Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS III

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1:

1. RISMA DWI LESTARI


2. NUR FAIZAH
3. ERIKA
4. HOTARI
5. SAFIATURRAHMI
6. TRI PUTRANTO M.A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang
“Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan” Diharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua sehingga dapat menambah pengetahuan wawasan setiap
orang yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami
sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Mataram, 3 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.......................................................................................3
B. Rumusan masalah..................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi.................................................................................................4
2. Anatomi fisiologi..................................................................................4
3. Pemeriksaan fisik..................................................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................18
B. Saran.....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19
Lampiran

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat
metabolisme tubuh yang tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan
(dieliminasi) dari dalam tubuh karena dapat menjadi racun. Proses eliminasi
ini dapat dibagi menjadi eliminasi unrine (buang air kecil) dan eliminasi alvi
(buang air besar).
Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau
uretra. Ginjal, Uretra, kandung kemih adalah organ-organ yang
menyusun saluran kemih. Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk
membuang air dan sisa metabolisme dan mengeluarkannya sebagai urin. 

Proses ini berlangsung terus. Hanya pada kasus luka, infeksi atau
penyakit pada organ dari saluran kemih, fungsinya menjadi terganggu dan
karenanya menganggu biokimia dari aliran bawah. Ginjal adalah organ vital
penyangga kehidupan.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem perkemihan?
2. Bagaimana sistem anatomi fisiologi pada sistem perkemihan?
3. Bagaimana teknik pemeriksaan fisik sistem perkemihan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem perkemihan
2. Untuk mengetahui sistem anatomi fisiologi pada sistem perkemihan
3. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan fisik sistem perkemihan

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian sistem perkemihan


Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine
(air kemih).

2. Anatomi fisiologi sistem perkemihan


Sistem urinaria terdiri atas:

a. Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.


b. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
c. Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
d. Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

4
a) Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra
lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen.
Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan
kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya
ginjal laki-lakilebih panjang dari ginjal wanita.

Struktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan
luar terdiri dari lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan
sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk
kerucut yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap
kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Masing-masing pyramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah
renalis 15-16 buah.

5
Garis-garis yang terlihat di pyramid disebut tubulus nefron
yang merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari
glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa henle,
tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla
vateri).
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama
24 jam dapat menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa
darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada
piramid renal masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu
badan malfigi yang disebut glomerulus. Pembuluh aferen yang
bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang membawa
darah dari ginjal ke vena kava inferior.

Fisiologi ginjal
Ginjal berfungsi:
1. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air
dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine
(kemih) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air
(kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi
berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan
dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan
keseimbangan ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan
elektrolit). Bila terjadi pemasukan/pengeluaran yang abnormal
ion-ion akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit
perdarahan (diare, muntah) ginjal akan meningkatkan ekskresi
ion-ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan posfat).

6
3. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung
pada apa yang dimakan, campuran makanan menghasilkan
urine yang bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini disebabkan
hasil akhir metabolism protein. Apabila banyak makan sayur-
sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara
4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH
darah.
4. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin)
zat-zat toksik, obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan
bahan kimia asing (pestisida)
5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon
renin yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan
darah (sistem renin angiotensin aldesteron) membentuk
eritripoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses
pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).

b) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing–masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter  sebagian terletak dalam rongga
abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding abdomen terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic tiap
5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam
kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan peristaltic mendorong

7
urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan
dalam bentuk pancaran, melalui osteumuretralis masuk kedalam
kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertical ke bawah sepanjang fasia muskulus


psoas dan dilapisi oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf
dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai
saraf sensorik.
Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan
disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis.
Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding
vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu
menembus vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter
akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh akan
membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambilan urine dari
vesika urinaria.
Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan
berjalan kebagian medial dan kedepan bagian lateralis serviks uteri
bagian atas, vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria. Dalam
perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterine sepanjang 2,5
cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju keatas di
antara lapisan ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks
uteri. Ada tiga tempat yang penting dari ureter yang mudah terjadi
penyumbatan yaitu pada sambungan ureter pelvis diameter 2 mm,
penyilangan vosa iliaka diameter 4 mm dan pada saat masuk ke
vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm

8
Pembuluh darah ureter
1. Arteri renalis
2. Arteri spermatika interna
3. Arteri hipogastrika
4. Arteri vesika inferior

c) Kandung kemih
Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan
mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di
dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang
dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari:


1. Fundus yaitu, bagian yang menghadap kearah belakang dan
bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium
rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferen,
vesika seminalis dan prostat.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan
berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.

