Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Ridho Juliardin

NIM : 05021381924056

Kelas : Palembang

MK : Hidrologi Lahan Rawa Dan Gambut

1. Apa yang dimaksud dengan karakteristik lahan, kondisi eksisting, tipologi lahan,
hidrotopografi, biogeofisik?
2. Jelaskan kondisi biogeofisik dari lahan rawa lebak?
3. Apa permasalahan dari lahan rawa lebak?
4. Apa potensi dari lahan rawa lebak?
5. Sebutkan alternative pola tanam pada lahan rawa lebak selain contoh yang dijelaskan ?

Jawab :

1. A. Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau diestimasi,
misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan struktur tanah. Satuan
parameter lahan dalam survey sumbardaya lahan pada umumnya disertai deskripsi
karakteristik lahan.

B. kondisi eksisting merupakan kegiatann peninjauan ke sumber data dengan tujuan


untuk memperoleh data yang akurat dan relevan.

C. Tipologi Lahan adalah kelas kesesuaian lahan berdasarkan ketersediaan sumber air
untuk tanaman tersebut, meliputi : irigasi, rawa pasang surut dan/atau lebak dan non
irigasi.

D. Hidrotopografi adalah gambaran elevasi relatif suatu lahan terhadap elevasi muka air
yang berfungsi sebagai elevasi muka air referensi.

E. Biogeofisik merupakan istilah dari nama lain sumber daya alam. Semua unsur tata
liangkungan biogoofisik merupakan sumberdaya alam yang nyata atau potansial dapat
memenuhi kebutahan manusia. Yang termasukkedalam unsur lingkungan Biogefisk antara
lain tanah dan lahan, air udara, matahari, hutan, pesisir dan laut.

Referensi :

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196006151988031-
JUPRI/LAHAN.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/11402/05.4%20BAB%20IV.pdf?seq
uence=7&isAllowed=y

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2012/25TAHUN2012PPPenjel.htm#:~:text=Yang%2
0dimaksud%20dengan%20%22tipologi%20lahan,atau%20lebak%20dan%20non%20irig
asi.

https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/2018/05/ec090_MS05_Kesesuaian_
Lahan_Rawa_Lebak.pdf

https://www.coursehero.com/file/51249924/KELOMPOK-PLHdocx/

2. Pada kebanyakan kawasan rawa lebak pengelolaannya belum terintegrasi dan masih
dilakukan secara parsial dan sektoral, bahkan sentralistik. Peran masyarakat setempat
belummenonjol sehingga berkembang suatu kompetisi dalam memanen sumber daya
alam perairan baik antar sektor maupun intra sektor, yang dalam jangka panjang dapat
menurunkan nilai ekosistem.

Referensi : http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jkpi/article/view/663/670

3. Keberhasilan usahatani padi di lahan raw a lebak sangat ditentukan oleh kondisi cuaca
setempat dan wilayah sekitarnya terutama daerah hulu, yang akan berpengaruh langsung
pada kondisi air rawa. Kedalaman air rawa yang berkurang secara perlahan akan sangat
memudahkan bagi petani untuk menentukan saat tanam yang tepat, tetapi sebaliknya air
rawa yang berfluktuasi tidak teratur akibat curah hujan yang sangat fluktuatif akan
menyulitkan petani dalam menentukan saat tanam yang tepat

Referensi :
http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/8341/12.%20kearifan%20lo
kal%20petani%20lahan%20rawa%20lebak.pdf?sequence=1&isAllowed=y

4. Potensi lahan rawa lebak sangat ditentukan oleh bahan-bahan yang


diendapkan dari daerah atasnya, sedangkan bahan dari air relatif tidak ada, karena air
hanya berasal dari curah hujan. Secara umum lahan rawa lebak lebih subur dibandingkan
dengan lahan pasang surut, karena lahan rawa lebak tidak bermasalah dengan bahan
sulfidik (pirit). Faktor air memegang peranan penting dalam penentuan potensi lahan
rawa lebak, sehingga pembagian lahan secara lebih rinci tergantung keberadaan air.
Keberadaan air pada lahan rawa lebak tergantung pada musim, saat musim hujan seluruh
lahan rawa lebak tergenang, sedangkan saat musim kemarau secara berangsur angsur
lahan mulai surut airnya. Dengan demikian, potensi lahan rawa lebak dipengaruhi dan
tergantung pada kondisi air.
Referensi : http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/6628

5. Lahan rawa lebak sebagian besar dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya padi yang
dapat dipilah dalam pola sebagai berikut
a. Padi sawah timur (sawah rintak), Sawah timur pada musim hujan tergenang sehingga
hanya ditanami pada musim kemarau. Sawah timur ini umumnya ditanami padi rintak,
yaitu padi sawah irigasi yang berumur pendek (high yielding variety) seperti varietas IR
42, IR 64, IR 66, cisokan, ciherang, cisanggarung, mekonggadengan hasil rata-rata 4-5
ton per hektar.
b. Padi sawah barat (sawah surung). Sawah barat ini umumnya ditanami sawah padi
surung (deep water rice) yang waktu tanamnya sampai akhir musim kemarau dan panen
saat air tinggi (1,0-1,5 m) pada musim hujan.
c. Padi surung atau padi air dalam ini mempunyai sifat khusus, yaitu dapat memanjang
(elogante) mengikuti kenaikan genangan air. Kemampuan memanjang ini karena
pertumbuhan akar yang terus-menerus yang pada padi sawah umumnya tidak ditemukan.
Padi yang tergolong jenis padi surung ini antara lain varietas alabio, tapus, nagara,
termasuk yang dikenal dengan padi hiyang.
d. Selain padi, lahan rawa lebak juga juga umum ditanami palawija, sayur, dan buah-
buahan. Pola tanam atau tumpang antara tanaman palawija, sayuran, atau buah-buahan
umum dilakukan petani pada lahan lebak dangkal dan tengahan dengan sistem surjan.
Pada sistem surjan tanaman palawija (jagung, kedelai, kacang nagara, dan atau umbi-
umbian), sayuran (tomat, cabai, kacang panjang),

Referensi :
https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/2018/05/ec090_MS05_Kes
esuaian_Lahan_
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. Z. K.Anwar, Alkasuma, Suparto dan Y.Rustandi. 2005.Delineasi


lahan rawa lebak untuk pengembangan pertanian potensial di Kalimantan timur.
Dalam Laporan Tahunan Penelitian Pertanian Lahan Rawa Tahun 2006. Balittra.
Banjarbaru. Him 23-37.

Djajadiningrat. 2005. Suistanable Future: Menggagas Warisan Peradaban bagi Anak


Cucu, Seputar Pemikiran Surna Tjahja Djajadiningrat, Indonesia Center for
Suistanable Development (ICSD).

Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010 2014.


Kementrian Pertanian, Jakarta.

Salmani. 2011. Pembagunan Berkelanjutan dan Implikasinya di Indonesia. Bahan Mata


Kuliah Keseimbangan Lingkungan dan Pembangunan. IPB.

Sumarno. 2010. Green Agriculture dan Green Food sebagai strategi Branding dalam
Usaha Pertanian. Forum Agro Ekonomi, volume 28, Nomor 2. Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Anda mungkin juga menyukai