Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DEWI MAESYAROH

NIM : 8111418251

TUGAS HUKUM PIDANA KHUSUS


JUM’AT 23 APRIL 2021

1. Orang yg korupsi lalu sebelum diadili perkaranya, ia kemudian mentransfer uang hasil
korupsi itu ke bank maka ia terkena tindak pidana pencucian uang. Jenis concursus
apakah yg dia lakukan! Jenis dakwaan apakah yg tepat dikenakan kepada dirinya?
Apakah dakwaan alternatif atau kumulatif?

Jawaban :

Jenis concursus yang dilakukan adalah concursus realis. Concursus realis adalah


seseorang melakukan beberapa perbuatan, dan masing-masing perbuatan itu berdiri
sendiri. Sebagai suatu tindak pidana tidak perlu sejenis dan tidak perlu berhubungan.

Dakwaan yang digunakan adalah dakwaan kumulatif (penggabungan antara dakwaan


Tindak Pidana Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang). Untuk mendakwa dua
perbuatan pidana yang berbeda yakni TPK dan TPPU secara sekaligus (dalam teori
hukum pidana dikenal dengan concursus realis). Hal ini mengingat kewenangan KPK
dalam menangani TPPU hanya jika tindak pidana asalnya merupakan TPK, sebagaimana
diatur dalam Pasal 74 UU PP TPPU.

Dasar hukumnya: UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 (UU TPK)
dan UU Nomor 8 Tahun 2010 (UU PP TPPU).

2. Tppu dibagi dua, tppu aktif dan tppu pasif. Sebutkan pasal mana saja yg termasuk tppu
aktif dan tppu pasif dlm uu no. 8 tahun 2010 ttg pemberantasan tppu !

Jawaban :

Berdasarkan jenis TPPU yang dilakukan pelaku ada dua yaitu

Pasal 3 UU PP TPU (TPPU Aktif) adalah mereka yang menempatkan, mentransfer,


mengalihkan,membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan.

Bunyi pasal 3 UU PP TPU adalah sebagai berikut :

“Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,


membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang
dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”

Pasal 5 UU PP TPU (TPPU Pasif) adalah mereka yang yang menerima atau menguasai
penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran.

Bunyi Pasal 5 UU PP TPU adalah sebagai berikut :

(1) Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,


pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi Pihak Pelapor
yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.

3. Bagaimana pengaturan dlm uu no. 8 tahun 2010 jika terdakwa diputuskan bebas dalam
perkara predicate crimenya? apakah perkara tindak pidana pencuciannya tetap lanjut atau
dihentikan?

Jawaban :

Secara limitatif kejahatan-kejahatan yang menjadi tindak pidana asal (predicate crime)
dari Tindak Pidana Pencucian Uang yang merupakan follow up crime. Hal ini
menunjukan bahwa untuk terjadinya TPPU terlbih dahulu ada tindak pidana/kejahatan
lain yang telah dilakukan oleh pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana yang
telah ditentukan secara limitatif dalam Pasal 2.

Pencucian uang sebagai bentuk kejahatan yang bersifat follow up crime atau kejahatan
lanjutan. Predicate crime adalah kejahatan utama yang menghasilkan harta kekayaan
yang digunakan untuk tindak pidana pencucian uang. Predicate crime meliputi 26 bentuk
kejahatan. Pada mulanya kejahatan utama tersebut hanya untuk perdagangan narkotika
dan obat-obat sejenisnya. 26 bentuk predicate crime tersebut, yaitu korupsi, penyuapan,
narkotika, psikotropika, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan 15igrant, di bidang
perbankan, di bidang pasar modal, di bidang perasuransian, kepabeanan, cukai,
perdagangan orang, perdagangan senjata gelap, terorisme, penculikan, pencurian,
penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, di bidang perpajakan, di
bidang kehutanan, di bidang lingkungan hidup, di bidang kelautan dan perikanan, tindak
pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih. Harta
kekayaan yang digunakan untuk membiayai terorisme juga disamakan predicate crime.

Dalam kasus ini tindak pidana asal (predicate crime) diputuskan bebas maka
perkara tindak pidana pencuciannya tetap dilanjut. Karena masih bisa dilanjutkan
secara undang-undang. Hal ini sesuai yang tertera dalam Pasal 69 UU TPPU yang
berbunyi :

“Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang


pengadilan terhadap tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib dibuktikan terlebih
dahulu tindak pidana asalnya.”

Dalam hal pelaku tindak pidana asal kelak memperoleh keputusan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap bahwa pelaku tidak terbukti melakukan tindak pidana asal,
maka terpidana tindak pidana pencucian uang tersebut dapat mengajukan upaya hukum
peninjauan kembali terhadap kasusnya.
sedangkan terhadap pelaku tindak pidana pencucian uang yang juga merupakan pelaku
tindak pidana asal maka menjadi suatu kewajiban bagi penuntut umum untuk
mendakwahkan pelaku dengan dakwaan kumulatif, terhadap tindak pidana pencucian
uang dan tindak pidana asalnya. Hal ini merupakan sejalan dengan konsep dari concursus
realis bahwa dalam perbarengan perbuatan dengan pelaku yang sama antara tindak pidana
pencucian uang dan tindak pidana asalnya itu satu sama lain terpisah dan berdiri sendiri.
jadi dengan tidak terbukti nya terdakwa melakukan tindak pidana asal dan terdakwa
sanggup membuktikan bahwa harta kekayaan yang didakwakan kepadanya berasal dari
sesuatu yang sah bukan jari tindak pidana asal maka terdakwa dibebaskan.
Oleh sebab itu berkaitan dengan karakteristik tindak pidana pencucian uang yang harus
diawali dengan tindak pidana asal maka terhadap tindak pidana asal tidak harus
dibuktikan terlebih dahulu sebelum membuktikan tuntutan tindak pidana pencucian uang
dan tindak pidana asal tidak perlu harus dibuktikan, pembuktian tindak pidana asal
tersebut dapat dilakukan secara bersamaan dengan pembuktian tuntutan tindak pidana
pencucian uang terhadap pelaku tindak pidana pencucian uang yang sama dengan tindak
pidana asal titik dengan kata lain tindak pidana pencucian uang dapat dipandang sebagai
suatu perbuatan yang berdiri sendiri disamping tindak pidana asal walaupun terkait dan
berada dalam satu rangkaian sehingga dipandang sebagai peristiwa berbarengan peraturan
dalam tindak pidana.

Anda mungkin juga menyukai