net/publication/344228088
CITATIONS READS
0 572
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Review Papers "Pemetaan Geologi dengan menggunakan Metode Teknologi Digital Model 3D View project
All content following this page was uploaded by Alisha Maulidita on 13 September 2020.
03071281823018@students.unsri.ac.id
SARI
Penulisan artikel ini didasarkan pada review dari lima artikel yang telah dipublikasi. Tujuan
penulisan ini sebagai media pembelajaran untuk mengidentifikasi singkapan dengan
memanfaatkan kemajuan teknik pemetaan digital. Artikel ini berfokus tentang pemanfaatan
teknik pemetaan digital yang kian hari mengalami perkembangan pesat di bidang geosains atau
kebumian. Teknik pemetaan secara konvensional dinilai kurang efektif dan efisien pada saat ini.
Metode pemetaan digital merupakan metode yang digunakan untuk meningkatkan resolusi,
presisi, serta kecepatan pengumpulan informasi geosains. Melalui teknologi digital, ahli geosains
dapat memvisualisasikan data lapangan menjadi data 3D yang akan lebih mudah ditransfer
kepada komunitas dalam atau luar geosains. Untuk mendapatkan data dengan akurasi tinggi
dalam waktu singkat digunakan pemanfaatan teknologi LIDAR. Namun, terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menerapkan teknik pemetaan digitalseeprti ketidakpastian
dalam proses pembuatan peta.
Daftar Isi :
1. Latar Belakang........................................................................................ 1
2. Review Perkembangan Data Digital dalam Pemetaan Geologi... 2
2.1 Anderson et al (2016)....... ............................................................... 2
2.2 Bond et al ( 2007).............. ............................................................... 2
2.3 Inocencio et al (2014)....................................................................... 3
2.4 Jones et al (2004)............... ............................................................. 4
2.5 Pavlis et al (2017)............................................................................. 5
3. Studi Kasus............................... ............................................................... 5
3.1 Anderson et al (2016)....... ............................................................... 5
3.2 Bond et al ( 2007).............. ............................................................... 6
3.3Pavlis et al (2017).............................................................................. 7
4. Ringkasan.................................. ............................................................... 7
Ucapan Terimakasih.............................................................................. 7
Pustaka...................................... ............................................................... 8
1
Literature Review
2
Literature Review
laser lidar di udara dan di darat. data lainnya. Munculnya sumber daya
Pemindaian laser lidar dapat menangkap berbagi data online telah menciptakan
12.000 titik data per detik. Data yang peluang baru untuk membandingkan dan
dikumpulkan dari singkapan dapat diolah menggabungkan data
untuk menghasilkan singkapan virtual
menggunakan kemampuan komputasi. Dalam melakukan transfer pengetahuan
saat ini tersedia kemudahan-kemudahan
Singkapan virtual ini dapat membantu
untuk mengakses data dan sumber daya.
dalam interpretasi, kemudahan data
Proyek Peta Tekanan Dunia (WSM)
berbagi, serta visualisasi data bagi
(Reinecker et al., 2005)
pengumpul data lainnya.
(https://www.worldstress.map.org).Selain itu
data dapat diunduh melalui database Word
Namun pada setiap tahap akuisisi data
geologi selalu terdapat ketidakpastian oleh StressMap 2005 lengkap sebagi file zip
bias manusia dan lingkungan. Akuisisi data dBase (wsm2005dbf.zip), spreadsheet excl
atau ASC11 (American Standard Code for
digital dalam jumlah besar dari contoh yang
Information Interchange) file.
terbatas memiliki potensi untuk
membiaskan pemahaman tentang system
2.3 Inocencio et al (2014)
geologi. Bias seperti ini membatasi
Pada paper ini membahas mengenai
kumpulan data dijadikan sebagai model
geologi. Asumsi yang dibuat selama klasifikasi pola spectral pada data LIDAR
pemrosesan data juga merupakan sumber untuk identifikasi batuan di singkapan.
