Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344228088

Review Paper "Perkembangan Teknologi Digital dalam Pemetaan Geologi


Memanfaatkan Data Digital"

Preprint · September 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.21724.00640

CITATIONS READS

0 572

2 authors:

Alisha Maulidita Stevanus Nalendra


Universitas Sriwijaya Universitas Sriwijaya
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    430 PUBLICATIONS   11 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Fadhli Dzaky Suyeda 03071281823023 Narrative Review View project

Review Papers "Pemetaan Geologi dengan menggunakan Metode Teknologi Digital Model 3D View project

All content following this page was uploaded by Alisha Maulidita on 13 September 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Literature Review

Review Paper “Perkembangan Teknologi Digital dalam Pemetaan Geologi


Memanfaatkan Data Digital”

Alisha Maulidita1*, Stevanus Nalendra Jati1


1
Program Studi Teknik Geologi, Universitas Sriwijaya, Palembang

03071281823018@students.unsri.ac.id

SARI

Penulisan artikel ini didasarkan pada review dari lima artikel yang telah dipublikasi. Tujuan
penulisan ini sebagai media pembelajaran untuk mengidentifikasi singkapan dengan
memanfaatkan kemajuan teknik pemetaan digital. Artikel ini berfokus tentang pemanfaatan
teknik pemetaan digital yang kian hari mengalami perkembangan pesat di bidang geosains atau
kebumian. Teknik pemetaan secara konvensional dinilai kurang efektif dan efisien pada saat ini.
Metode pemetaan digital merupakan metode yang digunakan untuk meningkatkan resolusi,
presisi, serta kecepatan pengumpulan informasi geosains. Melalui teknologi digital, ahli geosains
dapat memvisualisasikan data lapangan menjadi data 3D yang akan lebih mudah ditransfer
kepada komunitas dalam atau luar geosains. Untuk mendapatkan data dengan akurasi tinggi
dalam waktu singkat digunakan pemanfaatan teknologi LIDAR. Namun, terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menerapkan teknik pemetaan digitalseeprti ketidakpastian
dalam proses pembuatan peta.

Kata kunci: singkapan, pemetaan,data digital, LIDAR, TLS

Daftar Isi :
1. Latar Belakang........................................................................................ 1
2. Review Perkembangan Data Digital dalam Pemetaan Geologi... 2
2.1 Anderson et al (2016)....... ............................................................... 2
2.2 Bond et al ( 2007).............. ............................................................... 2
2.3 Inocencio et al (2014)....................................................................... 3
2.4 Jones et al (2004)............... ............................................................. 4
2.5 Pavlis et al (2017)............................................................................. 5
3. Studi Kasus............................... ............................................................... 5
3.1 Anderson et al (2016)....... ............................................................... 5
3.2 Bond et al ( 2007).............. ............................................................... 6
3.3Pavlis et al (2017).............................................................................. 7
4. Ringkasan.................................. ............................................................... 7
Ucapan Terimakasih.............................................................................. 7
Pustaka...................................... ............................................................... 8

1. LATAR BELAKANG ilmu geosains terus dikembangkan untuk


meningkatkan kinerja pada suatu bidang.
Seiring perkembangan teknologi, ilmu Teknik pemetaan geologi digital saat ini
geosains pun ikut mengalami dampak menjadi teknologi yang dinilai memiliki
kemajuan. Peralatan dan metode dalam tingkat efesiensi tinggi. Apabila

1
Literature Review

dibandingkan dengan teknik pemetaan azimuth serta kemiringan lapisan.


