Anda di halaman 1dari 6

Remedial Mata Kuliah AIK 2 – Resume Buku

Untuk memenuhi syarat perbaikan mata kuliah AIK 2

Prodi Pendidikqn Bahasa, Fakultas Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Nama : Galih Hermawan

Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris

NIM. : 20160810121

Mata Kuliah : AIK 2 (Semester 2)

Judul Buku : Buat Shalat?! Kecuali Jika Anda Hendak Mendapatkan Kebahagiaan dan Ketenangan

Hidup

Penulis. : Dr. Haidar Bagir

Tahun Terbit : 2008

Penerbit : PT Mizan Pustaka

Halaman : 261 Halaman

Shalat sejatinya adalah identitas seorang muslim. Shalat merupakan praktik ibadah kita sebagai

umat muslim kepada Allah S.W.T. Sebagaimana disebutkan bahwa shalat adalah tiang dari agama itu

sendiri, apabila seorang muslim tidak menjalankan sholat, bukankah mereka telah merobohkan

keimananya sendiri? Begitu pentingnya shalat bagi seorang muslim kadang tidak disadari oleh para umat

muslim, sebagaimana masih banyak umat muslim yang meninggalkan sholat tanpa perasaan bersalah. Hal

ini rupanya menjadi keresahan Dr. Haidar Bagir selaku penulis buku untuk menyusun buku ini, yang

mana di dalamnya memuat/membahas hal-hal yang berkaitan tentang shalat, yang umumnya bertujuan

mengingatkan umat muslim akan pentingnya shalat bagi kehidupan mereka masing-masing yang akan

menuntun mereka ke kehidupan yang bahagia dan tentram serta diridhoi oleh Allah S.W.T.
Ruh shalat, di bab pertama ini penulis menjelaskan secara gamblang apakah sholat itu

sebagaimana penulis menjelaskan;

1. Fungsi dan manfaat shalat, penulis menjelaskan bahwa shalat secara harfiah berarti doa.

Dalam konteks ini, yang dimaksud shalat adalah doa yang disampaikan dengan tata cara

—syarat dan rukun—yang khas dalam bentuk bacaan- bacaan dan gerakan-gerakan

tertentu.Sedangakan, secara syariah shalat dibagi menjadi 5 waktu sholat wajib dan

berbagai macam shalat sunnah.

Penulis juga menjelaskan di bab ini, bahwa shalat memounyai tempat khusu di

dalamnkitab suci Al-Quran. Demikian juga di hadapan Rasulallah S.A.W. Tak kurang

ada 234 ayat di dalam Al-Quran membahas tentang shalat. Sementara, Rasulullah

menyatakan, “Tak ada pembeda diantara orang mukmin dan orang kafir kecuali shalat.”

Fungsi Shalat juga dijelaskan di dalam Al-Quran, diantaranya ; Sebagai pencegah dari

perbuatan buruk, sebagai sumber petunjuk, sarana meminta pertolongan dari Allah

S.W.T., pelipur jiwa, mendatangkan kebahagiaan, sarana kesehatan tubuh.

Demikian dapat disimpulkan bahwa shalat selain fungsi utamanya sebagai sarana

beridadah kepada-Nya, shalat juga mempunyai banyakk manfaat bagi umat muslim yang

ingin menjalani hidup yang bahagia, tentram, dan diberkahi.

2. Shalat yang sebenarnya, sebagaimana kita ketahui bahwa semua amalan ibadak kita

kepada Allah adalah hal yang baik, tetapi, shalat adalah ibadah yang terbaik.

Sebagaimana Rasulullah bersabda, “sebaik-baiknya amal adalah shalat pada waktunya.”

Sayyidina Ali bin Abi Thalib juga menyatakan, “sesungguhnya amal ibadah yang paling

disukai Allah adalah shalat.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa kunci kehidupan dan ibadah

yang paling utama adalah shalat.


3. Shalat dan keharusan khusyuk (1), Allah telah berfirman di dalam Al-Quran (QS Al-

Baqarah [2]:45) yang mana artinya adalah, “sesungguhnya shalat itu amat berat, kecuali

bagi orang-orang yang khusyuk.” Yang mana apabila ditafsirkan lebih jauh menurut

penulis adalah, bahwa shalat hanya memiliki nilai apabila dilakukan dengan khusyuk.

Khusyuk adalah kesadaran kita sebagai unat akan kerendahan diri kita sebagai manusia di

hadapan keagungan Tuhan.

4. Shalat dan keharusan khusyuk (2), untuk mencapai ke khusyukan, bukan sekedar gerakan

dan ucapan disaat kita sholat saja yang diperlukan. Tetapi hal terpenting adalah hati kita,

jika lisan dan tubuh kita telah digerakan oleh hati barulah bacaan dan gerakan tubuh kita

memiliki arti. Sebagaimana salah satu bunyi hadis, “jadikanlah hatimu sebagai kiblat

lidahmu, jangan engkau gerakan lidahmu kecuali dengan aba-aba dari hatimu.” Semua

perbuatan yang berasal dari hati akan memiliki makna dan tujuan, bukan kah kita sebagai

umat muslim tidak ingin ibadah shalat kita hanya sebuah rangkaian gerakan dan ucapan

semata? Oleh karena itu, kekhusyukan yang diawali dari hati sangatlah berpengaruh

dalah ibadah shalat seorang muslim.

5. Bagaimana shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar? Setelah membahas

bagaimana menunaikan sholat yang benar dan khusyuk, tiba bagaimana shalat itu sendiri

dapat mencegah umat muslim dari perbuatan keji dan mungkar. Mudah dipahami bahwa

shalat (yang benar)—yang dilaku- kan dengan khusyû‘ (kehadiran hati) dan khudhû‘

(kerendahan diri)—akan menghasilkan penuhnya hati kita dengan kehadir- an Allah Swt.

Keadaan ini saja kiranya telah dapat menjadikan berbagai sumber dorongan kejahatan

yang ada di dalam hati kita dan kecintaan berlebihan pada dunia terdesak atau bahkan

hilang dari dalam jiwa kita.


6. Keharusan berbuat baik kepada sesama, khusyuk dan kehadiran/kemantapan hati

bukanlah jaminan diterimanya shalat kita. Rasulullah mengajarkan, “Shalat tidak

sempurna melainkan dengan zakat.” Di dalam Al-Quran juga disebutkan (QS Al-Baqarah

[2]: 110), “dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat…”

Memberikan kita sebuah kesimpulan bahwasanya, dengan kita menunaikan ibadah shalat,

kita harus lebih perduli terhadap sesama. Shalat menjadikan kita sebagai mahlu social

yang sesungguhya, mahluk social yang peduli terhadap keadaan saudara-saudaranya yang

lain (yang kelaparan dan kesusahan). Untuk meyempurnakan ibadah shalat kita, tentu

tidak bisa kita capai hanya dengan melakukan gerakan-gerakan shalat semata tanpa

melakukanya dengan ikhlas diniati dari hati, khusyuk, dan menyempurnakanya dengan

zakat (membantu orang yang kesusahan). Sejalan dengan apa yang diriwayatkan oleh

Imam Ja’far secara berulang-ulang: “Tidak diterima shalat orang yang tak memiliki

kepedulian terhadap orang-orang yang lapar dan telantar.” Dengan begitu shalat bisa kita

simpulkan memiliki manfaat secara dimensi individual dan social.

7. Thuma’ninah, Jiwa yang tenang dalam Al-Quran disebut sebagai al-nafs al-

muthma’innah. Kata muthma’innah memiliki akar kata yang sama dengan kata

thuma’nînah, yang merupakan salah satu syarat sah shalat. Thuma’ninah adalah

ketenangan dalam melakukan semua bacaan dan gerakan shalat , sehingga semuanya

dilakukan secara satu-persatu, tidak terburu-buru, untuk mencapai shalat yang sempurna

dan menjaga kekhusyukan dalam ibadah shalat kita. Memang thuma’ninah ini sendiri

termasuk rukun yang erat sekali dengan kekhusyukan seperti yang telah dibahas di poin

sebelumnya.
Meresapi ruh shalat, di bab kedua ini penulis menjabarkan pandangan kaum sufi dan filosof

tentang ibadah shalat. Bagi para sufi, wudhu bermakna tobat, menghadap kiblat bermakna

kebergantungan kepada seorang pembimbing spiritual, berdiri dalam shalat bermakna kediaman-

diri, membaca ayat-ayat AlQuran (dalam shalat) bermakna perenungan batin (zikir), ruku‘

bermakna kerendahhatian, sujud bermakna pengetahuan diri, membaca syahadat bermakna

kemesraan dengan Tuhan , dan salam bermakna pemisahan diri dari dunia dan “melepaskan diri”

dari ikatan “stasiun-stasiun” (maqâmat).

Berikut pandangan-pandangan kaum sufi dan filosof tentang shalat:

Ibn ‘Arabi: Shalat adalah puncak pertemuan antara Tuhan dan hamba, yang melaluinya

seorang manusia—yang memiliki penglihatan batin (dhû bashar)—dapat “melihat Tuhan”. Shalat

berarti penyaksian (musyâhadah) dan penglihatan (visiun, ru’yah) akan Allah.

Imam Al-Ghazali: Shalat memancarkan cahaya-cahaya di dalam hati, yang selanjutnya akan

merupakan kunci bagi ilmuilmu mukasyafah, yang melaluinya terbuka pintu-pintu langit bagi si

hamba yang sedang shalat serta dihadapinya ia oleh Allah Swt. dengan wajah-Nya.

Ibn Sina: Shalat adalah menghadapnya hamba kepada Pemelihara segenap yang ada dan

Penguasa semua makhluk penyaksian Al-Haqq, dengan kalbu yang bening dan jiwa suci yang

terbebas dari segala hasrat (duniawi). Ia merupakan perwujudan (manifestasi) kerinduan,

ketundukan, dan rintihan tubuh partikular yang terbatas dan hina ini kepada Pemelihara segenap

yang ada dan Penguasa semua makhluk. Ibadah shalat merupakan simulasi/penyerupaan

(terhadap alam semesta), untuk menyerupakan (perilaku) raga dengan ruh, dalam kepatuhan

kepada Sang Pencipta yang Mahatinggi. Dia menyuruh manusia untuk meniru shalat-akalnya

dengan gerakan badaniahnya.

Bagaimana kita memaknai shalat sangatlah penting dalam proses pelaksanaan dan manfaat

yang akan kita dapat dari menjalankan shalat itu sendiri. Pemahaman shalat sangatlah diperlukan,

setelah itu, bagaimana kita memaknai shalat tidak kalah penting. Demi tercapainya shalat sebagai
ibadah yang akan membuat hidup kita diberkahi oleh Allah di dunia dan diselamatkan nanti di

akhirat kelak.

Kesimpulan, perlukah kita menunaikan shalat? Menurut penulis inilah kiranya jawaban

terhadap pertanyaan, “Buat apa shalat?”! Mengapa shalat dianggap sebagai ibadah yang paling

utama, yang lebih utama daripada ibadah-ibadah yang lain? Yakni, shalat mengandung di

dalamnya tujuan puncak penciptaan manusia serta pengutusan Muhammad Saw. dan

diajarkannya Islam. Selain sholat adalah sarana kita berkomunikasi dengan Allah, shalat akan

menjadi jembatan untuk mencapai kehidupan yang diridhai oleh Allah, sehingga kita dapat

mendapat kebahagiaan dan ketenangan hidup.

Demikian resume buku “Buat Shalat?! Kecuali Jika Anda Hendak Mendapatkan Kebahagiaan

dan Ketenangan Hidup”. Semoga bermanfaat dan yang terpenting kita semua sebagai umat

muslim diberikan ke-istiqomahan oleh Allah dalam menunaikan shalat yang khusyuk dan se-

sempurna mungkin demi meraih keridhaan Allah semata. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai