Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tata Kelola Perusahaan


Tata kelola perusahaan yang baik adalah sistem manajemen perusahaan yang
dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan pemangku
kepentingan, dan meningkatkan kepatuhan terhadap undang-undang dan nilai-nilai etika
yang berlaku umum. Menurut Ardeno Kurniawan (2012:27), tata kelola perusahaan yang
baik adalah serangkaian hubungan yang terjadi antara manajemen, direksi, pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya seperti karyawan, kreditur dan karyawan.
Menurut Agoes (2011) mendefinisikan pengertian tata kelola perusahaan sebagai
sistem tata kelola yang bersifat transparan dan mengatur peran direksi, pemegang saham,
dan jenis stakeholders lainnya. Proses tersebut dilakukan atas tindakan pencapaian tujuan
perusahaan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-117/M-
MBU/2002 tentang Praktik Tata Kelola Perusahaan Yang Baik bagi Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Tata kelola perusahaan yang baik atau biasa disebut GCG merupakan
prinsip dasar suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berdasarkan undang-
undang dan etika bisnis.
2.1.1 Tujuan Penerapan Tata Kelola Perusahaan
Tujuan dari penerapan tata kelola perusahaan yaitu:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan dengan menciptakan proses pengambilan
keputusan yang lebih baik. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
dan meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2. Meningkatkan nilai bisnis dengan meningkatkan kinerja keuangan dan
mengurangi risiko keputusan investasi yang bertentangan atau konflik.
3. Meningkatnya kepercayaan investor kepada perusahaan.
4. Tercapainya stakeholder satisfaction karena meningkatnya nilai perusahaan.
5. Mengarahkan dan mengendalikan hubungan kerja organ perusahaan
6. Memperkuat akuntabilitas pengelolaan perusahaan kepada pemegang saham
dan memperhatikan kepentingan stakeholders.
7. Mendorong dan mendukung pengembangan bisnis, pengelolaan sumber daya
perusahaan dan pengelolaan risiko yang lebih efektif untuk meningkatkan
nilai perusahaan.
8. Memastikan perusahaan menjalankan praktik-praktik usaha yang sehat
9. Memastikan kegiatan-kegiatan perusahaan berjalan dan bersifat transparan