9
4. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar
(peritonium), tunika muskularis (lapisan otot), tunika
submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Pembuluh limfe vesika urinaria mengalirkan cairan limfe ke
dalam nadi limfatik iliaka interna dan eksterna.

d) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

Uretra pria
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalaui tengah-
tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus
tulang fubis kebagian penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki-
laki terdiri dari:
1. Uretra prostatia
2. Uretra membranosa
3. Uretra kevernosa

10
Uretra wanita
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis
berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm.
lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah
luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena,
dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada
wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan
vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm. Uretra ini
menembus fasia diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna
langsung di depan permukaan vagina, 2,5 cm di belakang glans
klitoris. Glandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar
diantaranya adalah glandula pars uretralis (skene) yang
bermuara ke dalam orifisium uretra yang hanya berfungsi
sebagai saluran ekskresi.

3. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan


a. Pemeriksaan Pada Ginjal
Ginjal terletak dalam ruang retro peritoneal pada kedua kuadran atas
abdomen secara anatomis lobus kedua ginjal menyentuh diafragma dan
ginjal turun sewaktu inhalasi ginjal kanan normal lebih mudah dipalpasi
dari pada ginjal kiri, karena ginjal kanan terletak lebih bawah dari pada
ginjal kiri, hal ini karena ginjal kanan terdesak oleh hepar.

TEKNIK TEMUAN

11
Inspeksi Normal keadaan abdomen simetris tidak
tampak masa dan tidak ada pulsasi
1. Pasien tidur terlentang
pemeriksaan di sebelah kanan Bila tampak  masa dan pulsasi kemungkinan
2. Kaji daerah abdomen pada garis ada polikistik, hidroneprosis ataupun nefroma
mid klavikula kiri dan kanan
atau daerah costo vetebral angle
(CVA) atau lower edge of rib
cage
3. Perhatikan simetris atau tidak
tampak ada masa dan pulsasi

Auskultasi Normal tidak terdengar bunyi vaskuler aorta


maupun arteri renalis bila ada bunyi desiran
1. Dengan menggunakan stetoskop
kemungkinan, adanya RAS ( renalis arteri
kita dapat mendengar apakah
senisis) nephrosclerotik
ada bunyi desiran pada aorta
dan arteri renalis
2. Gunakan sisi bel stetoskop,
pemeriksan mendengarkan
bunyi desiran di daerah
epigastrik di area ini kita bisa
mendengarkan bunyi aorta.
3. Dengar pula pada daerah
kuadran kiri dan kanan atas
karena pada area ini terdapat
arteri renalis kiri dan kanan
Bila tedengar bunyi desiran, jangan

12
melakukan palpasi cidera pada suatu
aneurisma dibawah kulit dapat terjadi sebagai
Perkusi
akibatnya
Pasien dalam posisi terlungkup atau
posisi duduk perkusi dilakukan dari
arah belakang karena posisi ginjal
berada didaerah belakang. Letakan
tangan kiri di atas CVA dan lakukan
perkusi di atas tangan kiri dengan
menggunakan kepalan tangan untuk
mengevaluasi nyeri tekan ginjal

Palapsi

1. Ginjal setinggi dibawah


Normal tidak menghasilkan nyeri tekan bila
diaphragm sehingga
ada nyeri tekan diduga ada inflamasi akut
tersembunyi dibawah lengkung
iga
2. Untuk ginjal kiri dilakukan
pemeriksa berada pada sisi
kanan pasien posisi terlentang.
Pemeriksa meletakan tangan
kiri di bawah pinggang di CVA
kiri, tangan kanan berada
dibawah iga kiri pada garis mid
di bawah klavikula
3. Instruksikan pasien menarik
nafas dalam dan
mengeluaarkaan dengan

13
lengkap
4. Pada saat pasien menarik
napas, angkat bagianCVA  kiri
dengan tagan kiri dan tangan
kanan melakukan palpasi
5. Bila ginjal teraba rasakan
kontur (bentuk), ukuran dan
adanya nyeri tekan
6. Untuk gijal kanan tempatkan
tangan kiri dibaawah pinggang
di daerah CVA  kanan, tangan
kanan berada dilenggkungan
iga kanan
7. Lakukan maneuver yang sama
seperti pada palapasi ginjal kiri

b. Pemeriksaan Ureter
Ureter tidak bisa dilakukan pemeriksaan di luar, harus digunakan
diagnostik lain seperti BNO, IVP, USG, CT Renal. Cyloscopy tetapi
keluhan pasien dapat dijadikan petunjuk adannya masalah pada
ureternya, seperti pasien mengeluh sakit di daerah abdomen yang
menjalar ke bawah, hal ini yang disebut dengan kolik dan biasanya
berhubungan dengan adanya distensi ureter dan spasme ureter dan
adanya obsrtuksi karena batu

14
c. Pemeriksaan Kandung Kemih

TEKNIK TEMUAN

Inspeksi Normalnya kandung kemih terletak


dibawah simpisis pubis. Tetapi setelah
1. Perhatikan bagian abdomen bagian
membesar organ ini dapat dilihat distensi
bawah, kandung kemih adalah organ
pada area supra pubis
berongga yang mampu membesar
untuk mengumpulkan dan
mengeluarkan urin yang dibuat
ginjal
2. Didaerah supra pubis apakah adanya
distensi

Perkusi

Pasien dalam posisi terlentang, perkusi


Bila kandung kemih penuh maka akan
dilakukan mengetukan pada daerah
terdengar bunyi dullness/redup
kandung kemih daerah supra pubis

Palapasi
Pada kondisi normal urin dapat
Lakukan palpasi kandung kemih pada
dikeluarkan secara lengkap dan kandung
daerah supra pubis
kemih tidak teraba. Bila ada obstruksi
dibawah ada produksi urin normal maka
urin tidak dapat dikeluarkan pada
kandung kemih sehingga akan terkumpul
pada kandung kemih. Hal ini
mengakibatkan distensi kandung kemih

15
yang bisa dipalpasi didaerah supra pubis

d. Pemeriksaan Urethra dan Meatus Urethra


Urethra tidak bisa diperiksa dari luar perlu pemeriksan penunjang seperti
BNO, CYSTOCOPY, yang bisa di identifikasi adalah urin yang keluar   

a. Karakteristik urin
1) Jumlah perhari
 oliguri                           :  100-400 cc/hari
 anuri                              :  urin output sampai 100cc/hari
 total anuri                     :  urin output 0cc/hari
 polyuria                         :  urin output lebih dari 1500cc/hari

2) dysuria sakit pada saat mengeluarkan urin


3) warna  (merah, kuning)
4) baunya
5) pola buang air kecil yang mengalami perubahan
6) kemampuan mengontrol buang air kecil
 Urgency                       :  tiba-tiba sangat mendesak ingin
BAK
 Hesistensy                   :  kesulitan pada saat memulai dan
mengakiri BAK
 Dribling                      :  urin keluar secara menetes
 Incontinensia urin       :  urin keluar dengan sendirinya tidak
bisa dikontrol

16
 Retensi urin
7) Nocturia bak pada malam hari

e. Pemeriksaan Meatus Uretha


Peralatan yang digunakan ; sarung tangan
Inspeksi pada meatus urethra apakah ada kelainan sekitar labia.
Untuk  warna apakah ada kelainan pada orifisium uretrha pada laki-laki
dan juga lihat cairan yang keluar.

f. Pemeriksaan Prostat Melalui  Anus


Pemeriksaan prostat untuk mengidentifikasi pembesaran kelenjar
prostat bagi pasien laki-laki yang mempunyai keluhan yang mengarah
pada hypertrhepyprostat. Prostat merupakan kelenjar yang berkapsul
yang beratnya kira-kira20 gram yang melingkari urethra pria dibawah
leher kandung kemih akibat pembesaran kelenjar prostat. Berdampak
penyumbatan partial atau sepenuhnya pada saluran kemih bagian bawah.
Peralatan yang digunakan:

 Selimut
 Sarung tangan steril
 Pelumas

TEKNIK TEMUAN

1. Bantu pasien mengatur posisi dorsal Normal kelenjar prostat dapat teraba
rekumben atur paha berotasi keluar, dengan diameter 4cm dan tidak nyeri
lutut fleksi dan tutuplah bagian tubuh tekan
yang tidak diperiksa
2. Nampakan bagian pantat dan
anjurkan pasien untuk memusatkan

17
perhatian
3. Kenakan sarung tangan dan beri
pelumas pada jari telunjuk kemudian
perlahan-lahan masukan jari telunjuk
ke dalam anus dan rectum
4. Lakukan palpasi pada dinding
anterior untuk mengetahui kelenjar
prostat

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan


darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih).
Teknik pengkajian dalam sistem perkemihan meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.

B. Saran
Kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentu dapat di
pertanggung jawabkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama

Nissa. 2014. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan.


http://nissa-uchil.blogspot.com/2014/10/pemeriksaan-fisik-sistem-
perkemihan.html (diakses : 3 September 2020 jam: 09.15)

20
CHECKLIST PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN

Nama : …………………………………… NIM :……………………………….

NILAI
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2

Definisi:
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan adanya gangguan pada
sistem perkemihan.

Tujuan:

a. Mengetahui keadaan fungsi sistem perkemihan.


b. Mengetahui ada tidaknya kelainan sistem perkemihan
c. Menentukan diagnosis pasien dengan penyakit atau masalah
pada sistem perkemihan.

Indikasi :

a. Pasien dengan suspect gagal ginjal


b. Pasien dengan suspect kelainan sistem perkemihan
c. Pasien dengan gangguan sistem perkemihan lain

Kontraindikasi : -

Pelaksanaan:

1. PersiapanPasien :
• Memperkenalkan diri.
• Bina hubungan saling percaya.
• Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan.
• Menjelaskan tujuan.
• Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan.
• Menyepakati waktu yang akan di gunakan.
2. Persiapanalat dan bahan :

21
 Stetoskop
 Sarung tangan bersih
 Sarung tangan steril
 Selimut
 Pelumas / gell
PersiapanLingkungan
 Pasang sampiran.
Tahap pre interaksi

1. Cuci tangan.
2. Siapkan alat-alat.
Tahap orientasi

1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi.


2. Memperkenalkan nama perawat.
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga.
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan.
5. Meminta persetujuan klien.
Tahap Kerja:

 Pasang sampiran
 Atur posisi yang nyaman bagi klien
 Dekatkan trolley ke dekat tempat tidur pasien
 Cuci tangan, gunakan sarung tangan bersih
 Pemeriksaan Ginjal
Inspeksi

4. Pasien tidur terlentang pemeriksa di sebelah kanan


5. Kaji daerah abdomen pada garis mid klavikula kiri dan kanan atau
daerah costo vetebral angle (CVA) atau lower edge of rib cage
6. Perhatikan simetris atau tidak tampak ada masa dan pulsasi
Auskultasi
7. Dengan menggunakan stetoskop kita dapat mendengar apakah ada

22
bunyi desiran pada aorta dan arteri renalis
8. Gunakan sisi bel stetoskop, pemeriksa mendengarkan bunyi
desiran di daerah epigastrik di area ini kita bisa mendengarkan
bunyi aorta.
9. Dengar pula pada daerah kuadran kiri dan kanan atas karena pada
area ini terdapat arteri renalis kiri dan kanan

Perkusi
10. Pasien dalam posisi terlungkup atau posisi duduk perkusi
dilakukan dari arah belakang karena posisi ginjal berada di daerah
belakang. Letakan tangan kiri di atas CVA dan lakukan perkusi di
atas tangan kiri dengan menggunakan kepalan tangan untuk
mengevaluasi nyeri tekan ginjal

Palapsi
11. Ginjal setinggi di bawah diaphragm sehingga tersembunyi
dibawah lekung iga
12. Untuk ginjal kiri dilakukan pemeriksa berada pada sisi kanan
pasien posisi terlentang. Pemeriksa meletakan tangan kiri di
bawah pinggang di CVA kiri, tangan kanan berada dibawah iga
kiri pada garis mid di bawah klavikula
13. Intruksikan pasien menarik nafas dalam dan mengeluarkan dengan
lengkap
14. Pada saat pasien menarik napas, angkat bagian CVA  kiri dengan
tangan kiri dan tangan kanan melakukan palpasi kanan dalam
15. Bila ginjal teraba rasakan kontur (bentuk), ukuran dan adanya
nyeri tekan
16. Untuk ginjal kanan tempatkan tangan kiri di bawah pinggang di
daerah CVA  kanan, tangan kanan berada dilengkungan iga kanan
17. Lakukan maneuver yang sama seperti pada palapasi ginjal kiri.

