Anda di halaman 1dari 16

“NKRI dan Warga Negara”

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PPKn


Dosen Pengampu: Fachri Hakim, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 3:

Cici Meiyanti 2108036005

Daffania Elga Melinda 2108036015

Wafiq Allifa Qurrotul Aini 2108036025

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah “NKRI dan Warga Negara” yang diberikan kepada kami. Kemudian,
sholawat serta salam juga mari kita haturkan pada baginda Nabi Muhammad SAW,
semoga kita mendapat syafaat Beliau di Yaumil Akhir nanti, Aamiin.

Adapun tujuan utama penulisan ini yakni untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan semester 2 dengan materi “NKRI dan Warga Negara”.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Fachri Hakim selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan UIN Walisongo Semarang yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai NKRI dan Warga Negara, dan peng-
aplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Kami menyadari, dalam penulisan
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Semarang, 12 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................4
C. TUJUAN.......................................................................................................................5
D. MANFAAT..................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. PENGERTIAN KONSEP NKRI..................................................................................5
B. ASAS KEWARGANEGARAAN.................................................................................7
C. KEWARGANEGARAAN............................................................................................9
1. Syarat Memperoleh Kewarganegaraan....................................................................10
2. Masalah Terkait Kewarganegaraan.........................................................................11
D. INTEGRASI WARGA NEGARA YANG BAIK DALAM ISLAM..............................14
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................16
C. Kata Penutup..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ialah negara kesatuan yang
kerap disebut sebagai Nusantara, yakni negara kepulauan yang terdiri dari beberapa
pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Di dalamnya, terdapat berbagai
macam ras, budaya, suku, dan agama yang berbeda-beda namun demikian tetap
menjadi satu dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.

Bentuk pemerintahan NKRI adalah republik. Diselenggarakan berdasarkan


prinsip kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara demokratis. Dalam negara
kesatuan, tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan pada dasarnya tetap
berada di tangan pemerintah pusat. Tujuan dari NKRI tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 alinea ke 4 yang berbunyi “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

Warga negara secara bahasa merupakan terjemahan dari kata citizens yang
mempunyai arti warga negara, petunjuk dari sebuah kota, sesama warga negara,
sesama penduduk, orang setanah air. Secara istilah, warga negara bermakna seseorang
yang secara hukum sudah menjadi anggota resmi dari sebuah negara tertentu. Sebagai
generasi penerus, kita wajib menjaga sikap dan perilaku dalam mempertahankan dan
menjaga keutuhan NKRI. Hal ini harus diterapkan dalam pola hidup sehari-hari
sebagai bekal NKRI yang lebih maju untuk kedepannya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar Belakang tentang Pancasila sebagai dasar negara,maka dapat
kita rumuskan masalah sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan konsep NKRI?

b. Apa yang dimaksud dengan asas kewarganegaraan?

c. Bagaimana cara mengintegrasikan kriteria warga negara yang baik


(demokratis) dengan keislaman?

d. Bagaimana cara membedakan permasalahan kewarganegaraan?

e. Bagaimana upaya pemerolehan kewarganegaraan?

C. TUJUAN
1. Mengetahui tentang konsep NKRI dan karakteristiknya.

4
2. Mengetahui tentang asas kewarganegaraan.

3. Mengetahui kriteria warga negara yang baik (demokratis) dengan keislaman.

4. Mampu membedakan permasalah kewarganegaraan.

D. MANFAAT
1. Digunakan sebagai sumber belajar pada mata kuliah PPKn.

2. Menambah ilmu pengetahuan tentang konsep NKRI dan asas


kewarganegaraan.

3. Membangkitkan semangat demokrasi melalui pengenalan konsep NKRI dan


asas kewarganegaraan.

4. Menunjukkan rasa cinta terhadap NKRI.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KONSEP NKRI


Menurut Laski, negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa. Menurut Robert M. MacIver
menyebut negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan ketertiban di dalam suatu
masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), negara kesatuan adalah negara yang berdaulat keluar dan ke dalam dan
kekuasaan untuk mengatur dan memimpin seluruh daerah berada pada pemerintah
pusat.