2.1.2 Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan


Prinsip-prinsip yang terkandung dalam tata kelola perusahaan adalah:
1. Transparansi
Transparansi, yaitu keterbukaan pelaksanaan proses pengambilan keputusan
dan keterbukaan penyediaan bahan dan informasi terkait tentang bank.
Pedoman pokok transparasi meliputi :
 Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses
oleh pemangku kepentingan.
 Informasi yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, tujuan bisnis
dan strategi perusahaan, status keuangan, komposisi manajemen dan
kompensasi, pemegang saham pengendali, ekuitas, sistem manajemen
risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem
pelaksanaan tata kelola perusahaan, serta faktor-faktor penting yang
mempengaruhi situasi perusahaan.
 Perusahaan menganut prinsip keterbukaan dan tidak mengurangi
kewajiban untuk mematuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, rahasia kerja dan hak pribadi.
2. Akuntabilitas
Perusahaan wajib mampu mempertanggungjawabkan kinerja secara
transparan serta normal. Perusahaan dikelola guna ditunjukan pada
pencapaian tujuan organisasi serta dengan senantiasa memikirkan kepentingan
pemegang saham serta stakeholder lain. Pedoman pokok akuntabilitas ialah:
 Penetapan rincian tugas serta tanggung jawab tiap organ perusahaan
serta segenap karyawan secara jelas serta selaras dengan visi, misi,
nilai- nilai perusahaan, dan strategi perusahaan..
 Meyakini jika seluruh organ perusahaan dan seluruh karyawan
memilik keahlian yang sesuai dengan tugas, tanggung jawab, serta
kedudukannya dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance
ini.
 Adanya sistem pengendalian internal yang efisien guna pengelolaan
perusahaan.
 Kepemilikan dimensi kinerja guna seluruh jajaran perusahaan yang
tidak berubah- ubah dan juga mempunyai sistem reward and
punishment.
 Setiap organ perusahaan dan seluruh karyawan wajib berpegang pada
etika bisnis serta pedoman sikap yang telah disepakati bersama.
3. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban adalah kesesuaian pengelolaan Perusahaan terhadap
peraturan perundang- undangan yang berlaku termasuk peraturan dan
kebijakan Perusahaan, dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Pertanggungjawaban juga diikuti dengan komitmen untuk menjalankan
aktivitas bisnis sesuai dengan standar etika (kode etik). Pedoman pokok
pertanggung jawaban yaitu:
 Organ perusahaan wajib berpegang pada prinsip kehati- hatian serta
patuh terhadap peraturan perundang- undangan, anggaran dasar, serta
peraturan perusahaan.
 Perusahaan wajib melaksanakan tanggung jawab sosial, antara lain
lebih memperhatikan warga serta kelestarian daerah paling utama di
sekitar perusahaan.
4. Kemandirian
Kemandirian merupakan sesuatu kondisi dimana perusahaan dikelola secara
handal tanpa benturan kepentingan dan ataupun pengaruh/ tekanan dari pihak
manapun yang tidak cocok dengan perundang- undangan yang berlaku serta
prinsip- prinsip korporasi yang sehat. Hal- hal yang wajib dicermati dalam
melakukan prinsip kemandirian yakni:
 Mengambil keputusan secara obyektif bersumber pada informasi serta
data yang bisa dipertanggungjawabkan dan bebas dari kepentingan
pribadi, kelompok ataupun kalangan tertentu.
 Menghormati hak serta tanggung jawab tiap- tiap organ perusahaan
sesuai dengan anggaran dasar serta peraturan perundang- undangan
yang berlaku. Kemandirian berguna supaya tiap- tiap organ
perusahaan sanggup melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya guna
kepentingan perusahaan serta dapat dimintai akuntabilitas atas
penerapan tugas masing- masing.
5. Kewajaran
Kewajaran merupakan keadilan serta kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholders yang muncul bersumber pada perjanjian perundang- undangan,
kebijakan perusahaan, peraturan-peraturan perusahaan serta syarat yang lain
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Pedoman pokok kewajaran ialah:
 Pemberian peluang kepada stakeholder guna membagikan masukan
serta mengantarkan komentar guna kepentingan perusahaan, dan
membuka akses data secara transparan.
 Perlakuan yang setara serta wajar kepada stakeholder sesuai dengan
pemanfaatan serta kontribusi yang diberikan perusahaan.
 Pemberian peluang yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir,
serta melakukan tugasnya secara handal tanpa membedakan SARA,
gender, serta kondisi fisik.
 Semua prinsip terpaut dalam penerapan prinsip good corporate
governance yang sangat bernilai guna menambah mutu kinerja suatu
perusahaan
2.1.3 Manfaat dari Tata Kelola Perusahaan
Pelaksanaan good corporate governance tidak cuma melindungi
kepentingan para investor saja namun pula hendak bisa mendatangkan banyak
utilitas serta keuntungan untuk perusahaan terpaut serta pihak- pihak lain yang
memiliki ikatan langsung ataupun tidak langsung dengan perusahaan.
Menurut Andi Erniwati (2018) anfaat yang diperoleh dalam menerapkan
tata kelola perusahaan dalam perusahaan adalah:
 Menurunkan resiko
Dengan mempraktikkan tata kelola perusahaan hendak sanggup
meminimalisasi praktik- praktik yang memunculkan sekat yang terjalin pada
perusahaan.
 Meningkatkan nilai saham
Diterapkannya tata kelola perusahaan merupakan indikator perusahaan telah
dikelola baik dan transparan, sehingga merupakan hal yang penting bagi
kepercayaan investor publik terhadap perusahaan. Dengan meningkatkannya
kepercayaan akan menjadikan nilai sahamnya banyak diminati di bursa,
sehingga berdampak positif bagi kenaikan saham.
 Menjamin kepatuhan
Setiap peraturan yang menyentuh atau terkait dengan struktur operasi
perusahaan ditujukan untuk mengarahkan perusahaan pada kepatuhan
terhadap aturan yang ditetapkan.
 Memiliki daya tahan
Dengan menerapkan tata kelola perusahaan, perusahaan akan memiliki daya
tahan terhadap pengaruh buruk kondisi dunia usaha dan perilaku dunia usaha
sekitarnya.
 Meningkatkan akuntabilitas publik
Tata kelola perusahaan mengharuskan perusahaan untuk memperhatikan
seluruh stakeholders dan tentunya ini diwujudkan dalam bentuk
pengungkapan informasi atas kondisi perusahaan baik dalam bentuk laporan
keuangan maupun laporan lainnya, sehingga perihal ini menekan perusahaan
guna melangsungkan akuntabilitas publik..

