Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
setiap wanita didunia yang telah menikah. Momen dimana sang calon ayah dan ibu
menunggu hadirnya buah hati meraka ke dunia. Namun terkadang terjadi sesuatu yang
mengganggu sang ibu pada saat persalinan,sehingga beberapa ibu meninggal pada saat
melahirkan.Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab
tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi
Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya
kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya,
Terlambat dirujuk
Berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko 4 Terlalu,
yaitu:
Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%
anemia dan penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis (TB), hepatitis, dan HIV/AIDS.
Pada 1995, misalnya, prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51
persen, dan pada ibu nifas 45 persen.10 Anemia pada ibu hamil mempuyai dampak
kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, meningkatkan risiko keguguran,
kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah, serta sering menyebabkan kematian ibu
dan bayi baru lahir. Faktor lain yang berkontribusi adalah kekurangan energi kronik (KEK).
Pada 2002, 17,6 persen wanita usia subur (WUS) men derita KEK.
Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, dan akses terhadap sarana
kesehatan dan transportasi juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap kematian dan
1. Yang pertama adalah terlambat deteksi bahaya dini selama kehamilan, persalinan, dan
nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu
dan neonatal.
2. Kedua, terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi geografis dan sulitnya
transportasi.
Hasil Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan
reproduksi umumnya rendah pada ibu-ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan dan
ekonomi rendah. Secara umum, posisi perempuan juga masih relatif kurang
sendiri dan anaknya. Ada budaya dan kepercayaan di daerah tertentu yang tidak
mendukung kesehatan ibu dan anak. Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi keluarga
berpengaruh terhadap masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang pada
di dalamnya adalah kualitas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah dan swasta serta
penanganan disparitas akses pada kelompok rentan dan miskin. Data terbaru menunjukkan
bahwa jumlah bidan di desa (BDD) yang menyediakan pelayanan bagi kelompok rentan
dan miskin telah menurun.14 Bagaimana mengatasi situasi baru dan tidak terduga ini
menjadi salah satu tantangan bagi pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten. Keterbatasan
sumber daya rumah tangga juga telah menghambat akses terhadap pelayanan dasar.
Karenanya, inovasi mekanisme yang meringankan beban keuangan rumah tangga sangat
Koordinasi dan pendanaan pembangunan antar institusi dan lembaga donor sangat
sehingga peningkatan kesehatan ibu lebih mudah dicapai. Keberlanjutan program juga
Kebijakan dan program Prioritas nasional. Menurunkan kesakitan dan kematian ibu
telah menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana
tercantum dalam Propenas. Kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya ini antara lain
Dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai target MDGs tahun 2015,
Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah merumuskan skenario percepatan penurunan AKI
sebagai berikut:
Target MDG 5 akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat
dicegah/dikurangi.
(K4).
Bidan Di Desa sedapat mungkin tinggal di desa, guna memberikan kontribusi positif
maternal.
fasilitas kesehatan.
dan tidak akan dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri. Oleh karena itu,
Kementerian Kesehatan terus menggalang kerja sama lintas sektor, baik dengan
organisasi profesi, serta masyarakat. Perhatian khusus dan upaya keras semua pihak
tersebut menjadi modal bagi pencapaian target penurunan AKI menjadi 102 per 100.000