konvesional yang masih memanfaatkan Algoritme karakterisasi singkapan
media 2D, teknik pemetaan digital memiliki didapatkan dengan mendeteksi bidang dan
keunggulan dari segi keakuratan, presisi, menghitung orientasinya, menggunakan
hingga jangka waktu. Metode pemetaan titik cloud 3D yang diperoleh dari TSL.
digital merupakan metode yang digunakan Riquelme (2014) mengusulkan metode yang
untuk meningkatkan resolusi, presisi, serta menggunakan informasi 3D dari point cloud
kecepatan pengumpulan informasi geosains. dilakukan dengan cara memeriksa setiap
Dengan adanya teknik digital ini perolehan titik lokalnya. Tujuan dari metode ini
informasi mengalami peningkatan meliputi sendiri untuk mendapatkan parameter
volume data, kualitas serta presisi dalam geometris seperti orientasi planar dari
jangka waktu yang relative lebih singkat. informasi 3D yang sebenarnya.
Melalui teknologi digital, ahli geosains
dapat memvisualisasikan data lapangan 2.2 Bond et al ( 2007)
menjadi data 3D yang akan lebih mudah
Pada paper yang disampaikan oleh Bond et
ditransfer kepada komunitas dalam atau
al (2007) dibahas mengenai permasalahan
luar geosains. Data-data yang didapatkan
yang timbul dari kemajuan dalam teknologi
di lapangan dituangkan secara digital
digital meliputi akuisisi data, visualisasi
seperti singkapan virtual yang akan
data, pengelolaan data lapangan, serta
memudahkan dalam poses pemahaman dan
transfer ilmu pengetahuan di geosains.
interpretasi. Teknik pemetaan digital juga
Dalam pemanfaatan teknologi data digital
memanfaatka peralatan seperti GPS yang
terdapat beberapa tantangan yang harus
menhasilkan tingkat akurasi tinggi.
dihadapi oleh ahli geosains. Dalam konteks
2. Review Perkembangan Teknologi Digital transfer pengetahuan, tantangannya
2.1 Anderson et al (2016) meliputi sumber ketidakpastian dalam
Berdasarkan hasil analisa dari artikel aliran data digital; interpretasi, presentasi,
Anderson et al (2016) dijelaskan bahwa serta analisis data digital; penggabungan
Pemindain Laser (LIDAR) atau deteksi kumpulan data; penggunaaan system
jangkauan cahaya merupakan metode manajemen web.
perolehan secara cepat data tiga dimensi
Teknik pemetaan digital memiliki
presisi tinggi. Teknologi ini dapat
keunggulan dibandingkan teknik pemetaan
diterapkan di berbagai platform, baik di
tradisional. Hal yang paling signifikan
udara maupun di darat (terrestrial).
menjadi perbandingan yaitu tingkat akurasi
Namun, informasi topografi yang diperoleh
serta presisi pada kedua hasil metode ini.
dari platform pemindaian laser terestial
Teknik Tradisional mengandalkan kompas,
(TLS) lebih menguntungkan dibandingkan
peta dasar, serta keahlian pengguna untuk
dengan tampilan medan yang diperoleh dari
menemukan titik lokasi pada peta dasar.
survey udara. TLS memiliki tingkat akurasi
Sedangkan pada teknik pemetaan digital
yang lebih tinggi dibandingkan survey
telah dilengkapi penggunaan peralatn
udara dan memungkinkan pemetaan di area
digital seperti stasiun total serta Sistem
yang sulit dijangkau dan berbahaya
Pemosisian Global (GPS).
Komponen penting yang digunakan dalam
Evolusi teknologi dalam ilmu geosains terus
analisa untuk menentukan karakterisasi
meningkat seiring perkembangan zaman.
singkapan berupa deskripsi geometric
Pada saat ini, penangkapan data geospatial
permukaan singkapan yang meliputi nilai
yang efektif memanfaatkan pemindaian

2
Literature Review

laser lidar di udara dan di darat. data lainnya. Munculnya sumber daya
Pemindaian laser lidar dapat menangkap berbagi data online telah menciptakan
12.000 titik data per detik. Data yang peluang baru untuk membandingkan dan
dikumpulkan dari singkapan dapat diolah menggabungkan data
untuk menghasilkan singkapan virtual
menggunakan kemampuan komputasi. Dalam melakukan transfer pengetahuan
saat ini tersedia kemudahan-kemudahan
Singkapan virtual ini dapat membantu
untuk mengakses data dan sumber daya.
dalam interpretasi, kemudahan data
Proyek Peta Tekanan Dunia (WSM)
berbagi, serta visualisasi data bagi
(Reinecker et al., 2005)
pengumpul data lainnya.
(https://www.worldstress.map.org).Selain itu
data dapat diunduh melalui database Word
Namun pada setiap tahap akuisisi data
geologi selalu terdapat ketidakpastian oleh StressMap 2005 lengkap sebagi file zip
bias manusia dan lingkungan. Akuisisi data dBase (wsm2005dbf.zip), spreadsheet excl
atau ASC11 (American Standard Code for
digital dalam jumlah besar dari contoh yang
Information Interchange) file.
terbatas memiliki potensi untuk
membiaskan pemahaman tentang system
2.3 Inocencio et al (2014)
geologi. Bias seperti ini membatasi
Pada paper ini membahas mengenai
kumpulan data dijadikan sebagai model
geologi. Asumsi yang dibuat selama klasifikasi pola spectral pada data LIDAR
pemrosesan data juga merupakan sumber untuk identifikasi batuan di singkapan.
ketidakpastian misalnya saat menggunakan Representasi digital dalam studi geologi
algoritme secara otomatis menghilangkan berkembang dari citra LANDSAT, model
vegetasi atau noise dari permukaan lidar. medan digital, dan teknik interpretasi foto
Selain itu asumsi yang berpendapat bahwa udara yang digabungkan dengan Sistem
perlapisan memiliki arah yang konstan Navigasi Global. Beberapa waktu terakhir,
akan memberikan ketidakpastian yang jauh teknologi pemetaan digital mengalami
lebih besar dibandingkan perbandingan peningkatan khususnya penggunaan
resolusi antara penggunaan teknik GPS dan pemindai laser terrestrial (TLS). Pemindai
stasiun total Laset Terestial (TLS) memiliki beberapa
karakteristik seperti akuisisi data lapangan
Tahap interpretasi aliran data geologi dapat
secara cepat dalam jarak yang mencapai 2
dilakukan dengan visualisasi 3D dan paket
km.memiliki resolusi spasial yang tinggi,
model bangunan. Untuk mempresentasikan
serta tingkat akurasi yang tinggi. Dalam
ketidakpastian pada model 3D, dibutuhkan
peningkatan prevelensi kumpulan data studi singkapan, tren TLS berkembang
seperti volume data seismic yang digunakan secara cepat karena kemudahannya dalam
dalam industry. Selain itu, untuk akuisisi data georeferensi dengan cara yang
memvisualisasikan ketidakpastian dapat akurat, tepat, dan cepat. Intensitas pulsa
dilakukan dengan mengubah focus balik dari laser dan jangkauan peralatan
perubahan tekstur, pseudocoloring, dan secara langsung berkaitan dengan factor
penggunaan mesin terbang. Penggunaan yang mempengaruhi kerja system.
geometri, animasi, sonifikasi serta Hubungan antara refleksitas target dan
pendekatan psiko-visual dapat menbantu intensitas sinar laser yang dipancarkan
memvisualisasikan ketidakpastian. Untuk berbanding lurus dengan jangkaun
mengembangkan pemahaman yang tepat pemindai laser. TLS hanya memiliki satu
tentang sistem geologi yang memiliki panjang gelombang karena interaksi pulsa
penggunaan prediktif, model 3D harus diuji
balik didasarkan pada interaksi panjang
terhadap contoh lapangan atau kumpulan
gelombang spesifik target dengan laser.