2.1.4 Tahap-tahap Penerapan Tata Kelola Perusahaan


Dalam penerapan pelaksanaan tata kelola di perusahaan yakni berguna
buat perusahaan guna melaksanakan pentahapan yang jeli bersumber pada analisis
atas situasi serta keadaan perusahaan, serta tingkatan kesiapannya, sehingga
pelaksanaan tata kelola perusahaan bisa berjalan mudah serta memperoleh
dorongan dari segala faktor di dalam perusahaan.
Menurut Chinn (2000) dan Shaw (2003) perusahaan dalam menerapkan
tata kelola perusahaan menggunkan tahap-tahap berikut ini yaitu :
 Tahap persiapan
Tahap persiapan terdiri dari:
1. Awareness building
Awareness building ialah langkah dini guna membangun pemahaman
mengenai makna penting tata kelola perusahaan serta komitmen bersama
dalam pelaksanaannya. Upaya ini bisa dicoba dengan meminta dukungan
tenaga pakar independen dari luar perusahaan. Wujud aktivitas bisa
dilakukan melalui seminar, lokakarya, serta diskusi kelompok.
2. Tata kelola perusahaam (Good Corporate Governance) assessment
Tata kelola perusahaan assessment ialah upaya guna mengukur ataupun
lebih tepatnya memetakan keadaan perusahaan dalam penetapan tata
kelola industri disaat ini. Langkah ini perlu guna menentukan titik mula
tingkat pelaksanaan tata kelola perusahaan serta guna mengenali langkah-
langkah yang pas guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur
perusahaan yang kondusif untuk pelaksanaan tata kelola perusahaan secara
efisien.
3. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) manual building.
Tata kelola perusahaan manual building merupakan langkah berikut
sesudah tata kelola perusahaan assessment dilakukan. Bersumber pada
hasil pemetaan tingkatan kesiapan perusahaan serta upaya identifikasi
prioritas pelaksanaannya, penataan manual ataupun pedoman
implementasi tata kelola perusahaan bisa disusun. Penataan manual dapat
dicoba dengan dukungan tenaga pakar independen dari luar perusahaan.
 Tahap Implementasi
Sesudah perusahaan mempunyai tata kelola perusahaan manual, langkah
berikutnya merupakan mengawali implementasi di perusahaan. Tahap ini
terdiri atas 3 langkah utama yakni:
1. Sosialisasi
Sosialisasi dibutuhkan guna memperkenalkan kepada segala perusahaan
bermacam aspek yang terpaut dengan implementasi tata kelola perusahaan
eksklusifnya mengenai pedoman pelaksanaan good corporate governance.
2. Implementasi
Implementasi ialah aktivitas yang dilakukan sejalan dengan pedoman
good corporate governance yang ada, berdasarkan road map yang sudah
disusun. Implementasi wajib bersifat top down approach yang
menyertakan dewan komisaris serta direksi perusahaan.
3. Internalisasi
Internalisasi mencakup upaya-upaya guna memperkenalkan good
corporate governance di dalam segala proses bisnis perusahaan kerja,
serta bermacam peraturan perusahaan.
 Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi ialah tahapan yang butuh dilakukan secara disiplin dari waktu
ke waktu guna mengukur sejauh mana daya guna pelaksanaan good corporate
governance sudah dicoba dengan memohon pihak independen melaksanakan
audit implementasi serta scoring atas penerapan good corporate governance
yang ada. Ada banyak perusahaan konsultan yang bisa membagikan jasa audit
yang demikian, serta di Indonesia terdapat sebagian perusahaan yang
melaksanakan scoring. Penilaian dalam wujud assessment, audit ataupun
scoring juga bisa dicoba secara mandatory misalnya semacam yang diterapkan
di lingkungan BUMN.

