Anda di halaman 1dari 11

PROJECT BASED LEARNING

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (AL-QUR’AN DAN HADITS


MATERI : AL-QUR’AN DAN METODE MEMAHAMINYA

NAMA : WAHZUDIN WAHID

SMA TRIGUNA JAKARTA


Jl. Bintaro Permai II No.09 Bintaro – Pesanggrahan
Jakarta Selatan
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Belajar Lapangan yang dilaksanakan di SMA Triguna
Jakarta. Laporan Praktek Belajar Lapangan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan di Program PPG UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil
praktek belajar di SMA Triguna Jakarta. Dengan dilakukannya praktek belajar ini diharapkan dapat
memberikan tambahan pengetahuan untuk lebih mengenal, mengetahui, dan memahami dunia kerja.
Laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini tidak lepas dari adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan
dari pihak lain.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan PBL ini, Oleh karena
itu dengan kerendahan hati penyusun mengharapkan semoga hasil laporan PBL ini dapat memenuhi
syarat sebagaimana yang dimaksudkan serta bermanfaat bagi pembaca umum. Serta kritikan dan saran
yang membangun agar penyusunan laporan PBL ini untuk kedepan nantinya dapat ditingkatkan lagi.

Jakarta, 21 April 2022


Penyusun

Wahzudin Wahid
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Al Quran dan Metode Memahaminya ............................................. 1
1.2 Metode-metode Memahami Al-Quran ............................................ 6
1.3 Contoh metode memahami Al-Quran ............................................. 6

BAB II KEGIATAN BELAJAR/KEGIATAN INTI ...................................... 8


BAB III PENUTUP .................................................................................................15
3.1 Rangkuman ..................................................................................... 15
3.2 Tes Formatif..................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Pendahuluan :
Dalam berbagai kajian tafsir, kita banyak menemukan metode memahami Al-Qur’an yang
berawal dari ulama generasi terdahulu. Mereka telah berusaha memahami kandungan Al-Qur’an,
sehingga lahirlah apa yang kita kenal dengan metode pemahaman Al-Qur’an.
Tafsir adalah satu-satunya ilmu yang berhubungan langsung dengan Nabi, sebab Nabi telah diperintahkan
oleh Allah SWT. Untuk menyampaikan risalah kenabian seperti yang terbukti dari ayat ke-44 surat An-
Nahl : ”…..agar kamu (Muhammad) dapat menjelaskan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada
mereka”. Karena Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab dengan mengikuti cara-cara retorika orang
Arab, maka orang-orang yang hidup sezaman dengan Nabi memahami makna ayat Al-Qur’an serta situasi
ketika diturunkannya.
Ilmu pertama yang lahir di kalangan umat Islam adalah ilmu tafsir. Ia menjadi mungkin (possible)
dan menjadi kenyataan karena sifat ilmiah struktur Bahasa Arab. Ilmu tafsir Al-Qur’an adalah penting
karena ia benar-benar merupakan ilmu asas yang di atasnya dibangun keseluruhan struktur, tujuan,
pengertian, pandangan dan kebudayaan agama Islam. Itulah sebabnya mengapa At-Thabarî (W. 923 M)
menganggapnya sebagai yang terpenting dibanding dengan seluruh pengetahuan dan ilmu. Ini adalah ilmu
yang dipergunakan umat Islam untuk memahami pengertian dan ajaran kitab suci Al-Qur’an, hukum-
hukumnya dan hikmah-hikmahnya. 

Syaikh Muhammad al-Ghazâlî dalam bukunya “ Berdialog dengan Al-Qur’an”  membagi metode
memahami Al-Qur’an menjadi dua, yaitu metode klasik dan metode modern.

a. Metode-Metode Klasik Memahami Al-Qur’an


Kajian-kajian ini berkisar pada usaha-usaha menemukan nilai-nilai sastra, Fiqh, kalam, aspek
sufistik-filosofisnya, pendidikan, dan sebagainya. Ada beberapa macam kecenderungan penggunaan
metode kajian yang dilakukan oleh para ulama salaf, diantaranya adalah kajian teologis, yaitu kajian
yang cukup radikal dan menyentuh masalah-masalah hukum dengan tokohnya Asy-Syatibî.
Ada juga yang disebut dengan metode atau kajian sufistik, yang mengkaji masalah-masalah seputar
ketenangan jiwa, ketenangan hati, dan kadang juga menyentuh masalah akhlak dan perilaku psikologis
serta hubungan dengan Allah SWT.

