Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

berbagai bidang. Menurut Helmi (2012) fraktur merupaka istilah dari hilangnya konstinuitas

tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum,

fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma dan tenaga fisik.Fraktur adalah

patah tulang, biasanya di sebabakan trauma atau tenaga fisik (Pendit 2006).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan pengalaman nyata pada penulis untuk melakukan penatalaksanaan pada


pasien fraktur

2. Tujuan Khusus

Laporan Karya tulis Ilmiah ini di buat untuk :

a. Melakukan pengkajian pada.

b. Merumuskan dan menegakan diagnosa keperawatan.

c. Menyusun Intervensi keperawatan

d. Melakukan implementasi.

Melakukan evaluasi.
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa .

Fraktur merupakan gangguan sistem muskuluskeletal, dimana terjadi

pemisahan atau patahnya tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

(Doenges E Marilyn, 2000).

B. Anatomi dan Fisiologi


C. Etiologi dan predisposisi

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan,


terutama tekanan membengkok, memutar, dan menarik. Trauma muskuloskeletal
yang dapat mengakibatkan fraktur adalah :

1) Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi

fraktur pada daerah tekanan. Frakur yang terjadi biasanya bersifat komunitif

dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Misalnya karena trauma yang

tiba tiba mengenaii tulang dengan kekuatan dengan kekuatan yang besar dan

tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga

terjadi patah

2) Trauma tidak langsung

Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan kedaerah yang

lebih jauh dari daerah fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat

menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap

utuh, tekanan membengok yang menyebabkan fraktur transversal, tekanan

berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik

3) Trauma patologis

Trauma patologis adalah suatu kondisi rapuhnya tulang karena proses

patologis. Contonya
a) Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsorbsi tulang melebihi kecepatan

pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadi keropos secara cepat

dan rapuh sehingga mengalami patah tulang, karena trauma minimal.

b)Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum sum tulang yang disebabkan

oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain

dan beredar melalui sirkulasi darah.

c) Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak/ menipisnya bantalan sendi dan

tulang rawan. (Arif Muttaqin, 2008)

D. Pathofisiologi

Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan

ketidakseimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur tertutup atau terbuka.

Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak sedangkan fraktur terbuka

disertai dengan kerusakan jaringan lunak seperti otot, tendon, ligamen dan

pembuluh darah. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 )

Tekanan yang kuat dapat terjadi multiple fraktur terbuka karena fragmen

tulang keluar menembus kulit dan menjadi luka terbuka serta peradangan yang

dapat memungkinkan infeksi, keluarnya darah dapat mempercepat perkembangan

bakteri. Tertariknya segmen karena kejang otot pada area fraktur sehingga

disposisi tulang. Multiple fraktur terjadi jika tulang dikarnakan oleh stres yang

lebih besar dari yang dapat di absorbsinya. Multiple fraktur dapat disebabkan oleh

pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan

kontraksi otot ekstrim. Meskipun tulang patah jaringan disekitarnya akan


terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan keotot dan sendi,

ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat

mengalami cidera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen

tulang. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 )

E. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala dari multiple fraktur antara lain sebagai berikut :

1. Nyeri terus menerus sampai tulang diimobilisasi

2. Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian yang tidak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah ( gerakan luar biasa ) bukannya

tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau

tungkai menyebabkan deformitas ( terlihat maupun teraba ) ekstermitas yang

dapat diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas yang normal,

ekstermitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot

tergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.

4. Saat ekstremitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antra fragmen satu dengan

yang lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal, pada kulit terjadi sebagai akibat

trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi

setelah beberapa jam atau hari setelah cidera. ( Smeltzer,


Suzanne C. 2001 )

F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

a. Recognisi atau pengenalan adalah riwayat kecelakaan derajat

keparahannya, prinsip pertama yaitu mengetahui dan menilai keadaan

fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis

b. Reduksi adalah usaha manipulasi fragmen tulang patah untuk kembali

seperti asalnya, reduksi ada dua macam yaitu reduksi tertutup ( tanpa

operasi), contohnya dengan traksi dan reduksi terbuka (dengan operasi),

contohnya dengan fiksasi internal dengan pemasangan pin, kawat,sekrup

atau batangan logam

c. Retensi adalah metode untuk mempertahankan fragmen selama

penyembuhan, dengan fiksasi internal maupun fiksasi eksternal, contohnya

GIPS yaitu alat immobilisasi eksternal yang kaku dan dicetak sesuai

bentuk tubuh yang dipasang.