2.2 Definisi Audit Internal


Menurut Tugiman ( 2006: 11) penafsiran audit internal merupakan sesuatu
peranan evaluasi yang independen dalam suatu organisasi guna menguji serta
mengevaluasi aktivitas organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pengecekan internal
merupakan penunjang para anggota organisasi supaya mampu melakukan tanggung
jawabnya secara efisien. Suatu peranan evaluasi independen yang dibangun dalam
organisasi guna mengontrol serta mengevaluasi kegiatannya selaku jasa bagi organisasi,
sementara itu menurut Sawyer (2005: 9) audit internal merupakan suatu kegiatan
konsultasi serta kepercayaan objektif yang dikelola secara independen di dalam
organisasi serta ditunjukan oleh filosofi akumulasi nilai guna menaikkan operasional
perusahaan. Audit tersebut menunjang organisasi dalam menggapai tujuannya dengan
mempraktikkan pendekatan yang sistematis serta disiplin guna mengevaluasi serta
menaikkan daya guna proses pengelolaan resiko, kecukupan kontrol serta pengelolaan
organisasi.
Didalam perusahaan, audit intern yang menggambarkan peranan staf, tidak
mempunyai wewenang guna langsung memberi perintah kepada pegawai, serta tidak
dibenarkan untuk melaksanakan tugas- tugas operasional dalam perusahaan yang sifatnya
diluar aktivitas pemeriksaan.
2.2.1 Peranan Audit Internal
Dalam melaksanakan usahanya, pimpinan perusahaan membutuhkan alat bantu
yang memiliki peranan dalam menunjukan serta mengatur tiap akltivitas
perusahaan. Konsep peranan (role) menurut Soekanto (2000: 268) merupakan
sebagai berikut:
1. Peranan mencakup norma- norma yang dihubungkan dengan posisi ataupun
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam makna ini ialah rangkaian
aturan- aturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
2. Peranan merupakan sesuatu konsep tentang apa yang dicoba oleh pribadi
dalam masyarakat selaku organisasi.
3. Peranan dapat dikatakan selaku orang yang berarti dalam struktur sosial
masyarakat.
2.2.2 Fungsi Audit Internal
Fungsi internal auditor dikemukakan secara terperinci oleh Holmes dan
Overmayer sebagai berikut:
1. Internal kontrol dipastikan baik tidaknya dengan memperhatikan pemeriksaan
fungsi dan apakah prinsip akuntansi betul-betul sudah dilaksanakan.
2. Bertanggung jawab dalam memastikan apakah penerapan ini sesuai rencana
policy dan prosedur yang sudah ditetapkan sampai nilai apakah hal tersebut
telah diperbaiki atau tidak.
3. Memverifikasi adanya keuntungan kekayaan atau aset termasuk mencegah
dan menentukan penyelesaian.
4. Memverifikasikan dan menilai tingkat kepercayaan terhadap sistem akuntansi
dan pelaporan.
5. Melaporkan secara objektif apa yang diketahui kepada manajemen disertai
rekomendasi perbaikan.
2.2.3 Tujuan Audit Internal
Tujuan pemeriksaan internal auditor yaitu menunjang seluruh pimpinan
perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan
memberi analisa, penilaian, saran dan kritik mengenai kegiatan yang diperiksanya
(Agoes, 2004:22). Guna mencapai tujuan tersebut, internal auditor wajib
melakukan hal-hal berikut:
1. Menelaah serta memperkirakan kebaikan, mencukupi tidaknya dan
pelaksanaan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern serta
pengendalian operasional yang lain dan meningkatkan pengendalian yang
efektif dengan pengeluaran yang tidak begitu mahal.
2. Menetapkan ketaatan terhadap kebijakan, rencana serta prosedur- prosedur
yang sudah diresmikan oleh manajemen.
3. Menentukan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggung jawabkan serta
dilindungi dari kemungkinan terbentuknya seluruh bentuk pencurian,
kecurangan dan penyalahgunaan.
4. Membenarkan jika pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi
bisa dipercaya.
5. Memperhitungkan kualitas pekerjaan tiap bagian dalam melakukan tugas yang
diberikan oleh manajemen.
6. Menganjurkan perbaikan- perbaikan operasional dalam rangka tingkatkan
efisiensi serta daya guna.