3
Literature Review

Sistem pemindai laser terrestrial memiliki dilakukan untuk mendapatkan informasi


dua metode yang berbeda, untuk mengukur sebanyak mungkin. 2. Pemetaan regional,
jarak dan waktu penerbangan (TOF), serta biasanya menghasilkan peta geologi
metode pergeseran fasa. Pada metode Time regional dengan skala 1:50.000 yang
of Flight, instrument mengirimkan pulsa terekam pada peta topografi. 3.Pemetaan
laser intensitas tinggi kea rah target dan mendetail, umumnya mengacu pada peta
berskala 1:10.000 dan banyak diterapkan
mengukur waktu antara mengirim dan
untuk mendokumentasikan hubungan
menerima pengembalian pulsa dan
geologi utama secara rinci. 4.Pemetaan
membagi nilai hasilnya menjadi 2 untuk
Khusus, merupakan peta yang ditujukan
menghitung jarak. Sedangkan pada metode
untuk kepentingan tertentu seperti
pergeseran fasa, instrument memancarkan
contohnya data geoteknik, geofisika, dan
pulsa laser yang dipasang dalam gelombang geokimia.
harmonic dan jarak dihitung dengan
membandingkan perbedaan gelombang yang Namun pengumpulan data berbasis
dikirim dan diterima. lapangan akan menimbulkan tantangan
dalam penerapannya. Pemetaan lapangan
Dalam klasifikasi singkapan, elemen utama melibatkan penggunaan ekstensif
yang harus diklasifikasikan ialah batuan pengetahuan, dimana asumsi yang dibuat
yang terdapat di lokasi. Brodu dan Lague pada saat interpretasi dengan fakta
dan Franceshi et al menerapkan metode lapangan tercampur dan seringkali tidak
yang berbeda untuk data TLS. Klasifikasi dipisahkan secara jelas. Kegiatan pemetaan
ini berguna untuk pemrosesan database lapangan yang memiliki tujuan akhir
secara cepat yang berisi ribuan hingga pembuatan peta merupakan serangkain
jutaan poin yang diperoleh dari TLS. proses yang kompleks. Namun pada
Clustering data tau disebut juga cluster akhirnya tidak semua data akan
analysis, segmentation analysis, taxonomic dimasukkan ke hasil akhir akibat terbatas
analysis, atau unsupervised klasifikasi dengan skala yang digunakan pada peta.
Dalam banyak kasus, peta kertas memiliki
merupakan metode pembuatan kelompok
keterbatasan sehingga tidak memiliki
objek yang pada awalnya dilakukan
tingkat akurasi spasial yang tinggi. Peta
pengelompokkan semua objek derajat tinggi.
akhir umunya menunjukkan sedikit ekpresi
2.4 Jones et al (2004 ketidakpastian pada saat produksi. Dengan
Peta geologi merupakan hasil representasi demikian pemetaan tradisional memiliki
2Ddari distribusi formasi batuan yang sifat yang sangat interpretatif dimana
ditemukan di lapangan. Penyampaian ketidakpastian sulit diukur dan
informasi pada peta disalurkan melalui digambarkan melalui statistik.
simbol dan grafik geometri 3D bentuk
batuan serta struktur yang mengontrol Alternatif pemetaan geologi lain yang
suatu area. Seorang ahli geosains dituntut tersedia merupakan pemetaan geologi
untuk memiliki kemampuan menghasilkan digital (DGM). Pemetaan geologi digital
peta lapangan yang akurat dari hasil (DGM) merupakan metodologi yang
observasi dan membentuk peta geologi digunakan ahli geologi untuk
sebagai outputnya. Kerja lapangan yang mengumpulkan data lapangan yang terletak
memiliki tujuan studi ilmiahpada umumnya di GPS dalam format digital.Teknik
ditentukan dengan pendanaan. Barnes pemetaan digital berpotensi untuk
(1981) menggolongkan empat jenis utama meningkatkan validitas ilmiah proses
pemetaan geologi : 1. Pemetaan pengintaian, pemetaan geologi. Metode ini diadaptasi
biasanya mencakup wilayah yang luas dan dari teknik digital dan saat ini banyak

4
Literature Review

diaplikasikan pada industri konstruksi, citra 2,5 D, biasanya citra pesawat atau
teknik, dan lapangan. Dalam melakukan satelit yang dikoreksi ortokoreksi.
pemetaan geologi digital, dimanfaatkan
teknologi yang dikenal sebagai GIS. GIS Dalam pemvisualisasian yang
merupakan sistem manajemen informasi menggunakan data DEM akan timbul
yang berguna untuk mengatur, masalah pada medan yang memiliki resolusi
memvisualisasi, serta menganalisis data relative rendah. Misalnya saja, pada lereng
yang berorientasi spasial. curam (>45) fitur-fitur geologi tidak akan
terlihat dalam tampilan peta visualisasi 3D.
Pemetaan geologi digital masihberada Padahal, permukaan tebing atau lereng
dalam tahap awal. Pekerjaan di masa depan yang curam ini kerap kali menyimpan
harus berkonsentrasi pada tantanganseperti
informasi batuan yang informatif. Salah
peningkatan alur kerja digital agar lebih
satu solusi untuk masalah lereng atau
intuitif dan cepat dalam menangkap data
tebing curam ini ialah penggunaan LIDAR
lapangan dalam format digital. Selain itu,
berbasis darat atau udara Melalui metode
metodologi harus dikembangkan lebih lanjut
ini, dapat diperoleh rendering 3D beresolusi
yang menggunakan ketidakpastian yang
terkait dengan data atau interpretasi tinggi dari permukaan bumi. Selain itu,
individu sebagai masukan untuk tampilan foto dari berbagai sudut dapat
menghasilkan perkiraan keseluruhan dilihat sehingga menjadikan LIDAR sebagai
ketidakpastian yang terkait dengan model standar emas untuk pemodelan medan.
tertent Namun sayangnya, teknologi LIDAR dinilai
terlampau mahal dan tidak efisian untuk
2.5 Pavlis et al (2017) digunakan secara luas pada geologi medan.
Pemetaan digital dalam ilmu kebumian
mengubah peta geologi dari objek statis Untuk mengatasi hal ini, tersedia
berskala tetap menjadi database multiskala alternative lain yang dapat dimanfaatkan
yang dinamis dan lengkap dengan data yaitu teknologi foto-grammetri SfM. SfM
primer yang menyusunnya. Ketergantungan merupakan kemajuan mendasar dalam
pada peta 2D menghambat dalam fotogrametri yang memungkinkan
pemahaman kita mengenai system bumi. penggunaan rangkaian gambar miring
Visualisasi dari kenampakan 3D pada dalam konstruksi model medan (3D).
dasarnya tergambar pada fitur geometri Aplikasi dari SfM ini berada di bidang
geologi dimana terdapat relief topografi geomorfologi dalam konteks pembangunan
yang signifikan. Tidak dapat dipungkiri singkapan virtual. SfM lebih
pemetaan 2D atau pemetaan kertas telah menguntungkan dibandingan LIDAR
ketinggalan zaman karena adanya karena SfM hanya membutuhkan peralatan
kemajuan teknik digital yang memiliki yang sudah umum dibawa oleh ahli geologi
tingkat efesiensi lebih tinggi. Pemetaan 3D lapangan seperti kamera, unit GPS, dan
diawali dari model elevasi digital (DEM) computer lapangan. Jadi tidak perlu
yang memanfaatkan perangkat lunak GIS membawa peralatan mahal dan dapat
dan bola digital seperti Google Earth dan dihasilkan model medan fotorealistik pada
NASA Worldwind. Bola digital memberikan resolusi cm.
rentang tampilan yang tak terbatas jika
dibandingkan dengan pendekatan peta
STUDI KASUS
datar. Visualisasi permukaan seperti Google
2.1 Anderson et al (2016)
Earth dihasilkan dari metode pengaliran Pada studi kasus kali ini diperoleh data
singkapan di dekat Kalavrita, semenanjung

