Anda di halaman 1dari 15

Nama : Fahma Mutia Wardah

NIM : 2004011102899

KEMISKINAN

A. Pengertian

Secara umum, kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang atau


sekelompok orang tidak mampu memenuhi hakhak dasarnya untuk mempertahankan
dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Konsep yang dipakai BPS dan
juga beberapa negara lain adalah kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs approach), sehingga kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur
dari sis9i pengeluaran).

Menurut Soerjono Soekanto, ahli sosiologi hukum, kemiskinan adalah suatu


keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan
taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental,
maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Sementara Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas), mengartikan kemiskinan sebagai situasi serba
kekurangan karena keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan
kekuatan yang dimilikinya.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah


kondisi di mana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya akibat
kemampuan yang dimiliki ataupun terdesakkeadaan.

Definisi Kemiskinan Menurut Beberapa Ahli, diantaranya :

1. Hall dan Midgley


Menurut Hall dan Midgley pengertian kemiskinan adalah kondisi
deprivasi materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah
standar kehidupan yang layak, atau kondisi di mana individu mengalami
deprivasi relatif dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam
masyarakat.
2. Reitsma dan Kleinpenning
Pengertian kemiskinan menurut Reitsma dan Kleinpenning adalah
ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat
material maupun non-material.

3. Friedman

Menurut Friedman pengertian kemiskinan adalah ketidaksamaan


kesempatan untuk memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber
keuangan, organisasi sosial politik, jaringan sosial, barang atau jasa,
pengetahuan dan keterampilan, serta informasi.

4. Suparlan

Menurut Suparlan pengertian kemiskinan adalah standar tingkat hidup


yang rendah karena kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang
bila dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku di masyarakat
sekitarnya.

5. Faturachman dan Marcelinus Molo

Menurut Faturachman dan Marcelinus Molo pengertian kemiskinan


adalah ketidakmampuan seseorang atau beberapa orang (rumah tangga) untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah Garis Kemiskinan (GK), yang diperoleh dari hasil
survei (sampel). Pada prinsipnya, standar hidup disuatu masyarakat tidak sekedar
tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan
kesehatan maupun pendidikan. Chambers Menerangkan bahwa kemiskinan adalah
suatu kesatuan konsep (integrated concept) yang memiliki lima dimensi, yaitu:

A. Kemiskinan (Proper)

Konsep atau pandangan ini berlaku tidak hanya pada kelompok yang
tidak memiliki pendapatan, akan tetapi dapat berlaku pula pada kelompok
yang telah memiliki pendapatan.

B. Ketidakberdayaan (Powerless)

Pada umumnya, rendahnya kemampuan pendapatan akan berdampak


pada kekuatan sosial (socialpower) dari seseorang atau sekelompok orang
terutama dalam memperoleh keadilan ataupun persamaan hak untuk
mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