d. Rehabilitasi dimulai segera dan sesudah dilakukan pengobatan untuk

menghindari kontraktur sendi dan atrofi otot. Tujuannya adalah

mengurangi oedema, mempertahankan gerakan sendi, memulihkan

kekuatan otot, dan memandu pasien kembali ke aktivitas normal

e. ORIF yaitu pembedahan untuk memperbaiki fungsi dengan

mengembalikan stabilitas dan mengurangi nyeri tulang yang patah yang

telah direduksi dengan skrap, paku, dan pin logam


f. Traksi yaitu pemasangan tarikan ke bagian tubuh, beratnya traksi

disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. ( Smeltzer, Suzanne C.2001)

G. Komplikasi

Komplikasi fraktur meliputi

1) Komplikasi Awal

a. Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,

cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada

ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,

perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

b. Kompartement Syndrom

Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi

karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam

jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang

menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari

luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.

c. Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering

terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel

lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan

gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.

d. Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada

trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke

dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga

karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

e. Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak

atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali

dengan adanya Volkman’s Ischemia.

f. Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya

oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur. (Arif Muttaqin, 2008 )

dan reimobilisasi yang baik. ( Arif Muttaqin, 2008 ).

H. konsep askep

a. Pengumpulan Data

1) Anamnesa

a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal

masuk rumah sakit, diagnosa medis.

b) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut

bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan

c) Tindakan Prehospital

Ada atau tidaknya pelayanan sebelum masuk RS

d) Triage

Merah, kuning, hijau, hitam

e) Kategori triage

Prioritas utama pengobatan, bias menunggu pengobatan, ringan, meninggal/tidak

dapat diselamatkan

f) Klasifikasi kasus

Sistem muskulokoletal, system respirasi, system perkemihan

b. Pengkajian Primer

a) Airway : lakukan observasi pada gerakan dada, apakah ada gerakan dada atau

tidak. Apabila ada gerakan dada spontan berarti jalan napas lancer atau paten .
apabila tidak ada gerakan dada walaupun diberikkan bantuan nafas artinya terjadi

sumbatan jalan napas.

b) Breathing : observasi kemampuan mengembang paru adakah pengembangan

paru spontan atau tidak

c) Circulation : lakukan pengkajian denyut jnadi, dengan melakukan palpasi pada

nadi radialis, apabila tidak teraba gunakan nadi brachialis, apabila tidak teraba

gunakan nadi carotis. Apabila tidak adanya denyutan menunjukan gangguan fungsi

jantung.

d) Lakukan pengukuran ttv : td, nadi, suhu, jumlah pernafasan.

e) Disabillty : (GCS : M= V= E= ) kesadaran

f) Exposure : control pada kasus trauma

c. Pengkajian Sekunder

a) Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab

fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-

penyakit tertentu seperti kanker tulang yang menyebabkan fraktur patologis yang sering

sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko

terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses

penyembuhan tulang

b)Alergi : apakah pasien memiliki riwayat alergi


Pemeriksaan Head to toe

Kulit

1. Kulit : Kulit klien memiliki warna yang seragam, tidak bercacat dan tidak ada bau yang
tidak sedap. Memiliki turgor kulit yang baik dan suhu kulit dalam batas normal.
2. Rambut : Rambut klien tebal, rambut halus merata dan memiliki jumlah rambut tubuh
yang bervariasi. Juga tidak ada tanda-tanda infeksi dan infestasi yang dapat diamati.
3. Kuku : Klien memiliki kuku berwarna coklat muda dan memiliki bentuk kurva cembung.
Halus dan utuh dengan epidermis. Ketika kuku ditekan di antara jari-jari (Tes Pucat),
kuku kembali ke warna biasa dalam waktu kurang dari 4 detik.
Kepala

1. Kepala : Kepala klien berbentuk bulat; normocephalic dan simetris.


2. Tengkorak : Tidak ada nodul atau massa dan depresi saat diraba.
3. Wajah : Wajah klien tampak halus dan memiliki konsistensi seragam dan tanpa adanya
nodul atau massa.
Mata dan  Visi