Konsep negara kesatuan bertumpu pada prinsip bahwa pemegang kedaulatan


adalah seluruh rakyat, yang sekali untuk selamanya memberikan kedaulatan negara
kepada pemerintah pusat (nasional) pada waktu pendirian negara (proklamasi
kemerdekaan) yang pelaksanaannya diawasi oleh rakyat melalui pemilu demokratis
yang digelar secara periodik. Sebagian kekuasaan pemerintah pusat dapat di
limpahkan (devolusi) kepada pemerintah daerah (sub‐unit pemerintah pusat) melalui
otonomi yang ditetapkan dengan UU. Otonomi daerah adalah sebuah sub‐sistem dari
pemerintah pusat. Secara konsep, kekuasaan otonomi itu dapat diubah, ditambah,
dikurangi bahkan dicabut oleh pemerintah pusat melalui UU. Sesuai dengan
keperluan dan pertimbangan lain, otonomi bisa simetris (sama dan seragam) dan juga
bisa tidak simetris (a‐simetris) dari satu daerah dengan daerah lain. Mayoritas negara-
negara di dunia memakai negara sistem kesatuan, termasuk Indonesia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terbentuk dari sejarah yang


panjang. Proses panjang itu sendiri terbentuk melalui lika-liku yang tercatat pada
sejarah peradaban bangsa Indonesia. Melalui sejarah yang panjang atas perebutan
kemerdekaan bangsa Indonesia, dan melalui perdebatan panjang para the founding
fathers republik ini, bersepakat bahwa Negara Kesatuan (unitaris) adalah keputusan
final dari bentuk Negara Indonesia. Mengenai konsep unitaris, Indonesia merupakan negara
kesatuan yang menggunakan sistem desentralisasi melalui otonomi daerah. Artinya,
pemerintah pusat memberikan sebagian kewenangan kepada pemerintah daerah.
Namun dengan beberapa pengecualian, terutama terkait politik. Dimana wewenang
dalam bidang politik luar negeri, yustisi, agama, pertahanan, keamanan, moneter dan
fiskal tetap menjadi kewenangan Pemerintah pusat dan tidak diberikan kepada daerah.

6
Bentuk Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.
Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan bentuk negara yaitu bentuk
negara federal, lalu menjadi negara kesatuan. Empat pilar utama yang menjadi nilai
dan konsensus dasar yang selama ini menopang tegaknya Republik Indonesia adalah
Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.

Perubahan bentuk negara dari tahun ke tahun:

1. 1945 - 1949 : Negara kesatuan berbentuk republik. ( Pasal 1 UUD 1945 ).

2. 27 Desember 1949 – 16 Agustus 1950 : Federasi Alinea ke-3 Mukadimah


Konstitusi RIS 1949. Negara berbentuk serikat / federasi.

3. 17 Agustus 1950 – 4 Juli 1959 : Kesatuan Alinea 3 Pembukaan UUD


1950, Negara yang berbentuk Republik Kesatuan.

4. Dekrit Presiden ( 5 Juli 1959 ) : Kembali ke UUD 1945, bentuk negara


adalah Kesatuan.

5. Amandemen UUD 1945 ( 1999 – 2002 ) : Bentuk negara Kesatuan.

Tujuan NKRI terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-
empat yaitu “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial”.

Dari rumusan tersebut, tersirat adanya tujuan nasional atau negara yang ingin
dicapai sekaligus merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh negara yaitu:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia.

2. Memajukan kesejahteraan umum.

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,


perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

B. ASAS KEWARGANEGARAAN
Warga negara merupakan anggota negara yang memiliki status khusus mengenai
negaranya, memiliki interaksi hak dan kewajiban yang berbentuk timbal balik
mengenai negaranya. Asas kewarganegaraan adalah dasar pemikiran dalam
menentukan masuk atau tidaknya seseorang di dalam warga negara dalam suatu
wilayah negara tertentu. Asas kewarnegaraan diperlukan untuk mengatur status
kewarganegaraan seseorang. Hal ini penting agar seseorang mendapatkan
perlindungan hukum dari negara, serta menerima hak dan kewajibannya. Ketentuan
tentang status kewarganegaraan penting diatur dalam peraturan perundang undangan

7
dari negara. Peraturan perundangan inilah yang kemudian dijadikan asas untuk
penentuan status kewarganegaraan seseorang. Setiap warga negara memiliki budaya,
sejarah, dan tradisi yang berbeda satu sama lain.

