Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 A9

KLASIFIKASI KEMATANGAN MANGGA


MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN
LEVENBERG MARQUARDT
Imam Machroz 1) Wina Apriliani 2) Lawan 3) Reza Saputra 4)
Rosita 5)Nur Afny Catur Andryani6)

Teknik Informatika Universitas Tanri Abeng


Jalan Swadarma Raya No. 58, Jakarta 12250 Indonesia
email : imam_m@student.tau.ac.id1)wina.apriliani@student.tau.ac.id2)lawan@student.tau.ac.id3)
reza.saputra@student.tau.ac.id4)rosita@student.tau.ac.id5)nur.afny@tau.ac.id6)

ABSTRACT ton, 2.3 ton, 2.1 ton, dan 2.4 ton[1][2]. Setiap tahun produksi
Indonesia can produce mangoes with millions of buah mangga terus meningkat.
kilograms per year. Therefore, it is possible that Indonesia Selain untuk komsumsi dalam negeri (domestik),
could become one of the largest mango exporting Indonesia juga mengekspor mangga ke beberapa negara,
countries in ASEAN or Asia. Thus, maintaining the quality yaitu Taiwan, Singapura, Hongkong, Jepang, dan Timur
of the product becomes the main value. Typically, the Tengah. Dikarenakan banyaknya permintaan buah mangga
methods undertaken to identify mango levels of maturity di dalam maupun luar negeri, kualitas dari buah mangga
(quality) are by direct visual observation. It is considered tersebut sangat perlu diperhatikan dengan cara menyortir
less effective and accurate to identify mangoes in large buah tersebut sesuai tingkat kematangan/mutu buahnya.
quantities. With the advantages of technological Metode manual yang biasa dilakukan untuk
development, we built an alternative method by building a mengidentifikasi tingkat kematangan buah mangga yaitu
mango mango identification calculation system using dengan memeriksa berdasarkan penampilan dan aroma
artificial neural network with Lavenberg-Marquardt buah tersebut serta memeriksa melalui sentuhan. Metode
backpropagation learning method. The images used are ini dianggap kurang efektif jika dilakukan untuk menyortir
images taken from mangoes identified by color values, tingkat kematangan buah mangga dalam jumlah yang
standard deviations, slopes, entropy values, and kurtosis sangat banyak. Maka dari itu dengan memanfaatkan
values. The resulting weight value will be used to classify teknologi informasi, kami membuat suatu sistem
mango maturity into 4 (four) levels which are raw, semi- komputasi untuk mengidentifikasi tingkat kematangan
cooked, ripe and very ripe. The results of this study are buah mangga menggunakan metode jaringan syaraf tiruan
expected to be applied to the system of mango maturity dengan metode pembelajaran backpropagation dan
level identification in large quantities quickly to be algoritma pemrograman Lavenberg-Marquardt.
exported to countries in various parts of the world. Cara komputasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
pengamatan visual tidak langsung menggunakan kamera
Keywords sebagai pengolah citra dari gambar yang direkam untuk
kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak
Tingkat Kematangan Buah Mangga, Jaringan Syaraf komputer. Objek yang diamati yaitu buah mangga dengan
Tiruan, Backpropagation, Lavenberg-Marquardt tingkat kematangan yang berbeda dan diidentifikasi
berdasarkan nilai warna Red (dari representasi warna
RGB), nilai standar deviasi, nilai skewness, nilai entropi,
1. Pendahuluan dan nilai kurtosis. Hasil nilai bobot yang ada akan
Buah mangga adalah buah dengan jumlah produksi digunakan untuk mengelompokkan tingkat kematangan
terbanyak kedua di Indonesia. Menurut Kementerian buah menjadi 4 (empat) tingkat yaitu mentah, mengkal,
Pertanian Direktorat Jenderal Holtikultura, jumlah matang, dan terlalu matang.
produksi mangga di Indonesia pada tahun 2010, 2011,
2012, 2013, dan 2014 berturut-turut adalah 1.3 ton, 2.1

55
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 A9

2. Landasan Teori fungsi aktivasi, metode pembelajaran, serta algoritma


pembelajaran yang digunakan[5].
2.1 Pengolahan Citra Digital
1. Arsitekur Jaringan Syaraf Tiruan
Pengolahan citra atau (image processing) merupakan Pada arsitektur jaringan syaraf tiruan terdapat
suatu pemrosesan piksel-piksel di dalam citra digital untuk komponen lapisan yang berperan penting. Lapisan-lapisan
pengambilan citra dan memperbaiki kualitas gambar yang itu diantaranya lapisan masukan, lapusan tersembunyi, dan
memiliki gangguan (cacat, kabur, kurang tajam, terlalu lapisan keluaran. Salah satu model arsitektur jaringan
kontras, dan lain sebagainya) agar dapat dapat dipahami syaraf tiruan ini adalah arsitektur Backpropagation.
oleh manusia dan komputer[3]. Seperti halnya model JST lain, Backpropagation
Dalam prakteknya terdapat beberapa proses melatih jaringan agar mampu mengenali pola dan
pengolahan citra, diantaranya yaitu histogram citra, memberikan tanggapanyang benar terhadap pola masukan
perbaikan kulitas citra, segmentasi citra, ekstraksi ciri yang serupa (tapi tidak sama) dengan pola yang dipakai
citra, operasi morfologi citra dan lain-lain. Salah satu yang selama pelatihan.
diterapkan dalam penelitian ini adalah ekstraksi ciri. Garnbar 1. dibawah ini merupakan arsitektur
Ekstraksi ciri merupakan tahapan mengekstrak backpropagation dengan sejumlah masukan (x), sebuah
ciri/informasi dari objek di dalam citra yang ingin layar tersembunyi (z), serta unit keluaran (y). Garis vji
dibedakan dengan objek lainnya. Ciri yang telah diekstrak adalah bobot garis dari unit masukan xi ke unit layar
kemudian digunakan sebagai parameter untuk tersembunyi (zj). Garis wmp merupakan bobot dari unit
membedakan antara objek yang satu dengan yang lainnya layar tersembunyi (zj) ke unit keluaran yk.
pada tahapan identifikasi/klasifikasi.
1. Ekstraksi Ciri Warna (True Color)
Setiap piksel pada citra warna mewakili warna yang
merupakan kombinasi dari tiga warna dasar (RGB = Red
Green Blue). Setiap warna dasar menggunakan
penyimpanan 8 bit, yang berarti setiap warna mempunyai
gradasi sebanyak 255 warna[4].
Representasi warna ini terdiri dari tiga unsur utama
yaitu merah (red), hijau (green), dan biru (blue).
Gabungan tiga warna ini membentuk warna-warna lainnya
berdasarkan intensitas dari masing-masing warna tersebut
Gambar 1. Arsitektur Backpropagation[6]
dengan intesitas maksimal, dan warna hitam merupakan
gabungan dari ketiga warna tersebut dengan intensitas
2. Metode Algoritma Levenberg Marquardt
minimal.
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen
2. Ekstraksi Ciri Tekstur penting lainnya dalam jaringan syaraf tiruan. Dalam
metode pembelajaran ini terdapat algoritma yang berguna
Untuk membedakan tekstur objek satu dengan objek
untuk pemrosesan pengolahan data agar didapatkan suatu
lainnya dapat menggunakan ciri statistik orde pertama
hasil yang sesuai dengan tujuan, seperti pengenalan pola,
yang didasarkan pada karakteristik histogram citra. Ciri
memprediksi suatu keluaran, dan lain sebagainya.
orde pertama umumnya digunakan untuk membedakan
Terdapat beberapa macam metode algoritma
tekstur perulangan pola lokal secara periodik. Ciri orde
pembelajaran, salah satunya yaitu Levenberg Marquardt
pertama antara lain: mean, variance, skewness,
yang diterapkan pada penelitian ini.
kurtosis, dan entropy.
Algoritma Levenberg Marquardt merupakan
pengembangan algoritma backpropagation standar.
2.2 Jaringan Syaraf Tiruan
Algoritma Levenberg Marquardt ini menggunakan
Jaringan syaraf tiruan merupakan metode komputasi pendekatan matriks Jacobi, karena itu Levenberg
yang mempresentasikan fungsi jaringan syaraf pada otak Marquardt mampu mengenali pola tertentu dan lebih cepat
manusia yang mencoba untuk menyimulasikan proses mencapai konvergensi daripada algoritma propagasi balik
pembelajaran dan mengenali sesuatu. Ada beberapa hal biasa.
yang perlu diperhatikan dalam membangun jaringan syaraf Tahap awal untuk mengimplementasikan algoritma ini
tiruan, diantaranya yaitu arsitektur jaringan syaraf tiruan, yaitu perlu dilakukan pengaturan arsitektur jaringan yang
sesuai, hal ini dilakukan agar dapat menekan tingkat error

56
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 A9

pada perhitungan. Selain itu, pengaturan neuron pada • Tahap 7 : pengoreksian bobot
lapisan tersembunyi perlu disesuaikan. Jumlah hidden • Tahap 8 : kembali melakukan Tahap 2 dengan nilai
neuron yang tidak sesuai dapat mengakibatkan kurangnya bobot yang baru.[7]
performa untuk mendeteksi sinyal pada sejumlah data
yang ada.
Menurut Heaton (2008), ada beberapa aturan yang 3. Hasil Percobaan
dapat digunakan untuk menentukan jumlah neuron yang
akan digunakan pada lapisan tersembunyi, diantaranya 3.1 Metodologi dan Perancangan
yaitu:
a. Jumlah hidden neuron harus berada diantara ukuran Dalam penelitian ini akan dilakukan beberapa tahapan,
input neuron dan output neuron. dimana tahapan ini dapat dilihat pada gambar berikut.
b. Jumlah hidden neuron harus 2/3 dari ukuran input
neuron, ditambah ukuran output neuron. Jumlah
hidden neuron harus kurang dari dua kali jumlah
input neuron.
Tahapan secara menyeluruh dari algoritma
Levenbergh Marquartd adalah :
• Tahap 0 : Inisialisasi Bobot dan bias.
• Tahap 1 : Menentukan Parameter yang dibutuhkan.
Parameter faktor input dan bias yang digunakan
sebagai parameter yang dikalikan atau dibagi
dengan parameter levenberg-Marquardt.
• Tahap 2: Perhitungan maju FeedForward (seperti
yang dilakukan Backpropagation)
• Tahap 3 : Menghitung MSE (Mean Square Error).
Gambar 2. Tahapan Perancangan Penelitian
Dengan memnggunkan rumus :
..............................(1) Dalam pengujian sistem, proses dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu proses pelatihan data dan proses
Keterangan: pengujian data hasil dari pembelajaran backporpagation.
n = jumlah error pada matriks error Proses pelatihan berguna untuk memasukkan data
Ei = error ke-i (capture) mangga ke dalam sistem agar dipelajari oleh
• Tahap 4 : menghitung error dan total error pada sistem sehingga sistem dapat mengidentifikasi tingkat
jaringan. kematangannya.
Matriks error adalah matriks yang berisi nilai
kesalahan nilai neuron output terhadap target yang
ingin dicapai.
• Tahap 5 : menghitung matriks jacobian.
• Tahap 6 : mengitung perubahan bobot dan biasnya.

Tabel 1. Tabel Hasil Ekstraksi Ciri Nilai Bobot Mangga

57
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 A9

3.2 Pembahasan nilai tersebut dapat diklasifikasikan secara logika dan


memudahkan sistem dalam melakukan pembelajaran data.
Untuk mengelola dan mengembangkan sistem Untuk medapatkan sistem yang akurat, tentunya perlu
komputasi klasifikasi tingkat kematangan buah mangga, dilakukan beberapa perbandingan persentase proses latih
dibutuhkan sekumpulan data untuk mengidentifikasi dan proses uji pada tahap pengolahan data. Maka dari itu,
permasalahan yang ada. Data yang dibutuhkan adalah dilakukan sebanyak 3 percobaan dengan persentase data
capture gambar mangga yang memiliki tingkat latih serta data uji yang berbeda, yaitu 8:2, 6:4, dan 5:5.
kematangan yang berbeda dari mentah sampai sangat Setiap percobaan pengolahan data dilakukan 10 kali proses
matang. Dalam penelitian ini, digunakan capture gambar pengujian. Hasil prediksi yang harusnya dicapai yaitu 1, 1,
mangga sebanyak 52 buah dengan tingkat kematangan 2, 2, 2, 3, 3, 3, 4, dan 4 secara berurut.Penelitian ini
yang bervariasi, terdiri dari 11 buah mangga mentah, 12 menggunakan JST dengan rancangan arsitektur neuron 2-
buah mangga mengkal, 11 buah mangga matang, dan 10 2-1 yang didapatkan pada trial errordi pelatihan data yaitu
buah mangga terlalu matang. Data ini kemudian diolah learning rate 0.1, fungsi aktivasi logsig untuk hidden layer
untuk dipelajari oleh sistem jaringan syaraf tiruan. dan purelin untuk lapisan keluaran.
Dalam mengidentifikasi tingkat kematangan mangga Setelah disimulasikan, pada percobaan pertama dengan
secara manual sebenarnya mudah untuk perbandingan data latih dan datan uji sebesar 8:2 maka
diimplementasikan, karena hal ini dapat dilihat secara didapat hasil ujudengantingkatkeakuratan sebesar 72 %.
visual dari warna dan secara sentuhan dari tekstur mangga. Pada percobaan kedua, dilakukan proses pengolahan data
Tetapi jika hal ini diimplementasikan pada jumlah mangga dengan perbandingan data latih dan datan uji sebesar 6:4.
yang sangat banyak dirasa kurang efektif. Setelah dilakukan pengujian maka didapat hasil
keakuratan sebesar 60,90 %. Pada percobaan ketiga,
dilakukan proses pengolahan data dengan perbandingan
data latih dan datan uji sebesar 5:5. Setelah dilakukan
pengujian maka didapat hasil keakuratan sebesar 53,75 %.
Dari pengujian di atas, proses data latih dan data uji
dengan perbandingan 5:5 belum bisa diimplementasikan
karena persentase keakuratan hasil uji yang hampir sama
dengan persentase hasil uji yang salah. Pada proses data
(a) (b) latih dan data uji dengan perbandingan 6:4 masih bisa
diimplementasikan karena tingkat persentase kekuratan
hasil uji lebih tinggi dari persentase hasil uji yang salah.
Sampel data yang digunakan pada perbandingan 6:4
adalah sebanyak 30 data, diantaranya 6 data mangga
mentah, 7 data mangga mengkal, 11 data mangga matang,
dan 6 data mangga terlalu matang. Tingkat keakuratan
yang paling baik adalah pada perbandingan data uji dan
data latih sebesar 8:2 dengan persentase 72 %, hal ini
(c) (d) dikarenakan pelatihan data yang diproses lebih banyak dari
Gambar 3. (a) Buah mangga mentah, (b) buah mangga mengkal, (c) buah kedua percobaan sebelumnya.
mangga matang, dan (d) buah mangga terlalu matang

Proses pertama setelah didapatkan gambar mangga


adalah ekstraksi ciri dari buah mangga tersebut. Dalam
penelitian ini, kami menggunakan nilai bobot Red Value,
standar deviasi, skewness, entropi, dan kurtosis sebagai
input. Nilai yang didapat kemudian dinormalisasi dan
dikelompokkan menjadi 4 tingkat kematangan dengan
kode 1 (mentah), 2 (mengkal), 3 (matang), dan 4 (terlalu
matang). Parameter utama yang mejadi patokan dari
tingkat kematangan buah mangga tersebut adalah nilai Red
(representasi RGB). Hal ini dikarenakan parameter dengan

58
Seminar Nasional Teknologi Informasi 2017 A9

Tabel 2. Contoh hasil uji (data perbandingan 8:2)

4. Kesimpulan & Saran penelitian ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
banyak kepada dosen pembimbing penelitian ini yaitu Ibu
4.1 Kesimpulan Nur Afny C. Andryani, S.Si., M.Sc serta teman-teman
yang terlibat dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penelitian ini berhasil membangun sistem REFERENSI
komputasi untuk mengidentifikasi tingkat [1] Promosiana, Anastasia. 2014. Statistik Produksi
kematangan buah mangga berdasarkan nilai warna Holtikultura Tahun 2013. Jakarta: Direktorat jenderal
dan ciri statistik orde pertama (nilai standar deviasi, Holtikultura, Kementerian Pertanian.
[2] Promosiana, Anastasia, dan Hanang Dwi Atmojo. 2015.
skewness, entropi, dan kurtosis) dengan Statistik Produksi Holtikultura Tahun 2014. Jakarta:
menggunakan jaringan syaraf tiruan algoritma Direktorat jenderal Holtikultura, Kementerian Pertanian.
backpropagation dan algoritma pembelajaran [3] Basuki, Achmad. 2005. Metode Numerik dan Algoritma
Levenberg Marquadrt. Komputasi. Yogyakarta: Andi.
[4] Sutoyo, T, dkk. 2009. Teori Pengembangan Citra Digital.
2. Keakuratan dengan implementasi metode Yogyakarta: Andi.
perbandingan uji latih dan uji sebesar 6:4 [5] Kusumadewi, Sri. 2004. Membangun Jaringan Syaraf
dinyatakan cukup baik dengan persentase 60,90 %, Tiruan (Menggunakan Matlab & Excel Link). Yogyakarta:
Graha Ilmu.
sedangakan pada metode perbandingan uji latih dan
[6] Siang, Jong Jek. 2004. Jaringan Syaraf Tiruan dan
uji sebesar 8:2 dinyatakan baik dengan persentase Pemrogramannya Menggunakan Matlab. Yogyakarta: Andi
72 %. [7] Berkah, Aulia Khairunisa. 2016. Pembelajaran Levenberg
Marquardt pada Pendeteksian Kepribadian Berdasarkan
4.2 Saran Tulisan Tangan. Universitas Komputer Indonesia.

Adapun saran untuk perbaikan jurnal ini ialah


diperlukan banyak data latih agar mempengaruhi kinerja
hasil uji lebih baik dengan persentase perbandingan yang
seimbang.

5. Ucapan Terima Kasih


Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena
atas ridho dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan

59

Anda mungkin juga menyukai