1. Alis : Rambut didistribusikan secara merata. Alis klien sejajar secara simetris dan
menunjukkan gerakan yang sama saat diminta untuk menaikkan dan menurunkan alis.
2. Bulu mata : Bulu mata tampak terdistribusi secara merata dan sedikit melengkung ke
luar.
3. Kelopak mata : Tidak ada kotoran, tidak ada perubahan warna dan kelopak mata
menutup secara simetris dengan kedipan tidak disengaja sekitar 15-20 kali per menit.
4. Mata
 Konjungtiva Bulbar tampak transparan dengan sedikit pembuluh kapiler yang
terlihat.
 Sklera tampak putih.
 Konjungtiva palpebra tampak berkilau, halus dan merah muda.
 Tidak ada edema atau robeknya kelenjar air mata.
 Kornea transparan, halus dan berkilau dan detail iris terlihat. Klien berkedip saat
kornea disentuh.
 Pupil matanya berwarna hitam dan ukurannya sama. Irisnya datar dan bulat. PERRLA
(pupil sama bulat menanggapi akomodasi cahaya), pupil menyempit saat diterangi
dan tidak diterangi. Pupil mengerut saat melihat objek dekat dan melebar pada
objek yang jauh. Pupil berkonvergen saat benda digerakkan ke arah hidung.
 Saat menilai bidang visual periferal, klien dapat melihat objek di pinggiran saat
melihat lurus ke depan.
 Saat menguji Otot Ekstraokular, kedua mata klien secara terkoordinasi bergerak
serentak dengan kesejajaran paralel.
 Klien dapat membaca kertas koran yang dipegang pada jarak 14 inci.
Telinga dan Pendengaran

1. Telinga : Auricles simetris dan memiliki warna yang sama dengan kulit wajahnya. Daun
telinga sejajar dengan canthus luar mata. Saat meraba tekstur, daun telinga bergerak,
kencang dan tidak empuk. Pinna akan mundur saat dilipat. Selama penilaian uji detak
jam, klien dapat mendengar detak di kedua telinga.
Hidung dan Sinus

1. Hidung : Hidung tampak simetris, lurus, dan warnanya seragam. Saat dipalpasi ringan,
tidak ada nyeri tekan dan lesi
2. Mulut:
 Bibir klien berwarna merah muda seragam; lembab, simetris dan memiliki tekstur
yang halus. Klien bisa mengerutkan bibir saat diminta bersiul.
 Gigi dan Gusi: Tidak ada perubahan warna pada email gigi, tidak ada retraksi pada
gusi, berwarna merah muda pada gusi
 Mukosa bukal klien tampak berwarna merah muda seragam; lembab, lembut,
berkilau dan bertekstur elastis.
 Lidah klien diposisikan secara terpusat. Warnanya merah muda, lembab dan agak
kasar. Adanya lapisan keputihan tipis.
 Langit-langit halus berwarna merah muda terang dan halus sedangkan langit-langit
keras memiliki tekstur yang lebih tidak teratur.
1. Uvula klien terletak di garis tengah langit-langit lunak (soft
 palate).
2. Leher :
 Ukuran otot lehernya sama. Klien menunjukkan gerakan kepala yang halus dan
terkoordinasi tanpa rasa tidak nyaman.
 Kelenjar getah bening klien tidak teraba.
 Trakea tepat di garis tengah leher.
 Kelenjar tiroid tidak terlihat saat diperiksa dan kelenjar naik saat menelan tetapi
tidak terlihat.
Thorax, Lungs, dan Abdomen

1. Paru-paru / Dada : Dinding dada utuh tanpa nyeri dan massa. Ada ekspansi penuh dan
simetris dan ibu jari terpisah 2-3 cm selama inspirasi dalam saat menilai perjalanan
pernapasan. Klien memanifestasikan pernapasan yang tenang, ritmis, dan tanpa usaha
yang berarti.
2. Tulang belakang sejajar secara vertikal. Pundak dan pinggul kanan dan kiri memiliki
tinggi yang sama.
3. Jantung : Tidak ada pulsasi yang terlihat di area aorta dan pulmonal. Tidak ada heaves
atau lift.
4. Abdomen : Abdomen klien memiliki kulit yang tidak bercacat dan warnanya seragam.
Perut memiliki kontur yang simetris. Ada gerakan simetris yang disebabkan terkait
dengan respirasi klien.
 Vena jugularis tidak terlihat.
 Ketika kuku ditekan di antara jari-jari (Tes Pucat), kuku kembali ke warna biasa
dalam waktu kurang dari 4 detik.