Ada juga metode filosofis dengan tokohnya seperti al-Ghazâlî dan Ibnu Rusyd. Walaupun keduanya
pernah terlibat polemik berkepanjangan, tetapi perlu diingat bahwa keduanya adalah filosof yang
ternama dan sama-sama memberikan argumen dan visi terhadap pemikiran Islam pada zamannya.
b. Metode Modern Memahami Al-Qur’an

Menurut Syaikh Muhammad al-Ghazâlî, ada beberapa kajian terhadap Al-Qur’an : ada yang
menggunakan pendekatan Atsariyyîn atau disebut juga dengan tafsir bil Ma’tsûr. Kajian semacam ini
dapat kita lihat dalam kitab tafsir Ibnu Katsir. Metode ini pernah digunakan oleh Ibnu Jarir Ath-
Thabarî.
Ada juga tafsir yang mengambil spesialisasi fiqhiyyah yang membahas ayat-ayat hukum untuk
menyimpulkan metode-metode pengambilan hukum. Dengan kata lain, hanya menitikberatkan pada
masalah-masalah hukum syar’ie saja.

Ada juga tafsir yang bercorak dialogis, seperti yang pernah dilakukan oleh Ar-Râzî dalam tafsirnya at-
Tafsîr al-Kabîr. Tafsir ini banyak menyajikan tema-tema menarik, namun sebagian dari tema tafsir
tersebut sudah keluar dari batasan tafsir itu sendiri, yang menjadi acuan kebanyakan penafsir Al-
Qur’an.
Az-Zamakhsyarî bersama Abû Su’ud dan Al-Baidhâwî memiliki corak penafsiran tersendiri yang
bersifat penjelasan.

2. Metode-metode Memahami Al-Qur’an

Alquran merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Seorang Muslim hendaknya
mengakrabkan diri dengan Alquran. Ada berbagai langkah yang dapat dilakukan untuk mempelajari
dan memahami kandungan Kitabullah itu.

Pertama, memahami Alquran dengan Alquran itu sendiri. Ini disebut sebagai tafsir quran bil
quran. Alquran merupakan penjelas yang membenarkan satu bagian dengan bagian lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Allah menurunkan kitab-Nya untuk saling membenarkan satu sama lain"
(HR Bukhari).

Contoh ayat yang ditafsirkan dengan ayat lain adalah sebagai berikut. Dalam surah al-Fatihah
ayat 7, disebutkan, "(Yaitu) orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka." Dalam
ayat ini, tidak dijelaskan siapakah orang-orang yang diberikan nikmat itu.

Maka, Allah SWT menjelaskan dalam surah An-Nisa ayat 69, artinya, "Dan barangsiapa yang
menaati Allah dan Rasul(Nya) mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah
sebaik-baik teman."

Kedua, memahami Alquran dengan Sunnah Nabi SAW yang shahih. Ibnu Taimiyyah berkata,
"Cara yang paling sahih dalam memahami Alquran adalah menafsirkan Alquran dengan Alquran.
Jika engkau tidak menemukan itu, engkau mengambil sunnah karena ia (sunnah) adalah penjelas
Alquran."

Imam Syafi'i mengatakan, seluruh yang dihukumkan oleh Rasulullah SAW adalah dari apa
yang beliau peroleh dari Alquran. Contoh pemahaman Alquran dengan sunah sebagai berikut.
Dalam Alquran, ada beberapa ayat yang memerintahkan shalat. Namun, penjelasan bagaimana
melakukan shalat hanya akan kita temukan dalam sunnah. Rasulullah SAW bersabda, "Shalatlah
kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat."

Ketiga, memahami Alquran dengan pemahaman para sahabat dan tabiin. Imam Ibnu
Taimiyyah mengatakan, "Jika engkau tidak menemukan tafsir dalam satu ayat Alquran, tidak juga
dalam sunah, maka engkau harus mencarinya dalam perkataan para sahabat. Mereka paling
mengetahui hal itu karena mereka melihat (qarain) situasi yang terjadi pada saat Alquran itu
diturunkan. Ditambah dengan ketinggian kemampuan bahasa dan kejernihan pemahaman mereka."

