Anda di halaman 1dari 7

TUGAS REVIEW JURNAL

Nama : Ika Afianita S


NIM : 20 /470195/ SGE/ 00292
Matakuliah : Pengelolaan Wilayah Pekrotaan
Dosen : Prof. Dr. Sri Rum Giyarsih, M.Si

Berikut ini adalah hasil review berbagai literature hasil penelitian yang relevan dan
memiliki kesesuain topik penelitian pada rencana judul penelitian disertasi yang akan
dilakukan yaitu dengan judul “Kerentanan Bencana Wabah Penyakit Demam Berdarah
dan Covid 19 di Wilayah Perkotaan dan Perdesan (Studi Kasus: Kelurahan Kotabau
Kota Yogyakarta dan Kelurahan Sendangsari Kabupaten Sleman)”. Berdasarkan proses
screening 80 judul penelitian yang diberikan, maka diperoleh 20 judul penelitian yang sesuai
dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Adapun topik-topik yang akan dibahas meliputi
pengelolaan wilayah desa dan kota, kerentanan bencana, analisis spasial, dan strategi
masyarakat atau community resilience. Berikut tinjauan pustaka yang telah dilakukan, akan
dijelaskan pada pokok bahasan berikut ini.

A. Pengelolaan Wilayah Kota dan Desa

Indonesia merupakan negara kepualuan yang memiliki karakteristik kondisi geografis


dan sosial ekonomi yang dinamis dan beragam. Letak geografis Indonesia berada diantara
Benua Australia dan Asia, serta di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, Jika ditinjau
secara astronimis Indonesia terletak di 6⁰ LU – 11⁰ LS dan 95⁰ BT dan 141⁰ BT melewati
garis khatulistiwa hingga memiliki ciri iklim tropis dan melalui dua musim yaitu hujan dan
kemarau (Van Gorsel, 2018). Kondisi secara geografis dan astronomis ini tentu saja
berhubungan dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan Indonesia secara alami,
contohnya mencakup bidang sumber daya alam, bidang kebencanaan, dan bidang Kesehatan
ligngkungan. Ditinjauu dari karakteristik sosial ekonomi berdasarkan jumlah penduduk,
Indonesia menepati urutan keempat dengan jumlah penduduk tertinggi di seluruh dunia
dengan jumlah 270,6 juta jiwa pada tahun 2020, tentu saja dengan keberagaman kondisi
budaya, ekonomi, dan pendidikan yang beraneka ragam (BPS, 2021). Berbagai kondisi
tersebut yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat mempengaruhi perkembangan dan dinamika
wilayah yang ada di Indonesia. Berdasarkan karakteristik wilayah, suatu wilayah dapat dibagi
menjadi dua wilayah utama yaitu wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan. Kedua

1
karakterstik wilayah ini juga tidak luput dalam perkembangan wilayah di Indonesia hingga
mempengaruhi transformasi suatu wilayah. Transfromasi suatu wilayah dapat mempengaruhi
perkembangan perkotaan, tentu saja karaktertstik wilayah yang berbeda dapat berbeda pula
dalam penenganan kebijakan pengembangan wilayah yang bekerlanjutan (Giyasih, 2017).

Wilayah perkotaan dapat dicirikan dengan berbagai parameter seperti yang telah
dijabarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan berberapa
variabel yaitu adanya kepadatan penduduk yang tinggi, pertumbuhan penduduk yang
meningkat pada setiap tahunnya, penggunaan lahan non pertanian karena adanya diversifkasi
lahan, dan penggunaan lahan terbangun karena banyaknya pembangunan permukiman yang
berasosiasi dengan pusat kota untuk mempermudah mobilitas dalam melakukan aktivitas
sehari-hari (bekerja, sekolah, dsb) (Giyarsih, 2014).

Adanya ciri perkotaan dan perdesaan juga dapat ditinjau dari kondisi kultural
penduduk. Adapun pada wilayah perkotaan memiliki ciri adanya perubahan bahkan mulai
meninggalkan adat istiadat kebudayaan yang telah lahir dari jaman dahulu. Berbagai kondisi
kultural yang dapat diidentifikasikan dengan berbagai kegiatan kultural antara lain :

- Peristiwa kehamilan (mitoni)


- Peristiwa kelahiran (brokohan, jagongan bayi, tetesan)
- Peralihan masa anak-anak menuju dewasa (tedak sinten, supitan, buang ancak)
- Perkawinan (midodareni, melempar sirih, memecah telur, sungkeman, sepasaran)
- Kematian (nyadran, kenduri 3,7, dan 40 hari)

Perubahan yang terjadi dapat berupa adat istiadat yang komplek dringkas menjadi lebih
sederhana, sehingga ada beberapa unsur tradisi yang tidak dijalankan lagi di wilayah
perkotaan (Giyarsih, 2012).

Pembangunan simpul jalan penghumbung antar wilayah dapat mempengaruhi wilayah


desa hingga berubah memiliki karakteristik kekotaan. Adanya simpul jalan penghubung
dengan didukung fasilitas yang baik akan berasosiasi dengan aksesibilitas dan perkembangan
wilayah. Hal ini seperti yang terjadi pada penelitian di Kelurahan Maguwoharjo hingga
bertansformasi menjadi wilayah perkotaan melalui perkembangan pembangunan jalan yang
progresif sejak dibangun ring road di wilayah tersebut (Setyono et al., 2016). Pengembangan
wilayah desa kota juga dapat ditinjau dari penggunaan lahan (Putri et al., 2019), seperti
perbedaan penggunaan lahan di Maguwoharjo Sleman dan Jatirejo Boyolali dimana
percepatan perkembangan kotanya dipengaruhi oleh adaya pusat Pendidikan seperti

2
universitas, kos-kosan atau kontrakan, aksesbilitas yang mudah, dan pusat perdangangan
(Giyarsih, 2014).

Berbagai kondisi morfologi desa dan kota yang berbeda tentu saja membutuhkan
pengelolaan yang berbeda pula dalam meningkatakan pembangunan dan perencanaan
wilayah yang berkelanjutan (Setyono et al., 2017). Tidak hanya pada aspek pembangunan
fisik, lebih dalam lagi terkait ekologi lingkungan yang dimiliki oleh wilayah perkotaan dan
pedesaaan (Sriartha et al., 2015), dengan pengelolaan yang seimbang dan berkelanjutan
diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup lingkungan masyarkat di wilayah perkotaan
dan perdesaan (Ridwan & Giyarsih, 2012).

Berdasarakan karakteristik wilayah perkotaan dan penjelasan tentang berbagai ciri


dan karakteristik yang membedakan antara wilayah desa dan kota dari berbagai penelitian,
maka dapat diidentifikasi melalui kondisi kultural, penggunaan lahan, aksesibilitas, kepadatan
penduduk, kepadatan permukiman, dan kegiatan ekonomi pada bidang agraris. Berbagai ciri
ini juga dapat menjadi dasar pada rencana penelitian yang akan dilakukan. Lokasi penelitian
dipilih berdasarkan karakteristik desa kota yang melekat pada wilayah yaitu Kelurahan
Kotabaru Kota Yogyakarta yang merepresentasikan wilayah perkotaan dan Kelurahan
Sendangsari Kabupaten Sleman yang merepresentasikan wilayah perdesaan. Melalui
karakteristik yang berbeda, tentu saja dapat berbeda pengelolaan wilayahnya, dalam hal ini
terkait dengan kerentanan bencana non alam berupa wabah penyakit demam berdarah dan
covid 19 di kedua wilayah tersebut.

B. Kerentanan Bencana dan Analisis Spasial

Kerentanan adalah suatu situasi dalam masyarakat yang membuat mudah terkena
dampak merugikan dari sebuah bahaya atau dampak perubahan iklim (Nadim, 2013),
termasuk dalam hal ini adalah bencana becana baik bencana alam maupun non alam. Wilayah
perkotaan dengan karakteristik morfologi fisik yang beranekaragam serta kondisi sosial
ekonomi penduduk yang beragam, tidak terlepas dari adanya ancaman bencana. Penelitian
tentang kerentanan bencana banjir di wilayah perkotaan telah dilakukan di Kelurahan Legok
(Adhietya et al., 2017). Adapun tingkat kerentanan banjir dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor:

- Fisik
- Sosial
- Ekonomi

3
- Lingkungan

Pada wilayah perdesaan juga tidak luput dari ancaman bahaya berupa bencana, yaitu
abrasi pantai seperti yang terjadi di Gadingsari dan Srigading Samas Bantul. Kerentanan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kerentanan fisik, kerentanan sosial, dan ekonomi,
dengan menunjukkan kapasitas tinggi hingga sedang terkait pengetahuan bencana abarasi
pantai dan jarak rumah dengan garis pantai (Choirunnisa & Giyarsih, 2018). Penenlitian ini
dilakukan dengan pedekatan spasial juga terkait peta kerentanan dengan menggunakan
metode SMCE atau spatial multi criteria evaluation , sehingga dapat diketahui persebaran
dan perbandingan kondisi kerentanan bencana di kedua wilayah yang bereda. Kerentanan
masyarakat wilayah perkotaan di bantaran Sungai Code juga terhadap bencana banjir lahar
juga telah dilakukan peneltian sebelumnya dengan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat kerentanan dengan persepsi banjir lahari di DAS Code dengan
menggunakan variable sosial dan ekonomi (Setyaningrum & Giyarsih, 2012).

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya terkait kerentanan bencana,


maka kajian tentang kerentanan bencana non-alam juga perlu dilakukan. Hal ini terutama
karena adanya ancaman wabah penyakit demam berdarah yang mengancam masyarakat
Indonesia pada setiap tahun karena pertumbuhan jentik nyamuk DBD dan covid 19 yang
terjadi secara global sejak akhir Desember 2019 hingga mengakibatkan bencana pandemi
(Wu et al., 2020). Pemetaan tentang bencana penyakit juga telah dilakukan sebelumnya di
Kabupaten Bantul, melalui hasil data spasial yang disajikan dapat diketahui kerentanan yang
ada pada suatu wilayah sehingga mendapat penanganan yang tepat (Widayani & Kusuma,
2014). Pengelaan data spasial dari rencana penelitian kerentanan wabah penyakit juga akan
dilalakukan dengan SMCE atau spatial multi criteria evaluation. Berdasarkan referensi, maka
penelitian kerentanan wabah penyakit DB dan Covid 19 peniting dilakukan di Kelurhan
Kotabaru dan Kelurahan Sendangsari.

C. Strategi Masyarakat atau Community Resilience

Melalui pengolahan data dan hasil analisis terkait kerentanan bencana, maka
selanjutnya dapat dilakukan penyusunan strategi masyarakat dalam menghadapi ancaman
bencana yang ada ataupun adaptasi terhadap lingkungannya. Penelitian tentang strategi
adaptasi telah dilakukan dengan meningkatkan peran pemuda dalam penigkatan ketahanan
bencana erupsi Gunungapi Merapi (Pradika et al., 2018). Rumah tangga harus mampu
beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah, dimana terutama pada bidang sosial

4
ekonomi. Hal ini penting dilakukan agar rumah tangga masyarakat dapat terus
melangsungkan kehidupannya, perubahan pekerjaan merupakan salah satu proses adaptasi
yang dapat dilakukan jika lingkungan masyarakat berubah akibat terjadi bencana (Alviawati
et al., 2016). Seperti halnya pada peneliian kerentanan bencana wabah penyakit DB dan
Covid 19 yang mampu mengubah kondisi lingkungan masyrakat karena terbatasnya aktivitas
mobilitas, maka perlu disusun strategi dalam menghadapi bencana, masyarakat harus bisa
menyesuaikan dengan lingkungan (Purwaningsih, 2016)agar tercipta sinergisme dan
kehidupan yang harmoni dengan bencana, dan ketahanan masyarakat yang baik yang dapat
didukung pula oleh jaminan kesehatannya (Satriawan et al., 2020). Diharapkan melalui kajian
strategi yang ada akan menciptakan masyrakat yang Tangguh bencana baik di perdesaan
maupun perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA

Adhietya, D., Marditna, D., & Giyarsih, S. R. (2017). Kerentanan Masyarakat perkotaan
terhadap bahaya banjir di kelurahan legok kecamatan telanipura kota jambi. Majalah
Geografi Indoensia.

Alviawati, E., Rijanta, R., & Giyarsih, S. R. (2016). Household Livelihood Strategies of
Dairy Cattle Farmers in Kepuharjo Village, Indonesia, Pre- and Post-2010 Merapi
Volcano Eruption. Romanian Review of Regional Studies, 12(1), 91–98.
https://search.proquest.com/docview/1823377150?accountid=39807

BPS. (2021). Berita Resmi Statistik : Hasil Sensus Penduduk 2020. Bps.Go.Id.

Choirunnisa, A. K., & Giyarsih, S. R. (2018). The socioeconomic vulnerability of coastal


communities to abrasion in Samas, Bantul Regency, Indonesia. Quaestiones
Geographicae, 37(3), 115–126. https://doi.org/10.2478/quageo-2018-0029

Giyarsih, S. R. (2012). Dampak Transformasi Wilayah terhadap Kondisi Kultural Penduduk


(Tinjauan Perspektif Geografis). Forum Geografi, 26(2), 120.
https://doi.org/10.23917/forgeo.v26i2.5066

Giyarsih, S. R. (2014). The role of Yogyakarta and Surakarta cities in the intensity of the
regional transformation of two villages located in the Yogyakarta-Surakarta corridor.
Romanian Review of Regional Studies, X(1), 15–22.

5
http://rrrs.reviste.ubbcluj.ro/arhive/v10n12014.html

Giyasih, S. R. (2017). Regional management of areas with indications of urban sprawl in the
surrounding areas of universitas muhammadiyah, Yogyakarta, Indonesia. Indonesian
Journal of Geography, 49(1), 35–41. https://doi.org/10.22146/ijg.2323

Nadim, F. (2013). Mitigation. In Encyclopedia of Earth Sciences Series.


https://doi.org/10.1007/978-1-4020-4399-4_238

Pradika, M. I., Giyarsih, S. R., & Hartono, H. (2018). Peran Pemuda Dalam Pengurangan
Risiko Bencana Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah Desa Kepuharjo,
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Ketahanan Nasional, 24(2), 261. https://doi.org/10.22146/jkn.35311

Purwaningsih, E. (2016). Penyesuaian Diri Penghuni Rumah Susun terhadap Lingkungan


Tempat Tinggal. Majalah Geografi Indonesia, 25(2), 150–161.
https://doi.org/10.22146/mgi.13397

Putri, R. F., Wibirama, S., Giyarsih, S. R., Pradana, A., & Kusmiati, Y. (2019). Landuse
change monitoring and population density analysis of Penjaringan, Cengkareng, and
Cakung Urban Area in Jakarta Province. E3S Web of Conferences, 76.
https://doi.org/10.1051/e3sconf/20197603004

Ridwan, U. H., & Giyarsih, S. R. (2012). Kualitas Lingkungan Permukiman Masyarakat


Suku Bajo di Daerah yang Berkarakter Pinggiran Kota dan Daerah Berkarakter
Pedesaan di Kabupaten Muna. Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 8(2), 118.
https://doi.org/10.14710/pwk.v8i2.11564

Satriawan, D., Pitoyo, A. J., & Giyarsih, S. R. (2020). Cakupan Kesehatan Universal (UHC)
Pekerja Sektor Informal di Indonesia. Tataloka, 22(4), 556–572.
https://doi.org/10.14710/tataloka.22.4.556-572

Setyaningrum, P., & Giyarsih, S. R. (2012). Identifikasi Tingkat Kerentanan Sosial Ekonomi
Penduduk Bantaran Sungai Code Kota Yogyakarta terhadap Bencana Lahar Merapi.
Jurnal Bumi Indonesia, 1(3), 262–269.

Setyono, J. S., Yunus, H. S., & Giyarsih, S. R. (2016). the Spatial Pattern of Urbanization and
Small Cities Development in Central Java: a Case Study of Semarang-Yogyakarta-
Surakarta Region. Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning, 3(1), 53–66.

6
https://doi.org/10.14710/geoplanning.3.1.53-66

Setyono, J. S., Yunus, H. S., & Giyarsih, S. R. (2017). Pengelolaan Kota-Kota Kecil Di Jawa
Tengah: Studi Kasus Pada Empat Kota Kecil Di Wilayah Joglosemar. Tataloka, 19(2),
142. https://doi.org/10.14710/tataloka.19.2.142-162

Sriartha, I. P., Suratman, S., & Giyarsih, S. R. (2015). The Effect of Regional Development
on The Sustainability of Local Irrigation System (A Case of Subak System in Badung
Regency, Bali Province). Forum Geografi, 29(1), 31–40.
https://doi.org/10.23917/forgeo.v29i1.789

Van Gorsel, J. T. (2018). Bibliography of The Geology of Indonesia and Surrounding Areas.
Www.Vangorselslist.Com.

Widayani, P., & Kusuma, D. (2014). Pemodelan Spasial Kerentanan Wilayah terhadap
Penyakit Leptospirosisi Berbasis Ekologi. Jurnal Geografi : Media Informasi
Pengembangan Dan Profesi Kegeografian, 11(1), 71–83.
https://doi.org/10.15294/jg.v11i1.8041

Wu, D., Wu, T., Liu, Q., & Yang, Z. (2020). The SARS-CoV-2 outbreak: what we know.
International Journal of Infectious Diseases. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2020.03.004

Anda mungkin juga menyukai