Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang farmasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala
seluk-beluk mengenai obat. Farmasi juga merupakan suatu profesi kesehatan yang
berhubungan dengan pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat,
dalam farmasi juga mempelajari beberapa cabang ilmu salah satunya kimia
farmasi.
Kimia farmasi merupakan ilmu kimia yang berhubungan dengan larutan
asam maupun basah, baik untuk tujuan pengobatan, analisis atau pemeriksaan dan
pembakuan dalam kimia farmasi. Ilmu kimia merupakan suatu dari sekian banyak
cabang ilmu pengetahuan alam yang mempunyai cabang-cabang ilmu pengetahuan
yang sangat kompleks, dalam kimia farmasi mempelajari berbagai macam uji
analisis yaitu uji analisis kualitatif.
Uji analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi
keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisis
kualitatif merupakan suatu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan
unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif, kita
menggunakan beberapa pereaksi, diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi
spesifik. Analisis kualitatatif dapat digunakan untuk menganalisis reaksi-reaksi
khusus senyawa yang mengandung C,H,N,O. dalam pengujian uji analisis
kualittatif dilakukan uji analisis pada bahan makanan. (Miessler, 2010).
Uji analisis bahan makanan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam suatu
bahan makanan. Analisa bahan makanan dapat dilakukan dengan tatacara
kimiawi, fisis, nutrisi dan inderawi yang biasa dikenal dengan uji organoleptic
dalam makanan juga terdapat berbagai macam zat beracun yaitu salah satunya
sianida (Supariasa, 2001)
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung gugus CN dengan atom
karbon terikat rangkap tiga pada atom nitrogen. Sianida juga merupakan senyawa
yang tidak berwarna, sangat bercun, dan mudah menguap pada suhu kamar 26 0C.
asam siandia adalah salah satu jenis racun alami terdapat dalam ubi kayu. Racun
dapat menyebabkan kematian karena membuat tubuh tidak dapat menggunakan
oksigen. Dalam sianida terdapat berbagai macam senyawa yang terkandung yaitu
hidrogen zianida, sinamid, sianogen klorida, garam sianida, akrilonitiril dan
nitroprusid. Sianida juga dapat menganggu atau menghalangi sistem sitokrom
osidase dalam penggunaan sel. Dalam hal ini dilakukan pengujian zat bermanfaat
yang terdapat dalam ubi kayu.
Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu bahan makanan pokok di
Indonesia setelah padi dan jagung. Mengkonsumsi ubi kayu harus berhati-hati
karena ubi kayu mengandung senyawa beracun yang dikenal dengan asam sianida
atau HCN.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan pengujian uji analsis zat
bermanfaat pada makanan dan uji zat beracun pada makanan yang mengandung
“Sianida”.
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan pengujian kualitatif HCN
1.3 Manfaat Percobaan
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara menentukan pengujian
kualitatif HCN
1.4 Prinsip Percobaa
Prinsip pada percobaan kali ini yaitu asam sianida larut dalam air, dalam
suasan asam sianida akan menguap, lalu uap asam sianida akan bereaksi dengan
asam pikrat membentuk warna merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Makanan
Makanan adalah komponen utama yang sangat berperan penting dalam
kehidupan umat manusia. Makanan sering diistilahkan sebagai segala
sesuatu yang dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia dan tidak
mendatangkan bahaya bagi orang yang mengkonsumsinya. Makanan biasa juga
diistilahkan sebagai sesuatu yang diperlukan oleh tubuh dan mendatangkan
manfaat bagi orang yang mengkonsumsinya (Sediaoetoemo, 2000).
Pola hidup atau gaya hidup masyarakat akhir-akhir ini menghendaki
segala sesuatu bersifat serba praktis dan cepat. Begitu pula dengan proses
penyediaan makanan, banyak makanan jajanan cepat saji yang beredar di
masyarakat. Keunggulan makanan tersebut mudah diperoleh dan harganya
terjangkau (Harsojo, 2013).
Pada umumnya bahan makanan mengandung beberapa unsur atau
senyawa seperti air, karbohidrat, protein, vitamin, lemak, enzim, pigmen, dan
lain-lain. Kualitas makanan adalah keseluruhan sifat-sifat dari makanan tersebut
yang berpengaruh terhadap penerimaan dari konsumen. Atribut kualitas
makanan adalah pertama, yaitu sifat indrawi/organoleptik yaitu sifat-sifat yang
dapat dinilai dari panca indra seperti penampakan (bentuk, ukuran, warna)
atau rasa (asam, asin, manis, pahit) tekstur yaitu sifat yang dinilai dari indra
peraba. Kedua, nilai gizi yaitu karbohidrat, protein, vitamin, mineral, lemak
dan serat. Ketiga, keamanan makanan yang dikonsumsi yaitu terbebas dari
bahan-bahan pencemar atau racun yang bersifat mikrobiologis dan kimiawi
(Afrianti, 2005).
Pada umumnya dalam pengelolaan makanan selalu diusahakan untuk
menghasilkan produk makanan yang disukai dan berkualitas baik. Untuk
mendapatkan makanan seperti yang diinginkan maka sering pada proses
pembuatannya dilakukan penambahan Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang
disebut zat aktif kimia (food additive) (Widyaningsih, 2006).
2.1.2 Bahan Tambahan Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
ataupun minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan atau minuman
(Saparinto et al, 2006).
Kualitas pangan dapat ditinjau dari aspek mikrobiologis, fisik (warna, bau,
rasa dan tekstur) dan kandungan gizinya. Pangan yang tersedia secara alamiah
tidak selalu bebas dari senyawa yang tidak diperlukan oleh tubuh, bahkan dapat
mengandung senyawa yang merugikan kesehatan orang yang mengkonsumsinya.
Senyawa-senyawa yang dapat merugikan kesehatan dan tidak seharusnya
terdapat di dalam suatu bahan pangan dapat dihasilkan melalui reaksi kimia dan
biokimia yang terjadi selama pengolahan maupun penyimpanan, baik karena
kontaminasi ataupun terdapat secara alamiah. Selain itu sering dengan sengaja
ditambahkan bahan tambahan pangan (BTP) atau bahan untuk memperbaiki
tekstur, warna dan komponen mutu lainnya ke dalam proses pengolahan pangan
(Hardinsyah et al, 2001).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 33 Tahun 2012, bahan
tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Penggunaan bahan tambahan pangan
dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh
produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaanya dapat berakibat positif
maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan
membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus
pembangunan bangsa. Dibidang pangan kita memerlukan sesuatu yang lebih baik
untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih
bermutu, bergizi dan lebih mampu bersaing dalam pasar global. Kebijakan
keamanan pangan (food safety) dan pembangunan gizi nasional (food nutrient)
merupakan bagian integral dari kebijakan pangan nasional, termasuk pengunaan
bahan tambahan pangan (Cahyadi, 2008).
a) Fungsi Bahan Tambahan Pangan
Menurut Hughes (2012), fungsi dasar bahan tambahan pangan yaitu:
1. Untuk mengembangkan nilai gizi suatu makanan.
Biasanya untuk makanan diet dengan jumlah secukupnya. Dibanyak negara,
termasuk Amerika dan Inggris, nutrisi tertentu harus ditambahkan ke dalam
makanan pokok berdasarkan peraturan mereka.
2. Untuk mengawetkan dan memproduksi makanan.
Demi kesehatan kita dan untuk mencegah penggunaan bumbu dengan masa
singkat dan fluktuasi harga, sangatlah penting makanan itu dibuat mampu
menahan pengaruh racun dalam jangka waktu selama mungkin.
3. Menolong produksi
Fungsi ini memiliki peranan yang penting untuk menjamin bahwa
makanan diproses seefisien mungkin dan juga dapat menjaga keadaan
makanan selama penyimpanan.
4. Untuk memodifikasi pandangan kita.
Bahan tambahan ini mengubah cara kita memandang, mengecap, mencium,
merasa dan bahkan mendengar bunyi makanan yang kita makan
(kerenyahan). Ada dua alasan utama mengapa menggunakan bahan
tambahan ini, pertama karena ekonomi, misalnya makanan dengan bahan
dan bentuk yang kurang bagus dapat dibuat lebih menarik dengan meniru
produksi yang lebih berkualitas. Kedua, adalah karena permintaan publik,
misalnya dalam masakan modern dimana bahan makanan dasar
dimodifikasi.
b) Jenis Bahan Tambahan Pangan
Menurut Winarno (2002), pada umumnya bahan tambahan pangan dibagi
menjadi dua bagian besar, yaitu:
1. Aditif sengaja yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan
maksud dan tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan konsistensi,
nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman atau kebasaan, memantapkan
bentuk atau rupa dan lain sebagainya.
2. Aditif tidak sengaja yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah
sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
Pemakaian BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang aman merupakan
pertimbangan yag penting. Jumlah BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang
diizinkan untuk digunakan dalam pangan harus merupakan kebutuhan minimum
untuk mendapatan pegaruh yang dikehendaki. Pada prinsipnya konsumen harus
diberi informasi adanya bahan tambahan pangan (BTP) dalam bahan baku
makanan. Pernyataan yang tertera atau etiket harus diberikan informasi adanya
BTP (Bahan Tambahan Pangan) kepada konsumen. Hal ini merupakan metode
yang paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut (Baliwati, 2004).
2.1.3 Pengertian Sianida
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok siano CN,
dengan atom karbon terikat tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan
dalam banyak senyawa. Beberapa adalah gas padat atau cair, beberapa juga dalam
bentuk seperti garam, kovalen, molekular, beberapa ionik, dan banyak juga
polimerik (Alcorta, 2006).
Sianida merujuk pada anion CN- untuk membentuk asam yang
hydrocyanid. Sianogen dibentuk oleh oksidasi ion Sianida, namun istilah
Sianogen juga datang untuk merujuk suatu zat yang membentuk Sianida pada
metabolisme dan menghasilkan efek biologis dari Sianida bebas. Sebuah Sianida
sederhana (HCN, NaCN) adalah senyawa yang berdisosiasi dengan anion Sianida
(CN- ) dan kation (H+.N+). Nitril adalah senyawa organik yang mengandung
Sianida, sianogen biasanya mengacu pada nitril yang membebaskan anion Sianida
selama metabolisme dan menghasilkan efek biologis dari anion Sianida
(Alcorta,2006).
Sianida memiliki afinitas tinggi untuk senyawa sulfur dan untuk kompleks
logam tertentu, terutama yang mengandung kobal dan bentuk trivalen dari besi
(Fe3+). Natrium sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan
dikenal sebagai asam prussit dan asam hidrosianik berbentuk cairan tidak
berwarna yang melepaskan gas. Hidrogen Sianida merupakan bahan kimia yang
sangat berbahaya yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menggunakan
oksigen. Hidrogen sianida dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak.
Bentuk lain adalah natrium Sianida, sodium Sianida dan potassium Sianida yang
berbentuk serbuk dan berwarna putih (Brewer, 2006).

