Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASPEK-ASPEK FILOSOFIS KEWAJIBAN SUAMI KEPADA


ISTRI DAN KEWAJIBAN ISTRI KEPADA SUAMI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah Filsafat Hukum Keluarga

Dosen Pengampu: Dr. Dri Santso, M.H

Disusun Oleh:

ALI IMRON ROSYIDI

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

PASCASARJANA IAIN METRO

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh.

Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah menunjukkan kepada kita jalan yang paling baik diantara jalan yang ada di dunia
ini untuk menuju kepada ridhotillah Tuhan semesta alam. Dengan pertolongan-Nya,
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Aspek-Aspek Filosofis
Kewajiban Suami Kepada Istri dan Kewajiban Istri Kepada Suami” tanpa suatu
halangan apa pun.

Terima kasih penyusun ucapkan kepada Bapak Dr Dri Santoso M.H selaku
dosen Filsafat Hukum Keluarga Islam yang telah memberikan pengarahaan dan
bimbingannya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Dan tak lupa penyusun ucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesainya tugas ini.

Penyusun berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran serta
masukan yang membangun guna perbaikan kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, dan penyusun pada khususnya.

Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat


dijadikan sebagai salah satu referensi dalam pembelajaran, dan semoga Allah selalu
meridhoi setiap langkah kita. Amin...!!!

Metro, Maret 2022

Penyusun

ii
Aspek-Aspek Filosofis Kewajiban Suami Kepada Istri Dan Kewajiban Istri
Kepada Suami

A. Pendahuluan
Apabila poses akad nikah telah berlangsung dan telah dikatakan sah
serta telah memenuhi syarat maupun rukunnya, maka kini kedua mempelai
telah resmi menjadi pasangan suami istri. Dari situlah akan timbul suatu akibat
hukum atas hak dan kewajibannya sebagai suami istri dalam keluarga. Kini,
tugas yang harus selanjutnya dilaksanakan oleh keduanya adalah sama-sama
menjalankan atas hak dan kewajibannya masing-masing dalam rumah tangga.
Artinya sang suami memiliki hak dan kewajibannya terhadap istrinya yang
harus dijalankan. Sebaliknya, Istri pun mempunyai hak dan kewajibannya
terhadap suami dan harus dilaksanakan pula.
Diharapkan suami dan istri dapat menjalankan kewajibannya masing-
masing,sesuai tuntunannya syariat, agar terciptanya suatu kehidupan keluarga
dengan penuh ketenangan, keharmonisan dan kebahagiaan, yang dapat
dirasakan oleh mereka berdua, anak-anak mereka serta semua anggota
keluarga dari mereka berdua, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an Surat
ar-Rum pada ayat ke-21, yaitu sebagai berikut.

Νà6uΖ÷t/ Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡à Ρr& ôÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿϵÏG≈tƒ#u ôÏΒuρ

∩⊄⊇∪ tβρ㍩3x tGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir.

Suami istri, keduanya mempunyai kewajiban yang berbeda dalam


membangun rumah tangga yang di idam-idamkan, disamping ada juga yang
sama. Suami istri masing-masing mempunyai hak atas yang lainnya. Ini
berarti bila istri mempunyai hak atas suaminya maka suami pun mempunyai
kewajiban kepada istrinya. Demikian pula sebaliknya, jika suami mempunyai
hak atas istrinya maka istrinya juga mempunyai kewajiban terhadap

1
suaminya. Disini penulis akan membahas mengenai hak dan kewajiban Isteri
terhadap suaminya
B. Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Istri
Pengertian Hak dan Kewajiban Hak adalah sesuatu yang dapat dimiliki
dan dikuasai sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus diberikan, baik
berupa benda baik berupa benda maupun berupa perbuatan.1
Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat maka
menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian akan menimbulkan hak serta
kewajibannya suami istri dalam keluarga, yang meliputi: hak suami istri secara
bersama, hak suami atas istri dan istri atas suami.2
Yang dimaksud dengan hak adalah apa-apa yang diterima oleh
seseorang dari orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah
apa yang harus dilakukan seseorang terhadap orang lain.3 Hak adalah
kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan Kewajiban adalah
sesuatu yang harus dikerjakan.
Adanya hak dan kewajiban antara suami istri dalam kehidupan rumah
tangga dapat dilihat dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Contoh
dalam Al-Qur’an pada surat al-baqarah ayat 228:
ِ ‫ﺮ َﺟ‬ ‫ف وﻟِﻠ‬
ٌ‫ﻦ َد َر َﺟﺔ‬ ‫ﺎل َﻋﻠَْﻴ ِﻬ‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ﻦ ﺑﺎﻟ َْﻤ ْﻌ ُﺮْو‬ ‫َو َﻟﻬ ُﻦ ﻣﺜْ ُﻞ اﻟﺬ ْي َﻋﻠَْﻴ ِﻬ‬
"Bagi istri itu ada hak-hak berimbang dengan kewajiban-kewajibannya secara
makruf dan bagi suami setingkat lebih dari istri.”
Ayat ini menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri juga
mempunyai kewajiban. Kewajiban istri merupakan hak bagi suami. Meskipun
demikian, suami mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi, yaitu sebagai
kepala keluarga. Contoh hak dan kewajiban suami dan istri dalam hadits Nabi,
hadits yang diriwayatkan oleh Amru bin al-ahwash:

‫أﻻ أن ﻟﻜﻢ ﻋﻠﻲ ﻧﺴﺎﺋﻜﻢ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺣﻘﺎ‬

“Ketahuilah bahwasannya kamu mempunyai hak yang harus dipikul


oleh istrimu dan istrimu juga mempunyai hak yang harus kamu pikul."

1
Ibnu mas’ud, Fiqh Madzhab Syafi’i, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), 312.
2
Slamet Abidin, Fiqh Munakahat1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), 157.
3
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: kencana 2006), Hal. 159

2
Membicarakan kewajiban dan hak suami istri, terlebih dahulu kita
membicarakan apa yang dimaksud dengan kewajiaban dan apa yang dimaksud
dengan hak. Maka disandingkan dengan kata kewajiban dan hak tersebut,
dengan kata suami dan istri, memperjelas bahwa kewajiban suami adalah
sesuatu yang harus suami laksanakan dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan
kewajiaban istri adalah sesuatu yang harus istri laksanakann dan lakukan untuk
suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah sesuatu yang harus
diterima suami dari isterinya. Sedangkan hak isteri adalah sesuatu yang harus
diterima isteri dari suaminya. Dengan demikian kewajiban yang dilakukan
oleh suami merupakan upaya untuk memenuhi hak isteri. Demikian juga
kewajiban yang dilakukan istri merupakan upaya untuk memenuhi hak suami.
Begitulah kehidupan berumah tangga, Mebutuhkan timbal balik yang
searah dan sejalan. Rasa saling membutuhkan, memenuhi dan melengkapi
kekurangan satu dengan yang lainnya.tanpa adanya pemenuhan kewajiban dan
hak keduanya, maka keharmonisan dan keserasian dalam berumah tangga akan
goncang berujung pada percekcokan dan perselisihan.Dengan dilangsungkan
akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan yang
dilakukan oleh walinya, terjalinlah hubungan suami isteri dan timbul hak dan
kewajiaban masing-masing timbal-balik.
Hak suami merupakan kewajiban istri, sebaliknya kewajiban suami
merupakan hak istri. Dalam kaitan ini ada enam hal:
1) Kewajiban suami terhadap istrinya, yang merupakan hak istri dari
suaminya.
2) Kewajiban istri terhadap suaminya, yang merupakan hak suami dari
istrinya.
3) Hak bersama suami istri.
4) Kewajiban bersama suami istri.4
5) Hak suami atas istri.
6) Hak istri atas suami.
Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-
masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga
sempurnalah kebahagiaan hidup rumah tangga. Dengan demikian, tujuan

