Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21


Disusun Guna Memenuhi Tugas mata kuliah Perpajakan
Dosen pengampu : Rizka Ariyanti, S.E.M.M

Disusun oleh:
1. Salimatul Chusna (3421035)
2. Arum Pertiwi (3421059)

Semester 2
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
POLITEKNIK PUSMANU PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Atas terselesainya makalah ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini,
terutama penulis haturkan kepada Ibu Rizka Ariyanti, S.E.M.M selaku
dosen pembimbing mata kuliah Perpajakan.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekeliruan dan
kekurangan yang menyebabkan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Harapan penyusun atas
terbentuknya makalah ini, semoga memberikan informasi bagi mahasiswa
dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita.

Pekalongan, 3 April 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................2
A. Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...................................2
B. Pengecualian Subjek PPh Pasal 21...............................................3
C. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.....................................3
D. Pengecualian Objek PPh Pasal 21................................................4
E. Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21..............................5
F. Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21..............................................6
G. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21..........................6
BAB III PENUTUP...............................................................................9
A. Kesimpulan.....................................................................................9
B. Saran................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assesment. Dengan sistem
tersebut Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak
yang terutang dalam suatu tahun pajak. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) terutang
dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan. Pajak
merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai kepentingan
umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kepentingan
rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan sebagainya. Sehingga
pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara. PPh Pasal 21 merupakan
pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas mengenai
Pajak Penghasilan Pasal 21 dalam perumusan masalahnuya penulis akan merumuskan
tentang:
1. Apa yang dimaksud subjek pajak penghasilan pasal 21?
2. Apa saja pengecualian dalam subjek pajak penghasilan pasal 21?
3. Apa yang dimaksud dengan objek pajak penghasilan pasal 21?
4. Apa saja pengecualian dalam objek pajak penghasilan pasal 21?
5. Apa saja pemotong dalam pajak penghasilan pasal 21?
6. Apa saja kewajiban pemotong pajak penghasilan pasal 21?
7. Bagaimana cara perhitungan pajak penghasilan pasal 21?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan subjek pajak penghasilan pasal 21.
2. Mendeskripsikan pengecualian subjek pajak penghasilan pasal 21.
3. Mendeskripsikan objek pajak penghasilan pasal 21.
4. Mendeskripsikan pengecualian objek pajak penghasilan pasal 21.
5. Mendeskripsikan pemotong pajak penghasilan pasal 21.
6. Mendeskripsikan kewajiban pemotong pajak penghasilan pasal 21.

1
7. Mendeskripsikan cara perhitungan pajak penghasilan pasal 21.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21


PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan atas jasa.
Subjek Pajak PPh Pasal 21 (Wajib Pajak PPh Pasal 21) Wajib pajak yang dipotong PPh
pasal 21 adalah:
1. Pegawai
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pemberian jasa, meliputi:
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris,
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya,
c. Olahragawan,
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah,
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
g. Agen iklan;
h. Pengawas atau pengelola proyek;
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
j. Petugas penjaja barang dagangan;
k. Petugas dinas luar asuransi;
l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya,

3
4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama,
5. Mantan pegawai,
6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu;
d. Peserta pendidikan dan pelatihan;
e. Peserta kegiatan lainnya.
B. Pengecualian Subjek Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau
pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik;
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha
atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

C. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa Penghasilan
yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur;
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka
waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja;
4. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan

4
5. Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan jasa yang dilakukan
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima
atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.

D. Pengecualian Objek Pajak Penghasilan

1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan


dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah;
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang
pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan
5. Beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

5
E. Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Pemotong pajak yang memotong PPh Pasal 21 sebagai beriku:
1. Pemberi kerja yang terdiri dari:
a. Orang pribadi dan badan;
b. Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh
administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut.
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas
pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi
atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan
lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan
hari tua;
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar:
a. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam
negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak
untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya;
b. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar
negeri,
c. Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan
pelatihan, serta pegawai magang,
5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnyayang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan
dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu
kegiatan.

6
F. Kewajiban Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
1. Pemotong PPh Pasal 21 dan penerima penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 wajib
mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pegawai, penerima pensiun berkala, serta bukan pegawai wajib membuat surat
pernyataan yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau
pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagai dasar penentuan PTKP
dan wajib menyerahkannya kepada Pemotong PPh Pasal 21 pada saat mulai bekerja
atau mulai pensiun.
3. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga bagi pegawai, penerima pensiun
berkala dan bukan pegawai wajib membuat surat pernyataan baru dan
menyerahkannya kepada pemotong PPh Pasal 21 paling lama sebelum mulai tahun
kalender berikutnya.
4. Pemotong PPh Pasal 21 wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan kalender, dan membuat Bukti
Pemotongan PPh Pasal 21.
5. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh
Pasal 21 untuk masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan
PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan
atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh pasal 21 setiap
bulan kalender tetap berlaku, dalam hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang
bersangkutan nihil.
7. Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh pasal 21
yang terutang oleh pemotong PPh pasal 21, kelebihan penyetoran tersebut dapat
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan berikutnya melalui
Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21.
G. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Tarif dan Penerapannya:
1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemagang dan calon
pegawai, serta distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis, dikenakan tarif
Pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP
dihitung berdasarkan sebagai berikut:
a. Pegawai Tetap: Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari penghasilan
bruto, maksimum Rp 6.000.000 setahun atau Rp 500.000 sebulan); dikurangi
7
iuran pensiun/iuran jaminan hari tua, dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP).
b. Penerima Pensiun Bulanan: Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun (5% dari
penghasilan bruto, maksimum Rp 2.400.000 setahun atau Rp 200.000 sebulan);
dikurangi PTKP.
c. Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai: Penghasilan bruto dikurangi
PTKP yang diterima atau diperoleh untuk jumlah yang disetahunkan.
d. Distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis: penghasilan bruto tiap bulan
dikurangi PTKP per bulan.
2. Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea siswa, dan
pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan yang jumlahnya dihitung
tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau
kegiatan; mantan pegawai yang menerima jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus;
peserta program pensiun yang menarik dananya pada dana pensiun; dikenakan tarif
berdasarkan Pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan dengan penghasilan bruto.
3. Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai dan aktuaris) dikenakan tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-
undang PPh x 50% dari perkiraan penghasilan bruto dikurangi PTKP perbulan.
4. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai, serta pegawai
tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah
borongan dan uang saku harian yang besarnya melebihi Rp 150.000 sehari tetapi
dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp 1.320.000 atau tidak
dibayarkan secara bulanan, maka PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah
dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp 150.000.
Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp 1.320.000, maka besarnya
PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP
sebenarnya dari penerima penghasilan yang bersangkutan dibagi 360.
5. Penerima pesangon, tebusan pensiun, Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua
yang dibayarkan sekaligus dikenakan tarif PPh final sebagai berikut:
a. 5% dari penghasilan bruto di atas Rp 25.000.000 s.d. Rp 50.000.000.
b. 10% dari penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000.
c. 15% dari penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000 s.d. Rp 200.000.000.
d. 25% dari penghasilan bruto di atas Rp 200.000.000.

8
6. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/Polri yang menerima honorarium dan imbalan lain
yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah dipotong
PPh Pasal 21 dengan tarif 15% dari penghasilan bruto dan bersifat final, kecuali yang
dibayarkan kepada PNS Gol. II/d ke bawah, anggota TNI/Polri berpangkat Peltu atau
Aiptu ke bawah.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan atas jasa.

B. Saran
Melalui materi yang telah dituliskan diatas, diharapkan dapat dijadikan alternatif cara
untuk memahami Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Penulis menyadari sepenuhnya jika
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
untuk memperbaiki makalah tersebut penulis mengharap kritik dan saran membangun
dari para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Surat Edaran Nomor PJ.091/PPh/B/003/2013-00. Tentang


PPh (Pajak Penghasilan).
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak. 2021. Tentang PPh
Pasal21/26.https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/buku%20pph
%20upload.pdf.Diakses pada 3 April 2022

11

Anda mungkin juga menyukai