Ekstremitas

1. Ekstremitas simetris dalam ukuran dan panjang.


2. Otot : Otot tidak teraba dengan tidak adanya tremor. Biasanya kokoh dan menunjukkan
gerakan yang halus dan terkoordinasi.
3. Tulang : Tidak ada kelainan bentuk tulang, nyeri tekan dan bengkak.
4. Sendi : Tidak ada bengkak, nyeri tekan dan sendi bergerak dengan lancar.

c) Tindak lanjut : ( Pindah ICU, ruangan, kamar jenazah.)

d) Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur adalah sebagai

berikut:

1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,

pemasangan traksi, stress/ansietas

2. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma

jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskular, nyeri,


4. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,sekrup)

5. Defisit perawatan diri b/d kelemahan neuromuskular, penurunan kekuatan dan

kesadaran, serta kehilangan kontrol otot

6. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler,

edema, pemb, pembentukan trombus)

7. Resiko kekurangan volume cairan b/d ketidakadekuatan intake dan output cairan

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi tidak adekuat
Contoh Askep

Data Pasien
Nama: Tn . S
Jenis Kelamin : laki laki
Umur: 25 tahun
No RM

Keluhan Utama : : Tn S masuk IGD dengan keluhan fraktur tibia +dextra setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas

Waktu kedatangan :pasien datang hari senin tanggal 12 maret 2022

Transportasi : pasien datang di antarkan oleh taxi

Kondisi datang : Tn S datang ke IGD, saat datang Nampak fraktur tibia pada kaki sebelah

kiri

Tindakan Pre Hospital: tidak ada

Triage: kuning
Kesadaran: compos mentis
Kategori triage: gawat tapi tidak darurat
Klasifikasi kasus: trauma muskulokoletal

Pengkajian Primer

Airway: tidak terdapat akumulasi darah pada jalan napas, jalan napas paten
Breathing: RR: 28x/m, tidak ada tetraksi dinding dada, bunyi napas normal.

Circulation: terdapat pendarahan massif daerah fraktur

TD: 110/80

Nadi: 110x/m

Crt: >3 detik

Mukosa bibir pucat, konjungtiva Nampak kemerahan, acral teraba hangat,

terpasang cairan infus Nacl 0,9 %

Disability: (GCS) M: 6 V:5 E: 4 = 15


Kekuatan otot : 5555:

Eksposure: composmentis

Pengkajian Sekunder

S : pendarahan pada daerah fraktur, crt >3detik, pucat akral teraba hangat, terpasang cairan
infus Nacl 0,9 %
A : pasien tidak memiliki alergi
M :menggunakan obat antibiotic profilaksi untuk menurunkan risiko infeksi
P:
L : pasien mengomsumsi nasi , sayur bayam
E :pasien mengalami kecelakaan lalu lintas yg menyebabkan fraktur terbuka dibagian tibia
Pengkajian Head to Toe

Kepala: terdapat hematom dikepala, dan luka lecet diwajah

Leher: tidak ada kaku kuduk, pergerakan leher bebas, tidak ada peningkatan jvp
Thoraks: dada simetris kiri kanan, pergerakan dada simetris,

Abdomen : tidak ada luka, tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada pendarahan
abdomen

Ekstremitas : terdapat patah tulang di ektremitas bawah sebelah kiri, pasien mengeluh
nyeri

Integumen: turgor kulit normal, warna kulit sawo matang, kulit kering, ada luka.

Pemeriksaan Penunjang & Terapi Medis

Radiologi Laboratorium Darah Pemeriksaan Lain Terapi Medis

 Foto rontgen Hb menurun CT SCAN  Pemberian


Terdapat patah Hb 13.2g/dl ( obat
tulang Hematokrit: 40% antibiotic
Leukosit:9.9/ribu/ul profilaksi
untuk
menurunkan
risiko infeksi

Tindak Lanjut: pasien masuk ruangan OK


Masalah Keperawatan, Intervensi & Tindakan Keperawatan dan Evaluasi

Waktu Masalah Keperawatan Intervensi dan tindakan Evaluasi


keperawatan

Senin12 Risiko infeksi tinggi  Pemberian obat S. : -


maret 2022
antibiotic profilaksi O: suhu ; 37,5

 Pemberian oksigen A: masalah


keperawatan
nasal kanul 3 LPM
belum teratasi
 Membersihkan area
P: intervensi
luka menggunakan 1,2,3,4,5
dilanjutkan
kain kasa

 Memberikan cairan

infus RL 20 tetes/

menit

 Mengobservasi ttv

 Mempertahankan tirah

baring selama fase

akut.

Nyeri akut S: pasien


 Pemberian obat mengeluh nyeri

analgetik ( obat O: wajah pasien


tampak meringis
ketorolac/8jam)
 Mengoservasi ttv: A: masalah
belum teratasi
Td: 110/80
P: lanjutkan
Suhu: 37,5 intervensi
Nadi :

Rr :

 Berikan teknik non

farmakologi(
20

Anda mungkin juga menyukai