5
Literature Review

Peloponnesia Utara, Yunani. Data Point Posisi dua lokasi pada pemotongan
Cloud didapat menggunakan sistem TLS gelombang di Cullercoats, NE England
Riegls VZ-6000 dengan deteksi gema online ditentukan oleh 3 penerima GPS genggam
bentuk gelombang penuh. Singkapan dan 31 peserta menggunakan peta dasar
dipindai pada 3 titik pengulangan denyut 1 :2500. Perbedaan rata rata antara posisi
laser 300 kHz. Pemindaian dan pengolahan yang diidentifikasi oleh GPS dan peserta
data dilakukan menggunakan RiSCAN PRO sebesar 20 m. Teknologi GPS memberikan
(RIEGL 2015). Pengolahan lebih lanjut presisi yang jauh lebih baik dibandingkan
untuk penerapan algoritma dilakukan 31 ahli geosains yang memanfaatkan peta
dalam system Orientation and Processing of dasar. Pada kasus lainnya, Cowie dan
Airborne Laser Scamming Data. Untuk Shipton (1998) memetakan Sesar Array,
menentukan algoritma segmentasi dimulai Chimney Rock, Utah dengan luasan
dengan menghitung nilai kelengkungan pemetaan 0,5 km dalam kurun waktu tiga
setiap titik berdasarkan rasio eigenvalue. minggu. Sebaliknya, dengan menggunakan
Setelah itu, dilakukan deteksi pesawat pada GPS seseorang memetakan Sesar Array
titik cloud dengan menerapkan algoritma seluas 20 km dalam 15 hari.
yang dikembangkan dalam kerangka studi.
Segmentasi wilayah dilakukan dengan
memilih titik-titik dengan nilai
kelengkungan rendah Titik-titik yang tidak
tersegmentasi sebagai bagian dari bidang
daalm angka akan dibuang. Sebagai data
referensi diperlukan validasi nilai strike dan
dip yang ditentukan secara manual di
lapangan. Sejumlah kecil bidang yang
Gambar 2. Profil Lemparan Kesalahan
tersegmentasi dengan ukuran yang relative
besar dibandingkan bidang referensi total Selan itu, terdapat contoh penggabungan
menunjukkan validitas yang lebih tinggi. data dilakukan oleh empat ahli geosains
Manfaat di bidang geologi yang timbul yang membuat peta berbeda dikarenakan
akibat deteksi bidang point cloud yang tidak focus masalah yang berbeda. Dari keempat
terorganisir untuk menafsirkan dan ahli ini akan menghasilkan kompilasi
memvisualisasikan karakterisasi singkapan berbagai tingkat detail yang berbeda
bergantung pada siapa yang memetakan
peta tersebut. Terdapat perbedaan geometri
structural pelh Peach et al (2007) dengan
penampag lintang Elliot dan Johnson
mendorong dilakukan pemetaan ulang atau
interpretasi baru oleh Cowar (1980). Hal ini
terjadi akibat perbedaan penafsiran. Oleh
karena itu, pengumpulan data baik digital
maupun non digital menjaid sangat penting.
Gambar 1. Hasil Segmentasi bidang awan Berikut ini merupaka ilustrasi
titik dengan 10% kepadatanasli (a) penggabungan data yang berbeda dari tiga
dibandingkan dengan hasil cloud point (b) ahli geosains :

2.2 Bond et al ( 2007)

6
Literature Review

yang sama dari gambar berbasis di darat (A


dan B) dengan gambar penerbangan (A)