4
Ibid, hal. 159-160

3
berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tujuan agama, yaitu sakinah,
mawaddah wa rahmah.5
C. Dasar Hukum Hak dan Kewajiban Suami Istri
Menurut hukum Islam , suami dan istri dalam membina rumah tangga
haru berlaku dengan cara yang baik (ma’ruf) sebagaimana firman Allah “Hai
orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan
jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka Karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang Telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. dan bergaullah
dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,
(maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”
Maksud dari ayat diatas, para suami agar bergaul dengan istri dengan
baik. Jangan kikir dalam memberi nafkah, jangan sampai memarahinya dengan
kemarahan yang melewati batas atau memukulnya atau selalu bermuka muram
terhadap mereka. Seandainya suami membenci istri dikarenakan istri itu
mempunyai cacat pada tubuhnya atau terdapat sifat-sifat yang tidak disenangi
atau kebencian serius kepada istrinya timbul karena hatinya telah terpaut
kepada perempuan lain, maka hendaklah suami bersabar, jangan terburu-buru
menceraikan mereka. Mudah-mudahan yang dibenci oleh suami itu justru yang
akan mendatangkan kebaikan dan kebahagian kepada mereka6
Selanjutnya dikatakan pula dalam Alquran bahwa (pria adalah
pemimpin bagi wanita) dan wanita (istri) itu mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Tetapi suami mempunyai
satu tingkatan kelebihan dari istrinya. Selain itu juga Allah dalam ayat Alquran
surat al-Baqarah/2:228

$tΒ zôϑçFõ3tƒ βr& £çλm; ‘≅Ïts† Ÿωuρ 4 &ÿρãè% sπsW≈n=rO £ÎγÅ¡à Ρr'Î/ š∅óÁ−/uŽtItƒ àM≈s)¯=sÜßϑø9$#uρ

£ÏδÏjŠtÎ/ ‘,ymr& £åκçJs9θãèç/uρ 4 ̍ÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ £ÏΒ÷σム£ä. βÎ) £ÎγÏΒ%tnö‘r& þ’Îû ª!$# t,n=y{

5
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: kencana 2006), Hal. 155
6
Ibid., 135.

4
ÉΑ$y_Ìh=Ï9uρ 4 Å∃ρá÷èpRùQ$$Î/ £ÍκöŽn=tã “Ï%©!$# ã≅÷WÏΒ £çλm;uρ 4 $[s≈n=ô¹Î) (#ÿρߊ#u‘r& ÷βÎ) y7Ï9≡sŒ ’Îû

∩⊄⊄∇∪ îΛÅ3ym ͕tã ª!$#uρ 3 ×πy_u‘yŠ £ÍκöŽn=tã


Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga
kali quru'. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah
dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan
suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka
(para suami) menghendaki ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para
suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.7

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa perempuan itu mempunyai hak yang
seimbang dengan laki-laki dan laki-laki mempunyai kelebihan satu tingkat dari
istrinya, adalah menjadi dalil bahwa dalam amal kebajikan mencapai kemajuan
dalam segala aspek kehidupan, lebih-lebih dalam lapangan ilmu pengetahuan,
perempuan dan laki-laki sama-sama mempunyai hak dan kewajiban. Meskipun
demikian hak dan kewajiban itu disesuaikan dengan fitrahnya baik fisik
maupun mental. Umpamanya seorang istri mempunyai kewajiban mengurus
rumah tangga, menjaga kebersihan dan rahasia rumah tangga dan lain-lain.
Sedang suami sebagai kepala keluarga bekerja dan berusaha untuk mencari
nafkah yang halal guna membelanjai istri dan anak-anak. Dalam
keluarga/rumah tangga, suami dan istri adalah mitra sejajar, saling tolong
menolong dan bantu membantu dalam mewujudkan rumah tangga sakinah
yang diridhai Allah swt. Perbedaan yang ada adalah untuk saling melengkapi
dan kerjasama, bukan sebagai sesuatu yang bertentangan dalam membina
rumah tangga bahagia.8
Dari ayat diatas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa kaum laki-
laki deperintahkan untuk bergaul dengan istrinya dengan cara yang paling

7
Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya.., 335-336
8
Khoiruddin Nasution, Islam: Tentang Relasi Suami dan Istri, (Yogyakarta: Academia dan
Tazzafa, 2004), 241

5
baik. Kemudian hal itu yang perlu diperhatikan adalah para wanita memiliki
hak yang seimbang dengan hak dan kewajibannya dengan cara yang ma’ruf.9
D. Aspek-Aspek Filosofis Kewajiban Suami Kepada Istri
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi istri hanya merupakan hak-hak
bukan kebedaan, sebab menurut hukum Islam istri tidak dibebani kewajiban
kebendaan yang diperlukan untuk mencukupkan kebutuhan hidup keluarga.
Bahkan, lebih diutamakan istri tidak usah ikut bekerja mencari nafkah jika
suami memang mampu memenuhi kewajiban nafkah keluarga dengan baik.
Hal ini dimaksudkan agar istri dapat mencurahkan perhatiannya untuk
melaksanakan kewajiban membina keluarga yang sehat dan mempersiapkan
generasi yang shaleh.
Kewajiban ini cukup berat bagi istri yang memang benar-benar akan
melaksanakan dengan baik. Namun, tidak dapat dipahamkan bahwa Islam
dengan demikian menghendaki agar istri tidak pernah melihat dunia luar agar
istri selalu berada dirumah saja10Adapun kewajiban suami terhadap istri dapat
di bagi menjadi dua bagian:
1) Kewajiban yang bersifat materi yang disebut nafaqah.
2) Kewajiban yang tidak bersifat materi.
Kewajiban suami terhadap istri yang tidak bersifat materi adalah:
• Menggauli istrinya secara baik dan patut. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 19:

‫وﻋﺎﺷﺮوﻫﻦ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮوف ﻓﺈن ﻛﺮﻫﺘﻤﻮﻫﻦ ﻓﻌﺴﻰ أن ﺗﻜﺮﻫﻮا ﺷﻴﺌﺎ وﻳﺠﻌﻞ اﷲ ﻓﻴﻪ ﺧﻴﺮا ﻛﺜﻴﺮا‬

“Pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara baik. Kemudian bila kamu


tidak menyukai mereka (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak”.
• Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah
untuk terwujud, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah. Untuk itu suami
wajib memberikan rasa tenang bagi istrinya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat ar-Rum ayat 21:

9
Ibiid 243
10
Imam Musbikin, Qawa’id Al-Fiqiyah, (Jakarta: Raja Grafindo Perseda, 2011), 80.

6
“Di antara tanda-tanda kebesaran Allah Ia menjadikan untukmu
pasangan hidup supaya kamu menemukan ketenangan padanya dan
menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Yang demikian
merupakan tanda-tanda agi kaum yang berfikir.”11
• Mendidik istri merupakan kewajiban suami, sebagaimana tercantum dalam
hadits Bukhari yang artinya :“Nasihatilah para wanita (istri) itu dengan
baik. Sesungguhnya wanita itu tercipta dari tulang rusuk yang bengkok.
Bila engkau biarkan akan tetap bengkok, tapi jika engkau luruskan akan
patah. Maka nasihatilah wanita itu dengan baik.”(HR Bukhari)12
• Bersikap baik dan bijaksana dalam berbicara dan mengatur waktu untuk
istri
• Suami hendaknya mengajarkan istri apa yang menjadi kebutuhan
agamanya, dari hukum-hukum bersuci seperti mandi, haid, janabat, wudlu
dan tayamum.
• Hendaknya dapat menahan diri, tidak mudah marah apabila istri menyakiti
hatinya.
• Suami hendaknya menyuruh istri nya melkaukan perbuatan yang baik dan
tidak bermuka masan dihadapan suami.
• Suami harus mengajarkan berbagai macam ibadah kepada istri baik ibadah
fardlu maupun sunnah serta tidak menunjukkan keadaan yang tidak
disenangi suami.
• Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi
mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan
oleh suami istri bersama.
• Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
• Suami wajib memberikan mas kawin dan nafkah dari jalan yang halal.
• Tidak menyetubuhi istri didepan lelaki atau wanita lain
• Memberikan nafkah sandang dan pangan sesuai dengan usaha dan
kemampuannya, suami menanggung:
1. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.