ketidakpastian misalnya saat menggunakan Representasi digital dalam studi geologi
algoritme secara otomatis menghilangkan berkembang dari citra LANDSAT, model
vegetasi atau noise dari permukaan lidar. medan digital, dan teknik interpretasi foto
Selain itu asumsi yang berpendapat bahwa udara yang digabungkan dengan Sistem
perlapisan memiliki arah yang konstan Navigasi Global. Beberapa waktu terakhir,
akan memberikan ketidakpastian yang jauh teknologi pemetaan digital mengalami
lebih besar dibandingkan perbandingan peningkatan khususnya penggunaan
resolusi antara penggunaan teknik GPS dan pemindai laser terrestrial (TLS). Pemindai
stasiun total Laset Terestial (TLS) memiliki beberapa
karakteristik seperti akuisisi data lapangan
Tahap interpretasi aliran data geologi dapat
secara cepat dalam jarak yang mencapai 2
dilakukan dengan visualisasi 3D dan paket
km.memiliki resolusi spasial yang tinggi,
model bangunan. Untuk mempresentasikan
serta tingkat akurasi yang tinggi. Dalam
ketidakpastian pada model 3D, dibutuhkan
peningkatan prevelensi kumpulan data studi singkapan, tren TLS berkembang
seperti volume data seismic yang digunakan secara cepat karena kemudahannya dalam
dalam industry. Selain itu, untuk akuisisi data georeferensi dengan cara yang
memvisualisasikan ketidakpastian dapat akurat, tepat, dan cepat. Intensitas pulsa
dilakukan dengan mengubah focus balik dari laser dan jangkauan peralatan
perubahan tekstur, pseudocoloring, dan secara langsung berkaitan dengan factor
penggunaan mesin terbang. Penggunaan yang mempengaruhi kerja system.
geometri, animasi, sonifikasi serta Hubungan antara refleksitas target dan
pendekatan psiko-visual dapat menbantu intensitas sinar laser yang dipancarkan
memvisualisasikan ketidakpastian. Untuk berbanding lurus dengan jangkaun
mengembangkan pemahaman yang tepat pemindai laser. TLS hanya memiliki satu
tentang sistem geologi yang memiliki panjang gelombang karena interaksi pulsa
penggunaan prediktif, model 3D harus diuji
balik didasarkan pada interaksi panjang
terhadap contoh lapangan atau kumpulan
gelombang spesifik target dengan laser.
3
Literature Review
4
Literature Review
diaplikasikan pada industri konstruksi, citra 2,5 D, biasanya citra pesawat atau
teknik, dan lapangan. Dalam melakukan satelit yang dikoreksi ortokoreksi.
pemetaan geologi digital, dimanfaatkan
teknologi yang dikenal sebagai GIS. GIS Dalam pemvisualisasian yang
merupakan sistem manajemen informasi menggunakan data DEM akan timbul
yang berguna untuk mengatur, masalah pada medan yang memiliki resolusi
memvisualisasi, serta menganalisis data relative rendah. Misalnya saja, pada lereng
yang berorientasi spasial. curam (>45) fitur-fitur geologi tidak akan
terlihat dalam tampilan peta visualisasi 3D.
Pemetaan geologi digital masihberada Padahal, permukaan tebing atau lereng
dalam tahap awal. Pekerjaan di masa depan yang curam ini kerap kali menyimpan
harus berkonsentrasi pada tantanganseperti
informasi batuan yang informatif. Salah
peningkatan alur kerja digital agar lebih
satu solusi untuk masalah lereng atau
intuitif dan cepat dalam menangkap data
tebing curam ini ialah penggunaan LIDAR
lapangan dalam format digital. Selain itu,
berbasis darat atau udara Melalui metode
metodologi harus dikembangkan lebih lanjut
ini, dapat diperoleh rendering 3D beresolusi
yang menggunakan ketidakpastian yang
terkait dengan data atau interpretasi tinggi dari permukaan bumi. Selain itu,
individu sebagai masukan untuk tampilan foto dari berbagai sudut dapat
menghasilkan perkiraan keseluruhan dilihat sehingga menjadikan LIDAR sebagai
ketidakpastian yang terkait dengan model standar emas untuk pemodelan medan.
tertent Namun sayangnya, teknologi LIDAR dinilai
terlampau mahal dan tidak efisian untuk
2.5 Pavlis et al (2017) digunakan secara luas pada geologi medan.
Pemetaan digital dalam ilmu kebumian
mengubah peta geologi dari objek statis Untuk mengatasi hal ini, tersedia
berskala tetap menjadi database multiskala alternative lain yang dapat dimanfaatkan
yang dinamis dan lengkap dengan data yaitu teknologi foto-grammetri SfM. SfM
primer yang menyusunnya. Ketergantungan merupakan kemajuan mendasar dalam
pada peta 2D menghambat dalam fotogrametri yang memungkinkan
pemahaman kita mengenai system bumi. penggunaan rangkaian gambar miring
Visualisasi dari kenampakan 3D pada dalam konstruksi model medan (3D).
