat sudut bibir Sdn sdn
Sudut mulut dbn dbn
Mengerutkan dahi Sdn Sdn
Menutup mata + +
N. VII Fasialis
Tersenyum Sdn Sdn
Menggembungkan Sdn sdn
pipi
Daya kecap lidah Tidak dilakukan Tidak
2/3 ant dilakukan
Mendengar suara sdn sdn
bisik
N. VIII Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak
Vestibulokoklearis dilakukan
Tes Schwabach Tidak dilakukan Tidak
dilakukan
N. X (VAGUS) Keterangan
Reflek muntah Tidak dinilai
Bersuara (+)
Menelan Sdn
19
N. XI (AKSESORIUS) Keterangan
Memalingkan Kepala +
Sikap Bahu Sdn
Mengangkat Bahu Sdn
Trofi Otot Bahu (-)
4. Sistem motorik
Kanan Kiri
Trofi Normotropi Normotropi
Tonus Otot Normotonus Hipotonus
Kekuatan Otot
ESD: 5/5/5/5/5 ESS : 3/3/3/3/3
5/5/5/5/5 3/3/3/3/3
EID : 5/5/5/5/5 EIS : 4/4/4/4/4
5/5/5/5/5 4/4/4/4/4
5. Sikap
- Duduk : Tidak bisa
- Berdiri : Tidak bisa
- Berbaring : Dalam batas normal
20
- Spasme : Tidak dijumpai
- Tic : Tidak dijumpai
7. Sistem Sensibilitas
Propioseptik
Gerak Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Refleks
Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
Biceps Dijumpai Dijumpai
Triceps Dijumpai Dijumpai
KPR Dijumpai Dijumpai
APR Dijumpai Dijumpai
Refleks Patologis
Kanan Kiri
Babinsky - -
Chaddok - -
21
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Hofman Tromner - -
Klonus Lutut - -
9. Koordinasi
10. Vegetatif
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
11. Vertebrae
Bentuk : Dalam batas normal
Pergerakan : Dalam batas normal
22
Disartria : Tidak dijumpai
Nistagmus : Tidak dijumpai
Fenomena Rebound : Tidak dijumpai
Vertigo : Tidak dijumpai
23
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
24
Laboratorium
Jenis
Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Darah lengkap
Hb 14.0 11,5 – 15,5 gr/dl
Ht 39,6 37 – 47 %
Eritrosit 4,71 4,4 – 5,9 juta/µL
MCV 84.1 74 – 96 fL
MCH 29,6 27 – 32 pg
MCHC 35,2 30 – 65 %
Trombosit 313 150 – 400 x 103/mm3
Leukosit 15,0 3.8 –11 x 103/mm3
Hitung Jenis
Eosinofil 0 1–3 %
Basofil 0 0–1%
Neutrofil Staf 0 2–5%
Neutrofil segmen 89 47 – 80 %
Limfosit 5 20 – 40 %
Monosit 6 2 – 10 %
Kimia Klinik
GDS 126 80 – 160 mg/dl
Ureum 31 15 – 39 mg/dL
Kreatinin 1,17 0,60 – 1,30 mg/dL
Elektrolit
Natrium 4,0 3,5 – 4,9 mmol/L
Kalium 132 138 – 146 mmol/L
Clorida 99 98 – 109 mmol/L
Calsium 1,14 1,12 – 1,32 mmol/L
Rapid Test Covid-19
Sars Cov-2 IgM Non Reaktif
Sars Cov-2 IgG Non Reaktif
3.5 CT SCAN
25
3.6 Resume
26
3.6.1 Anamnesa
Pasien datang ke IGD RS DR. F.L Tobing dibawa oleh keluarganya
dengan keluhan lemah pada anggota tubuh sebelah kiri sejak tadi pagi. Hal ini
terjadi secara perlahan-lahan sejak beberapa hari ini (± 2 minggu SMRS).
Pasien merasa lemas dan tidak bisa berjalan. Pasien mengeluhkan nyeri kepala
sejak 10 hari yang lalu dan sudah sempat opname di Klinik Yakin Sehat. Mual
(+), muntah 3x hari ini. Riwayat BAK 1 x pada pagi hari, BAB normal.
Demam disangkal oleh pasien. Riwayat Penyakit Hiperteni dan Dyspepsia.
Riwayat makan obat : Flunarizin. Natrium Diclofenac, Uvron, Lansoprazole.
3.6.2 Pemeriksaan
Status Umum
Kesadaran : Apatis
GCS : E : 3, M : 5, V : 4
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 60 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,4o C
SpO2 : 98 %
Kepala / leher : tidak ada kelainan
Thorax : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Status psikiatri : tidak ada kelainan
Status Neurologis
- Rangsangan Meningeal : normal, tidak ada kelainan
- Peningkatan Intrakranial : nyeri kepala (+), muntah (+), refleks babinski (-)
- Pemeriksaan status psikiatri dan pemeriksaan neurologis saraf kranialis sulit
dinilai karena pasien apatis dan kurang memahami perintah yang pemeriksa
27
- Pemeriksaan fungsi motorik
Ekstremitas Superior 5 3
Ekstremitas Inferior 5 4
Pada pemeriksaan fungsi motorik didapatkan adanya keterbatasan gerak dan
penurunan tonus pada tangan dan kaki kanan. Hal ini disebabkan adanya lesi
pada korteks motorik yang mengatur pergerakan otot. Peningkatan refleks
fisiologis juga didapatkan pada ekstremitas yang mengalami kelemahan, hal
ini terjadi karena hilangnya kontrol inhibisi sentral desendens pada motor
neuron yang mempersarafi otot.
- Skor Siriraj yang mengandung penilaian kesadaran, ada tidaknya muntah,
atheroma dan nilai tekanan diastolik didapatkan skor pada pasien ini adalah
2,5 dengan interpretasi adanya perdarahan.
- Algoritma gajah mada dengan menilai 3 gejala dan tanda yaitu penurunan
kesadaran, nyeri kepala, refleks Babinski. Pada pasien ini didapatkan dua
tanda yaitu penurunan kesadaran dan nyeri kepala sehingga menurut perasat
ini pasien juga dimasukkan kedalam jenis stroke hemoragik.
- Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
1. Pemeriksaan darah rutin serta kimia klinik untuk mencari faktor resiko
lain yang kemungkinan terlibat pada perjalanan penyakit stroke.
2. CT Scan kepala
Hasil CT Scan : Intracerebral hemorrhage di lobus temporalis
kanan disertai defect calvaria region parietalis kanan mengesankan post
operasi (lesi hiperdense berdensitas darah (53HU) disertai perifokal
edema di cortical subcortical obus temporalis kanan).
Lesi pada hemisfer dextra inilah yang menyebabkan hemiparesis
sinistra karena jalur saraf motorik yang berasal dari korteks ini
bersilangan di dekusasio piramidalis sehingga mempersarafi ekstremitas
kontralateralnya.
3.7 Diagnosis
28
Diagnosis Klinis : Hemiparese Sinistra
Diagnosis Etiologis : Stroke Hemoragik
Diagnosis Topis : Hemisper Dextra
3.9 Terapi
- Bed rest
- O2 2-3 l/i
- Elevasi kepala 30 0
- IVFD NaCl 0,9 % 20 gtt/I macro
- Drip Manitol 600 cc/6 jam tap off
- Inj. Dexamethasone 2 amp selanjutnya 1 amp/6 jam
- Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
- Inj. Piracetam 3g / 8 jam
- Inj. Citicolin 500 mg/12 jam
- PCT 500 gr 3x11/2 tab
3.10 Prognosa
- Qua ad vitam : dubia ad bonam
- Qua ad functionam : dubia ad bonam
- Qua ad sanationam : dubia ad bonam
29
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
30
- Mecobalamin 500 mg 3x1
- Paracetamol 500 mg 3x11/2
R/ Fisioterapi
- Amlodipin 10 mg 1x1
- Citicolin 1000 mg 1x1
- Piracetam 800 mg 3x1
31
- Mecobalamin 500 mg 3x1
- Vastigo 6mg 3x1
- Neurodex 1x1
BAB V
5.1 Kesimpulan
32
pertolongan dimulai semakin baik hasil yang dicapai. Obat-obatan
neuroprotektor dapat membantu mengatasi penyebab stroke. Untuk
penatalaksanaan pada kasus ini diberikan infus Nacl, drip Manitol,
deksametason, citicolin, omeprazole, piracetam. Pemberian anti perdarahan
juga dapat diberikan seperti epsilon aminocaproat 30-36 gr/hari, asam
tranexamat 6x1gr untuk mencegah lisisnya bekuan darah yang sudah terbentuk.
5.2 Saran
Dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak sekali kekurangan baik
dalam cara penulisan maupun isi tulisan, oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca, penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan kasus dimasa-masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Cohen SN. 2000. The subacute stroke patient: Preventing recurrent stroke. In Cohen
SN. Management of Ischemic Stroke. Mc Graw Hill. pp. 89-109.
De Freitas GR, Christoph DDH, Bogousslavsky J. 2009. Topographic classification
Of ischemic stroke, in Fisher M. (ed). Handbook of Clinical Neurology,
Vol.
93 (3rd series). Elsevier BV.
Islam, Mohammad Saiful. 1998. Stroke : Diagnosis dan Penatalaksanaannya.
Lab/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK UNAIR/RSUD Dr Soetomo :
Surabaya.
McPhee, Stephen J & Ganong, William F. 2006. Patofisiologi Penyakit Pengantar
Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta: EGC
PERDOSSI. 2007. Pedoman Penatalaksanaan Stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI).
33
WHO. MONICA. Manual Version 1: 1. 1986.
34