Yogyakarta.
NIM. : 20160810121
Judul Buku : Buat Shalat?! Kecuali Jika Anda Hendak Mendapatkan Kebahagiaan dan Ketenangan
Hidup
Shalat sejatinya adalah identitas seorang muslim. Shalat merupakan praktik ibadah kita sebagai
umat muslim kepada Allah S.W.T. Sebagaimana disebutkan bahwa shalat adalah tiang dari agama itu
sendiri, apabila seorang muslim tidak menjalankan sholat, bukankah mereka telah merobohkan
keimananya sendiri? Begitu pentingnya shalat bagi seorang muslim kadang tidak disadari oleh para umat
muslim, sebagaimana masih banyak umat muslim yang meninggalkan sholat tanpa perasaan bersalah. Hal
ini rupanya menjadi keresahan Dr. Haidar Bagir selaku penulis buku untuk menyusun buku ini, yang
mana di dalamnya memuat/membahas hal-hal yang berkaitan tentang shalat, yang umumnya bertujuan
mengingatkan umat muslim akan pentingnya shalat bagi kehidupan mereka masing-masing yang akan
menuntun mereka ke kehidupan yang bahagia dan tentram serta diridhoi oleh Allah S.W.T.
Ruh shalat, di bab pertama ini penulis menjelaskan secara gamblang apakah sholat itu
1. Fungsi dan manfaat shalat, penulis menjelaskan bahwa shalat secara harfiah berarti doa.
Dalam konteks ini, yang dimaksud shalat adalah doa yang disampaikan dengan tata cara
—syarat dan rukun—yang khas dalam bentuk bacaan- bacaan dan gerakan-gerakan
tertentu.Sedangakan, secara syariah shalat dibagi menjadi 5 waktu sholat wajib dan
Penulis juga menjelaskan di bab ini, bahwa shalat memounyai tempat khusu di
dalamnkitab suci Al-Quran. Demikian juga di hadapan Rasulallah S.A.W. Tak kurang
ada 234 ayat di dalam Al-Quran membahas tentang shalat. Sementara, Rasulullah
menyatakan, “Tak ada pembeda diantara orang mukmin dan orang kafir kecuali shalat.”
Fungsi Shalat juga dijelaskan di dalam Al-Quran, diantaranya ; Sebagai pencegah dari
perbuatan buruk, sebagai sumber petunjuk, sarana meminta pertolongan dari Allah
Demikian dapat disimpulkan bahwa shalat selain fungsi utamanya sebagai sarana
beridadah kepada-Nya, shalat juga mempunyai banyakk manfaat bagi umat muslim yang
2. Shalat yang sebenarnya, sebagaimana kita ketahui bahwa semua amalan ibadak kita
kepada Allah adalah hal yang baik, tetapi, shalat adalah ibadah yang terbaik.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib juga menyatakan, “sesungguhnya amal ibadah yang paling
disukai Allah adalah shalat.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa kunci kehidupan dan ibadah
Baqarah [2]:45) yang mana artinya adalah, “sesungguhnya shalat itu amat berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyuk.” Yang mana apabila ditafsirkan lebih jauh menurut
penulis adalah, bahwa shalat hanya memiliki nilai apabila dilakukan dengan khusyuk.
Khusyuk adalah kesadaran kita sebagai unat akan kerendahan diri kita sebagai manusia di
4. Shalat dan keharusan khusyuk (2), untuk mencapai ke khusyukan, bukan sekedar gerakan
dan ucapan disaat kita sholat saja yang diperlukan. Tetapi hal terpenting adalah hati kita,
jika lisan dan tubuh kita telah digerakan oleh hati barulah bacaan dan gerakan tubuh kita
memiliki arti. Sebagaimana salah satu bunyi hadis, “jadikanlah hatimu sebagai kiblat
lidahmu, jangan engkau gerakan lidahmu kecuali dengan aba-aba dari hatimu.” Semua
perbuatan yang berasal dari hati akan memiliki makna dan tujuan, bukan kah kita sebagai
umat muslim tidak ingin ibadah shalat kita hanya sebuah rangkaian gerakan dan ucapan
semata? Oleh karena itu, kekhusyukan yang diawali dari hati sangatlah berpengaruh
5. Bagaimana shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar? Setelah membahas
bagaimana menunaikan sholat yang benar dan khusyuk, tiba bagaimana shalat itu sendiri
dapat mencegah umat muslim dari perbuatan keji dan mungkar. Mudah dipahami bahwa
shalat (yang benar)—yang dilaku- kan dengan khusyû‘ (kehadiran hati) dan khudhû‘
(kerendahan diri)—akan menghasilkan penuhnya hati kita dengan kehadir- an Allah Swt.
Keadaan ini saja kiranya telah dapat menjadikan berbagai sumber dorongan kejahatan
yang ada di dalam hati kita dan kecintaan berlebihan pada dunia terdesak atau bahkan
sempurna melainkan dengan zakat.” Di dalam Al-Quran juga disebutkan (QS Al-Baqarah
Memberikan kita sebuah kesimpulan bahwasanya, dengan kita menunaikan ibadah shalat,
kita harus lebih perduli terhadap sesama. Shalat menjadikan kita sebagai mahlu social
yang sesungguhya, mahluk social yang peduli terhadap keadaan saudara-saudaranya yang
lain (yang kelaparan dan kesusahan). Untuk meyempurnakan ibadah shalat kita, tentu
tidak bisa kita capai hanya dengan melakukan gerakan-gerakan shalat semata tanpa
melakukanya dengan ikhlas diniati dari hati, khusyuk, dan menyempurnakanya dengan
zakat (membantu orang yang kesusahan). Sejalan dengan apa yang diriwayatkan oleh
Imam Ja’far secara berulang-ulang: “Tidak diterima shalat orang yang tak memiliki
kepedulian terhadap orang-orang yang lapar dan telantar.” Dengan begitu shalat bisa kita
7. Thuma’ninah, Jiwa yang tenang dalam Al-Quran disebut sebagai al-nafs al-
muthma’innah. Kata muthma’innah memiliki akar kata yang sama dengan kata
thuma’nînah, yang merupakan salah satu syarat sah shalat. Thuma’ninah adalah
ketenangan dalam melakukan semua bacaan dan gerakan shalat , sehingga semuanya
dilakukan secara satu-persatu, tidak terburu-buru, untuk mencapai shalat yang sempurna
dan menjaga kekhusyukan dalam ibadah shalat kita. Memang thuma’ninah ini sendiri
termasuk rukun yang erat sekali dengan kekhusyukan seperti yang telah dibahas di poin
sebelumnya.
Meresapi ruh shalat, di bab kedua ini penulis menjabarkan pandangan kaum sufi dan filosof
tentang ibadah shalat. Bagi para sufi, wudhu bermakna tobat, menghadap kiblat bermakna
kebergantungan kepada seorang pembimbing spiritual, berdiri dalam shalat bermakna kediaman-
diri, membaca ayat-ayat AlQuran (dalam shalat) bermakna perenungan batin (zikir), ruku‘
kemesraan dengan Tuhan , dan salam bermakna pemisahan diri dari dunia dan “melepaskan diri”
Ibn ‘Arabi: Shalat adalah puncak pertemuan antara Tuhan dan hamba, yang melaluinya
seorang manusia—yang memiliki penglihatan batin (dhû bashar)—dapat “melihat Tuhan”. Shalat
Imam Al-Ghazali: Shalat memancarkan cahaya-cahaya di dalam hati, yang selanjutnya akan
merupakan kunci bagi ilmuilmu mukasyafah, yang melaluinya terbuka pintu-pintu langit bagi si
hamba yang sedang shalat serta dihadapinya ia oleh Allah Swt. dengan wajah-Nya.
Ibn Sina: Shalat adalah menghadapnya hamba kepada Pemelihara segenap yang ada dan
Penguasa semua makhluk penyaksian Al-Haqq, dengan kalbu yang bening dan jiwa suci yang
ketundukan, dan rintihan tubuh partikular yang terbatas dan hina ini kepada Pemelihara segenap
yang ada dan Penguasa semua makhluk. Ibadah shalat merupakan simulasi/penyerupaan
(terhadap alam semesta), untuk menyerupakan (perilaku) raga dengan ruh, dalam kepatuhan
kepada Sang Pencipta yang Mahatinggi. Dia menyuruh manusia untuk meniru shalat-akalnya
Bagaimana kita memaknai shalat sangatlah penting dalam proses pelaksanaan dan manfaat
yang akan kita dapat dari menjalankan shalat itu sendiri. Pemahaman shalat sangatlah diperlukan,
setelah itu, bagaimana kita memaknai shalat tidak kalah penting. Demi tercapainya shalat sebagai
ibadah yang akan membuat hidup kita diberkahi oleh Allah di dunia dan diselamatkan nanti di
akhirat kelak.
Kesimpulan, perlukah kita menunaikan shalat? Menurut penulis inilah kiranya jawaban
terhadap pertanyaan, “Buat apa shalat?”! Mengapa shalat dianggap sebagai ibadah yang paling
utama, yang lebih utama daripada ibadah-ibadah yang lain? Yakni, shalat mengandung di
dalamnya tujuan puncak penciptaan manusia serta pengutusan Muhammad Saw. dan
diajarkannya Islam. Selain sholat adalah sarana kita berkomunikasi dengan Allah, shalat akan
menjadi jembatan untuk mencapai kehidupan yang diridhai oleh Allah, sehingga kita dapat
Demikian resume buku “Buat Shalat?! Kecuali Jika Anda Hendak Mendapatkan Kebahagiaan
dan Ketenangan Hidup”. Semoga bermanfaat dan yang terpenting kita semua sebagai umat
muslim diberikan ke-istiqomahan oleh Allah dalam menunaikan shalat yang khusyuk dan se-