C. Kerentanan menghadapi situasi darurat (Stateofemergency)

Seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin tidak memiliki


kemampuan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga dimana situasi
ini membutuhkan alokasi pendapatan untuk menyelesaikannya. Misalnya,
bencana alam dan peperangan.
B. Fenomena- Fenomena Kemiskinan
1. Fenomena Urbanisasi
Urbanisasi merupakan proses yang mempengaruhi perkembangan kota-
kota di negara-negara berkembang. Urbanisasi yang terjadi disebabkan
oleh semakin banyaknya penduduk perkotaan yang tidak hanya disebabkan
oleh pertumbuhan alami penduduk namun juga migrasi yaitu perpindahan
penduduk desa ke kota dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih
baik. Urbanisasi menyebabkan kota mengalami perkembangan dan
pertumbuhan karena harus memenuhi kebutuhan penduduknya yang
semakin banyak. Selain itu, proses perkembangan yang terjadi juga
mempengaruhi perubahan ekonomi dan sosial. Perubahan ekonomi yang
terjadi diantaranya adalah pergeseran lapangan pekerjaan dari sektor
pertanian ke sektor nonpertanian, seperti perdagangan dan industri.
Adanya pergeseran sektor lapangan pekerjaan tersebut menyebabkan
peningkatan produktivitas ekonomi suatu kota yang pada akhirnya akan
meningkatkan perkembangan dan aktivitas kota. Sedangkan perubahan
sosial yang terjadi dalam proses urbanisasi ini ditunjukkan oleh adanya
perubahan pola pikir dan gaya hidup penduduknya (Mc Gee, 1971).
Fenomena urbanisasi menyebabkan pertumbuhan wilayah perkotaan
yang semakin luas, sehingga akan mempengaruhi struktur fisik kota
dimana tidak hanya bagi kota besar tetapi juga bagi kota kecil. Urbanisasi
menghasilkan perubahan, baik konstruktif maupun deskriptif yang
bergantung pada berbagai faktor, diantaranya daya dukung kota, terutama
daya dukung fisik dan ekonomi, kualitas para urbanit, terutama dalam segi
pendidikan dan keterampilan berwiraswasta, serta kebijakan pemerintah
setempat dan kebijakan nasional mengenai tata kota dan tatanan pedesaan
(Bintarto, 1984).
Wilayah pinggiran atau suburban merupakan wilayah pinggiran kota
yang memiliki ruang terbuka hijau yang masih luas. Selain itu, kepadatan
bangunan di wilayah ini paling rendah diantara dua wilayah sebelumnya.
Perbedaan karakteristik pada masingmasing bagian wilayah tersebut
mem9pengaruhi perbedaan karakteristik kemiskinan yang terjadi.
Karakteristik kemiskinan yang terlihat di wilayah pinggiran misalnya,
kelompok penduduk tertentu mengalami kemiskinan yang semakin parah
karena mengalami keterbatasan pelayanan prasarana dan sarana publik
serta kesempatan kerja yang lebih sempit dibandingkan dengan wilayah
lain yang fasilitas perkotaannya lebih lengkap (Feitosa, 2009). (Fikri et al.,
2016)
2. Fenomena Kemiskinan di Indonesia
Pembicaraan tentang kemiskinan penduduk perkotaan, diungkap oleh
Gavin Jones (dalam Dorodjatun, 1986), yang menyatakan bahwa sebagai
akibat dari migrasi penduduk pedesaan ke kota (khususnya kota-kota di
Jawa), telah menambah jumlah penduduk miskin yang ada karena dua hal
yaitu : karena penambahan secara alamiah (lebih banyak kelahiran dari
pada kematian); dan karena adanya migrasi orang desa ke kota yang terus
bertambah (untuk mencari pekerjaan).
Gavin Jones bahkan berteori bahwa bagaimanapun orang-orang desa
yang bermigrasi membandingkan bahwa ada peluang atau kesempatan
kerja yang lebih besar dan lebih panjang dikota, walau harus tinggal
diperkampungan. Apa yang dinyatakan Gavin Jones, sebenarnya ditunjang
oleh temuan dua peneliti lainnya. Peneliti pertama, Graeme Hugo (1986)
yang memfokuskan migrasi sirkuler penduduk sekitaran Jakarta antara lain
penduduk kabupaten yang berdekatan dengan Jakarta, seperti Tangerang,
Bogor, Depok dan Bekasi. Perkembangan industri dan pembangunan kota
di Jakarta sangat menarik minat para penduduk di desa-desa kabupaten tadi
untuk pindah dan menetap di Jakarta. Dan secara umum para migrant
dalam teori yang dikemukakan oleh Graeme Hugo, besarnya angka/jumlah
migrant sangat tergantung pada jarak daerah asal dan kota tujuan, sarana
transportasi yang tersedia, dan kondisi perkembangan kota tujuan.
Sehingga ia kemudian mengklasifikasi model migrasi ke kota yang ada
yaitu :
‘pindah, merantau, dan pulang balik’. (Kurniawan, 2011)

C. Macam dan Bentuk Kemiskinan


1. Kemiskinan absolut
Kemiskinan absolut merupakan jenis kemiskinan di mana orang-orang
miskin mempunyai tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan atau
jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok
hidup, seperti pangan, pakaian, dan tempat tinggal.
2. Kemiskinan relatif
Kemiskinan relatif merupakan jenis kemiskinan yang terjadi karena
pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh
masyarakat. Sehingga mengakibatkan terjadinya ketimpangan pada
pendapatan atau bisa dikatakan bahwa seseorang sebenarnya telah hidup di
atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan
masyarakat sekitarnya.
3. Kemiskinan kultural
Kemiskinan kultural merupakan jenis kemiskinan yang disebabkan oleh
faktor budaya, seperti malas, tidak ada usaha untuk memperbaiki tingkat
kehidupan, pemboros, dan lain-lain. Kemiskinan struktural Kemiskinan
struktural merupakan kemiskinan yang dialami oleh suatu golongan
masyarakat karena struktur sosial masyarakat tersebut memungkinkan
golongan masyarakat tidak ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan
yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
4. Kemiskinan subjektif
Kemiskinan subjektif merupakan persepsi individu bahwa ia tidak
mampu memenuhi kebutuhannya. Individu dengan persepsi seperti ini
sebenarnya berkecukupan, hanya saja ia merasa tidak puas dengan
pendapatannya.
5. Kemiskinan mutlak
Kemiskinan jenis ini merupakan bentuk kemiskinan di mana
pendapatan individu atau keluarga berada di bawah persyaratan kelayakan
atau di bawah garis kemiskinan. Pendapatan tersebut tidak dapat
memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan.
6. Kemiskinan alamiah
Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang disebabkan oleh
kurangnya sumber daya alam. Hal ini menyebabkan turunnya produktivitas
masyarakat.
7. Kemiskinan struktural
Kemiskinan ini muncul karena struktur sosial tidak mampu
menghubungkan masyarakat dengan sumber daya yang tersedia. Setelah
memahami pengertian, penyebab, dan jenis kemiskinan, siswa diharapkan
dapat berpikir kritis terkait masalah sosial ini.

Penyebab Adanya Kemiskinan

Kemiskinan tidak hanya disebabkan satu hal saja. Mengutip Edi


Suharto dalam Buku Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,
kemiskinan bersifat multidimensional yang disebabkan oleh banyak faktor
yang saling berkaitan. Faktor penyebab kemiskinan antara lain:
1. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia

2. Motivasi yang rendah

3. Pandangan dalam hubungan kekeluargaan

4. Terbatasnya pilihan lapangan kerja yang memadai

5. tidak kreatif

Penyebab lainnya adanya kemiskinan diantaranya :


1. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pendidikan merupakan
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi setiap orang. Bila seseorang tidak
dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, dapat disimpulkan bahwa itulah
penyebab kemiskinan.
Dalam konteks ini Penyebab Kemiskinan adalah kebutuhan pokok
yang merupakan pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah
mengakibatkan seseorang cenderung kurang memiliki keterampilan,
wawasan, dan pengetahuan yang memadai untuk kehidupannya.
Sedangkan untuk dunia kerja maupun dunia usaha, pendidikan adalah
modal untuk bersaing dalam mendapatkan kesejahteraan nantinya. Oleh
karena itulah terjadi banyak pengangguran dan penyebab kemisikinan
disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah ini.
2. Terbatasnya Lapangan Pekerjaan
Penyebab kemiskinan yang berikutnya adalah keterbatasan lapangan
pekerjaan. Dengan terbatasnya lapangan kerja, masyarakat tidak dapat
memenuhi kebutuhannya, karena dengan bekerjalah seseorang
mendapatkan upah yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya tersebut.
Keterbatasan lapangan pekerjaan akan membawa konsekuensi
penyebab kemiskinan pada masyarakat. Bisa saja seseorang menciptakan
lapangan kerja baru, tetapi kemungkinannya akan sangat kecil untuk
masyarakat miskin karena keterbatasan keterampilan maupun modal.
Banyaknya pengangguran di suatu negara bisa juga menjadi patokan
kemiskinan di suatu negara. Semakin besar jumlah pengangguran maka
semakin bertambah pula penyebab kemiskinan di negara tersebut. Hal ini
juga bisa deisebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi dan ketidakpastian
arah politik dan kebijakan negara tersebut.
3. Malas Bekerja
Penyebab kemiskinan yang ketiga adalah malas bekerja. Hal ini yang
paling sering menjangkiti seseorang yang tak ingin maju dan beranggapan
bahwa kemiskinan itu adalah takdir.
Hal-hal tersebut membuat seseorang tidak bergairah dan bersikap acuh
tak acuh untuk bekerja, dan mengantarkan mereka kepada kemiskinan dan
membuat kesejahteraannya menghilang.
4. Harga Kebutuhan Tinggi
Harga kebutuhan yang tinggi merupakan penyebab kemiskinan
selanjutnya yang sering terjadi. Hal ini juga menjadi alasan kenapa
masyarakat yang miskin selalu merasa kurang atau bahkan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Dalam hal ini, perlu diketahui
bahwa sebagian besar masyarakat keluarga miskin menghabiskan 60–80
persen dari penghasilannya untuk mencukupi kebutuhan makanan.
Sehingga ketika harga bahan makanan melambung tinggi, mereka harus
memotong pengeluaran untuk kebutuhan lainnya dan dialihkan ke
konsumsi makanan. Dengan begitu, pemerintah harus berusaha untuk
menstabilkan harga barang-barang pokok agar seluruh masyarakat bisa
mengaksesnya dengan mudah.
D. Jenis- Jenis Kemiskinan
Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah:
1. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat
adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra
sarana umum (jalan raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang
kurang subur. Daerah-daerah dengan karakteristik tersebut pada umumnya
adalah daerah yang belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan
sehingga menjadi daerah tertinggal.
2. Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem
moderenisasi atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat tidak
memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana, dan
fasilitas ekonomi secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah dampak
negatif dari pelaksanaan konsep pembangunan (developmentalism) yang
umumnya dijalankan di negara-negara sedang berkembang. Sasaran untuk
mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak
meratanya pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri
misalnya lebih menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang
bekerja di sektor pertanian.
Kedua jenis kemiskinan di atas seringkali masih dikaitkan dengan
konsep pembangunan yang sejak lama telah dijalankan di negara-negara
sedang berkembang pada dekade 1970an dan 1980an (Jarnasy, 2004: 8).
E. Intervensi Psikologi Komunitas Terhadap Kemiskinan
1. Intervensi Makro
Intervensi makro yaitu strategi perubahan sosial terencana yang
profesional didesain untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan
pada tingkat komunitas. Pada level makro bekerja dalam mengatasi
masalah yang dihadapi masyarakat dan lingkungannya, seperti
kemiskinan, keterlantaran, ketidakadilan sosial dan ekploitasi sosial.
Dalam pelaksanaan intervensi makro yang dilakukan oleh pekerja sosial
yaitu dengan cara pemberdayaan masyarakat. Agar dalam proses
pemberdayaan masyarakat tersebut terlaksana dengan baik, maka harus
dilakukan menggunakan metode berikut:
• Pemberian pendampingan kepada masyarakat
Tujuan dari pendampingan masyarakat yaitu agar pelaksanaan
program pendampingan terlaksana dengan. Berikut adalah beberapa
bentuk pendampingan yang dilakukan oleh pekerja sosial terhadap
masyarakat:
o Menyediakan tempat belajar untuk anak-anak yang kurang

mampu.
o Menyalurkan dengan berbagai akses jaminan sosial, seperti

jamkesmas, beasiswa miskin, dan lain sebagainya.


o Menumbuhkan motivasi dan upaya kemandirian masyarakat

dalam pelaksanaan.

• Pemberian pelatihan
Pelatihan tersebut antara lain:
o Masyarakat harus terlatih dalam kebersihan rumah dan

lingkungan sekitar.
o Pelatihan kewirausahaan dengan berbagai keterampilan. o

Program daya usaha melalui pinjaman bantuan untuk modal


usaha masyarakat.

Terkait dengan upaya pemberdayaan pada level komunitas ada tiga


model intervensi komunitas menurut Rohtman (1995) dalam buku
Isbandi Rukminto Adi, yaitu:
• Pengembangan Masyarakat Lokal

Yaitu mengembangkan kapasitas komunitas untuk mengambil


keputusan bersama.
• Kebijakan Sosial
Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang digunakan
untuk merespon isu-isu yang bersifat publik.

• Aksi Sosial
Yaitu meraih kekuasaan objektif bagi mereka yang tertindas agar
dapat memilih dan memutuskan cara yang tepat guna melakukan aksi.
(Sciences, 2016)
2. Intervensi Sosial
Melalui intervensi sosial pada diri klien akan terjadi perubahan yang
arahnya menuju perbaikan dan kemajuan, atau perubahan yang positif.
Tindakan yang bertujuan untuk membantu orang perorangan atau
kelompok atau keluarga atau komunitas dalam konteks kehidupan sosial
mereka disebut intervensi sosial. Sesuai dengan konsepsi mengenai
keberfungsian sosial, strategi penanganan kemiskinan pekerjaan sosial
terfokus pada peningkatan kemampuan orang miskin dalam menjalankan
tugas-tugas kehidupan sesuai dengan statusnya. Karena tugas-tugas
kehidupan dan status merupakan konsepsi yang dinamis dan multi-wajah,
maka intervensi pekerjaan sosial senantiasa melihat sasaran perubahan
(orang miskin) tidak terpisah dari lingkungan dan situasi yang
dihadapinya. Prinsip ini dikenal dengan pendekatan “personinenvironment
dan person-in-situation”.
3. Intervensi Individual
Dalam melakukan intervensi tingkat individual dari orang miskin,
terlebih dahulu memahami psikologi orang miskin, sebagai acuan untuk
memahami psikologi orang miskin digunakan gagasan lingkaran
kemiskinan. Orang miskin tidak mampu mengendalikan nasib untuk
kedepannya, selain termasuk kelompok minoritas, juga posisi tawarnya
lemah. Contohnya petani tidak mampu menentukan harga beras sesuai
keinginan, sedangkan penjual pupuk mampu mendikte harga kepada petani
sesuai mereka inginkan. Hal ini menjadikan orang miskin tidak mampu
mengendalikan kondisi lingkungannya. Yang harus dilakukan yakni
merubah mindset orang miskin dengan cara memutus lingkaran sedini
mungkin sebelum terjadi perpindahan ke kondisi lebih lanjut. Pemutusan
lingkaran kemiskinan dimaksudkan agar orang miskin tidak terperangkap
dalam lingkaran kemiskinan juga untuk itu mereka diyakinkan mempunyai
kemampuan atau keterampilan tertentu (self- efficacy) yang selanjutnya
akan tumbuh harga dirinya (self-esteem).
4. Intervensi Kultural
Kelompok yang telah lama mengalami kemiskinan (deprivasi) akan
terbentuk budaya kemiskinan yang sering turun temurun dari generasi
kegenerasi. Kultur masyarakat miskin harus diubah dengan kultur
kelompok social ekonomi menengah yang lebih bermartabat agar dapat
keluar dari kultur kemiskinan. Program BLT juga tidak dapat dijadikan
program jangka Panjang karena akan menyebabkan semakin mantapnya
kultur kemiskinan.
5. Intervensi Struktural
Intervensi ini dilakukan karena terdapat asu3msi bahwa kemiskinan
bukan disebabkan karena karakteristik orang miskin terdahulu seperti
malas dan hidup boros. Secara structural ekonomi Indonesia memang
makin berorientasi kapitalistik. Terlihat dari berdirinya berbagai
supermasket juga apartemen mewah namun biayanya tetap tidak
terjangkau oleh masyarakat menengah. Maka dari itu intervensi
pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara struktural yakni dengan
dibukanya akses orang miskin terhadap Kesehatan, pendidikan, listrik,
perumahan, air bersih dan program welfare lainnya.
Referensi

https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/24/172143169/kemiskinan-definisi-
jenis-danfaktor-penyebabnya?page=all

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5882126/kemiskinan-pengertian-
penyebab-hinggajenis-jenisnya

Fikri, A. A. hafidh S., Sholeh, M., & Baroroh, K. (2016). Fenomena Kemiskinan
Perkotaan (Urban Poverty) Di Yogyakarta : Suatu Kajian Struktur Dan
Respons Kebijakan. Lumbung Pustaka UNY, 1–15.

Kurniawan, D. (2011). Kemiskinan di Indonesia dan Penanggulangannya. Gema


Eksos, 5(1), 1– 18.

Sciences, H. (2016). 済無 No Title No Title No Title. 4(1), 1–23.

Anda mungkin juga menyukai