2.2.4 Wewenang dan Tanggung Jawab Departemen Audit Internal

Wewenang serta tanggung jawab departemen audit internal dalam


perusahaan bergantung pada status perannya dalam struktur organisasi.
Wewenang yang berkaitan dengan tanggung jawab tersebut wajib membagikan
akses penuh kepada auditor internal guna berkaitan dengan kekayaan serta
pegawai perusahaan yang relevan dengan pokok permasalahan yang dialami.
Tanggung jawab auditor internal yakni:

1. Mencari informasi awal terkait bagian yang akan diaudit


2. Melaksanakan tinjauan dokumen serta persyaratan lain yang berkaitan dengan
audit.
3. Mempersiapkan program audit tahunan serta agenda penerapan audit
terperinci.
4. Membuat daftar pertanyaan audit (audit checklist).
5. Melaksanakan pemeriksaan sistem secara menyeluruh.
6. Mengumpulkan serta menganalisis fakta audit yang relevan.
7. Melaporkan penemuan atau permasalahan audit yang ditemui sepanjang audit
internal.
8. Memantau tindak lanjut hasil audit internal sampai dinyatakan selesai.
2.3 Pengertian Pengendalian Internal
Pengendalian internal menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization)
yaitu sebagai proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, serta karyawan
yang dirancang dalam rangka memberikan jaminan bahwa organisasi dapat mencapai
tujuannya melalui efisiensi dan efektifitas produksi, penyajian laporan keuangan yang
dapat dipertanggungjawabkan dan ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang
berlaku.
Pengendalian internal dalam audit merupakan suatu proses pengembangan dalam
akuntansi. Pengendalian internal ini adalah langkah komprehensif dan terintegrasi serta
tidak ditambahkan dalam infrastruktur perusahaan.
2.3.1 Unsur- unsur Pengendalian Internal
Guna menggapai tujuan yang sudah diresmikan oleh perusahaan dibutuhkan
adanya sistem pengendalian internal. Sistem pengendalian internal pada
perusahaan mempunyai unsur- unsur ialah:
1. Struktur Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional
Struktur dalam organisasi ialah kerangka untuk pembagian tanggung jawab secara
fungsional pada unit organisasi yang dibangun guna kepentingan perusahaan.
Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi terbagi menjadi 2 prinsip
ialah:
 Dipisahkan antara fungsi-fungsi operasional serta penyimpangan dari
peranan akuntansi. Fungsi dari operasional itu sendiri merupakan tugas
untuk melakukan sesuatu aktivitas, seperti pembelian. Sementara itu,
fungsi penyimpanan merupakan tugas untuk menyimpan aktiva
perusahaan.
 Suatu fungsi dibatasi, tidak boleh melaksanakan tanggung jawab penuh
untuk seluruh tahap transaksi.
2. Wewenang dan Prosedur Memberi Upaya Perlindungan
Di suatu organisasi tiap transaksi hanya mampu terjadi karena terdapatnya otoritas
wewenang guna menyetujui adanya transaksi. Oleh sebab itu, di dalam suatu
organisasi wajib terdapat sistem yang mengendalikan suatu wewenang dalam tiap
transaksi guna melindungi kekayaan, uang, pemasukan serta anggaran dalam
organisasi tersebut.
3. Praktik Sehat dalam Tugas Organisasi
Dalam pembagian tugas serta peranan di organisasi tidak akan terlaksana dengan
baik apabila tidak dengan penerapan yang sehat. Berikut merupakan sebagian
penerapan yang sehat dalam melakukan wewenang dan peranan di organisasi:
 Pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak
 Penggunaan formulir dengan nomor urut cetak yang penggunaannya
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
 Transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal hingga akhir hanya satu
orang ataupun satu unit organisasi tanpa pertolongan orang ataupun unit
organisasi yang lain.
 Adanya pemeriksaan mendadak dengan jadwal yang tidak teratur.
 Diadakan perputaran jabatan guna menghindari terdapatnya
persekongkolan antar pejabat.
4. Karyawan Berkualitas
Dalam struktur organisasi seharusnya dibentuk sistem pencatatan dan berbagai
alternatif guna mendorong praktik yang sehat pada suatu organisasi menggunakan
sumber daya manusia yang berkualitas juga. Hal itu sebagai unsur krusial pada
organisasi merupakan adanya karyawan yang berkualitas.
2.3.2 Komponen Pengendalian Internal
Kerangka pengendalian internal COSO (2013) memutuskan terdapat lima
komponen pengendalian internal yakni:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian adalah dasar dari keseluruhan komponen
pengendalian intern lainnya yang merubah organisasi menjadi disiplin dan
terstruktur. Lingkungan pengendalian meliputi suasana organisasi dan
perilaku manajemen serta karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang
terdapat pada organisasi. Faktor lingkungan pengendalian termasuk :
 Integritas, nilai etika dan kemampuan pribadi dalam entitas;
 Filosofi manajemen dan Gaya Operasi;
 Cara Manajemen untuk menentukan wewenang dan tanggung jawab,
mengorganisasikan dan mengembangkan orang-orangnya; dan
 Kebijakan dan praktek sumber daya manusia
 Perhatian dan arahan yang diberikan dewan direksi.
2. Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Penilaian risiko merupakan identifikasi analisis dan pengelolaan risiko suatu
organisasi. Suatu risiko yang sudah diidentifikasi dapat dianalisis sehingga
dapat diperkirakan tindakan yang dapat meminimalisirnya.
3. Prosedur Pengendalian (Control Activities)
Prosedur pengendalian yaitu kebijakan atau mekanisme yang dibuat untuk
memastikan terwujudnya tujuan perusahaan dan menghindari terjadinya
kecurangan.
4. Pengawasan (Monitoring)
Pengawasan merupakan proses untuk menilai kualitas kinerja pengendalian
intern suatu organisasi. Pengawasan dilaksanakan untuk mencari kekurangan
serta meningkatkan efektivitas pengendalian intern.
5. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi diperlukan berdasarkan dari pihak luar perusahaan. Manajemen
dapat menggunakan informasi ini guna menilai standar eksternal. Komunikasi
melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peranan dan
tanggungjawab seseorang yang berhubungan dengan pengendalian internal
atas pelaporan keuangan.
2.4 Kasus: Mengenai Tata Kelola Perusahaan dan Pengendalian Internal Audit
2.4.1 Kasus yang Terjadi pada PT Jamsostek
Badan Pemeriksa Keuangan menemukan beberapa pelanggaran kepatuhan
PT Jamsostek atas laporan keuangan 2011 dengan nilai di atas Rp7 triliun. Hal
tersebut terungkap dalam makalah presentasi Bahrullah Akbar, anggota VII
Badan Pemeriksa Keuangan dalam diskusi Indonesia Menuju Era Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Bahrullah mengatakan ada empat temuan BPK
atas laporan keuangan 2011 Jamsostek yang menyimpang dari aturan.

1. Jamsostek membentuk Dana Pengembangan Progran Jaminan Hari Tua (JHT)


sebesar Rp7,24 triliun yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah
22/2004.

2. Jamsostek kehilangan potensi iuran karena terdapat penerapan tarif program


yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pada laporan keuangan 2011, potensi
penerimaan Jamsostek yang hilang mencapai Rp36,5 miliar karena tidak
menerapkan tarif jaminan kecelakaan kerja sesuai ketentuan.

3. BPK menemukan Jamsostek belum menyelesaikan aset eks investasi


bermasalah, yakni jaminan medium term notes (MTN). Adapun aset yang
belum diselesaikan adalah tanah eks jaminan MTN PT Sapta Jaya senilai 2,25
milia aset eks jaminan MTB Volgren Indonesia.

4. Masih terdapat beberapa kelemahan dalam pemantauan piutang hasil


investasi. Pengendalian dan monitoring PT Jamsostek atas piutang jatuh
tempo dan bunga deposito belum sepenuhnya memadai. Selain temuan
tersebut, BPK juga menemukan sejumlah ketidakefektifan dalam kinerja
Jamsostek. Pertama, Jamsostek belum efektif mengevaluasi kebutuhan
pegawai dan beban kerja untuk mendukung penyelenggaran program JHT.
Kedua, Jamsostek belum efektif dalam mengelola data peserta JHT.

2.4.2 Analisis
Berdasarkan kasus tersebut terdapat penyimpangan laporan keuangan
2011 dan ketidakefektifan dalam kinerja jamsostek. Oleh karena itu kasus seperti
ini harus lah segera diselesaikan dengan cara pembenahan tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance). Peristiwa ini diakibatkan karena kurang
baiknya sistem good corporate govenance, harapan agar dapat segera teratasi dan
tidak dapat terulang kembali. Dalam kasus ini juga dibutuhkannya pengendalian
internal audit, tujuannya untuk membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya
dengan pendekatan yang sistematis dan teratur dalam mengevaluasi serta
meningkatkan keefektifan proses tata kelola perusahaan dan pengendalian internal
audit diperlukan untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi perusahaan.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) juga
harus dapat menjaga kestabilan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) sehingga tercipta aktivitas pasar modal yang jujur,trasparan, aman
dan sesuai dengan undang-undang hukum yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Erniwati, Andi. 2018. Pengaruh Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate
Governance Pada PT. Bank Sulselbar Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Muhammadiyah: Makassar

Candrawardhani, Shirley. 2021. “Prinsip dan Tujuan Penerapan Good Corporate Governance di
Perusahaan”. https://www.kitalulus.com/bisnis/good-corporate-governance, diakses pada 20
Januari 2022 pukul 11.00

Junior, Adam Pratama, Hendro Sasongko, Retno Martanti Endah Lestari. 2019. Pengaruh Audit
Internal Dan Pengendalian Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada (PT.
Mulia Industrindo Tbk Cikarang). Jurnal Akuntansi.

Rafinaldy, P. (2017). Pengaruh Audit Internal dan Pengendalian Internal terhadap Penerapan
Good Corporate Govercance pada PTPN III. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Sumatera Utara: Medan.

Agoes, S. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik Edisi Ketiga.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

Anamukti. (2014). Pengaruh Audit Internal, Pengendalian Internal dan Komite Audit Terhadap
Pelaksanaan Good Corporate Governance.

Anda mungkin juga menyukai