Makalah SEI Uni

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SISTEM EKONOMI INDONESIA

“PERKEMBANGAN SISTEM EKONOMI INDONESIA”

OLEH:

A. DWI YUNIARTI. H

C1G121107

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALUOLEO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia"
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Ekonomi Indonesia. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang perkembangan sistem ekonomi indonesia
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bakti,SE.M.Si. Ucapan terima kasih


juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 31 Maret 2022

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH SISTEM EKONOMI INDONESIA................................................

2.2 LANDASAN EKONOMI YANG ADA DI INDONESIA.................................

2.3 PASAL YANG HARUS DIPERTAHANKAN .................................................

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai seiring dengan
industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian Indonesia secara dinamis bergantung
pada sumber pembiayaan dari sektor perbankan. Dimana keadaan perekonomian Indonesia
tersebut dikenal dengan sebutan bank – based economy (Naylah, 2010). Dalam hal ini, peranan
sektor perbankan dapat dikatakan sebagai fasilitas pemacu untuk perkembangan pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Peranan sektor perbankan dalam membantu mendorong perkembangan
perekonomian Indonesia biasanya terjadi melalui penyediaan dana untuk dunia usaha. Dunia
usaha diyakini merupakan salah satu sektor yang dapat dengan cepat mempengaruhi pergerakan
pertumbuhan ekonomi. Untuk itu dukungan yang lebih komprehensif sangat dibutuhkan bagi
dunia usaha untuk dapat meningkatkan efektivitasnya yang kemudian akan berpengaruh pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dunia usaha membutuhkan sumber – sumber pembiayaan
untuk dapat meningkatkan investasi mereka dan kemudian dapat memperoleh faktor – faktor
produksi yang lebih banyak tentunya, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan output dan
pada akhirnya akan berdampak pada pendorongan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Indonesia yang merupakan negara berkembang, sumber pembiayaan investasinya masih
didominasi oleh penyaluran kredit perbankan hingga saat ini.

Dalam perkembangan globalisasi seperti kita saksikan saat ini ternyata tidak makin mudah
menyajikan pemahaman tentang adanya sistem ekonomi Indonesia. Kaum akademisi Indonesia
terkesan makin mengagumi globalisasi yang membawa perangai “kemenangan” sistem
kapitalisme Barat. Sikap kaum akademisi semacam ini ternyata membawa pengaruh besar
terhadap sikap kaum elit politik muda Indonesia, yang mudah menjadi ambivalen terhadap
sistem ekonomi Indonesia dan ideologi kerakyatan yang melandasinya.

Pemahaman akan sistem ekonomi Indonesia bahkan mengalami suatu pendangkalan


tatkala sistem komunisme Uni Soviet dan Eropa Timur dinyatakan runtuh. Kemudian dari situ
ditarik kesimpulan kelewat sederhana bahwa sistem kapitalisme telah memenangkan secara total
persaingannya dengan sistem komunisme. Dengan demikian, dari persepsi simplisistik semacam
ini, Indonesia pun dianggap perlu berkiblat kepada kapitalisme Barat dengan sistem pasar-
bebasnya dan meninggalkan saja sistem ekonomi Indonesia yang “sosialistik” itu.

Kesimpulan yang misleading tentang menangnya sistem kapitalisme dalam percaturan


dunia ini ternyata secara populer telah pula “mengglobal”. Sementara pemikir strukturalis
masih memberikan peluang terhadap pemikiran obyektif yang lebih mendalam, dengan
membedakan antara runtuhnya negara-negara komunis itu secara politis dengan lemahnya (atau
kelirunya) sistem sosialisme dalam prakteknya.
Pandangan para pemikir strukturalis seperti di atas kurang lebihnya diawali oleh fenomena
konvergensi antara dua sistem raksasa itu (kapitalisme dan komunisme) a.l. seperti dkemukakan
oleh Raymond Aron (1967), bahwa suatu ketika nanti anak-cucu Krushchev akan menjadi
“kapitalis” dan anak-cucu Kennedy akan menjadi “sosialis”.
Mungkin yang lebih benar adalah bahwa tidak ada yang kalah antara kedua sistem itu.
Bukankah tidak ada lagi kapitalisme asli yang sepenuhnya liberalistik dan individualistik dan
tidak ada lagi sosialisme asli yang dogmatik dan komunalistik.

Dengan demikian hendaknya kita tidak terpaku pada fenomena global tentang kapitalisme
vs komunisme seperti dikemukakan di atas. Kita harus mampu mengemukakan dan
melaksanakan sistem ekonomi Indonesia sesuai dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia, yaitu
untuk mencapai kesejahteraan sosial dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa
mengabaikan hak dan tanggung jawab global kita.

Globalisasi dengan “pasar bebas”nya memang berperangai kapitalisme dalam ujud


barunya. Makalah ini tidak dimaksudkan untuk secara khusus mengemukakan tentang hal-hal
mengapa globalisasi perlu kita waspadai namun perlu dicatat bahwa globalisasi terbukti telah
menumbuhkan inequality yang makin parah, melahirkan “the winner-take-all society” (adigang,
adigung, aji mumpung), disempowerment dan impoversishment terhadap si lemah. Tentu
tergantung kita, bagaimana memerankan diri sebagai subyek (bukan obyek) dalam ikut
membentuk ujud globalisasi. Kepentingan nasional harus tetap kita utamakan tanpa mengabaikan
tanggungjawab global. Yang kita tuju adalah pembangunan Indonesia, bukan sekedar
pembangunan di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah:

 Bagaimana Sejarah Sistem Ekonomi Indonesia


 Bagaimana Landasan Ekonomi Yang Ada di Indonesia
 Pasal Berapa Saja Yang Harus Dipertahankan Dalam Sistem Ekonomi Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH SISTEM EKONOMI INDONESIA

Di dalam negara Indonesia sendiri, secara total sudah ada 4 perubahan sistem ekonomi
dari masa penjajahan hingga sekarang, berikut ini adalah penjelasannya.

1. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Sistem ekonomi indonesia yang pertama kali diterapkan adalah sistem ekonomi liberal.
Sistem ekonomi ini berlangsung dari tahun 1950 hingga tahun 1957, artinya beberapa tahun
setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945. Saat itu, perubahan kabinet yang sering sekali
terjadi pada saat itu berdampak negatif pada lemahnya ekonomi di Indonesia. Untuk
menanggulanginya, diterapkanlah kebijakan menggunting uang kertas Rp 5 menjadi dua bagian,
bagian pertama yang bernilai Rp 2,5 digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, dan bagian
Rp 2,5 yang lain digunakan untuk membeli obligasi pinjaman nasional. Kebijakan ini diambil
oleh menteri keuangan yang saat itu tengah menjabat, yaitu Bapak Syafruddin
Prawiranegara.Selain kebijakan menggunting uang kertas, pada saat itu juga terjadi gerakan
banteng untuk merubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Kebijakan
ini dinyatakan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo , seorang ahli ekonomi pada masa kabinet
Natsir. Gerakan ini dilakukan untuk melindungi para pengusaha dalam negeri dengan
memberikan suatu bantuan berupa kredit dan bimbingan yang konkret.

2. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Pada masa demokrasi terpimpin, sistem ekonomi Indonesia mengalami perubahan dari
yang awalnya ekonomi liberal berubah menjadi sistem ekonomi etatisme, dimana seluruh sistem
ekonomi ini diatur dan dikuasai oleh pihak negara, baik itu dalam aspek sosial, ekonomi, ataupun
politik. Sistem ekonomi ini dicetuskan oleh Presiden Ir. Soekarno di tahun 1959. Sistem ekonomi
ini dilakukan karena sistem ekonomi liberal membuat setiap pengusaha dalam negeri tidak
mampu bersaing dengan pengusaha asing. Sehingga, dibentuklah Dewan Perancang Nasional
atau Depernas di tahun yang sama yang dipimpin oleh Moh. Yamin untuk mempersiapkan
rancangan undang-undang pembangunan nasional. Pada kala itu, terjadi penurunan nilai uang,
seperti uang kertas yang nilainya Rp 500 menurun menjadi Rp 50, dan uang kertas Rp 1000
menjadi Rp 100 saja. Namun, usaha ini belum mampu mengatasi penurunan ekonomi di bidang
finansial.

3. Masa Demokrasi Ekonomi (1967-1998)

Demokrasi ekonomi terjadi pada tahun 1967 hingga tahun 1998, atau pada masa
pemerintahan orde baru yang kala itu di pimpin oleh Bapak Soeharto. Pada masa ini, sistem
ekonomi Indonesia menganut sistem ekonomi campuran, yang di dalamnya terdapat campur
tangan pemerintah bersama masyarakat yang turut serta dalam meningkatkan kegiatan ekonomi.

Pemerintah berperan sebagai pengendali ekonomi dan masyarakat berperan penuh


sebagai pelaku produksi, distribusi dan sekaligus konsumennya. Usaha pemerintah ini bertujuan
untuk membantu masyarakat agar terhindar dari masalah ekonomi modern seperti kesulitan
dalam menentukan harga barang atau jasa yang akan diproduksi. Kebijakan Bapak Soeharto
dalam bidang ekonomi ini meliputi:

 Bergabungnya kembali Indonesia dengan IMF atau International Monetary Fund ,


sehingga ada bantuan utang keuangan dari negara asing yang masuk ke Indonesia.
 Menghapus kebijakan hiperinflasi dengan melarang adanya pendanaan domestik untuk
mencetak uang.
 Melakukan pembebasan bea cukai import dan mengatasi devaluasi rupiah, sehingga
mampu meningkatkan nilai ekspor ke tingkat internasional.

4. Masa Demokrasi Pancasila (1998-Sekarang)

Pada tahun 1998 hingga saat ini, sistem ekonomi Indonesia menggunakan sistem
ekonomi Pancasila. Sistem ekonomi ini adalah bentuk pengembangan dari sistem ekonomi
campuran. Koperasi salah satu wujud dari diterapkannya sistem ekonomi Pancasila yang
berlandaskan pada pilar ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Hal ini sesuai
dengan amanat undang-undang tahun 1992 pasal 3, yang didalamnya dijelaskan bahwa tujuan
koperasi adalah untuk mensejahterakan anggotanya serta turut serta dalam membangun tatanan
perekonomian negara agar mampu mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur.
Pengelolaan sistem ekonomi ini dilakukan berdasarkan hasil musyawarah yang dilakukan oleh
perwakilan rakyat.

2.2 LANDASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

Secara normatif landasan idiil sistem ekonomi Indonesia adalah Pancasila dan UUD
1945. Dengan demikian maka sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi yang
berorientasi kepada Ketuhanan Yang Maha Esa (berlakunya etik dan moral agama, bukan
materialisme); Kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal pemerasan atau
eksploitasi); Persatuan Indonesia (berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan, sosio-
nasionalisme dan sosio-demokrasi dalam ekonomi); Kerakyatan (mengutamakan kehidupan
ekonomi rakyuat dan hajat hidup orang banyak); serta Keadilan Sosial (persamaan/emansipasi,
kemakmuran masyarakat yang utama – bukan kemakmuran orang-seorang).
Dari butir-butir di atas, keadilan menjadi sangat utama di dalam sistem ekonomi Indonesia.
Keadilan merupakan titik-tolak, proses dan tujuan sekaligus.

Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal utama bertumpunya sistem ekonomi Indonesia yang
berdasar Pancasila, dengan kelengkapannya, yaitu Pasal-pasal 18, 23, 27 (ayat 2) dan 34.

Berdasarkan TAP MPRS XXIII/1966, ditetapkanlah butir-butir Demokrasi Ekonomi


(kemudian menjadi ketentuan dalam GBHN 1973, 1978, 1983, 1988), yang meliputi penegasan
berlakunya Pasal-Pasal 33, 34, 27 (ayat 2), 23 dan butir-butir yang berasal dari Pasal-Pasal
UUDS tentang hak milik yuang berfungsi sosial dan kebebasan memilih jenis pekerjaan. Dalam
GBHN 1993 butir-butir Demokrasi Ekonomi ditambah dengan unsur Pasal 18 UUD 1945.
Dalam GBHN 1998 dan GBHN 1999, butir-butir Demokrasi Ekonomi tidak disebut lagi dan
diperkirakan “dikembalikan” ke dalam Pasal-Pasal asli UUD 1945.

Landasan normatif-imperatif ini mengandung tuntunan etik dan moral luhur, yang
menempatkan rakyat pada posisi mulianya, rakyat sebagai pemegang kedaulatan, rakyat sebagai
ummat yang dimuliakan Tuhan, yang hidup dalam persaudaraan satu sama lain, saling tolong-
menolong dan bergotong-royong.

2.3 PASAL YANG HARUS DIPERTAHANKAN DALAM SISTEM EKONOMI


INDONESIA
Pasal 33 UUD 1945 harus dipertahankan. Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal mengenai
keekonomian yang berada pada Bab XIV UUD 1945 yang berjudul “Kesejahteraan Sosial”.
Kesejahteraan sosial adalah bagian tak terpisahkan dari cita-cita kemerdekaan. Dengan
menempatkan Pasal 33 1945 di bawah judul Bab “Kesejahteraan Sosial” itu, berarti
pembangunan ekonomi nasional haruslah bermuara pada peningkatan kesejahteraan sosial.
Peningkatan kesejahteraan sosial merupakan test untuk keberhasilan pembangunan, bukan
semata-mata per-tumbuhan ekonomi apalagi kemegahan pembangunan fisikal. Pasal 33 UUD
1945 adalah pasal yang mulia, pasal yang mengutamakan kepentingan bersama masyarakat,
tanpa mengabaikan kepentingan individu orang-perorang. Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal
restrukturisasi ekonomi, pasal untuk mengatasi ketimpangan struktural ekonomi.

Saat ini Pasal 33 UUD 1945 (ide Bung Hatta yang dibela oleh Bung Karno karena
memangku ide “sosio-nasionalisme” dan ide “sosio-demokrasi”) berada dalam bahaya. Pasal 33
UUD 1945 tidak saja akan diamandemen, tetapi substansi dan dasar kemuliaan ideologi
kebangsaan dan kerakyatan yang dikandungnya akan diubah, artinya akan digusur, oleh
sekelompok pemikir dan elit politik yang kemungkinan besar tidak mengenal platform nasional
Indonesia.

Ayat 1 Pasal 33 UUD 1945 menegaskan, bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Perkataan disusun artinya “direstruktur”. Seorang
strukturalis pasti mengerti arti “disusun” dalam konteks restrukturisasi ekonomi, merubah
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional, menghilangkan subordinasi ekonomi (yang tidak
emancipatory) dan menggantinya dengan demokrasi ekonomi (yang participatory dan
emancipatory).

Tiga butir Ayat Pasal 33 UUD 1945 tidak seharusnya dirubah, tetapi ditambah ayat-ayat
baru, bukan saja karena tidak menjadi penghambat pembangunan ekonomi nasional tetapi juga
karena tepat dan benar. Kami mengusulkan berikut ini sebagai upaya amandemen UUD 1945,
yang lebih merupakan suatu upaya memberi “addendum”, menambah ayat-ayat, misalnya untuk
mengakomodasi dimensi otonomi daerah dan globalisasi ekonomi, dengan tetap
mempertahankan tiga ayat aslinya.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sistem ekonomi Indonesia sudah ada sejak jaman penjajahan. Dari kurun waktu tertentu
sistem ekonomi selalu berubah. Jadi sistem ekonomi Indonesia sekarang berbeda dengan sistem
ekonomi Indonesia masa Orde Lama. Pemerintah selalu mengganti sistem ekonomi untuk
membuat perekonomian negara semakin membaik. Hal ini memang perlu dilakukan untuk
mengikuti perkembangan jaman yang semakin maju. Perekonomian yang baik akan
mensejahterakan rakyatnya dimana ekonomi Indonesia memang dari rakyat oleh rakyat dan
untuk rakyat. Selama ini sistem ekonomi di Indonesia sudah berganti berkali-kali sekitar empat
kali.

DAFTAR PUSTAKA
Mubyarto. (2000). Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE. Hamid, Edy

Suandi. (2005). Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: UII Press. Hudiyanto. (2001).

Ekonomi Indonesia: Sistem dan Kebijakan. Yogyakarta: PPE UMY. Grosmann,

Gregory. (1986). Sistem Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara.

1. Bagaimana peran pemerintah dalam sistem ekonomi campuran?


2. Mengapa pada sistem ekonomi tradisional perekonomiannya sangat sulit untuk
berkembang?
3. Mengapa sistem ekonomi pancasila sulit diterapkan bahkan sulit diterima?
4. Apakah sistem ekonomi merkatilisme dapat diterapkan di Indonesia?
5. Bagaimana jika sistem ekonomi tradisional diterapkan dimasa pandemi seperti ini?

Anda mungkin juga menyukai