Anda di halaman 1dari 3

OPINI

Ketika Tuhan di Pakai Beropini

Pemerintah sudah mengingatkan lonjakan covid semenjak sebelum lebaran bahkan mendekati
lebaran sudah mulai banyak penjagaan, tapi hasilnya barisan jihad pulang kampung menerobos
brigade polisi dan pagar-pagarnya. “ Siapa yang menjamin, saya bisa bertemu emak tahun depan
? apa negara mau tanggung jawab ? sungkem itu wajib, berbakti itu wajib”, Allahu Akbar, lalu
bubarlah polisi tak bisa membendung laju mereka.

Percaya itu bebas,percaya agama, percaya mistis, percaya demokrasi dsb semua itu tak perlu
penjelasan dan tidak harus logis, Percaya Michael Jackson masih hidup juga ga masalah, percaya
Nikita Mirzani masih perawan juga boleh, sama sekali tidak ada yang melarang walau ada fakta
berbicara. Di era pandemik seperti ini kita dihadapkan pada berbagai berita dan dongeng, mana
yang mau dipercaya jadi bingung.

Jangan vaksin, karena vaksin itu sebenarnya penanaman microchip yang sistemnya sedang
dibangun dan kelak semua orang di dunia ini akan dibuat seperti robot. Lalu saya berpikirapa yang
disadap dari hidup saya yang hanya kaum rebahan, ngopi, nongkrong dan ghibah. Tapi perlu
dipahami yang punya alasan adalah gagasan, opini, kenapa kalau makan kambing bisa
menyebabkan darah tinggi, faktanya bagaimana ?

Faktanya menurut peneliti dari Alabama Cooperative Extension System (ACES), daging kambing
memiliki komposisi gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging-daging yang lain. Yang
menyebabkan daging kambing jadi momok adalah cara masaknya yang salah, penambahan kecap
yang berlabih, garam, daging yang digoreng, dibakar dsb. Nah dari sinilah saat kita berbicara
dengan seseorang sodorkanlah pikiran dan alasannya dan terserah orang itu nanti akan setuju atau
tidak, kembali lagi hak dia, tapi paling tidak kita sudah menghadirkan dialog. Tapi kepercayaan
tak perlu dialog.
Lebih repot lagi kalau ada orang berbicara membawa nama Tuhan, ya suka-suka dia jadinya. Bua
tapa Vaksin harus dilakukan, Vaksin itu haram ada babinya, Tuhan itu punya Kun Fa Yakun, kalau
kamu mau mati sekarang ya matilah kamu, kenapa harus jaga jarak ? kalau Tuhan menghendaki
kamu tertular Covid-19 ya tertular meski kamu bersembunyi didalam gua bawah tanah, bahkan
kalau kamu minum kopi yang telah dicampur dengan virus Covid-19 kalau Tuhan ga menghendali
ga bakalan kena Covid.

Fakta-fakta diatas membuat para sains lelah, membuat negara seolah autopilot tanpa pengendali,
jika disimak per tanggal 24 juni 2021 saja yang terinfeksi diindonesia mencapai 20.000 kasus, yak
arena rasa tercovidkan itu lagi, belum pemerintah yang galau. Mau Contoh lagi ? kalau sudah bawa
nama Tuhan segerombolan orang yang membela kaumnya yang divonis 4 tahun penjara ga terima
bisa membuat keruunan semesta, Covid itu apa ? pemimpin kita ini dipenjara, dzalim itu, teriak
mereka. Dalam pikiran mereka kalau Tuhan berkehendak maka virus itu ga ada, yang punya obat
itu Tuhan, yang punya penyakit itu Tuhan, yang punya pengetahuan itu Tuhan, lha apa guna Tuhan
? hal-hal yang ga masuk akal saja terjadi, wanita bisa hamil tanpa disentuh, orang mati bangkit
lagi, orang dimakan ikan hidup-hidup masih bisa sehat, jadi sebutkan apa yang tidak mungkin dari
Tuhan ? yang waras wajib mengalah, yang waras ya sudah senyumin saja, kalau Tuhan sudah
dibawa, kita tak bisa apa-apa.

Jrx menjadi kiblat sebuah pemberontakan anticovid, karena mereka menganggap kematian covid
itu masih dibawah 3% dibandingkan dengan angka kematian karena kecelakaan. Orang Indonesia
ini hobi sekali menantang maut apalagi cuma Covid, naik motor tanpa helm, naik mobil tanpa
mobil, naik genteng tanpa pengaman, apalagi untuk makhluk kecil yang tidak terlihat. Tapi tunggu
dulu, Faktanya yuk kita jalan-jalan di rumah sakit, tenda-tenda darurat mulai didirikan, rumah sakit
mulai mengumumkan kamar-kamar yang sudah penuh. Di negara lain sudah mulai buka masker,
sudah mulai berani mengadakan konser, dinegara kita sedang berseteru bahwa covid itu tentara
Allah, bahwa Covid itu konspirasi, bahwa covid itu plandemi.

Seandainya Covid bisa diselesaikan dengan doa maka sejak maret tahun lalu seharusnya sudah
tidak ada, apa yang terjadi sekarang ? lonjakan luar biasa dan nampaknya perjalanan kita masih
panjang untuk tuntas dari Covid.
Panjang lebar kita berbicara tentang konspirasi, teori Tuhan, teori kematian tidak aka nada
habisnya. Ayo kita mulai dari diri sendiri untuk selalu menjaga kesehatan : jaga jarak,pakai
masker, cuci tangan jangan lelah. Waspada selalu, jika merasa sudah mulai demam, batuk, pilek
mulailah kedokter dan dirumah saja, konsultasikan sejak dini jangan terlambat. Jangan dengarkan
orang lain yang tidak kompeten, mulailah menyaring berita-berita dan informasi, jangan asal
percaya hoax. Perjalanan kita masih panjang untuk bebas berjabat tangan apalagi menggelar
konser di GBK

Anda mungkin juga menyukai