RINGKASAN

Gambar 3. Perbedaan intepretasi ini Berdasarkan hasil analisa dari kelima


menunjukkan kesalahan dalam artikel ilmiah diatas, dapat ditarik
penggabungan data dari berbagai sumber kesimpulan bahwa artikel ini fokus
tanpa kriteria umum terhadap pemanfaatan teknologi data digital
dalam pembuatan peta geologi. Manfaat
2.3 Pavlis et al (2017) dari teknologi digital dalam proses
Pada studi kasus di Surprise Canyon, pembuatan peta memberikan nilai efisiensi
Pegunungan Panamint, California, AS dan tingkat akurasi yang tinggi Seiring
dilakukan pemetaan 3D. Area studi dipilih kemajuan waktu, banyak sekali media yang
karena berisi struktur kompleks , struktur dapat dimanfaatkan dalam pengolahan data
metamorf, yang merupakan masalah yang lapangan dengan format digital. Selain
cukup sulit dalam pemodelan 3D namun memudahkan dalam analisa, penggunaan
memiliki tingkat eksposur batuan dasar teknologi digital memudahkan dalam
yang baik serta relief topografi yang mentransfer ilmu pengetahuan. Pemetaan
signifikan. Hal tersebut menjadikan lokasi digital dalam ilmu kebumian mengubah
ini ideal untuk pengujian model 3D. Model peta geologi dari objek statis berskala tetap
ini dibuat menggunakan perangkat lunak menjadi database multiskala yang dinamis
dan lengkap dengan data primer yang
AgiSoft PhotoScan Professional. Studi kasus
menyusunnya.
ini memberikan gambaran penggunaan SfM
untuk pemecahan masalah geologi. Fitur
Untuk memudahkan dalam menangkap
utama dalam aplikasi ini ialah peningkatan
data tiga dimensi secara cepat dapat
dramatis dalam akurasi tampilan 3D yang dimanfaatkan teknologi pemindaian laser
dapat membantu meningkatkan keyakinan (LIDAR). Pemindaian laser terestrial (TLS)
dalam menginterreptasi geometris. Selain memiliki tingkat akurasi lebih tinggi
itu terdapat kemampuan untuk melihat dibandingkan survey udara sehingga leih
fitur 3D dari berbagai sudut pandang dan disenangi. Melalui metode ini, dapat
meninjau kembali tampilan secara berulang. diperoleh rendering 3D beresolusi tinggi
Hal ini memungkinkan dilakukan evaluasi dari permukaan bumi. Selain itu, tampilan
geometri secara cepat, yang tidak dapat foto dari berbagai sudut dapat dilihat
dilakukan pada pemetaan konvensional. sehingga menjadikan LIDAR sebagai
standar emas untuk pemodelan medan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan rasa terimakasih


kepada Dosen pengampu mata kuliah
Geologi Lapangan, yaitu Bapak Stevanus
Nalendra Jati yang telah memberikan
pengajaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan artikel ini .
Gambar 4. Perbandingan tampilan di area
yang sama dikembangkan dengan kamera

7
Literature Review

PUSTAKA Identiication in Outcrops. Hindawi


Publishing Corporation. The Scientic
Anders et al. 2016. SD Geological Outcrop Worl Jurnal Vol 2014. Article ID
Characterization:Automatic Detectionof 539029.
3D Planes Using LiDar Point Clouds. Jones et al. 2004. Digital Field Data
ISPRS Annals of Photogrammetry, Aquisition: Toward Increase
Remote Sensing, and Spatial Quantification of Uncertanty during
Information Science, Volume III-5, 2016. Geological Mapping. e-Science Research
Bond et al. 207. SD Knowledge Transfer in A Institute ad Geospatial Research Ltd,
Digital World : Field Data Aquisition Departement of Earth Sciences,
Uncertainty, Visualization, and Data University of Durham, UK. 2004
Management.. Geosphere, December Pavlis et al. 2017. The New World of SD
2007;v, S;no.6 ; p.568-578; doi : Geological Mapping. GSA Today, v.27,
10.1130/GES00094.1; figuree. The Geological Society of America, 2017
Incencio et al. 2014. SD Spectral Pattern
Classifcation in Lidar Data for Rock

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai