NIM : 042268647
JURUSAN : MANAJEMEN
TUGAS 1
1. Dalam pandangan Agama Hindu mengenai konsep Catur Warna, relevansikah Catur Warna
dalam kehidupan di era globalisasi?
Kata Caturwarna berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri atas kata Catur yang berarti empat dan
kata Warna yang berasal dari urat kata wr (baca wri) yang artinya memilih. Caturwarna berarti
empat pilihan hidup berdasarkan guna dan karma. Empat profesi dalam kehidupan masyarakat
adalah Brahmana, Kesatria, Waisya dan Sudra. Caturwarna membagi manusia menjadi empat
golongan profesional yang bersifat horizontal. Caturwarna tidak membeda-bedakan harkat dan
martabat manusia atas dasar asal usul keturunannya. Secara umum, pengertian Caturwarna itu
sendiri adalah penggolongan masyarakt berdasarkan pekerjaannya. Empat golongan yang dimaksud
sebagai berikut.
Secara umum, memang seperti itulah pengertian Caturwarna yang telah diajarkan dalam Agama
Hindu. Akan tetapi, apabila dilihat secara logika, sesungguhnya ajaran Caturwarna memilik filosofi
yang sangat luhur. Filosofi tersebut hendaknya menjadi hakikat bagi manusia Hindu. Dengan kata
lain, filosofi Caturwarna merupakan wujud keluhuran Agama Hindu. Sebagai manusia Hindu
hendaknya kita menjadikan ajaran Caturwarna sebagai bagian dari diri kita. Maksudnya adalah
keempat unsur Caturwarna itu hendaknya selalu ada di dalam diri setiap manusia. Dengan tidak
adanya batasan anatara empat unsur tersebut, itulah hakikat manusia Hindu yang luhur. Contoh
yang paling sederhana adalah peran seorang ayah. Untuk menjalankan roda rumah tangga agar
dapat berputar dengan baik, filosofi Caturwarna hendaknya selalu ditanamkan oleh seorang ayah.
Pertama, seorang ayah harus mampu membangkitkan peran brahman di dalam dirinya, yaitu dengan
cara memberikan contoh kepada istri dan anak-anaknya dalam hal sembahyang. Kedua, seorang
ayah juga harus mampu menjalankan peran kesatria. Seorang ayah harus mampu menjadi pemimpin
yang baik dalam keluarga. Ketiga, seorang ayah juga harus menjalankan peran waisya dengan cara
mengatur roda perekonomian keluarga sebaik-baiknya. Keempat, peran terakhir adalah sudra, yaitu
seorang ayah harus mampu melayani berbagai kebutuhan atau kepentingan istri dan anak-anaknya.
Dari contoh sederhana di atas, dapat disimpulakan konsep Catur Warna masih relevan di era
globalisasi dan menurut saya konsep Catur Warna tidak akan hilang termakan zaman. Sebagai
manusia Hindu, hendaknya kita selalu menjunjung ajaran-ajaran Dharma. Caranya cukup sederhana,
yaitu kita mempelajari dan mengimplementasikan ajaran-ajaran Agama Hindu, menjalankan
sembahyang dan sebagainya.
2. Upaya yang dilakukan generasi muda Hindu untuk menjaga dan melestarikan warisan
budaya dan sejarah yang ada agar tetap terpelihara
Setiap umat wajib memahami konsep ketuhanan dalam Agama Hindu sehingga tidak menimbulkan
prasangka dalam Umat Hindu itu sendiri. Hal itu disebabkan konsep ketuhanan ajaran Hindu tidak
hanya satu, tetapi mengenal konsep yang bermacam-macam dan ada 2 yang sangat terkenal, yaitu
Nirguna Brahman dan Sagunam Brahman. Memahami ajaran agama dilakukan melalui tahapan,
yaitu dari yang sederhana sampai akhirnya ke tahap yang sempurna. Sama halnya seorang anak
mulai belajar sesuatu, ia akan belajar dari tahap yang paling sederhana, selanjutnya ke tahap yang
sulit. Seorang anak mempelajari berbagai benda, mulai yang konkret, selanjutnya ke abstrak. Tahap
pertama anak belajar adalah melihat benda yang mau diketahui, merasakan melalui kulit,
mendengar melalui telinga dan mencium aroma melalui hidung. Pada tahap ini, anak belum mampu
membayangkannya dalam angan-angan. Sama juga halnya umat manusia yang mau mengetahui
Tuhan, yaitu pada tahap awal manusia akan merasa puas memuja Tuhan yang berwujud, Tuhan yang
mampu diamati dan dapat diraba, yakni Tuhan dalam wujud arca, dewa dan dewi. Konsep
ketuhanan dalam ajaran Hindu dapat diketahui dari garis pengalaman sendiri, ataupun melalui
membaca kitab Suci Weda (Pudja, 2004). Menurut Mundaka Upanisad 1.2.12-13, pengetahuan
Brahman mesti diperoleh dari seorang guru. Seseorang yang ingin mengetahui pengetahuan tentang
Brahman harus mendekat dengan ghee di tangan kepada guru yang mengerti Weda. Hanya kepada
dia yang mendekat dengan sikap yang benar, dengan pemikiran yang tenang dan yang sudah
mencapai kedamaian, barulah guru yang mengerti mengajarkan pengetahuan dengan benar tentang
Brahman (Radhakrishnan, 2008: 531). Hal itu menunjukkan bahwa memahami pengetahuan tentang
Tuhan tidaklah mudah, dibutuhkan kesiapan mental, disiplin, keuletan dan kesucian hati untuk
mempelejari Tuhan. Tuhan adalah mahasuci sehingga hanya yang berjiwa sucilah yang akan mampu
memahami yang suci. Konsep Brahmawidya ini harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari oleh semua umat sehingga dapat meningkatnya keyakinan umat terhadap ajaran Hindu dan
pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa bakti umat kepada Tuhan.
Modul agama
MKDU4224/3sks/MODUL 1 - 9