Contohnya, pemahaman mereka terhadap ungkapan "jalan yang lurus" dalam surah al-Fatihah
ayat 6. Maksudnya adalah, Islam atau Alquran atau sunnah Nabi atau sunah Khulafaur Rasyidin.

3. Contoh Memahami Al-Qur’an dengan Tafsir Maudhui


Langkah-langkah Tafsir Qur’an dengan Metode Maudhu’i Pada tahun 1977, Prof. Dr. Abd Al
Hayy Farmawi, yang menjabat guru besar pada Fakultas Usuluddin Al-Azhar, menerbitkan buku yang
berjudul Al-Bidayah Fi Al-Tafsir Al-Maudhu’i dengan mengemukakan secara terperinci langkah-
langkah yang harus ditempuh untuk menerapkan metode maudhu’i. Langkah-langkah tersebut adalah
(Al-Farmawy, 58):
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut.
c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asbab al-nuzul-
nya.
d. Memahami korelasi aya-ayat tersebut dalam surahnya masingmasing.
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (out line).
f. Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan pokok bahasan
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang
mempunyai pengertian yang sama,
h. Menyusun kesimpulan-kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-Qur’an terhadap masalah yang
dibahas ( Depag RI, 1989). Ada juga langkah-langkah lain yang dapat digunakan untuk menafsirkan
Al-Qur;an dengan metode Maudhu’i.

Adapun langakah-langkah yang dapat ditempuh menurut Dr. H. M. Sa’ad Ibrahim, M.A, adalah:
a. Merumuskan tema dan sup topik bahasan. b. Menghimpun ayat-ayat yang setema dan relevan
dengan tema. c. Menghimpun Hadits Nabi SAW. yang setema dan relevan dengan tema. d.
Menghimpun tafsir ayat-ayat tersebut. e. Menghimpun syarah (Penjelasan) Hadits. f. Menghimpun
teori-teori ilmiah. g. Mengorganisir tema berdasarkan tema dan sub topik. h. Mengolaborasikan
dengan teori-teori ilmiah. i. Menyimpulkan ajaran Al-Qur’an tentang tema sesuai dengan topik. j.
Mengakhiri dengan menulis Dalam rangka pengembangan metode tafsir maudhu’i dan langkahlangkah
dalam menafsirkan Qur’an dengan menggunakan metode ini, Dr Qurais Shihab mempunyai beberapa
catatan, antara lain: a. Penetapan Masalah yang dibahas Penetapan masalah yang dibahas harus sudah
ditetapkan, untuk menghindari keterikatan yang dihasilkan oleh metode tahlili, akibat pembahasan-
pembahasan yang bersifat sangat teoritis, maka beliau memberikan pandangan, hendaklah yang
dibahas itu diprioritaskan pada persoalan yang menyentuh masyarakat dan diarsakan langsung oleh
mereka. Mufassir dengan menggunakan metode maudhu’i

diharapkan agar terlebih dahulu mempelajari problem-problem masyarakat, yang sangat


membutuhkan jawaban al-Qur’an, misalnya petunjuk al-Qur’an yang menyangkut kemiskinan,
keterbelakangan, penyakit, dan lain-lain. b. Menyusun Runtutan Ayat Sesuai dengan Masa Turunnya
Yaitu hanya dibutuhkan dalam upaya mengetahui perkembangan petunjuk Al-Qur’an menyangkut
persoalan yang dibahas, apalagi bagi mereka yang berpendapat ada nasikh dan mansukh dalam
AlQur’an. Bagi mereka yang bermaksud menguraikan suatu kisah, atau kejadian, maka runtutan yang
dibutuhkan adalah runtutan kronologis peristiwa. c. Meskipun metode ini tidak mengharuskan uraian
tentang pengertian kosa kata, namun kesempurnaannya dapat dicapai apabila sejak dini mufassir
berusaha memahami kosa kata ayat dengan merujuk kepada penggunaan al-Qur’an sendiri. d. Perlu
digaris bawahi bahwa, meskipun dalam langkah-langkah tidak dikemukakan menyangkut sebab nuzul,
namun tentunya hal ini tidak dapat diabaikan karena sebab nuzul mempunyai peranan penting dalam
memahami al-Qur’an. Hanya saja ini tidak dicantumkan disana karena ia tidak harus dicantumkan
dalam uraian, tetapi harus dipertimbangkan ketika mamahami arti ayat-ayat tersebut (Shihab, 1994:
115-116). Belakangan ini, tafsir tematik tengah digandrungi banyak ilmuan Muslim termasuk di
Indonesi. Sebab tafsir maudhu’i dapat memecahkan berbagai yang terjadi dan mendesak pendekatan
Al-Qur’an. Sehingga untuk menjawab permasalahan-permasalahn yang semakin marak pada zaman
sekarang, peranan metode ini sangat penting
BAB II KEGIATAN INTI

Sebelum kegiatan inti dilaksanakan maka perlu dipersiapkan dulu langkah langkah sebagai
berikut :

a. Menyiapkan Peserta didik secara Psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran
( Berdoa, mengecekkehadiransiswa ).
b. Mengajukan Pertanyaan-pertanyaan tentang materi tentang materi yang sudah dipelajari dan
terkait dengan materi yang dipelajari.
c. Mengantarkan perserta didik kepada suatu permasalahan / tugas yang akan dilakukan untuk
mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran / KD yang akan di capai.
d. Menyampaikan garis besar materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan
peserta didik untuk menyelasaikan masalah atau tugas.

Kegiatan Inti
Sintaks / Prosedur Waktu
KegiatanPembelajaran / Keterkaitandengan
No Projec Based
PengalamanBelajar 5M
Learning
1 Guru dan siswa Siswa bersama-sama Guru curah Mengamati dan
menentukan topik pendapat untuk menentukan menanya
“keterkaitan beriman topik “Al Qur’an dan Cara
kepada Rasul-rasul Memahaminya”
Allah Swt. dengan
perilaku saling
Menolong”

2 Siswa merencanakan Siswa melakukan diskusi Menanya dan


proyek “keterkaitan kelompok untuk merencanakan mengumpulkan
beriman kepada proyek Informasi
Rasul-rasul Allah Swt.
dengan perilaku saling
Menolong”

3 Siswa menyusun Siswa berdiskusi kelompok Mengumpulkan


jadwal untuk menyusun jadwal Informasi

4 Guru memonitor Guru memonitor kegiatan siswa Mengasosiasi /


kegiatan siswa sambal melakukan penilaian, menganalisis
siswa melakukan kegiatan
proyek sesuai dengan langkah-
langkah yang direncanakan
5 Guru mengukur Guru mengukurperkembangan / Mengasosiasi /
perkembangan / kemajuansiswa yang terkait menganalisis
kemajuan siswa dengan proyek yang diselesaikan
dan siswa terus melakukan
kegiatan untuk menyelasaiakan
proyek sesuai dengan langkah-
langkah yang direncanakan
6 Evaluasi dan Refleksi Guru dan siswa melakukan Mengomunikasikan
Evaluasi dan refleksi dari
kegiatan yang telah dilakukan
secara kelompok
menyampaikannya di depan
kelas
BAB 3 PENUTUP
Kandungan Al-Qur’an yang luas dan tinggi, membuat para ulama tafsir menggunakan berbagai
metode dan corak yang beragam untuk memahaminya. Ada empat metode yang sering dipergunakan,
yaitu: metode tafsir tahlili, metode tafsir ijmali, metode tafsir muqaran, dan metode tafsir maudhu’i.
Metode yang paling populer dari keempat dari metode tafsir yang telah disebutkan adalah metode tafsir
tahlili dan tafsir maudhu’i. Metode tafsir maudhu’i adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban
al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang satu, yang
bersama-sama membahas topik/judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras
dengan sebab-sebab turunnya, kemudian pemperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan,
keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya

Dengan demikian perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut untuk mendapatkan pemahaman yang
utuh terkait Al-Qur’an dan Metode Memahaminya
a. Guru bersama-sama dengan pesertadidik dan / atau sendiri membuat rangkuman / simpulan
pelajaran.
b. Melakukan penilaian dan / atau refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram ( akanlebihbaikjikamenggunakan Learning Log ).
c. Memberikan umpan balik terhadap proses terhadap hasil pembelajaran.
d. Merencanakan kegiatan tindaklanjut remidi, pengayaan, layanan konseling dan / atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai hasil belajar peserta didik.
e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuanb erikutnya.
Daftar Pustaka
Modul KB 1 Al Qur’an Hadits PPG Guru PAI Tahun 2022

Anda mungkin juga menyukai