Dalam asas kewarganegaraan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006


tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, dikenal dua pedoman yaitu: (1) asas
kewarganegaraan umum, dan (2) asas kewarganegaraan khusus.

Mengenai soal kewarganegaraan, masing-masing negara menganut asas yang


menguntungkan, dan lainnya adalah campuran dari kedua asas itu. Asas campuran
adalah asas yang menentukan kewarganegaraan lebih dari satu atau asas tersebut
sekaligus diperlakukan. Kesulitan-kesulitan ini dapat membawa akibat seorang
memperoleh kewarganegaraan lebih dari satu (dwikewarganegaraan) dan seorang
menjadi tidak berkewenangan sama sekali (apatride).

Berdasarkan pertimbangan, perlu dibentuk undang-undang kewarganegaraan yang


baru sebagai pelaksanaan Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan agar hal-hal mengenai warga negara dan
penduduk diatur dengan undang-undang. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan
melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana tersebut di atas,
Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia ini memperhatikan asas-asas
kewarganegaraan umum atau universal, yaitu asas ius sanguinis, ius soli, dan
campuran. Adapun asas-asas yang dianut dalam Undang-Undang Kewarganegaraan
Republik Indonesia ini sebagai berikut:

i. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan
negara. tempat kelahiran.
ii. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang ini.
iii. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
iv. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang ini.

Selain asas tersebut di atas, beberapa asas khusus juga menjadi dasar
penyusunan Undang-Undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, antara
lain sebagai berikut:

a. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan


kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang
bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang
memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri.

8
b. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa
pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap Warga
Negara Indonesia dalam keadaan apapun baik di dalam maupun di luar
negeri.
c. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang
menentukan bahwa setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan
perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
d. Asas kebenaran substantif adalah prosedur. pewarganegaraan seseorang
tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-
syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas
dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender.
f. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah alas
yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara
harus menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada
umumnya dan hak warga negara pada khususnya.
g. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal
ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara
terbuka.
h. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat
mengetahuinya.

Dalam literatur hukum dan dalam praktik, dikenal adanya tiga asas
kewarganegaraan, yaitu asa ius soli, ius sanguinis, dan asas campuran. Dari ketiga
asas itu, yang dianggap sebagai asas yang utama ialah asas ius soli dan ius sanguinis.
Sehubungan dengan kedua asas tersebut, setiap negara bebas memilih asas yang
hendak dipakai dalam rangka kebijakan kewarganegaraannya untuk menentukan siapa
saja yang diterima sebagai warga negara dan siapa yang bukan warga negara. Oleh
karena itu, di berbagai negara, dapat timbul berbagai pola pengaturan yang tidak sama
di bidang kewarganegaraan. Bahkan, antara satu dengan negara lain dapat timbul
pertentangan atau conflict of law atau pertentangan hukum. Dalam hal itu akan
menimbulkan persoalan bipatride atau dwi-kewarganegaraan, atau sebaliknya
menyebabkan apatride, yaitu keadaan tanpa kewarganegaraan sama sekali. Bipatride
atau dwi-kewarganegaraan timbul ketika menurut peraturan-peraturan tentang
kewarganegaraan dari berbagai negara, seseorang sama-sama dianggap sebagai warga
negara oleh negara-negara yang bersangkutan.

C. KEWARGANEGARAAN
1. Syarat Memperoleh Kewarganegaraan

Secara umum, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan


Republik Indonesia (“UU Kewarganegaraan”) mengatur bahwa permohonan

9
kewarganegaraan Indonesia dapat diajukan oleh pemohon dengan kriteria sebagai
berikut:

a. Orang Asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia
“WNI”

b. Orang Asing yang telah berjasa kepada Negara Indonesia

c. Anak yang memiliki kewarganegaraan ganda WNI yang kehilangan


status kewarganegaraan Indonesia dan ingin memperoleh kembali
Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Sedangkan syarat permohonan kewarganegaraan Indonesia berdasarkan


ketentuan Pasal 9 UU Kewarganegaraan, syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin;


b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di
wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun
berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
f. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak
menjadi berkewarganegaraan ganda;
g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Tata cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia juga bisa melalui perkawinan,


pedoman tentang pengajuan persyaratan untuk menjadi WNI karena perkawinan
diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 36 Tahun
2016 tentang Tata Cara Menyampaikan Pernyataan untuk Menjadi Warga Negara
Indonesia (“Permenkumham 36/2016”) yang memuat ketentuan mengenai kerangka
hukum dan pedoman untuk warga negara asing yang kawin secara sah dengan WNI
dan ingin mendapatkan kewarganegaraan Indonesia.

2. Masalah Terkait Kewarganegaraan

Permasalah kewarganegaraan dan tidak berkewarganegaraan (apakah itu


menyangkut masalah perolehan, kehilangan atau penolakan kewarganegaraan),
walaupun sudah diatur oleh hukum kewarganegaraan nasional maupun hukum
internasional, ternyata masih banyak menyisakan berbagai permasalahan. Banyak
orang tak berkewarganegaraan menjadi korban dari pemindahan paksa. Orang-orang
yang terusir dari kampung halamannya cenderung rawan menjadi tak
berkewarganegaraan dan kehilangan kewarganegaraannya, terutama jika kepindahan
mereka diikuti dengan pemetaan ulang batas wilayah negara mereka. Sebaliknya,
individu tak berkewarganegaraan dan kehilangan kewarganegaraannya seringkali

10
dipaksa pergi dari tempat tinggalnya sehari-hari. Banyak orang tak
berkewarganegaraan yang dari hari ke hari terus bertambah dan masih harus berjuang
untuk memperoleh hak atas status kewarganegaraannya. Perjuangan mereka itu tidak
lain adalah perjuangan ‘hak untuk mempunyai hak’. Karena mendapatkan status
hukum kewarganegaraan sama halnya memiliki kunci pintu masuk untuk
mendapatkan hak-hak lainnya dari negara.

Pada umumnya, keadaan tak berkewarganegaraan dapat disebabkan oleh berbagai


hal, diantaranya:

a. konflik hukum

Konflik hukum yang dimaksud ini adalah konflik hukum terkait dengan
pembatalan kewarganegaraan. Beberapa negara mempunyai hukum kewarganegaraan
yang mengijinkan warganya untuk menanggalkan kewarganegaraannya tanpa terlebih
dahulu memperoleh atau mendapat jaminan perolehan kewarganegaraan lain. Hal ini
sering berakibat pada keadaan tak berkewarnegaraan. Konflik hukum terkait masalah
ini muncul saat salah satu negara tidak mengijinkan pembatalan Kewarganegaraan
dan Tidak Berkewarganegaraan sebelum memperoleh kewarganegaraan lain,
sementara negara lain tersebut tidak mau memberikan kewarganegaraan sebelum
individu tersebut menanggalkan kewarganegaraan sebelumnya.

b. perubahan wilayah negara

Walau hanya dibahas sebagian dalam berbagai perangkat dan prinsip hukum
internasional, peralihan wilayah atau kedaulatan suatu negara sudah lama menjadi
penyebab terjadinya ke-tak berkewarganegaraan. Hukum kewarganegaraan dan
pelaksanaannya biasanya berubah saat negara mengalami perubahan wilayah atau
kedaulatan seperti saat negara merdeka dari kekuasaan penjajah, setelah negara bubar,
jika suatu negara atau negara-negara baru muncul setelah negara bubar, atau jika
negara dipulihkan kembali setelah dibubarkan selama beberap waktu. Kejadian-
kejadian ini dapat memicu diberlakukannya hukum atau undang-undang
kewarganegaraan baru dan/atau prosedur administrasi baru. Dalam keadaan demikian,
seseorang dapat menjadi tak berkewarganegaraan jika mereka lalai mengajukan
permohonan kewarganegaraan di bawah hukum/undang-undang yang baru atau
menurut prosedur administrasi yang baru, atau jika mereka ditolak
kewarganegaraannya karena penerjemahan ulang dari hukum dan pelaksanaan aturan-
aturan terdahulu.