11
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan, Hal. 160-161
12
Miftah faridl, Rumahku Surgaku, (Jakarta: Gema Insani 2005), Hal. 113

7
2. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri
dan anak.
3. Biaya pendidikan bagi anak.
E. Aspek-Aspek Filosofis Kewajiban Istri terhadap Suami
Dari istri tidak ada yang berbentuk matri secara langsung, yang ada
adalah kewajiban dalam bentuk non materi. Yakni:
1. Menggauli suami secara layak dengan kodratnya. Hal ini dapat dipahami
dari ayat yang menuntut suami menggauli istrinya dengan baik, karena
perintah untuk menggauli itu berlaku timbal balik.
2. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya, dan
memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada suaminya dalam batas-
batas kemampuannya.
3. Taat dan patuh kepada suami, selama suaminya tidak menyuruh untuk
melakukan perbuatan maksiat. Hal ini dapat dilihat dari isyarat firman Allah
dalam surat an-Nisa’ ayat 34:”Perempuan-perempuan yang sholihah dalah
perempuan yang taat kepada Allah (dan patuh kepada suami) memelihara
diri ketika suami tidak ada oleh karena Allah telah memelihara mereka."
4. Menjauhkan dirinya dari segala sesuatu perbuatan yang tidak disenangi oleh
suaminya.
5. Menjauhkan dirinya dari memperlihatkan muka yang tidak enak dipandang
dan suara yang tidak enak didengar.
6. Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman.
7. Mengatur rumah tangga dengan baik.
8. Menghormati keluarga suami.
9. Bersikap sopan, penuh senyum kepada suami.
10 Tidak mempersulit suami, dan selalu mendorong suami untuk maju.
11 Ridha dan syukur terhadap apa uyang diberikan suami.
12 Selalu berhias, bersolek untuk suami.
13 Selalu berhemat dan suka menabung.13

13
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Hal. 163-164

8
F. KESIMPULAN
Bahwasannya setiap suami maupun istri sama-sama memiliki hak dan
kewajibannya sendiri-sendiri. Sebagai seorang istri, yang menginginkan
keridhoan Allah Swt. maka dituntut baginya untuk menjalankan
kewajibankewajiban atas suaminya, yang harus dijalankannya dalam
kehidupan rumah tangganya tersebut. Agar nantinya tercipta keluarga yang
penuh dengan cinta, keharmonisan, dan kasih sayang yang tiada hentinya.
Kemudian banyak istri yang tidak menyadari bahwa ada banyak perbuatannya
pada pasangan yang merupakan dosa. Perbuatan-perbuatan ini sangat dibenci
Allah Swt. Dan Rasulullah Saw. pun melarangnya dengan keras. Oleh sebab
itu, seorang istri wajib mengetaui akan hak dan kewajibannya, serta perbuatan
apakah yang dapat menyebabkan dosa terhadap suaminya tersebut, agar
nantinya ia mendapatkan keridhoan Allah swt.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abidin Slamet. Fiqh Munakahat1. Bandung: CV Pustaka Setia. 1999

Ghazaly Abd Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana 2006

Mas’ud Ibnu. Fiqh Madzhab Syafi’i. Bandung: CV Pustaka Setia . 2007

Miftah Faridl. Rumahku Surgaku. Jakarta: Gema Insani 2005

Musbikin Imam. Qawa’id Al-Fiqiyah. Jakarta: Raja Grafindo Perseda. 2011

Nasution Khoiruddin, Islam: Tentang Relasi Suami dan Istri. Yogyakarta: Academia
dan Tazzafa. 2004

Syarifuddin Amir. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat


dan Undang-undang Perkawinan. Jakarta: kencana 2006

10

Anda mungkin juga menyukai