Gambar 2.1
Sianida
2.1.4 Bentuk-bentuk Sianida
Bentuk-bentuk sianida bisa berupa (I) Inorganicyanide contohnya
Hidrogen Sianida (HCN), (II) Cyanide salts (garam sianida) contohnya Potassium
Sianida (KCN), Sodium atau Natrium Sianida (NaCN), Calcium Sianida (CaCN),
(III) Metal cyanide (logam Sianida) contohnya Potassium silver Sianida
(C2AgN2K), Gold Sianida (AuCN), Merkuri Sianida (Hg(CN) 2 , Zinc Sianida
(Zn(CN)2 . (IV) Cyanogens halides contohnya Cyanogen klorida (CCIN),
Cyanogens bromide (CBrN). (V) Cyanogens glycosides contohnya Amygdalin dan
Linamarin (Alcorta,2006).
2.1.5 Sifat, Sumber Sianida dan Efek Sianida
Sifat Sianida bentuk cair yang mendidih pada temperature 26,5 oC,
maksimal allovable concentration 100 ppm, dosis lethal HCN = 50 mg, dosis
lethat natrium sianida = 5mg/KgBB, dosis letal KCN = 200 mg, Sianida cairannya
bening tidak berwarna, bau seperti kentang kayu, mudah menguap pada
temperatur kamar, berat molekul ringan dan sukar terionisasi (Baskin, 2006).
Sumber Sianida berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung
Amygdalin contoh buncis, kluwak, aprikot, temulawak, dan pear atau berasal dari
bahan kimia contoh gas penerangan, bahan pelarut (Aliphatic nitriles), asap rokok,
asap kendaraan bermotor, dan hasil pembakaran dari material sintetik seperti
plastik (Baskin,2006).
Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang
timbul secara progresif. Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung
dari dosis sianida, banyaknya paparan sianida, jenis paparan sianida dan tipe dari
komponen sianida. Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh,
termasuk pada tekanan darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem
endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan
mengeluh timbul rasa perih dimata karena iritasi dan kesulitan bernafas karena
iritasi mukosa saluran pernafasan. Gas sianida sangat berbahaya apabila terpapar
dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan
merespon dengan hiperpnea, 15 detik setelah itu seseorang akan kehilangan
kesadarannya. 3 menit kemudian akan mengalami apnea yang dalam jangka waktu
5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat karena hipoksia
dan berakhir dengan kematian. (Baskin,2006).
2.1.6 Toksisitas
Tingkat toksisitas dari Sianida bermacam-macam. Dosis lethal Sianida
asam hidrosianik sekitar 2.500-5.000 mg, sianogen klorida sekitar 11.000 mg dan
perkiraan dosis intravena 1mg/kg, perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi
kulit 100mg/kg. Perkiraan dalam bentuk oral (Natrium Sianida) 1,52-5 mg/kg.
Ada juga yang melaporkan kematian akibat sianida bisa terjadi pada dosis 200-
300 ppm. Dosis 110-135 ppm saja bisa mengakibatkan kefatalan setelah terpapar
30-60 menit, sedangkan pada konsentrasi 45-54 ppm sianida masih bisa
ditoleransi oleh tubuh (Baskin, 2006).
2.1.7 Patofisiologi Keracunan Sianida
Sianida dapat mengikat dan menginaktifkan beberapa enzim, tetapi yang
mengakibatkan timbulnya kematian adalah karena Sianida megikat bagian aktif
dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan mengakibatkan terhentinya
metabolisme sel secara aerobic, sebagai akibatnya hanya dalam waktu beberapa
menit akan mengganggu transmisi neuronal. Sianida dapat dibuang melalui
beberapa proses tertentu sebelum Sianida berhasil masuk kedalam sel, zat toksik
ini dapat menembus membran sel. Proses yang paling berperan adalah
pembentukan dari cyanomethemoglobin sebagai hasil dari reaksi antara ion
sianida dan metHb. Oleh karena itu pihak militer sering menggunakan Sianida
walaupun seara inhalasi, memakan atau menelan garam sianida, karena Sianida ini
sebenarnya telah ada di alam walaupun dalam dosis rendah maka tidak heran jika
kebanyakan hewan mempunyai jalur biokimia intrinsic tersendiri untuk
mendetoksifikasi ion Sianida. Jalur terpenting dari pengeluaran Sianida adalah
dari pembentukan tiosianat yang diekresikan melalui urin. Tiosianat dibentuk
secara langsung sebagai hasil katalisis dari enzim rhodanese dan secara indirek
sebagai reaksi spontan antara Sianida dan sulfur persulfida (Baskin, 2006).
2.1.8 Gejala Klinis
Efek utama dari racun Sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang
timbul secara progresif. Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung
dari dosis sianida, banyaknya paparan, jenis paparan, tipe komponen dari sianida.
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan
darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan
sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih dimata
karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran
pernafasan. Gas sianida sangat berbahaya apabila terpapar dalam konsentrasi
tinggi. Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan
hiperpnea, 15 detik setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit
kemudian akan mengalami apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan
mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat karena hipoksia dan berakhir
dengan kematian. Dalam konsentrasi rendah, efek dari Sianida baru muncul
sekitar 15-30 menit kemudian, sehingga masih bisa diselamatkan dengan
pemberian antidotum. Tanda awal dari keracunan Sianida adalah hiperpnea
sementara, nyeri kepala, dyspnea, kecemasan, perubahan perilaku seperti agitasi
dan gelisah, berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan
vertigo juga dapat muncul (Syarif, 2007).
Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma
dan dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat
pernafasan, gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi
mereka yang keracunan sianida sehingga menyulitkan penyelidikan apabila
penderita tidak mempunyai riwayat terpapar Sianida. Karena efek racun dari
sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan dari oksigen, maka akan
didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan. Pada pemeriksaan
funduskopi akan terlihat warna merah terang pada arteri dan vena retina karena
rendahnya penghantaran oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen pada
pembuluh darah vena akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti “chery-
red” tanda ini tidak selalu ada (Baskin, 2006).
2.1.9 Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Sianida merupakan inhibitor poten respirasi seluler yang bekerja pada
mitokondria cytokrom oksidase dan selanjutnya memblok fosforilasi oksidatif.
Hal ini mencegah tubuh untuk mengoksidasi makanan menjadi energi, asidosis
laktat akan terjadi sebagai akibat dari metabolisme anaerobik. Pada periode
keracunan akut akan terjadi konvulsi, kematian kebanyakan terjadi karena cardiac
arrest. Seseorang dapat terkontaminasi melalui makanan, rokok dan sumber
lainnya. Makan dan minum dari makanan yang mengandung sianida dapat
mengganggu kesehatan. Setelah terpapar, sianida langsung masuk ke dalam
pembuluh darah. Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah
yang kecil maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan
diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan dengan vitamin B12.
Tetapi bila jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar,
tubuh tidak akan mampu untuk mengubah sianida menjadi tiosianat maupun
mengikatnya dengan vitamin B12 (Hunter, 2006).
Jumlah distribusi dari Sianida berubah-ubah sesuai dengan kadar zat kimia
lainnya di dalam darah. Pada percobaan terhadap gas HCN pada tikus didapatkan
kadar sianida tertinggi adalah pada paru yang diikuti oleh hati kemudian otak.
Sebaliknya, bila sianida masuk melalui sistem pencernaan maka kadar tertinggi
adalah di hati. Sianida juga mengakibatkan banyak efek pada sistem
kardiovaskuler, termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan darah di
dalam otak. Penelitian pada tikus membuktikan bahwa garam sianida dapat
mengakibatkan kematian atau juga penyembuhan total. Selain itu, pada sianida
dalam bentuk inhalasi baru menimbulkan efek dalam jangka waktu delapan hari.
Bila timbul squele sebagai akibat keracunan sianida maka akan mengakibatkan
perubahan pada otak dan hipoksia otak dan kematian dapat timbul dalam jangka
waktu satu tahun (Hunter, 2006).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
NamaResmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Etil, Alkohol
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru
Kelarutan : Larut dalam air, tetapi kelarutannya berkurang
Khasiat : Sebagai desinfektan dan antiseptik
Kegunaan : Mensterilkan alat-alat dan antiseptikum
Penyimpanan : Disimpan pada suhu ruangan
2.2.2 Aquadest (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : AQUADESTILATA
Nama lain : Air suling, aquadest
Rumus kimia : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur :
H–O–H