c. hukum perkawinan

Beberapa negara secara otomatis merubah status kewarganegaraan seorang


perempuan pada saat ia menikah dengan seorang non warganegara. Perempuan
demikian dapat menjadi tak berkewarganegaraan jika dia tidak segera memperoleh
kewarganegaraan suaminya secara otomatis, atau jika suaminya tak
berkewarganegaraan. Seorang perempuan juga dapat menjadi tak berkewarganegaraan

11
jika setelah ia menerima kewarganegaraan suaminya, mereka lalu bercerai sehingga ia
kehilangan kewarganegaraan yang diperolehnya pada saat menikah, sedangkan
kewarganegaraan aslinya juga tidak dipulihkan secara otomatis.

d. prosedur administrasi

Ada banyak ketentuan administrasi dan prosedur yang terkait dengan


perolehan, pemulihan dan lepasnya kewarganegaraan. Walaupun seseorang sudah
layak mengajukan permohonan untuk memperoleh kewarganegaraan – bahkan, jika
seseorang telah berhasil mengajukan permohonan kewarganegaraan, namun biaya
administrasi, waktu tenggat yang terlalu ketat, atau ketidakmampuan untuk
memberikan dokumen yang diinginkan karena masih dipegang oleh negara
kewarganegaraan sebelumnya, semuany dapat mencegah seseorang untuk
memperoleh kewarganegaraan. Dalam kasus lain, beberapa negara secara otomatis
memulihkan kewarganegaraan seseorang yang telah meninggalkan negaranya dan
tinggal di luar negeri. Pemulihan kewarganegaraan yang hilang beberapa bulan
setelah seseorang pergi ke luar negeri, seringkali dikaitkan dengan cara kerja
administrasi yang tidak efisien dimana orang tidak diberitahu tentang resiko
kehilangan kewarganegaraannya jika ia tidak secara rutin mendaftar ulang
kewarganegaraannya melalui naturalisasi dan bukan seseorang yang lahir di negara
tersebut, atau yang telah memperoleh kewarganegaraannya melalui keturunan, maka
bahkan registrasi rutin pun belum tntu dapat memulihkan kewarganegaraannya.
Keadaan tak berkewarganegaraan seringkali merupakan akibat langsung dari tatakerja
yang demikian.

e. Diskriminasi

Salah satu prinsip yang membatasi wewenang negara untuk memberikan atau
menolak kewarganegaraan seseorang adalah larangan terhadap diskriminasi ras.
Prinsip ini tercermin dalam Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Ras maupun dalam perangkatperangkat lain. Melalui Rekomendasi
Umum tentang Diskriminasi terhadap Non Warga tanggal 1 Oktober 2004, Komite
PBB tentang Penghapusan Diskriminasi Ras menyatakan bahwa ‘pembatalan atau
larangan memperoleh kewarganegaraan secara sewenang-wenang karena alasan ras,
warna kulit, keturunan, asal bangsa atau suku seseorang adalah pelanggaran
kewajiban negara untuk menjamin tidak adanya diskriminasi terhadap hak memiliki
kewarganegaraan.’. Namun demikian, terkadang seorang individu tak dapat
memperoleh kewarganegaraan dari suatu negara tertentu meski mempunyai
hubungan/ikatan yang kuat dengan negara tersebut – suatu ikatan yang untuk orang
lain sesungguhnya sudah cukup untuk memperoleh kewarganegaraan. Diskriminasi
berdasarkan ras, warna kulit, suku, agama, jender, pendapat politik, atau faktor-faktor
lain yang dilakukan secara terbuka atau dibuat seenaknya menjadi hukum atau pada
saat pelaksanaannya. Suatu hukum dapat dikatakan diskriminatif jika mengandung
kata-kata yang bersifat prasangka atau jika pelaksanaan hukum tersebut
mengakibatkan perlakuan diskriminatif.