23
 Pemeriksaan Ureter
Ureter tidak bisa dilakukan pemeriksaan di luar, harus
digunakan diagnostik lain seperti BNO,IVP, USG, CT Renal.
Cyloscopy tetapi keluhan pasien dapat dijadikan petunjuk
adannya masalah pada ureternya, seperti pasien mengeluh sakit
di daerah abdomen yang menjalar kebawah, hal ini yang disebut
dengan kolik dan biasanya behubungan dengan adanya distensi
ureter dan spasme ureter dan adanya obsrtuksi karena batu

 Pemeriksaan Kandung Kemih


Inspeksi

3. Perhatikan bagian abdomen bagian bawah, kandung kemih adalah


organ berongga yang mampu membesar untuk mengumpulkan dan
mengeluarkan urin yang dibuat ginjal
4. Didaerah supra pubis apakah adanya distensi
Perkusi
5. Pasien dalam posisi terlentang, perkusi dilakukan mengetukan
pada daerah kandung kemih daerah supra pubis
Palapasi
6. Lakukan palpasi kandung kemih pada daerah supra pubis

 Pemeriksaan Urethra dan Meatus Urethra


Urethra tidak bisa diperiksa dari luar perlu pemeriksan penunjang
seperti BNO, CYSTOCOPY, yang bisa di identifikasi adalah urin
yang keluar   

b. Karakteristik urin
8) Jumlah per hari
 oliguri                 :  100-400cc/hari
 anuri                    :  urin output sampai 100cc/hari
 total anuri            :  urin output 0cc/hari

24
 polyuria           :  urin output lebih dari 1500cc/hari
9) dysuria sakit pada saat mengeluarkan urin
10) warna  (merah,kuning)
11) baunya
12) pola buang air kecil yang mengalami perubahan
13) kemampuan mengontrol buang air kecil
 Urgency                       :  tiba-tiba sangat mendesak
ingin bak
 Hesistensy                   :  kesulitan pada saat memulai
dan mengakiri bak
 Dribling                      :  urin keluar secara menetes
 Incontinensia urin       :  urin keluar dengan sendirinya
tidak bisa dikontrol
 Retensi urin
14) Nocturia bak pada malam hari

 Pemeriksaan Meatus Uretha


Peralatan yang digunakan ; sarung tangan
Inspeksi pada meatus urethra apakah ada kelainan sekitar labia.
Untuk  warna apakah ada kelainan pada orifisium uretrha pada
laki-laki dan juga lihat cairan yang keluar.

 Pemeriksaan Prostat Melalui Anus


Peralatan yang digunakan:

 Selimut
 Sarung tangan steril
 Pelumas

1. Bantu pasien mengatur posisi dorsal recumbent atur paha berotasi


keluar, lutut fleksi dan tutuplah bagian tubuh yang tidak diperiksa

25
2. Nampakkan bagian pantat dan anjurkan pasien untuk memusatkan
perhatian
3. Kenakan sarung tangan dan beri pelumas pada jari telunjuk
kemudian perlahan-lahan masukan jari telunjuk kedalam anus dan
rectum.
4. Lakukan palpasi pada dinding anterior untuk mengetahui kelenjar
prostat.

 Rapikan pasien dan atur posisi pasien senyaman mungkin


 Rapikan alat
Tahap terminasi

1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan.


2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya.
3. Berikan informasi sesuai dengan kemampuan klien.
Tahap Evaluasi

Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan


kegiatan.

Tahap dokumentasi

Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna

2= dikerjakan dengan sempurna

Penguji Praktek

(………………………)

26
27

Anda mungkin juga menyukai