Pemerian : Cairan Jernih, tidak berbau, tidak berwarna


Kegunaan : Sebagai larutan untuk mengkalibrasi pH meter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.3 Asam Tartrat (Dirjen POM, 1979 ; Pubchem 2019)
Nama resmi : TARTARIC ACID
Nama lain : Potassium tartrate,
Rumus molekul : C4H6O6    
Berat molekul : 150,09 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau bening atau serbuk


hablur halus sampai granul, warna putih; tidak
berbau; rasa asam dan stabil di udara.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam
etanol.
Kegunaan : Untuk menghasilkan uap HCN
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.4 Asam Pikrat (Depkes RI, 1995 ; Pubchem, 2019)
Nama Resmi : TRINITROFENOL
Nama Lain : Asam pikrat
Rumus Molekul : C6H2(OH)(NO2)O3
Berat Molekul : 479,02 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur hijau atau serbuk ungu kemerahan


Kelarutan : Larut dalam golongan air dan dalam 10 bagian
etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Digunakan sebagai pereaksi
2.2.5 Natrium Bikarbonat (Depkes RI, 1979 ; Pubchem, 2019)
Nama Resmi : NATRII CARBONAS
Nama Lain : Natrium Karbonat
Rumus Molekul : NaHO3
Berat Molekul : 124 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih. Stabil di udara kering, tetapi


dalam udara lembab secara perlahan-lahan
terurai. Larutan segar dalam air dingin tanpa
dikocok, bersifat basa terhadap lakmus. Kebasaan
bertambah bila larutan dibiarkan, digoyang kuat
atau dipanaskan.
Kelarutan : Larut dalam air; tidak larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Digunakan sebagai pereaksi
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Kimia Farmasi II percobaan “Uji Analisis Zat Bermanfaat Dan
Zat Beracun Pada Makanan” dilaksanakan pada hari Jumat, 15 April 2022 pukul
14.00-17.00 WITA di Laboratorium Kimia Analisis, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu Kertas Perkamen, Neraca
analitik, Penangas air, dan Spatula.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Alkohol 70%, Aquadest,
Asam tartat, Asam pikrat, Kertas saring, Natrium bikarbonat, Snack singkong
Qtela, dan Tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang 15 gram sampel snack singkong Qtela
4. Dimasukkan pada Erlenmeyer 250 ml
5. Ditambahkan 50 ml aquades dan 10 ml larutan asam tartat 5 % (larutan
asam tartat dibuat dengan melarutkan 5 gr tartat dalam 100 ml aquades)
6. Disiapkan kertas saring ukuran 1x 7 cm
7. Dicelupkan dalam larutan asam pikrat jenuh kemudian di keringkan di udara
8. Setelah kering dibasahi dengan larutan natrium bikarbonat 8 % (larutan
natrium bikarbonat dibuat dengan melakukan 4 gr natrium bikarbonat
dengan 50 ml aquades)
9. Digantungkan pada leher Erlenmeyer kemudian ditutup sedemikian rupa
hingga kertas tidak kontak dengan cairan dalam Erlenmeyer
10. Dipanaskan diatas penangas air dengan suhu 50 c selama 15 menit
11. Apabila warna kuning pada kertas pikrat berubah menjadi merah, berarti
dalam sampel terdapat HCN
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil

NO Nama Sampel Sebelum Sesudah Keterangan

1. Sampel Qtela Tidak positif karena


tidak terjadi
perubahan warna

2. Sampel Potabee Tidak positif karena


tidak terjadi
perubahan warna

Tidak positif karena


3. Sampel Chitato tidak terjadi
perubahan warna

4. Sampel Kusuka Tidak positif karena


tidak terjadi
perubahan warna
5. Cazva Tidak positif karena
tidak terjadi
perubahan warna

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan pengujian uji analisis
zat bermanfaat dan zat beracun pada makanan (uji sianida) yaitu dengan sampel
snack singkong (Qtela) dengan menggunakan larutan asam tatrat, asam pikrat dan
natrium bikarbonat.
Asam sianida adalah zat molecular yang kovalen, namun mampu
terdosiasi dalam larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun
kurang beracun dari H2S), tidak berwarna dan terbentuk bila sianida direaksikan
dengan sianida dalam larutan air, HCN adalah asam yang sanat lemah, lartuan
sianida yang larut terhidrolisis tidak terbatas namun cairan murninya adalah asam
yang kuat. Hidorgen sianida murni mempunyai sifat tidak berwarna, mudah
menguap pada suhu kamar, dan mempunyai bau yang khas,. Hidrogen sianida
mempunyai berat molekul yang ringan, sukar terionisasi, mudah berdifusi dan
cepat dserap melalui paru-paru, saluran cerna, dan kulit (Depkes RI, 1989)
Uji sianida merupakan metode analisis standar untuk mendeteksi
kandungan sianida pada sampel uji dalam jumlah renik (Hlaing et al, 2016).
Prinsip pengujian ini adalah asam sianida larut dalam air, dalam suasana asam
sianida akan menguap, lalu uap asam sianida akan bereaksi dengan pikrat
membentuk warna merah bata (Karima, 2015)
Sebelum masuk pada tahap pengerjaan pertama dilakukan penyiapan alat
dan bahan, dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%. Penggunaan alkohol 70%
pada alat bertujuan untuk sterilisasi alat, menghindari terjadinya kontaminasi pada
alat yang akan digunakan. Menurut Sudjaswadi, R., (2002) penggunaan alkohol
70% untuk membersihkan alat karena alkohol bekerja lebih cepat dibanding air
untuk membunuh kuman/mikroba, sedangkan menurut Pratiwi, (2008) alkohol
70% dapat mempercepat proses pembersihan alat dari mikroorganisme.
Langkah kedua dilakukan pengerusan sampel hingga halus kemudian
sampe yang sudah halus ditimbang sebanyak 15 gram menurut Atmojo, (2011)
penimbangan penting dilakukan Karena untuk menghindari kesalahan saat
pengukuran bobot/massa suatu bahan yang akan ditimbang. Selanjutnya sampel
yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer setelah itu sampel
dilarutkan dengan aquadest sebanyak 20 mL dan ditambahkan asam tatrat
sebanyak 10 mL menurut Kurnia, (2012) penggunaan asam tatrat bertujuan untuk
menghasilkan uap asam sianida sedangkan menurut Diniyah (2015), Tujuan
penambahan asam tartarat ialah untuk menghasilkan uap HCN yang terkandung dalam
sampel yang akan diuji. Setelah itu di gunting kertas saring dengan berukuran 1×7
cm kemudian kertas saring yang sudah di gunting tadi dicelupkan kedalam
larutan asam pikrat jenuh. Menurut Diniyah (2015), tujuan penambahan larutan
asam pikrat jenuh yaitu saat HCN menguap maka asam pikrat pada kertas saring
akan menyerap uap HCN dalam kertas saring. Menurut Novita (2016), proses
pembuatan kertas pikrat ini bertujun supaya uap HCN terperangkap di dalam
kertas pikrat sehingga uap HCN yang dihasilkan dapat mengubah kertas saring
yang semula berwarna kuning menjadi merah bata. Kertas saring lalu dikeringkan
pada suhu ruangan, kertas saring yang dicelupkan pada asam pikrat akan berubah
warna menjadi kuning, diakibatkan karena warna dasar dari larutan asam pikrat
yang berwarna kuning
Langkah selanjutnya Kertas saring yang telah kering kemudian dicelupkan
ke dalam larutan natrium karbonat (Na2CO3) dengan tujuan saat uap HCN yang
telah diserap oleh asam pikrat pada kertas saring. Menurut Diniyah (2015), fungsi
natrium karbonat (Na2CO3) ialah untuk mengikat uap HCN dan membentuk reaksi
warna. Kertas saring lalu ditepuk-tepuk untuk meniriskan larutan natrium
karbonat. Kemudian kertas saring digantung pada erlenmeyer yang terdapat
sampel, lalu dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit. Menurut Yulida
(2017), pemanasan dilakukan agar mempercepat proses penguapan dan perubahan
warna yang akan terjadi, Perubahan warna pada kertas saring dari kuning menjadi
merah menunjukan adanya kandungan HCN.
Dari hasil yang kami dapatkan pada praktikum kali ini bahwa kelima
sampel snack singkong (Qtela, kusuka, potabee, chitato, dan cazva) yang diuji
tidak ada yang terdapat adanya kandungan sianida, karena kertas saring yang
diletakkan dileher labu Erlenmeyer tidak berubah warna menjadi merah bata.
Adapun kemungkinan kesalahan dalam praktikum kali ini yaitu salah
dalam melakukan pemasukan larutan uji kedalam sampel, keliru dalam
penimbangan yang dilakukan dan tidak konsisten dalam melakukan praktikum.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Kimia Farmasi II percobaan Uji Analisis Zat
Bermanfaat dan Zat Beracun Pada Makanan “Sianida”, dapat disimpulkan bahwa :
Berdasarkan uji analisis kualitatif penentuan HCN dilakukan metode kertas pikrat
sebagai kertas indikator untuk mementukan ada atau tidaknya sianida yang
terkandung dalam sampel Qtela. Kertas pikrat ini sebelumnya dari kertas saring
yang telah dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh. Warna awal kertas
pikrat yaitu warna kuning setelah dicelupkan dan akan berubah warna merah bata
jika kertas pikrat tersebut terkena uap sianida atau HCN. Perubahan warna kertas
pikrat dari kuning ke merah bata merupakan hasil reaksi antara ion pikrat (PO -)
dengan ion H+ dari sianida. Reaksi ini akan terjadi jika asam pikrat dan HCN
mengion. Karena H+ setara dengan HCN, maka perubahan warna kertas pikrat
merupakan fungsi dari konsentrasi HCN.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Jurusan
Untuk jurusan, diharapkan agar fasilitas yang di guanakan pada saat
praktikum lebih di perhatikan, dengan melengkapi alat-alat yang masih kurang
seperti timbangan karena pada saat praktikum para praktikan selalu mengantri dan
bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
5.2.2 Saran untuk Asisten
Untuk asisten, agar kiranya dapat terjalin kerja sama yang lebih baik
dengan membimbing dan mengayomi praktikan serta menjadi teladan yang baik
untuk praktikan dan dapat membantu praktikan untuk memahami hal-hal yang
belum dimengerti, semakin semangat dan tetap menjalin hubungan baik dengan
praktikan.
5.2.3 Saran untuk Praktik
Untuk praktikan, diharapkan agar praktikan senantiasa belajar dengan baik
untuk mempersiapkan praktikum yang akan dilaksanakan, dapat mengikuti
praktikum dengan baik dan senantiasa selalu mengikuti arahan dan aturan yang
sudah ditetapkan. Selain itu, praktikan juga diharapkan agar fokus dan serius
mengikuti praktikum.

Anda mungkin juga menyukai