12
f. Tidak mempunyai surat kelahiran

Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik dan Konvensi Hak Anak
menyatakan bahwa setiap anak, dimanapun dilahirkan, harus segera didaftarkan
setelah lahir. Kewarganegaraan seorang anak akan ditentukan menurut hukum dari
negara yang bersangkutan; dan semua negara memerlukan penjelasan tentang dimana
anak itu dilahirkan dan dari siapa dilahirkan. Tanpa bukti kelahiran ini, atau tanpa
adanya pendaftaran kelahiran yang diakui, maka sulit bagi anak untuk menegaskan
identitas diri serta memperoleh kewarganegaraan.

g. Pembatalan kewarganegaraan oleh negara

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menegaskan bahwa tak seorangpun


dapat dicabut kewarganegaraannya secara sewenangwenang. Konvensi 1961 dan
Konvensi Kewarganegaraan Eropa 1997 secara tegas membatasi wewenang negara
yang dapat membuat seseorang kehilangan kewarganegaraannya. Kehilangan
kewarganegaraan demikian harus disertai jaminan prosedur yang lengkap dan tidak
mengakibatkan ke-tak berkewarganegaraan. Hilangnya kewarganegaraan seseorang
terjadi ketika negara membatalkan warga negara seseorang karena negara sedang
melaksanakan prosedur yang diskriminatif. Tindakan ini biasanya diikuti dengan
pengusiran orang tersebut.

Permasalahan kewarganegaraan ini merupakan masalah yang asasi,


menyangkut perlindungan hak-hak dasar setiap orang, termasuk di dalamnya adalah
hak untuk hidup dan mengembangkan diri. Tanpa status hukum kewarganegaraan
yang jelas, sudah barang tentu hak-hak dasar tersebut tidak akan terpenuhi. Oleh
karena itu, mengingat pentingnya masalah status kewarganegaraan ini, maka tidak
saja negara yang menanganinya, akan tetapi lembaga-lembaga internasional seperti
UNHCR berperan aktif juga menangani masalah-masalah ini.

D. INTEGRASI WARGA NEGARA YANG BAIK DALAM ISLAM

Sebuah negara secara politis menghendaki adanya seorang pemimpin ideal


yang dapat mengendalikan negaranya dan memimpin rakyatnya dengan baik,
sehingga tercipta kehidupan aman, damai dan sejahtera bagi masyarakat warga
bangsanya dalam lingkup demokrasi. Karena itu Islam sebagai agama universal, yang
tidak hanya mengatur masalah ubudiyah hamba kepada Tuhannya saja namun juga
mengatur persoalan-persoalan yang berkaitan dengan humaniora khususnya sosial
politik, maka Islam sangat perhatian terhadap persoalan kepemimpinan ini,
umpamanya Islam mengatur kewajiban dan hak antara pemimpin dan rakyatnya.

Dalam Islam sendiripun, sudah diatur mengenai kriteria warga negara yang
demokratis dalam QS. An-Nisa ayat 59, yang berbunyi :

‫ ۡو ِل‬N‫َّس‬ ُ ‫ ُر ُّد ۡوهُ اِلَى هّٰللا ِ َوالر‬Nَ‫ ۡى ٍء ف‬N‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا اَ ِط ۡيـعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ۡيـعُوا ال َّرس ُۡو َل َواُولِى ااۡل َمۡ ِر ِم ۡن ُك ۚمۡ‌ فَا ِ ۡن تَنَاز َۡعتُمۡ فِ ۡى َش‬
ۡ َ‫اِ ۡن ُك ۡنـتُمۡ تُ ۡؤ ِمنُ ۡونَ بِاهّٰلل ِ َو ۡاليَ ۡـو ِم ااۡل ٰ ِخ ِ‌ر ؕ ٰذ ِلك‬
‫خَي ٌر َّواَ ۡح َسنُ ت َۡا ِو ۡياًل‬

13
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad),
dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul
(Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu,
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

Dalam ayat tersebut terdapat makna tersirat dan tersurat, yakni untuk
mengembalikan pada Qur'an dan Hadits, juga melalui musyawarah saat dihadapkan
pada suatu permasalahan untuk diselesaikan. Adapun pesan tersuratnya yakni untuk
senantiasa patuh pada pemimpin yang baik dan bijaksana sebagai wujud kriteria
warga negara yang demokratis dalam sudut pandang Islam.

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian makalah ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memiliki konsep Negara Kesatuan (unitaris),
yang bermakna bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan yang menggunakan
sistem desentralisasi melalui otonomi daerah yang di dalamnya terdapat warga negara
yang memiliki status kewarganegaraan. Kewarganegaraan sendiri memiliki suatu asas
yang bermakna dasar pemikiran dalam menentukan masuk atau tidaknya seseorang di
dalam warga negara dalam suatu wilayah negara tertentu. Asas kewarnegaraan
diperlukan untuk mengatur status kewarganegaraan seseorang yang didalamnya juga
mengandung Undang-Undang yang diatur secara kompleks untuk membahas
mengenai permasalahan sekaligus cara memperolehnya. Meski demikian, Indonesia
tidak selalu memiliki asas kewarganegaraan yang sama dengan negara lainnya karena
setiap negara mempunyai kebebasan dan kewenangan untuk menentukan asas
kewarganegaraannya sendiri. Sebagai warga negara Islam, kita juga perlu menerapkan
pesan tersirat dan tersurat seperti yang telah dipaparkan di QS. An-Nisa ayat 59
diatas.

B. Saran

Sebagai warga negara Indonesia, sudah sepatutnya kita paham dan mengerti akan
konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), hal ini merupakan pengetahuan
dasar bagi setiap warga negara untuk melek akan masalah otonomi daerah hingga

14
wewenang pemerintah pusat. Sebaiknya, kita yang memiliki kewarganegaraan
Indonesia ini senantiasa memperbaiki diri untuk selalu berubah ke arah yang lebih
baik dalam hal ini, kita hendaknya senantiasa patuh pada pemimpin yang baik dan
bijaksana sebagai wujud kriteria warga negara yang demokratis dalam sudut pandang
Islam. Namun, apabila menemui suatu permasalahan tidak lantas menyikapi dengan
berapi-api tetapi dengan jalan tengah yakni musyawarah untuk mufakat yang sesuai
dengan nilai ajaran Islam maupun nilai dasar Pancasila.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aju. 2017. J.C Oevaang Oeray Dari Federasi Ke NKRI. Pontianak : Derwati Press.

Alhakim, Suparlan, dkk. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat


Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional.

Kemenag.2021.“Qur’an Kemenag”, https://quran.kemenag.go.id, diakses pada 12


Maret 2022 pukul 14.00 WIB.

Lufaefi.2021.”Ini 5 Ayat-Ayat Pancasila di dalamAl-Qur’an”, https://akurat.co,


diakses pada 12 Maret 2022 pukul 14.15 WIB.

Marilyn Achiron, Kewarganegaraan dan Tak berkewarganegaraan, Buku Panduan


untuk Anggota Parlemen, UNHCR & Presses Centrales de Lavsanne,
Switzerland, tth.

Megawangi ,Ratna . 2004. Pendidikan karakter , solusi yang tepat untuk membangun
bangsa . Jakarta : Indonesia Heritage Fundation

Salim,A.2018.”Integrasi Nilai”, https://core.ac.uk , diakses pada 12 Maret 2022 pukul


14.55 WIB.

Suparyanto, Yudi, dkk. 2013 .Ensiklopedia Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan. Klaten: Cempaka Putih.

Suparyanto, Yudi. 2018. Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI. Klaten : Cempaka
Putih.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai