Anda di halaman 1dari 4

Nama : Indah Dwi Kharisma

NIM : 1806025053

MK : Pencemaran Perairan

TYPE TANAH DALAM PROSES PENYERAPAN DAN KANDUNGAN TANAH DARI


TUMPAHAN MINYAK SERTA PENAGGULANGAN DARI TUMPAHAN MINYAK DI
PERAIRAN

Penelitian Pada Tumpahan Minyak Di Pesisir Pantai di Riau

Adanya 3 sample yang didapat dari penelitian ini yaitu:

a. Type sand/pasir
b. Type sandy loam/ tanah liat
c. Type loam/ tanah lempung

Sampel yang digunakan merupakan stockpile dari Riau. Karakterisasi awal dilakukan
menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Hasil XRD menunjukkan bahwa Tanah 1 light oil
(sand) terdiri dari kuarsa, Tanah 2 heavy oil (loam) kaolinit dan kuarsa dan tanah 3 light oil
(sandy loam) yang juga terdiri dari kaolinit dan kuarsa.

Berdasarkan hasil ketiga pengukuran GC-MS dari masing-masing sampel, karbon yang terdapat
pada sampel light oil (sand) berada pada C13 hingga C54 dimana pada interval tersebut terdapat
Diesel Range Organic (DRO), kerosene, dan asphalts. Dimana tanah light oil (sand) banyak
didominasi oleh kandungan paraffin (>C20). Sementara pada sampel heavy oil (loam)
menunjukkan adanya beberap senyawa alkana dan senyawa sulfur yang menandakan bahwa
tanah loam mengandung heavy oil. Selain itu, pada tanah loam juga terdapat senyawa gasoline.
Hal ini terlihat dari jenis tanah loam dimana senyawa yang bersifat lebih volatil sulit untuk
berevaporasi dan bermigrasi sehingga terjebak diantara pori-pori tanah. Pada sampel light oil
(sandy loam) dapat dilihat bahwa senyawa BTEX (Benzene, Toluene, Ethylene & Xyelene)
tidak muncul pada hasil pengukuran GC-MS. Hal ini memungkinkan bahwa banyak senyawa
senyawa volatile tersebut sudah menguap sehingga hanya bersisa senyawa-senyawa berantai
panjang (saturated compounds).

 Light oil sand (pada pasir)


 Heavy oil Loam (pada lempung)
 Light oil sandy loam (pada tanah liat)
Kandungan pada jenis pasir (sand)

pada tanah sand, kandungan oil&grease tanahnya tidak terlalu besar, yaitu sekitar 5.07% dan
2.34%. Hal ini dapat dperkirakan dari tekstur tanah sand yang memiliki kandungan organik yang
lebih rendah sehingga tidak mudah menyerap kontaminan dalam jumlah besar.

Kandungan pada jenis lempung (loam)

pada tanah loam hanya terdapat oil&grease dan TPH sebesar 2.99% dan 1.61%. Hal ini
menunjukkan bahwa kecendrungan loam untuk menyerap kontaminan nonpolar cukup rendah
dan dapat diperkirakan kontaminan polar lebih mendominasi jumlah kandungannya di dalam
tanah loam.

Kandungan pada jenis tanah liat (sandy loam)

Pada tanah sandy loam memiliki kandungan organic matter (cod tanah 15%) yang tinggi
sehingga semakin banyak menyerap kontaminan yang mngakibatkan tingginya nilai oil&grease
dan TPH tanah sandy laom, yaitu sebesar 10.01% dan 4.48%.

Struktur pada jenis tanah saat mengalami penyerapan

Light oil pada tanah Sand cukup pekat karena banyak mengandung senyawa paraffin sehingga
untuk bermigrasi membutuhkan tekanan yang besar dan waktu kontak yang cukup lama.
Leaching agent yang bersifat cukup viscous tepat digunakan untuk menekan kontaminan yang
banyak mengandung paraffin. Efisiensi yang didapat pada konsentrasi optimum sebesar 62%.

tanah yang mengandung banyak kaolinit dapat menyerap kontaminan lain, seperti surfaktan.
Organik tanah dan surfaktan sangat berpengaruh terhadap kemunculan senyawa-senyawa baru
pada tanah loam, seperti senyawa 15- isobutil pada menit ke 30 dan oleoyl chloride pada menit
ke 15. Pada hasil pengukuran GC-MS saat karakterisasi, tanah sandy loam banyak mengandung
senyawa-senyawa alkane/ paraffin. Kehadiran senyawa-senyawa baru menunjukkan bahwa
adanya pertukaran posisi pada surfaktan dengan minyak maupun organic tanah. Keberadaan
kapur pada tanah sandy loam dapat diperkirakan menjadi penyebab kandungan minyak di
dalam tanah yang tidak tersisihkan.

Sumber. Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 21 No. 2  Agus Jatnika Effendi dan Narita
Indriati.REMEDIASI TUMPAHAN MINYAK MENGGUNAKAN METODE SOIL
WASHING DENGAN OPTIMASI KONDISI REAKSI.
Penanggulangan Tumpahan Minyak

Pasca terjadinya kecelakaan tumpahan minyak, pertama, yang perlu dilakukan adalah
mengetahui secara cepat,tepat dan akurat wilayah persebarannya, baik secara visual langsung,
maupun hasil penginderaan jauh (remote sensing).

Berbagai cara penanggulangan dilakukan seperti in-situ burning, penyisihan secara mekanis,


teknik bioremediasi, penggunaan sorbent, dan penggunaan bahan kimia dispersan, serta metode
lainnya tergantung kasus yang terjadi.

Untuk Teknik Bioremediasi, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam bioremediasi
tumpahan minyak: (1) bioaugmentasi, di mana mikroorganisme pengurai ditambahkan untuk
melengkapi populasi mikroba yang telah ada, dan (2) biostimulasi, di mana pertumbuhan bakteri
pengurai hidrokarbon asli dirangsang dengan cara menambahkan nutrien dan atau mengubah
habitatnya. Indonesia perlu mengoptimalkan bidang ini menimbang laut Indonesia memiliki
berbagai macam jenis bakteri yang dapat mendegradasi minyak, salah satunya bakteri
hidrokarbonoklastik Pseudomonas.Sp yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.

Upaya yang lebih strategis adalah tindakan preventif untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan
tumpahan minyak itu sendiri. Rendahnya kesadaran akan aspek lingkungan di Indonesia, baik
secara individu, kelompok, maupun institusi, menjadi restriksi dari implementasi upaya
pencegahan dini. Upaya penyadaran lingkungan ini bisa melalui pendidikan publik, hingga
pemberian sanksi yang tegas apabila terjadi pelanggaran atas pencemaran lingkungan.

Dilakukannya dengan pencegahan dini, setiap perusahaan migas Indonesia juga harus
mencanangkan program Zero Spill Operation, yaitu dengan menetapkan target khusus yang
disepakati untuk mencapai zero spill operation. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan perlu
memiliki aturan wajib dan rigid untuk mencegah terjadinya kebocoran atau tumpahan minyak,
dan konsisten menerapkan aturan tersebut.

Dilakukan Tinjauan ulang konsesi atau kegiatan migas juga perlu diperketat untuk mengafirmasi
tuntutan hukum atas pihak yang bertanggung-jawab dalam kecelakaan tumpahan minyak.

Perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk meneliti dan menanggulangi
pencemaran minyak. Dampak pencemaran yang sedemikian luas, termasuk untuk organisme
renik sudah semestinya dikalkulasi secara komprehensif, sehingga mampu memprediksikan
dampaknya dalam jangka panjang. Terlebih, persoalan pencemaran minyak di laut dan pantai
Indonesia, hingga kini belum menjadi persolan utama pencemaran lingkungan hidup. Barangkali,
perlu dibuat specific executing agency sebagai satuan badan atau tim khusus yang secara spesifik
mengatasi permasalahan ini di tiap-tiap pantai yang berpotensi terjadi tumpahan minyak.

Sumber. https://www-portonews-com.cdn.ampproject.org/v/s. (Tumpahan Minyak, Dampak


dan Upaya Penanggulangannya)
Catatan Dari Saya:

Adanya 3 proses aliran tumpahan minyak di perairan yaitu:

1. Spriding yaitu proses perpindahan tumpahan minyak di perairan secara leteral


2. Evaporasi yaitu penguapan kembali ke atmoster. Jadi minyak yang tumpah ke perairan
akan terjadi penguapan ke atas/udara ke atmosfer dalam waktu tertentu dan jika dibiarkan
minyak akan tenggelam dan membentuk mos idensitas dari pada 1 kemudian mengalami
tenggelam setengah mengambang dan membentuk mos yang lebih besar dapat
mengeblok sinar matahari sehingga fitoplankton tidak dapat berfotosintesis. Jika
dibiarkan terus menerus minyak akan tenggelam hingga dasar laut akan bercampur
dengan sedimentasi .
3. Dispresi yaitu proses penyebaran di perairan. Minyak yang tumpah akan menyebar di
perairan hingga sampai ke pantai dan bisa menyebabkan pencemaran tanah maupun
perairan.

Pendapat Dan Kesimpulan Dari Saya

Jadi pada struktur jenis tanah saat mengalami tumpahan minyak yaitu jenis tanah sandy loam
atau tanah liat yang paling susah dibersihkan karena memiliki zat kapur yang dapat membuat
minyak didalam tanah tidak dapat tersisihkan. Untuk tanah jenis sand atau pasir penyerapan
yang rendah sehingga mudah tersisihkan kandungan minyak, dan tanah jenis loam atau
lempung sistem penyerapannya lebih mendominasi ke polar dari pada non polar. sedangkan
jenis polar ini seperti air,hidrogen sulfida,dan molekul yang menggunakan atom H tunggal.
Untuk jenis non polar yaitu benzena,methana,karbon dioksida(jenis tersebut yang ada di dalam
kandungan minyak) tergolong sedang dalam penyisihan minyak dengan tanah.

“pendapat saya dapat diperkuat dengan penelitian dari jurnal (. Jurnal Teknik Lingkungan Vol.
21 No. 2  Agus Jatnika Effendi dan Narita Indriati.REMEDIASI TUMPAHAN MINYAK
MENGGUNAKAN METODE SOIL WASHING DENGAN OPTIMASI KONDISI REAKSI.)”

Anda mungkin juga menyukai