dasarnya tergambar pada fitur geometri Aplikasi dari SfM ini berada di bidang
geologi dimana terdapat relief topografi geomorfologi dalam konteks pembangunan
yang signifikan. Tidak dapat dipungkiri singkapan virtual. SfM lebih
pemetaan 2D atau pemetaan kertas telah menguntungkan dibandingan LIDAR
ketinggalan zaman karena adanya karena SfM hanya membutuhkan peralatan
kemajuan teknik digital yang memiliki yang sudah umum dibawa oleh ahli geologi
tingkat efesiensi lebih tinggi. Pemetaan 3D lapangan seperti kamera, unit GPS, dan
diawali dari model elevasi digital (DEM) computer lapangan. Jadi tidak perlu
yang memanfaatkan perangkat lunak GIS membawa peralatan mahal dan dapat
dan bola digital seperti Google Earth dan dihasilkan model medan fotorealistik pada
NASA Worldwind. Bola digital memberikan resolusi cm.
rentang tampilan yang tak terbatas jika
dibandingkan dengan pendekatan peta
STUDI KASUS
datar. Visualisasi permukaan seperti Google
2.1 Anderson et al (2016)
Earth dihasilkan dari metode pengaliran Pada studi kasus kali ini diperoleh data
singkapan di dekat Kalavrita, semenanjung
5
Literature Review
Peloponnesia Utara, Yunani. Data Point Posisi dua lokasi pada pemotongan
Cloud didapat menggunakan sistem TLS gelombang di Cullercoats, NE England
Riegls VZ-6000 dengan deteksi gema online ditentukan oleh 3 penerima GPS genggam
bentuk gelombang penuh. Singkapan dan 31 peserta menggunakan peta dasar
dipindai pada 3 titik pengulangan denyut 1 :2500. Perbedaan rata rata antara posisi
laser 300 kHz. Pemindaian dan pengolahan yang diidentifikasi oleh GPS dan peserta
data dilakukan menggunakan RiSCAN PRO sebesar 20 m. Teknologi GPS memberikan
(RIEGL 2015). Pengolahan lebih lanjut presisi yang jauh lebih baik dibandingkan
untuk penerapan algoritma dilakukan 31 ahli geosains yang memanfaatkan peta
dalam system Orientation and Processing of dasar. Pada kasus lainnya, Cowie dan
Airborne Laser Scamming Data. Untuk Shipton (1998) memetakan Sesar Array,
menentukan algoritma segmentasi dimulai Chimney Rock, Utah dengan luasan
dengan menghitung nilai kelengkungan pemetaan 0,5 km dalam kurun waktu tiga
setiap titik berdasarkan rasio eigenvalue. minggu. Sebaliknya, dengan menggunakan
Setelah itu, dilakukan deteksi pesawat pada GPS seseorang memetakan Sesar Array
titik cloud dengan menerapkan algoritma seluas 20 km dalam 15 hari.
yang dikembangkan dalam kerangka studi.
Segmentasi wilayah dilakukan dengan
memilih titik-titik dengan nilai
kelengkungan rendah Titik-titik yang tidak
tersegmentasi sebagai bagian dari bidang
daalm angka akan dibuang. Sebagai data
referensi diperlukan validasi nilai strike dan
dip yang ditentukan secara manual di
lapangan. Sejumlah kecil bidang yang
Gambar 2. Profil Lemparan Kesalahan
tersegmentasi dengan ukuran yang relative
besar dibandingkan bidang referensi total Selan itu, terdapat contoh penggabungan
menunjukkan validitas yang lebih tinggi. data dilakukan oleh empat ahli geosains
Manfaat di bidang geologi yang timbul yang membuat peta berbeda dikarenakan
akibat deteksi bidang point cloud yang tidak focus masalah yang berbeda. Dari keempat
terorganisir untuk menafsirkan dan ahli ini akan menghasilkan kompilasi
memvisualisasikan karakterisasi singkapan berbagai tingkat detail yang berbeda
bergantung pada siapa yang memetakan
peta tersebut. Terdapat perbedaan geometri
structural pelh Peach et al (2007) dengan
penampag lintang Elliot dan Johnson
mendorong dilakukan pemetaan ulang atau
interpretasi baru oleh Cowar (1980). Hal ini
terjadi akibat perbedaan penafsiran. Oleh
karena itu, pengumpulan data baik digital
maupun non digital menjaid sangat penting.
Gambar 1. Hasil Segmentasi bidang awan Berikut ini merupaka ilustrasi
titik dengan 10% kepadatanasli (a) penggabungan data yang berbeda dari tiga
dibandingkan dengan hasil cloud point (b) ahli geosains :
6
Literature Review
RINGKASAN
UCAPAN TERIMAKASIH
7
Literature Review